PEMETAAN TOPOGRAFI
C. Ditinjau dari pembuatan
2) Metoda Trigonometrik untuk posisi vertikal dengan cara pengukuran jarak optis
5.4. Penggambaran Peta (Plotting)
Plotting yang dimaksudkan di sini adalah penggambaran awal dari data lapangan ataupun hasil pengolahan data. Dengan demikian tujuan plotting ini adalah menggambarkan seluruh daerah yang dipetakan. Ini berarti bahwa diperlukan bahan gambar yang dapat mencakup seluruh daerah, yaitu pada kertas yang lebar dan bersifat sementara.
Ditinjau dari teknik penggambaran, maka plotting dibagi atas 2 (dua) metoda penggambaran yang berbeda baik cara maupun jenis/model data yang digambarkannya. Disamping itu, dapat pula dibedakan obyek yang akan digambarkan.
Dalam pemetaan, obyek yang akan digambarkan terdiri dari :
• Titik kerangka dasar pemetaan ; yang akan digambarkan pertama, karena sebagai acuan bagi setiap titik detail
• Titik detail situasi ; yang digambarkan pada titik kerangka dasar.
Kedua obyek di atas sebenarnya dapat digambarkan dengan kedua metoda penggambaran :
• Metoda numerik ; digambarkan berdasarkan besaran numerik koordinat titik
• Metoda grafik ; digambarkan berdasarkan besaran posisi relatif .
83 Yang dianjurkan untuk diterapkan adalah :
Titik kerangka dasar digambarkan dengan metoda numerik, sedang titik detail situasi digambarkan dengan cara grafik.
5.4.1. Plotting Metoda Numerik
Plotting dengan metoda numerik ini, adalah plotting berdasarkan garis-garis tertentu yang dikenal dengan garis grid. Titik obyek poltting, digambarkan/diletakkan relatif terhadap garis grid yang terdekat, sehingga “penjalaran kesalahan” dalam plotting dapat dikurangi.
• Garis Grid
Yang dimaksudkan dengan garis grid adalah :
“Tempat kedudukan titik-titik dengan absis atau ordinat yang sama”
Dari pengertian seperti di atas, maka garis grid merupakan garis lurus yang sejajar (//) sumbu X atau sumbu Y.
Penggambaran dilakukan dengan batas garis grid, sehingga tidak diperlukan penggambaran sumbu X,Y untuk daerah yang berjauhan dari pusat salib sumbu tersebut.
Penarikan garis grid, mempunyai ketentuan sebagai berikut :
1. Garis grid mempunyai besaran sesuai dengan jarak antar garis(interval grid).
2. Besaran garis grid, tergantung interval grid, skala peta dan berasal dari besaran/
nilai 0,00 m.
Sebagai contoh dalam menerapkan peraturan di atas, perhatikan contoh di bawah.
Untuk skala peta 1 : 5 000, interval grid 10 cm , maka garis grid yang akan digambarkan pada nilai-nilai :
……, -15 000, -14 500, ……… , 0 , ………….., +14 500, +15 000, ………….
(dengan selang 500 m.)
Bila nilai garis grid telah ditentukan, maka dipilih/dicari garis grid yang menjadi batas bagi seluruh daerah pemetaan. Titik kerangka dasar diplot, berdasarkan garis grid yang terdekat dengan koordinatnya, dengan memperhatikan :
• Besaran garis grid
• Koordinat titik tersebut
• Skala peta
Jarak dari titik sampai garis grid terdekat adalah :
; …… (5.4)
di mana :
XA , YA = koordinat titik obyek plotting
Xo , Yo = koordinat garis grid (nilai garis grid) dx , dy = jarak dari garis grid pada peta SNG = selang nilai grid
IG = interval grid (misal 10 cm.) dx = IG(XA – Xo)
SNG dy = IG (YA – Yo) SNG
84 (+) //sb.Y
dx A dy
Yo
(+)
Xo //sb.X
Gambar 48.
Plotting metoda numerik
Langkah yang serupa diberlakukan untuk semua titik kerangka dasar.
Syarat utama plotting model ini adalah :
Titik obyek sudah dalam besaran koordinat (X,Y) dan tidak diberlakukan koreksi pada gambar.
5.4.2. Plotting Metoda Grafik
Data untuk plotting cara ini adalah data posisi relatif titik obyek dari/terhadap suatu titik tertentu.
Bila pada metoda numerik, alat tulis yang digunakan adalah penggaris, maka pada metoda ini alat yang digunakan adalah penggaris dan busur derajat.
Mengingat penggambaran yang pertama dituju adalah posisi harizontal, maka data yang perlu diperhatikan sementara ini hanya data penentuan posisi horizonatl tiap titik obyek. Titik obyek yang akan diplot dengan metoda ini adalah :
• Titik bantu situasi (titik poligon cabang)
• Titik detail situasi
Kegiatan awal plotting dengan metoda ini, menentukan (menggambarkan) arah dari titik obyek dari titik yang dimaksudkan (titik kerangka). Oleh karena itu, busur derajat, merupakan alat baku dalam kegiatan ini.
Seluruh titik ini, diplot berdasarkan nilai data saat pengukuran. Untuk itu, perlu dibedakan atas orientasi sudut mendatar yang diterapkan saat pengukuran tersebut (lihat Gambar 46.).
Bila menggunakan acuan arah utara magnetik, maka pada setiap titik tempat plotting, ditarik garis //sb. Y , di mana dianggap bahwa arah utara magnetik searah dengan sumbu Y(+).
Selanjutnya, skala 0o busur derajat ditempatkan pada arah tersebut, dengan pusat busur pada titik yang dimaksud (misal titik A).
Bila menggunakan acuan arah titik kerangka lainnya, maka garis ke titik yang dimaksud menjadi arah 0o skala busur derajat.
85 B //sb.Y B
0o 0o
1 1
2 2
A 3 A 3
(a) (b)
Acuan utara magnetik Acuan arah titik lain Gambar 49.
Plotting metoda Grafik
Bila arah titik obyek telah tergambarkan, maka letak titik obyek ditentukan oleh jarak mendatar (yang telah diskalakan) ke titik tersebut sepanjang arah yang bersangkutan.
Bila setiap titik detail situasi telah tergambarkan dengan baik, secepatnya : 1. bentuk kembali obyek muka bumi yang diwakilinya
2. cantumkan ketinggian titik tersebut, untuk penarikan kontur.
Hal ini dilakukan untuk menghindarkan kesalahan pencantuman ketinggian titik, maupun penggambaran kembali obyek muka bumi, mengingat titik yang digambarkan akan berjumlah banyak dan kecil (sukar dicari kembali keberadaannya).
Khusus untuk titik poligon cabang atau titik bantu situasi, terdapat masalah lain bila memenuhi persyaratan. Adapun syarat yang dimaksud adalah apabila poligon situasi yang ditujukan untuk memperbanyak titik acuan situasi tersebut diikatkan pada titik kerangka dasar yang terlebih dahulu telah terbentuk. Berdasarkan pengikatan pada awal dan akhir poligon , maka akan timbul suatu syarat geometrik yang harus dipenuhi.
Berbeda dengan poligon yang telah dibahas di atas, maka pada poligon ini, koreksi dilakukan dengan cara langsung pada gambar (metoda grafik).
A A 1’ 2’
1 2
3’
poligon cabang 3
4’
4
AA’
AA AA
(a) (b)
Poligon cabang Hasil plotting Gambar 50.
Poligon cabang
86
• Koreksi Grafik
Kesalahan pengukuran maupun kesalahan plotting, dianggap sebagai bergesernya titik-titik tersebut dalam arah yang sama dan besar pergeseran terbagi rata.
Cara melakukan koreksi grafik ini adalah sebagai berikut :
2’
3’
1’ 2
A 1 3 4’ AA’
K4
4 KAA
AA
Gambar 51.
Koreksi Grafik Poligon Cabang Keterangan :
A-1’-2’-3’-4’-AA’ = poligon cabang hasil plotting metoda grafik AA’-AA = arah dan panjang koreksi terbesar (Ktotal) K4 = panjang koreksi pada titik 4
A-1-2-3-4-AA = poligon cabang setelah koreksi grafik Koreksi pada titik poligon cabang dapat dinyatakan sebagai :
Ki = (i / n) . Ktotal …… (5.5)
di mana :
Ki = panjang koreksi di titik i i = titik poligon cabang ke i.
n = banyak titik poligon cabang (pada Gambar 51, n = 5)
Ktotal = panjang koreksi pada titik akhir (pada Gambar 51, Ktotal = KAA)