• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan Data Kualitatif

Bab 7 Pendekatan Penelitian Kualitatif

7.8 Pengumpulan Data Kualitatif

mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta generalisasi dan fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi dikelompokkan dalam penelitian biografis. Cara kerja dalam penelitian ini adalah mengumpulkan karya dari beberapa penulis, kemudian menerbitkan kembali beberapa dokumen yang dianggap telah hilang ataupun tersembunyi sembari menginterpretasikan dan generalisasi yang sesuai dengan karya orang lain tersebut.

Menurut Notosusanto dalam (Sulasman, 2014) penerapan tahapan-tahapan dalam penelitian sejarah ialah:

1. Heuristik, yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau.

2. Kritik (sejarah) yaitu menyelidiki sejarah itu sejati, baik bentuk maupun isinya.

3. interpretasi, menetapkan makna, dan saling berhubungan dari fakta yang diperoleh dari sejarah itu.

4. penyajian, yaitu menyampaikan sintetis yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah.

Tahapan-tahapan yang biasa dilakukan dalam penelitian historis ada empat langkah yaitu:

1. mengidentifikasi masalah di mana meliputi merumuskan hipotesis dan pertanyaan;

2. mengumpulkan dan mengevaluasi bahan-bahan sumber yang di dalamnya adalah merumuskan kembali hipotesis dan pertanyaan;

3. melakukan sintesis informasi dari bahan-bahan sumber, atau pada bagian ini dapat pula melakukan revisi hipotesis, kemudian;

4. analisis penafsiran, merumuskan kesimpulan (menerima hipotesis atau menolak).

masing jenis penelitian itu sendiri. Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus penelitian. Peneliti dapat melakukan wawancara dengan subjek yang diteliti, peneliti harus mampu mengamati situasi sosial, yang terjadi dalam konteks yang sesungguhnya, peneliti dapat memfoto fenomena, simbol dan tanda yang terjadi, peneliti mungkin pula merekam dialog yang terjadi.

Peneliti tidak akan mengakhiri fase pengumpulan data, sebelum peneliti yakin bahwa data yang terkumpul dari berbagai sumber yang berbeda dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti telah mampu menjawab tujuan penelitian.

Dalam konteks ini validitas, reliabilitas, dan triangulasi (triangulation) telah dilakukan dengan benar, sehingga ketepatan (accuracy) dan kredibilitas (credibility) tidak diragukan lagi oleh siapa pun.

Penelitian kuantitatif lebih ditujukan untuk mencari keluasan dari sebuah permasalahan, sedangkan penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencari kedalamannya. Ciri lain yang sangat berbeda adalah bahwa di dalam penelitian kuantitatif setiap fenomena ditunjukkan dengan angka atau numerik, sedang penelitian kualitatif menyajikan sebuah fenomena dalam sebuah narasi yang mendalam, meski tak menampik juga kadang disertai dengan menampilkan angka.

Tahap persiapan dalam penelitian kualitatif cenderung lebih ringan. Bagian paling merepotkan adalah pada saat interpretasi data. Pada fase ini peneliti sebagai instrumen dituntut untuk membangun kembali memorinya terhadap suasana atau konteks pada saat pengumpulan data, melihat hubungan antar objek, sampai pada perilaku masing-masing objek secara mandiri maupun pada saat berinteraksi.

Ada tiga metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. observasi partisipatif;

2. wawancara mendalam;

3. diskusi kelompok terarah.

Jarang sekali dalam sebuah penelitian kualitatif digunakan metode pengumpulan data tunggal. Sering kali metode pengumpulan data dilakukan dengan dua sampai tiga metode secara bersamaan. Hal ini penting dilakukan

karena kelemahan satu metode bisa ditutupi atau dilengkapi dengan kekuatan dari metode pengumpulan data lainnya.

7.8.1 Observasi Partisipatif

Menurut Mack, dkk dalam (Kusumawardani et al., 2015) observasi partisipatif merupakan akar dalam penelitian etnografi tradisional, yang bertujuan untuk membantu para peneliti mempelajari perspektif yang dimiliki oleh populasi penelitian. Dianggap bahwa akan ada beberapa perspektif dalam suatu masyarakat tertentu. Metode ini menarik untuk mengetahui beragam perspektif yang ada dan membantu dalam memahami interaksi di antara mereka. peneliti kualitatif melakukan observasi partisipatif bisa melalui pengamatan sendiri atau oleh keduanya, mengamati dan berpartisipasi.

Observasi partisipatif selalu dapat diterapkan dalam masyarakat, di lokasi yang diyakini memiliki relevansi dengan pertanyaan penelitian. Murphy dan Dingwall dalam (Kusumawardani et al., 2015) mengingatkan bahwa keseimbangan yang sebenarnya antara partisipasi dan observasi tidak pernah sepenuhnya dalam kendali peneliti lapangan tersebut. Keahlian peneliti lapangan terletak pada kecermatan untuk mengetahui kapan harus bersandar pada satu arah dan kapan bersandar pada arah lain, dan harus jelas apakah arah ini adalah masalah yang dipilih atau hanya masalah kontingensi (fenomena sesaat).

Observasi partisipatif ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap. (Sugiyono dan Kuantitatif, 2009) menjelaskan keempat observasi partisipatif sebagai berikut:

1. Partisipasi pasif

Peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2. Partisipasi moderat

Dalam observasi ini terdapat kesinambungan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3. Partisipasi aktif

Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4. Partisipasi lengkap

Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti melakukan observasi untuk mendapatkan gambaran mengenai gambaran bagaimana pola asuh ibu bekerja dalam memberikan motivasi kepada anaknya. Peneliti menggunakan observasi partisipasi aktif, dimana peneliti ikut terlibat dalam beberapa aktivitas yang dilakukan oleh informan tetapi tidak sepenuhnya lengkap. Sebab dengan partisipasi aktif maka peneliti akan mengetahui bagaimana seorang ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif kepada anaknya pada saat berada dirumah.

Dengan observasi partisipasi ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan mengetahui sejauh mana seorang ibu memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.

Sebagian besar data observasi partisipatif terdiri dari catatan lapangan (field notes) rinci yang dicatat catatan peneliti dalam sebuah buku catatan lapangan.

Meski biasanya tekstual, data tersebut juga dapat mencakup peta dan diagram lain, seperti pola kekerabatan atau bagan organisasi. Kadang-kadang, observasi partisipatif juga melibatkan kuantifikasi sesuatu dan, sebagai hasilnya, menghasilkan data numerik. Contohnya, peneliti dapat menghitung jumlah orang yang masuk ruang tertentu dan terlibat dalam kegiatan tertentu selama segmen waktu tertentu (Mack, dkk., 2005 dalam(Kusumawardani et al., 2015) Metode observasi partisipatif dalam sebuah proyek penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif pada tahap awal dapat digunakan untuk memfasilitasi dan membangun hubungan yang positif antara peneliti dengan informan kunci maupun stakeholder lain. Hubungan menjadi penting untuk keberlanjutan penelitian, termasuk untuk memperoleh akses terhadap informan potensial. Sering kali peneliti kualitatif di lapangan memiliki hubungan yang sangat baik dengan informan kunci bahkan cenderung secara pribadi. Hal ini

harus menjadi perhatian peneliti dalam mencatat informasi yang timbul dalam pengamatannya. Perlu dipastikan atau bila perlu meminta persetujuan untuk memasukkan informasi tersebut sebagai catatan resmi lapangan

Kekuatan pengumpulan data menggunakan metode observasi partisipatif adalah memungkinkan untuk membuka wawasan peneliti terhadap sebuah konteks, hubungan, dan perilaku. Metode ini juga dapat memberikan informasi, yang bisa jadi sebelumnya tidak diketahui peneliti, yang sangat penting untuk desain penelitian, pengumpulan data, dan interpretasi data lainnya. Sedang kelemahan utama metode observasi partisipatif adalah membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, proses pendokumentasian sangat tergantung pada memori, disiplin, dan ketekunan peneliti. Metode observasi partisipatif juga membutuhkan kesadaran peneliti untuk sebuah objektivitas karena metode ini sangat subjektif peneliti. Tetap saja objektivitas disini terasa sangat relatif karena pemilihan topik penelitian ataupun metode pengumpulan data juga merupakan sebuah pilihan atau subjektivitas peneliti sendiri (Kusumawardani et al., 2015).

7.8.2 Wawancara Mendalam

Menurut (Moleong, 2005) wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif.

Dalam metode kualitatif ini ada dikenal dengan teknik wawancara mendalam (In-depth Interview).Pengertian wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah keterlibatannya dalam kehidupan responden/informan.

Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam sangat berguna ketika objek dari penelitian tentang topik yang di luar norma dan asumsi yang sering kali tidak dibicarakan secara eksplisit dalam praktik sehari-hari sebuah kelompok/komunitas (Murphy and Dingwall, 2003).

Marvasti (2004) menyatakan bahwa saat ini model wawancara mendalam secara bertahap bergeser ke arah gagasan analitis yang lebih kompleks, bahwa wawancara adalah acara sosial yang menciptakan versi tertentu dari realitas sosial. Sebelumnya, pemahaman wawancara mendalam hanya sebagai alat penelitian didasarkan secara sederhana pada pertanyaan dan jawaban. Teknik wawancara mendalam mendorong peneliti yang berkeinginan untuk mempelajari segala sesuatu dari peserta, agar dapat berbagi tentang topik penelitian. Peneliti terlibat dengan peserta dengan mengajukan pertanyaan secara netral, mendengarkan dengan penuh perhatian tanggapan peserta, dan mengajukan pertanyaan tindak lanjut dan menggali berdasarkan respons.

Mereka tidak membawa peserta sesuai dengan praduga, juga tidak mendorong peserta untuk memberikan jawaban tertentu dengan mengekspresikan persetujuan atau ketidaksetujuan dari apa yang mereka nyatakan.

Data wawancara mendalam biasanya terdiri atas hasil rekaman audio, transkrip dari rekaman audio, dan dari buku catatan pewawancara. Catatan dapat berupa dokumentasi peneliti tentang isi wawancara, peserta, dan konteks saat wawancara sedang berlangsung. Data hasil transkrip dari rekaman adalah bentuk paling dimanfaatkan dari wawancara mendalam. Selama tahap analisis data penelitian, setelah pengumpulan data, transkrip diberi kode menurut tanggapan peserta untuk setiap pertanyaan dan/atau tema yang muncul paling menonjol dalam momen wawancara. Kekuatan dari metode pengumpulan data kualitatif dengan wawancara mendalam adalah kita dapat memperoleh respons yang mendalam, dengan nuansa dan kontradiksi yang terkandung di dalam- Nya. Kita juga akan mendapatkan perspektif interpretasi dari informan tentang suatu hubungan antar peristiwa atau fenomena tertentu berdasarkan cara dia melihat dan memaknai sesuai dengan keyakinannya (Kusumawardani et al., 2015)

7.8.3 Fokus Group Diskusi

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. FGD dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi antara peneliti dengan informan dan informan dengan informan

penelitian.Secara sederhana, (Marvasti, 2004) menyatakan bahwa dalam focus group, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada sejumlah responden pada saat yang sama untuk “merangsang diskusi dan dengan demikian memahami (melalui analisis lebih lanjut) makna dan norma-norma yang mendasari jawaban-jawaban kelompok”.

Meski pada prinsipnya sama, (Berg, 2001) mendefinisikan focus groups sebagai gaya wawancara yang dirancang untuk kelompok-kelompok kecil.

Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti berusaha untuk belajar melalui diskusi tentang karakteristik psikologis dan sosial budaya sadar, setengah sadar, dan tidak sadar dan proses antara berbagai kelompok.

Sebagai sebuah metode penelitian kualitatif, maka FGD adalah sebuah upaya yang sistematis dalam pengumpulan data dan informasi. Sebagaimana makna dari FGD, maka terdapat 3 kata kunci, yaitu:

1. Diskusi bukan wawancara atau obrolan 2. Kelompok bukan individual

3. Terfokus bukan bebas

Dengan demikian, FGD dilakukan dengan cara berdiskusi dengan para narasumber di suatu tempat dan dibantu dengan seseorang yang memfasilitatori pembahasan mengenai suatu masalah dalam diskusi tersebut dan biasanya disebut moderator.

Permasalahan yang dibahas dalam FGD sangat spesifik karena untuk memenuhi tujuan yang sudah jelas. Oleh karena itu, pertanyaan yang disusun dan diajukan kepada para peserta FGD jelas dan spesifik. Banyak orang berpendapat bahwa FGD dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Artinya, diskusi yang dilakukan ditujukan untuk mencapai suatu kesepakatan tertentu mengenai suatu permasalahan yang dihadapi oleh para peserta. Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat.

Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. Dengan kata lain bahwa hasil FGD tidak bisa dijadikan patokan dalam mengambil kesimpulan dari hasil penelitian.

Alat kelengkapan focus groups bisa terdiri dari rekaman audio; atau bila memungkinkan rekaman visual-audio, transkrip dari rekaman tersebut, catatan moderator dan catatan dari notulen diskusi, dan bisa ditambah dengan catatan dari sesi tanya jawab yang diadakan setelah kelompok fokus. Rekaman visual- audio (video) akan sangat membantu peneliti dalam merekam ekspresi, reaksi, dan emosi pada saat diskusi berlangsung. Hal ini penting dilakukan untuk memudahkan peneliti membangun kembali memori tentang suasana pada saat diskusi sedang berlangsung.

Kelebihan metode focus group bila dibandingkan dengan wawancara mendalam adalah bahwa focus group mampu memunculkan informasi tentang berbagai norma dan opini dalam waktu singkat (Stringer, 2004; Mack, dkk., 2005 dalam(Kusumawardani et al., 2015), serta dinamika dalam wawancara kelompok mampu untuk merangsang reaksi atau percakapan. Morgan (1997)(Kusumawardani et al., 2015) mengakui bahwa focus groups mampu memberikan pandangan yang lebih luas dibandingkan dengan wawancara mendalam.

7.8.4 Informan

Pengertian informan adalah subyek penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai fenomena/permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, informan terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Informan kunci 2. Informan utama 3. Informan Pendukung

Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi secara menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Informan kunci bukan hanya mengetahui tentang kondisi/fenomena pada masyarakat secara garis besar, juga memahami informasi tentang informan utama. Dalam pemilihan informan kunci tergantung dari unit analisis yang akan diteliti. Misalnya pada unit sebuah organisasi, informan kuncinya adalah pimpinan organisasi tersebut.

Informan kunci sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan tempat bertanya oleh peneliti. Untuk itu sebaiknya dalam pengumpulan data peneliti sebaiknya

memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang masalah yang diamati.

Dengan demikian terdapat empat kriteria dalam menentukan informan kunci (Martha and Kresno, 2016):

1. Harus menjadi peserta aktif dalam kelompok, organisasi, atau budaya yang diteliti, atau telah melalui tahap enkulturasi

2. Harus terlibat dalam budaya yang diteliti “saat ini”. Penekanan “saat ini” sangat penting, karena jangan sampai informan kunci lupa dengan masalah yang akan diteliti

3. Harus memiliki waktu yang memadai. Informan kunci tidak cukup hanya memiliki kemauan, namun dapat memberikan informasi kapan pun saat dibutuhkan

4. Harus menyampaikan informasi dengan bahasa sendiri (natural).

Sebaiknya informan yang menyampaikan informasi dengan “bahasa analitik” dihindari karena informasi yang dihasilkan sudah tidak natural.

Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor utama” dalam sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian informan utama adalah orang yang mengetahui secara teknis dan detail tentang masalah penelitian yang akan dipelajari. Misalnya pada penelitian tentang perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu sebagai informan utama adalah ibu yang memiliki Balita, sedangkan sebagai informan kunci adalah kader posyandu.

Informan pendukung merupakan orang yang dapat memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam penelitian kualitatif. Informan tambahan terkadang memberikan informasi yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan kunci. Misalnya pada penelitian tentang implementasi budaya keselamatan pada pekerja bagian produksi di sebuah perusahaan manufaktur, sebagai informan bisa dipilih dari bagian yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi atau bagian yang menikmati output dari bagian produksi misalnya bagian gudang. Sementara sebagai informan utama adalah karyawan bagian produksi dan sebagai informan kunci adalah manajer produksi atau manajer HSE (K3).

Dalam penelitian kualitatif tidak harus terdiri dari tiga jenis informan di atas, hal ini tergantung pada konteks permasalahan penelitian. Penggunaan ketiga

jenis informan diatas adalah untuk tujuan validitas data menggunakan metode triangulasi. Peneliti sebaiknya mengumpulkan informasi dari informan tersebut secara berurutan mulai dari informan kunci, informan utama, dan informan pendukung. Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya jumlah sampel minimum (sample size). Umumnya penelitian kualitatif menggunakan jumlah sampel kecil. Bahkan pada kasus tertentu menggunakan hanya 1 informan saja. Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan jumlah informan yaitu kecukupan dan kesesuaian (Martha and Kresno, 2016).

Pemilihan informan dapat didasarkan pada dua aspek yaitu teori dan praduga, yang keduanya berlandaskan pada kedalaman pemahaman atau pengalaman dari responden/informan (bukan didasarkan pada pilihan yang acak).

Pemilihan informan berdasarkan teori atau theoretical sampling cocok dilakukan jika tujuan utama pengumpulan data adalah untuk mengembangkan teori secara substantif. Teknik pemilihan informan dengan praduga (A priori sampling) sering digunakan dalam penelitian kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan menentukan karakteristik informan berdasarkan masalah dan tujuan penelitian. Misalnya jika penelitian kualitatif bermaksud mendalami perilaku kesehatan dan perilaku remaja pada satu komunitas, maka informan penelitian akan dipilih dari komunitas tersebut (Ulin, Robinson and Tolley, 2005).

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif sepenuhnya ditentukan oleh peneliti, sehingga(Patton, 2002) menyebutnya dengan purposeful sampling, yaitu memilih kasus yang informatif (information-rich cases) berdasarkan strategi dan tujuan yang telah ditetapkan peneliti, yang jumlahnya tergantung pada tujuan dan sumberdaya studi.