Endapan Mineral Logam Tipe
2. Penyajian 1. Uraian
A. Gambaran Umum Endapan Mineral Logam Tipe Epitermal Epitermal dapat didefinisikan sebagai salah satu tipe endapan mineral logam yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk- alkali yang sering kali (tidak selalu) endapannya dijumpai di dalam produk vulkanik (sedimen vulkanik). Endapan epitermal sering juga disebut endapan urat, stockwork, hot spring, volcanic hosted dan lain-lain.
Menurut Hedenquist (1996), endapan epitermal mempunyai karakteristik dan klasifikasi sebagai berikut:
• Karakteristik
– Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
– Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
– Jenis air: air meteorik dengan sedikit air magmatik
• Klasifikasi:
– High sulphidation (acid sulfate type) – Low sulphidation (adularia-sericite type)
Istilah sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi dalam endapan epitermal juga dicetuskan oleh White dan Hedenquist (1995).
Batasan kedua istilah tersebut didasarkan pada bilangan redoks (reduksi-oksidasi) unsur S dalam larutan mineralisasi. Unsur S dalam sistem hidrothermal yang mendekati PH netral umumnya memiliki bilangan redoks terendah -2, misalnya senyawa H2S, kondisi ini diistilahkan sebagai sulfidasi rendah. Istilah sulfida tinggi digunakan untuk unsur S dalam hidrotermal vulkanik yang mempunyai bilangan redoks mendekati +4, misalnya senyawa SO2. Ciri-ciri endapan epitermal yang membedakan dengan endapan lainnya dapat dilihat berdasarkan parameter tatanan tektonik, kontrol struktur regional, kontrol struktur lokal, pola mineralisasi, tekstur mineralisasi, dimensi endapan, host rock, hubungan waktu, asosiasi geokimia, mineral bijih, logam yang diproduksi, asosiasi mineral ubahan, ubahan batuan samping, temperatur pengendapan bijih, sifat larutan, kedalaman pengendapan dan sumber sulfida seperti pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Model endapan mineral logam tipe epitermal (Corbett, 2002)
B. Epitermal Sulfida Rendah
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfida rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling (pendidihan) sebagai mekanisme pengendapan mineral- mineral bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan
tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi dan pemekaran.
Pada endapan ini pH mendekati netral dan fluida mngalami proses reduksi sehingga membentuk mineral sulfida rendah.
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2
menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfida rendah. Endapan epitermal sulfida rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur. Larutan bijih dari sistem sulfida rendah bersifat alkali hingga netral yaitu pH=7 dengan kadar garam rendah sekitar 0-6 wt% NaCl, memiliki komposisi CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Pada mineralogi bijih endapan epithermal sulfida rendah banyak terdapat mineral spalerit dan arsenopirit. Namun, mineral ini jarang ditemukan pada endapan sulfida tinggi. Adularia dan kalsit merupakan mineral yang mengindikasikan kondisi pH mendekati netral yang mana umum dijumpai pada endapan epithermal sulfida rendah dan tidak ditemui pada sulfida tinggi.
fosfat-mineral sulfat sedikit dijumpai pada endapan epithermal sulfida rendah tetapi banyak dijumpai pada endapan sulfida tinggi.
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfida rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi. Struktur yang berkembang pada sistem sulfida rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform (Gambar 5.2), dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996).
Karakteristik endapan epithermal sulfida rendah menurut Corbett dan Leach (1996) ditunjukkan seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik endapan epithermal sulfida rendah (Corbett dan Leach, 1997)
Tipe endapan Sinter breccia, stockwork Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift
Tekstur Colloform atau crusstiform
Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfide Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross
Gambar 5.2. Kenampakan tekstur urat colloform pada endapan mineral logam tipe sulfida rendah di Bulgaria
(Marinova, 2013)
Menurut Thompson dan Thompson (1996) membagi tipe alterasi untuk endapan epitermal sulfidasi rendah (low sulphidation) menjadi 6 tipe alterasi dengan beberapa zona himpunan mineral dan mineral kuncinya. Enam tipe alterasi yaitu silisik-adularia, serisitik, argilik, argilik lanjut-asam sulfat, silika- karbonat, propilitik-alterasi zeolitik. Secara garis besar alterasi dan mineralisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Pada endapan epitermal sulfida rendah, keberadaan urat
lebar, kelurusan, branching, serta hubungan dengan urat lainya.
Tekstur urat terdiri dari berbagai macam namun secara genetik dibagi menjadi tekstur primer, tekstur rekristalisasi dan tekstur penggantian. Pada urat tersebut juga umum didapatkan endapan mineral bijih yang ekonomis. Endapan tersebut dipengaruhi oleh kehadiran larutan hidrotermal.
Tabel 5.2. Karakteristik himpunan mineral alterasi endapan epitermal sulfidasi rendah Thompson dan Thompson (1996)
Kumpulan mineral (mineral kunci/penciri yang
dicetak tebal)
Terminologi
standar Lingkungan pembentukan Kuarsa, kalsedon,
opal, pirit, hematit
Silisik Penggantian total dari batuan oleh mineral silika. Muncul dalam sistem geotermal dan epitermal sebagai alterasi batuan dinding disekitar rekahan dan urat atau dalam zona permeabel, biasanya tidak begitu dalam. Juga dapat terbentuk sebagai selimut seperti suatu zona penggantian pada muka air tanah Ortoklas
(“adularia”), kuarsa, serisit-illit, pirit
“adularia” Terbentuk dari alterasi batuan dinding disekitar urat, rekahan atau zona permeabel. Biasanya merupakan hasil dari penggantian plagioklas dari alterasi yang tertutup. Sering terbentuk pada kedalaman dangkal hingga sedang pada sistem epitermal dan geothermal.
Serisit (muskovit), illit-smektit, kaolinit, monmorilonit, kuarsa, kalsit, dolomit, pirit
Serisitik, argilik Muncul sebagai alterasi batuan dinding disekitar urat dan zona penggantian pada batuan yang permeabel. Dapat menunjukkan progresi dari serisitik hingga lempung berlapis dengan jarak yang semakin jauh.
Kaolinit, alunit, kristobalit (opal, kalsedon), sulfur, jarosit, pirit
Argilik lanjut – asam sulfat
Terbentuk secara ekstensif diatas muka air tanah (paleowater) yang berhubungan dengan kondensasi dan oksidasi dari gas (H2S).
Kuarsa, kalsit Silika– karbonat Penggantian dari batuan ultramafik di daerah dangkal, suhu rendah pada sistem geotermal.
Kumpulan mineral (mineral kunci/penciri yang
dicetak tebal)
Terminologi
standar Lingkungan pembentukan Kalsit, epidot,
wairakit, klorit, albit, illit-smektit, pirit, monmorilonit,
Propilitik, alterasi zeolitik
Muncul sebagai zona alterasi regional yang ekstensif dalam sistem.
Perubahan mineralogi yang terbentuk dari zeolit hingga propilitik menunjukkan peningkatan kedalaman dan suhu.
C. Epitermal Sulfida Tinggi
Endapan high-sulphidation umumnya terbentuk pada dua tatanan geologi utama yaitu pada busur gunungapi vulkanik dan pada batas lempeng benua. Kontrol utama yang mempengaruhi terbentuknya endapan berupa struktur patahan atau kekar intensif.
Mineralisasi tipe high-sulphidation ini berkaitan dengan endapan porfiri, terletak di antara permukaan bumi dan intrusi magma dangkal. Endapan ini terbentuk akibat fluida magmatik dengan komposisi utama SO2, HF, HCl yang bercampur dengan air meteorik (airtanah) sehingga bereaksi membentuk asam kuat yang menginvasi batuan dinding, sehingga yang tersisa hanya larutan silika dan umumnya membentuk lubang-lubang yang disebut vuggy silica.
Batuan dinding (host rock) umumnya berupa batuan dengan komposisi kalk-alkali intermediet. Tubuh mineral bijih terdapat di sekitar korok hingga daerah proksimal gunungapi. Potensi cadangannya masuk dalam kelas dunia, seperti di El-Indio, Tambo,
Endapan high-sulphidation berasosiasi dengan timbal (Pb) dalam jumlah sedikit, sedangkan endapan low-sulphidation dominan berasosiasi dengan logam dasar Pb-Zn. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembentukan endapan high-sulphidation dipengaruhi oleh suhu yang tinggi, salinitas besar, dan keasaman tinggi. Berdasarkan lokasi pembentukannya endapan high- sulphidation dibagi menjadi tiga yaitu dangkal, intermediet.
Menurut Thompson dan Thompson (1996) membagi tipe alterasi untuk endapan epitermal sulfida tinggi (high sulphidation) menjadi 4 tipe alterasi dengan beberapa zona himpunan mineral dan mineral kuncinya. Empat tipe alterasi yaitu silisifikasi, argilik lanjut-asam sulfat, argilik-argilik menengah, propilitik. Alterasi dan mineralisasi endapan epithermal sulfida tinggi ini bekembang/meluas dengan meningkatnya kedalaman dari lingkungan epithermal melalui mesothermal hingga lingkungan porfiri.
Zona alterasi pada endapan sulfida tinggi dipengaruhi oleh kontrol struktur dan litologi. Kumpulan zona alterasi dapat dibagi menjadi tiga zona alterasi utama yaitu bagian tengah kuarsa-alunit, filik atau argilik dan bagian paling luar zona propilitik. Secara garis besar alterasi pada endapan epithermal sulfida tinggi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3. Zona kuarsa-alunit biasanya terdiri dari karakteristik inti batuan dari kelompok mineral silika, terutama kuarsa tetapi pada kedalaman yang lebih dangkal terdapat kristalobalit, tridimit, dan atau silika opal yang menunjukkan
tekstur berongga yang mengindikasikan adanya proses pencucian (leaching) asam yang intensif.
Zona vuggy quartz terdapat pada bagian tengah dan meningkat ke bagian luar menjadi zona silisifikasi yang terdiri dari kelompok mineral alunit yang terbentuk pada pH 2-3 (Gambar 5.3).
Zona silika-alunit tengah dikelilingi oleh alterasi argilik/argilik lanjut pada bagian tepinya yang terdiri dari kelompok mineral kaolin seperti piropilit, dickite, kaolin yang mengindikasikan pembentukan pada pH sekitar 4 (Gambar 5.4). Semakin ke bagian luar menjadi kelompok mineral illit seperti serisit, illit, illit-smektit, smektit, karena fluida menjadi lebih netral dengan pH sekitar 5.
Kumpulan mineral ini terbentuk pada setiap zona yang bergantung pada suhu dan pH fluida asam, komposisi batuan asal dan kondisi fisika-kimia air yang terdapat pada batuan asal. Semakin ke bagian luar kelompok mineral illit menjadi alterasi sub-propilitik atau pada kondisi suhu tinggi yang lebih dalam menjadi alterasi propilitik.
Tabel 5.3. Karakteristik himpunan mineral alterasi endapan epitermal sulfidasi tinggi Thompson dan Thompson (1996)
Kumpulan mineral (mineral kunci/penciri
yang dicetak tebal)
Terminologi
standar Lingkungan pembentukan Kuarsa, rutil, alunit, native
sulphur, barit, hematit, jarosit
Vuggy silica, vuggy quartz
Terbentuk pada zona struktural atau sebagai penggantian pada litologi permeabel, biasanya pada inti batuan zona alterasi argilik lanjut.
Pembentukan proses leaching ini dapat terjadi pada bagian atas sistem porfiri tetapi biasanya pada epithermal suhu tinggi.
Kuarsa, kalsedon, alunit, barit, pirit, hematit
Silisifikasi Menunjukkan penambahan silika pada batuan, berasal dari penggantian (replacement), atau biasanya mengisi rongga selama proses leaching berlangsung secara intensif. Terjadi pada sistem sulfida tinggi atau porfiri.
Kuarsa, alunit, kaolinit/dickite, diaspor, piropilit, rutil, zunyte, alumino phosphate- pirit, hematit
Argilik lanjut - asam sulfat
Terbentuk pada zona yang luas pada bagian atas sistem porfiri berupa lithocap, juga merupakan alterasi pada endapan epithermal sulfida tinggi.
Kaolinit/dickite,
montmorillonit, illit- smektit, kuarsa, pirit
Argilik, argilik menengah
Terbentuk pada zona alterasi diantara alterasi argilik lanjut dan alterasi propilitik, umumnya pada epithermal sulfidasi tinggi.
Kalsit, klorit, epidot, albit, serisit, clay, pirit.
Propilitk Terjadi pada zona alterasi paling luar secara regional pada kedalaman yang sedang (> 500 m)
Gambar 5.4. Mineral alunit pada alterasi endapan tipe epitermal sulfida tinggi
(Sutopo, 2013)
D. Keterdapatan Endapan Mineral Logam Tipe Epitermal di Martabe, Sumatera Utara, Indonesia
Martabe adalah salah satu daerah prospek emas bertipe epitermal sulfida tinggi yang berada di Martabe, Sumatera Utara (Gambar 5.5). Secara geologis, daerah prospek emas Martabe terletak pada Busur Vulkanik Sumatera berumur Kenozoikum yang perpanjangannya membentuk Busur Sunda-Banda di sebelah baratlaut sepanjang 1.600 km. Zona subduksi di sekitar Lempeng Samudera Hindia sepanjang busur tersebut mempengaruhi terbentuknya sesar regional, aktifitas seismik dan aktifitas vulkanik lainnya. Sistem Sesar Sumatera (Sumatran Fault System) membentang sepanjang Pulau Sumatera dan berada kurang lebih 10 km dari wilayah Martabe, di sebelah timur membentuk pull a part graben yang terisi oleh endapan volkano-sedimen terlitifikasi yang terdiri dari lapisan batupasir, batulanau, batulempung karbonan serta aliran lava andesitik (Sutopo, 2013). Keberadaan endapan emas di Martabe erat kaitannya dengan batuan vulkanik seperti andesit, dasit, basal dan breksi vulkanik.
Gambar 5.5. Lokasi daerah prospek Martabe (Sutopo, 2013)
Cadangan sumberdaya mineral di daerah prospek Martabe diperkirakan mencapai 8,1 juta oz emas dan 69 juta oz perak.
Cadangan tersebut tersebar di tiga pit yang sudah dioperasikan yaitu Purnama Pit, Ramba Joring Pit dan Barani Pit. Tiga lainnya yaitu Uluala Hulu, Tor Uluala dan Horas belum beroperasi.
Berdasarkan cadangan yang ada tersebut, dapat diperkirakan umur deposit tambang emas Martabe bisa mencapai 15-16 tahun.
Secara umum, alterasi di Martabe diklasifikasikan sebagai alterasi silika, argilik lanjut (zona kaya alunit dan kaolinit), argilik dan propilitik (Gambar 5.6). Bagian inti/tengah dari zona alterasi di Martabe biasanya berupa dari breksiasi, kuarsa masif dan vuggy quartz (Gambar 5.7). Bagian luar dari zona inti tersebut terdapat zona ubahan argilik lanjut dari sub-tipe alunitik dan kaolinitik.
Kemudian selanjutnya terdapat alterasi argilik lanjut menuju zona ubahan argilik dari ilit yang dikelilingi oleh zona pheriperal dari
perubahan propilitik pervasif, terdiri dari epidot, klorit dan kalsit.
Zona alterasi kemungkinan besar terjadi dalam beberapa tahap dan kira-kira terbentuk bersamaan dengan proses magmatisme.
Gambar 5.6. Model alterasi prospek Martabe (Sutopo, 2013)
Gambar 5.7. (A) Keterdapatan mineral barit pada kuarsa masif, (B) Keterdapatan mineral barit pada vuggy quartz
(Sutopo, 2013)
2.2. Latihan
Buatlah kelompok dengan anggota kelompok 4-6 orang,
Isi memuat: kondisi geologi daerah yang berpotensi, karakteristik endapan mineral logam tipe epitermal meliputi alterasi dan mineralisasi. Poster dibuat dengan ukuran A2, boleh ditulis dan gambar manual maupun cetak digital, dikumpulkan pada pertemuan berikutnya!
3. Penutup 3.1. Rangkuman
Endapan mineral logam tipe epitermal dapat didefinisikan sebagai salah satu tipe endapan mineral logam yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat permukaan sehingga mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah. Endapan mineral logam tipe epitermal berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali yang sering kali (tidak selalu) endapannya dijumpai di dalam produk vulkanik (sedimen vulkanik). Endapan mineral logam tipe epitermal terbagi menjadi dua yaitu sulfida rendah dan sulfida tinggi.
Ciri-ciri endapan epitermal yang membedakan dengan endapan lainnya dapat dilihat berdasarkan parameter tatanan tektonik, kontrol struktur regional, kontrol struktur lokal, pola mineralisasi, tekstur mineralisasi, dimensi endapan, host rock, hubungan waktu, asosiasi geokimia, mineral bijih, logam yang diproduksi, asosiasi mineral ubahan, ubahan batuan samping, temperatur pengendapan bijih, sifat larutan, kedalaman pengendapan dan sumber sulfida.
Martabe adalah salah satu daerah prospek emas bertipe epitermal sulfida tinggi yang berada di Martabe, Sumatera Utara.
Keberadaan endapan emas di Martabe erat kaitannya dengan batuan vulkanik seperti andesit, dasit, basal dan breksi vulkanik.
Cadangan sumberdaya mineral di daerah prospek Martabe diperkirakan mencapai 8,1 juta oz emas dan 69 juta oz perak.
Cadangan tersebut tersebar di tiga pit yang sudah dioperasikan yaitu Purnama Pit, Ramba Joring Pit dan Barani Pit.
3.2. Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar!
1. Endapan epitermal memiliki suhu pembentukan sekitar
……….
a. 50-250°C b. 800-1000°C c. 1000-1500°C d. -100°C
2. Ciri-ciri endapan mineral logam tipe epitermal dapat dilihat dari parameter berikut ini kecuali ……….
a. Tatanan tektonik
b. Kontrol struktur regional
c. Kontrol batuan metamorf yang terbentuk d. Kontrol struktur lokal
b. Piropilit c. Hazburgit d. Pegmatit
4. Keberadaan endapan mineral logam tipe epitermal di daerah Martabe, Sumatera Utara erat kaitannya dengan batuan vulkaniks ebagai berikut kecuali ……….
a. Tonalit b. Andesit c. Dasit d. Basal
5. Zona argilik lanjut pada prospek Martabe merupakan zona yang kaya akan mineral ……….
a. Alunit dan feldspatoid b. Alunit dan bornit c. Alunit dan kaolin d. Alunit dan zeolit
3.3. Umpan Balik
Mahasiswa dianggap mampu memahami konsep dasar endapan mineral logam tipe epitermal, genesa pembentukan, alterasi serta mineralisasi dari endapan mineral logam tipe epitermal dan dapat menganalisa perbedaan antara epitermal sulfida rendah dan epitermal sulfida tinggi paling tidak 80% benar.
3.4. Tindak Lanjut
Mahasiswa dapat melanjutkan ke materi selanjutnya jika mampu menjawab tes formatif dan latihan dengan benar minimal 80% dari keseluruhan soal.
3.5. Kunci Jawaban Test Formatif Jawaban test Formatif :
1. A
2. C
3. B
4. A
5. C
Daftar Pustaka
Corbett, Greg., 2002. Epithermal Gold For Explorationists.
Australia. Paper 2002-01, February 2002
Corbett, G.J., dan Leach, T.M., 1997, Southwest Pacific Gold – Copper Systems: Structure, Alteration and Mineralization, Auckland: CMS New Zealand Ltd, Short Course Manual.
Hedenquist, Jeffrey W., 1996. Epithermal Gold Deposit: Styles, Characteristics and Exploration. Society of Resource Geology. Tokyo. Jepang.
Marinova, I.K., 2013, Colloidal Origin Of The Colloform-Banded Macro Texture In The Epithermal, Low-Sulfidation, Sedimentary Rock Hosted Au-Ag Khan Krum Deposit, Bulgaria, Comptes rendus de l'Académie bulgare des sciences: sciences mathématiques et naturelles, 66(8):
1145-1150,
Thompson, A.J.B., dan Thompson, J.F.H., 1996. Atlas of Alteration: A Field and Petrographic Guide to Hydrothermal Alteration Minerals. Geological of Assosiation Canada Mineral Deposit Division: Canada Sutopo, B., 2013, The Martabe Au-Ag High-Sulfidation Epithermal
Deposits, Sumatra, Indonesia: Implications For Ore Genesis And Exploration, Australia: University of Tasmania
Senarai
Salinitas : tingkat kadar garam di air.
Reduksi- oksidasi (redoks)
: istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom- atom dalam sebuah reaksi kimia.
Proksimal gunungapi
: merupakan salah satu zona pembagian kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau fasies pusat.
Magmatisme : Seluruh rangkaian proses dari mulai
peleburan batuans ehingga membentuk magma, proses naiknya magma karena proses difusi hingga proses pendingan magma yang nantinya akan membentuk batuan beku.
Sesar Sumatera
: sesar geser yang sangat aktif di daratan yang membelah pulau Sumatera, mulai dari teluk Semangko, membentang sepanjang pegunungan Bukit Barisan sampai wilayah Aceh di Utara, sejajar dengan batas lempeng atau dearah subduksi sebelah Barat.
F. POKOK BAHASAN VI : ENDAPAN MINERAL LOGAM TIPE SKARN
1. Pendahuluan 1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan mengenai jenis endapan mineral logam tipe skarn dengan cakupan aspek meliputi definisi secara umum, proses yang terjadi dalam pembentukan endapan mineral logam tipe skarn, alterasi dan mineralisasi pada endapan mineral logam tipe skarn, dan keterdapatan cebakan skarn yang ada di beberapa lokasi.
1.2. Relevansi
Endapan mineral logam tipe skarn merupakan salah satu jenis manifestasi hasil proses alterasi yang menghasilkan beberapa mineral ekonomis yang mana berasal dari serangkaian tahap terkait pengendapan mineral. Proses yang berlangsung melibatkan adanya batuan asal yang masih asli dan lebih lanjut terpengaruh fluida hidrotermal, terutama pada batuan asal jenis karbonatan.
1.3. Capaian Pembelajaran
1.3.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa akan dapat Menjelaskan (C2) mengenai pengertian dan ruang lingkup pembelajaran endapan mineral, Memahami (C3) berbagai sifat dan