• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyajian Data Penelitian

Dalam dokumen Tesis - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 81-115)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Penelitian

Kantor Pengadilan Negeri Makassar berada di jalan R.A.Kartini Nomor 18/23, Kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan dan berada pada titik koordinat 119º 24' BT-5º 8' 90,7" LS. Adapun batas-batasnya sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Jln. Kartini; Sebelah timur berbatasan dengan Jln. Sudirman; Sebelah selatan berbatasan dengan Jln Ammanagappa;

Sebelah barat berbatasan dengan gedung kejaksaan negeri makassar.

Menurut catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada tahun 1915 dengan nama Raad van Justitia.

Dahulu bangunan ini menghadap tiga jalan, yaitu Juliana Weg di utara (sekarang jalan Kartini), Hospital Weg di timur (sekarang jalan Sudirman), dan Justitia Laan di selatan (Sekarang Jalan Ammanagappa) (Asmunandar, 2008). Pada era pasca kemerdekaan nama kantor ini berganti menjadi Pengadilan Negeri Makassar dan nama ini pun yang tercantum dalam SK Penetapan BCB oleh Menbudpar tahun 2010. Saat ini, namanya berubah lagi menjadi Kantor Pengadilan Negeri Kelas 1a Khusus Makassar. Dahulu, bangunan ini terbagi menjadi dua fungsi yakni Raad van Justitia, merupakan pengadilan untuk orang-orang cina, dan orang pribumi keturunan bangsawan yang letaknya dibagian utara

bangunan, dan Landraad yang merupakan pengadilan untuk orang-orang Pribumi, letaknya dibagian selatan bangunan.

a. Visi dan Misi

Pengadilan Negeri Makassar memiliki visi dan misi untuk mengarahkan lembaga ini. Visi lembaga ini yaitu; “Terwujudnya Pengadilan Negeri Makassar Kelas IA Khusus yang Agung". Misi Pengadilan Negeri Makassar yaitu;

a) Menjaga kemandirian Pengadilan Negeri Makassar Kelas IA Khusus.

b) Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan.

c) Meningkatkan kualitas kepemimpinan di Pengadilan Negeri Makassar Kelas IA Khusus.

d) Meningkatkan kredibilitas dan transparansi di Pengadilan Negeri Makassar Kelas IA Khusus.

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Pengadilan Negeri Makassar mencakup kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Dasar pasca Amandemen).

Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung RI, Badan- badan peradilan lain di bawah Mahkamah Agung (Peradilan Umum,

PTUN, Peradilan Militer, Peradilan Agama) serta Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945).

Penyelenggaraan kekuasaan Kehakiman tersebut diserahkan kepada badan-badan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya). (Pasal 2 ayat (1). Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2).

Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986) Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986). Selain menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang- Undang.

c. Deskripsi Wilayah Hukum

Pengadilan Negeri Makassar memiliki cakupan wilayah hukum.

Secara geografis, Kota Makassar terletak di pesisir pantai barat bagian selatan sulawesi selatan, pada koordinat antara 119° 18‟ 27,97” sampai 119° 32´31,03” bujur timur dan 5° 30´18” - 5° 14‟ 49” lintang selatan.

Ketinggian kota ini bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut, suhu udara antara 20°c - 32°c, memiliki garis pantai sepanjang 32 km dan area seluas 175,77 kilometer persegi, serta terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan.

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada di koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.

Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea, dan Biringkanaya.

1. Deskripsi Penerapan Statement Analysis Terhadap Percakapan Sidang Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar

Forensik bahasa telah menjadi salah satu pendekatan paling mutakhir dalam ilmu linguitik yang menjadikan bahasa sebagai medan analisis yang bertujuan memberikan kontribusi pada penegakan hukum dalam suatu negara. Dalam linguistik forensik juga terdapat banyak pendekatan analitis yang dikembangkan, salah satunya adalah analisis statemen (statement analysis) sebagai suatu pendekatan kajian terhadap objek percakapan dalam suatu persidangan. Penelitian ini menerapkan pendekatan analisis ini untuk membedah percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar. Dengan demikian, ada dua tujuan utama penelitian ini yaitu; (1) melakukan kajian linguistik forensik penerapan statement analysis terhadap Percakapan Sidang Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar; dan (2) untuk mengetahui apa saja kontribusi linguistik forensik penerapan statement analysis terhadap Percakapan Sidang Kasus Pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar.

Penelitian telah dilakukan untuk menghimpun data penelitian berupa hasil rekaman percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar. Hasil data ini kemudian dilakukan penyimakan secara seksama dengan cara peneliti mendengarkan rekaman berulang kali kemudian melakukan pencatatan. Data hasil

catatan kemudian dihimpun menjadi data tulis hasil rekam percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar.

Statement analysis digunakan sebagai instrumen analisis untuk mengungkap potensi kebohongan yang memungkinkan terjadi dalam suatu momentum perilaku berbahasa. Pendekatan ini pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1954, kemudian dikembangkan di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. Model kerja analisis ini mengkaji tuturan lisan maupun tertulis. Kurang lebih terdapat dua puluh satu kriteria dalam pendekatan analisis ini. Percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar melibatkan percakapan antara hakim, terdakwa, saksi dan jaksa, temuan hasil analisis penerapan dua puluh satu pendekatan terhadap percakapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Penggunaan Frase Syarat Tindakan

Percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar menggunakan frase syarat tindakan yang menunjukkan sebuah tindakan. Dalam model kesaksian tindakan ini belum tentu dilakukan sehingga membutuhkan perhatian khusus, apa lagi konteks keterangan yang diberikan merupakan rangkaian kejadian di masa telah lampau atau dalam konteks saat terjadinya peristiwa pidana pembunuhan. Ciri penggunakan frase syarat tindakan ini berupa pola kalimat; Saya mencoba untuk…/, Saya berniat untuk…/ Saya berupaya untuk …/ Saya

segera untuk …/ Pola kalimat ini dapat disimak dalam kutipan data penelitian sebagai berikut.

Data 1

Hakim : Apa yang Saudara lihat, atau apa yang saudara lakukan pertama kali ketika masuk?

Saksi 1 : Saya masuk kemudian langsung mengecek pernapasan, nadinya.

Hakim : Terus

Saksi 1 : Setelah saya raba dan rasa masih ada, saya perintahkan anggota buat kasih mundur mobil dinas.

Hakim : Untuk maksudnya?

Saksi : Untuk mengangkut korban

Hakim : Persiapkan mobil untuk mengangkut korban.

Saksi : Siap

Kutipan data percakapan di atas menunjukkan proses percakapan antara hakim dengan saksi untuk menggali kebenaran informasi tentang tindakan apa yang dilakukan oleh saksi ketika berada di tempat kejadian perkara pembunuhan.

Frase syarat tindakan dalam kutipan data tersebut menunjukkan kejujuran saksi. Ada dua bentuk tindakan penting yang dilakukan sebagai suatu respon, yaitu saksi masuk di tempat kejadian perkara kemudian

langsung melakukan tindakan “mengecek pernapasan nadinya (korban).”

Tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh saksi adalah memerintahkan anggotanya menyiapkan sarana mobil dalam frase “saya perintahkan anggota” untuk memundurkan mobil dinas. Tindakan ini dimaksudkan untuk membantu korban dengan memberikan respon tanggap darurat.

Ujung dari tindakan ini dapat bisa dipahami ke arah pemberian pertolongan medis secara cepat.

Penggunaan frase syarat tindakan dalam percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar dapat pula disimak dalam kutipan data percakapan sebagai berikut.

Data 2

Hakim : Jadi Saudara dengar ada peristiwa penembakan ya, Saudara saat itu ada di rumah?

Saksi 2 : Saya ada di rumah.

Hakim : Rumah sendiri ya?

Saksi 2 : Rumah sendiri.

Hakim : Sebelum ada kejadian itu ada kejadian apa?

Saksi 2 : saya tidak tahu karena …

Hakim : Tidak tahu ya, terus yang saudara tahu kejadian apa?

Saksi 2 : Tidak ada yang saya tahu, tidak tahu sama sekali.

Hakim : Tahunya ada penembakan dari siapa?

Saksi 2 : Karena saya dipanggil di rumah, saya didatangi oleh pak … (terdakwa). Dipanggil di rumah, Saya sedang tidur.

Hakim : Kamu tidur dan di panggil pak … (terdakwa) ? Saksi 2 : Iye

Hakim : Kenapa, pak … (terdakwa). Apa, kenapa dipanggil?

Saksi 2 : Dia datang mengetuk-ngetuk pintu, kemudian Saya terbangun. Saya buka pintu, kemudian Saya dipanggil ke rumahnya. Waktu itu Dia tidak menjelaskan dia hanya minta tolong.

Hakim : Pak … (terdakwa) hanya minta tolong Saksi 2 : Iye

Hakim : Lalu saudara mengikuti ke rumahnya Saksi 2 : Iye

Hakim : Datang ke rumahnya dengan pak … (terdakwa) Saksi 2 : Iye

Hakim : Ya! Terus sampai di sana?

Saksi 2 : Setelah sampai di sana, saya langsung kaget karena saya melihat darah berceceran di dalam rumahnya begitu banyak.

Hakim : Ya.

Saksi 2 : Jadi saya langsung panik dan lari kembali, lari pulang dan memanggil saudara ini (saksi 3) juga namanya (sama dengan terdakwa)

Kutipan data percakapan tersebut menunjukkan bahwa frase syarat tindakan yang menjadi keterangan informatif saksi terhadap upaya hakim memahami posisi saksi ketika terjadinya peristiwa penembakan. Frasa tindakan menunjukkan saksi berada di rumah, “saya ada di rumah”

kemudian bagian frasa tindakan lainnya menerangkan mengapa saksi di rumah yaitu “saya sedang tidur”. Saksi bangun tindur “saya terbangun”

setelah terdakwa datang mengetuk pintu saksi, terdakwa meminta saksi datang ke rumahnya kemudian saksi pun ikut. Ada dua frasa syarat tindakan yang menunjukkan saksi jujur yaitu tindakan “saya langsung kaget” dan “saya langsung panik”. Frase syarat tindakan yang menunjukkan perbuatan saksi berkaitan dengan kronologi peristiwa kejadian sebagaimana dapat disimak dalam kutipan data percakapan sebagai berikut.

Data 3

Hakim : ada sms?

Saksi 5 : iya pak Hakim : itu WA?

Saksi 5 : bukan WA pak, SMS Hakim : dari siapa itu?

Saksi 5 : waktu itu saya balum tahu dari mana pak, jelasnya saya malas eeeee

Hakim : apa isinya?

Saksi 5 : assalamu alaikum ibu, apa kabar? Haaa disitu ada 4 kali panggilan tak terjawab. saya belum tidak mengangkat-angkat. Tapi saat itu saya sempat telepon bapak, telepon suami saya. Kutelepon suami saya karena saat itu saya lagi tidak enak badan. Minta dijemput untuk berobat.

Hakim : mau ke mana?

Saksi 5 : minta pulang dijemput pak.

Hakim : suaminyakan di Makassar?

Saksi 5 : iya

Hakim : berapa lama datangnya suamimu itu?

Saksi 5 : sayakan di Jeneponto pak saat itu.

Hakim : kenapa? emang dari Jeneponto ke Makassar berapa jam?

Saksi 5 : maksudnya itu pak minta di jemput pak saat itu, karena saya sakit.

Hakim : apakah di Jeneponto tidak ada apotik? anda minta jemput dari mana kemana?

Saksi 5 : Jeneponto

Hakim : jemput di Jeneponto ke mana?

Saksi 5 : Makassar, kan pada saat itu…

Hakim : kamukan katakan minta dijemput dari Jeneponto ke Makassar?

Saksi 5 : iya pak

Hakim : kenapa ke Makassar Saksi 5 : untuk mau berobat pak.

Hakim : untuk berobat, terus ditelepon suaminya?

Saksi 5 : eeee sayaaa

Hakim : ditelepon ya? suami mengatakan ya?

Saksi 5 : waktu itu tidak karena masih ada jam kantor,

“mungkin besok baru bisa”

Hakim : berarti besok baru pulang ya?

Saksi 5 : iya, Jumat.

Kutipan data teresebut menunjukkan keterangan saksi tentang proses komunikasi yang terbangun sebelum terjadinya peristiwa perkara.

Hal ini berawal dari pangggilan telepon masuk dan sms via hanphone.

Saksi menerangkan pada mulanya tidak tahu karena nomor baru kemudian saksi melakukan tindakan tidak mengangkat telepon tersebut.

Kemudian saksi merasa tidak enak badan kemudian menelepon suaminya untuk diminta diantarkan berobat. Meskipun demikian, kontak telepon yang tidak terjawab kemudian dikontak balik oleh saksi sebagaimana dapat disimak dalam kutipan data berikut.

Data 4

Saksi 5 : tidak tersave nomornya, Saya telepon Assalamu Alaikum dengan siapa? Kemudian dia bilang “dari kampung ini” kemudian dia bilang “dengan … (korban perempuan) ini, iye dengan … (korban perempuan). Ini dengan siapa? Ini saya ... (korban laki-laki). Katanya daengmu daengmu kakakmu.

Bilang kenapa? Bilang kamu ada di mana? Saya bilang saya ada di Jeneponto saya sudah 2 bulan di sini. Lagiankan saat itu lagi sibuk panen. Jadi saya bilang sudah 2 bulan di Jeneponto panen.

Berdasarkan keterangan saksi menunjukkan bahwa saksi menelepon kembali nomor yang menghubunginya yang sempat tak terjawab empat kali itu. Akhirnya terjadi komunikasi antara keduanya, yang menjadi rangkaian tindakan ke momentum terjadinya peristiwa kejadian perkara. Untuk membuktikan kedatangan saksi tersebut kemudian di cek ke luar rumah sebagaimana hasil keterangan saksi dalam kutipan datan sebagai berikut.

Data 5

Saksi 5 : Saya masih sempat intip keluar pak, ii saya bilang ada betul saya bilang kenapaki datang, kenapa datang tengah malam, saya bilang pulang, tidak ada laki-laki di dalam rumah.

Saksi menggunakan setidaknya dua frase syarat tindakan dalam kutipan tuturan saksi di atas. Saksi mengaku telah mengatakan mengapa yang bersangkutan datang. Kemudian saksi meminta yang bersangkutan pulang atau kembali karena tidak ada orang lain di rumah. Berdasarkan keterangan saksi menujukkan bahwa saksi mencoba memastikan.

Memang terlihat mengesankan, namun tindakan tersebut adalah tindakan yang belum tentu dilakukannya. Bandingkan dengan kalimat, “saya tidak membuka pintu dan langsung menutup telepon.”

Data 6

Saksi 5 : aaaa setelah itu dia berdiri dia berdiri eee saya ke arah motorku, kan itu motorku kurang lebih dekat, posisi kurang satu meter dari saya. Dia dekati saya, dia dorong sampai membentur pintu tadi. Saya sempat sampai melawan. Maksudnya Bagaimana caranya supaya dia. Saya melawan sampai saya di dorong masuk tempat tidur. Melawan masuk.

Berdasarkan keterangan saksi menujukkan bahwa saksi mencoba melakukan perlawanan. Tapi kata sempat menunjukkan kejanggalan yang berarti setelah itu tidak ada perlawanan lagi sampai mereka masuk ke kamar.

Data 7

Saksi 5 : aaa saya didorong ketempat tidur didorong ke tempat tidur, saya bangun saya tendang dulu, saya

tarik-tarik bajunya. “Kenapa daeng kenapa kau berbuat begini kenapa kenapa-kena?” dia bilang

“pokoknya saya tanggung dosamu, saya tanggung dosamu.” Saya bilang “Kenapa ya Allah kenapa?”

sampai saya menendang, menendang pokoknya saya sekuat tenaga menendang mau membela diri.

Saya berusaha untuk belah diri saya.

Berdasarkan keterangan saksi menujukkan bahwa saksi mencoba melakukan perlawanan dengan maksud sebagai tindakan membela diri, tetapi kata berusaha menunjukkan kejanggalan, sama halnya dengan berupaya. Kata berupaya menunjukkan tindakan yang baik, tetapi dalam hal ini kata tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa korban melawan si terdakwa tetapi hal tersebut bisa saja tidak dilakukannya. Jadi kata tersebut perlu diperhatikan saat bertutur. Berbeda jika korban mengatakan

“saya terus melawan”

b. Penggunaan Frase Makna Khusus

Penggunaan frase makna khusus dalam percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar merujuk pada penggunaan kata-kata yang memiliki makna khusus, misalnya menggunaan frase “tidak pernah” atau penggunaan “hanya” dan frase yang terkadang dipergunakan untuk meminimalisir sesuatu. Di sisi lain, frase makna khusus juga dapat dilihat pada pemakaian kata “sih” dalam percakapan

meupun jenis kata lainnya yang dapat menunjukkan indikasi keraguan.

Hasil analisis percakapan sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar menunjukkan pemakaian jenis frase makna khusus ini sebagai berikut.

Data 8

Jaksa 2 : Apakah ada orang selain pak … (terdakwa), apakah ada anak atau orang tuanya ?

Saksi 2 : Ada anaknya Jaksa 2 : Oh, ada anaknya.

Saksi 2 : Iya

Jaksa 2 : Berapa orang ? Saksi 2 : Kira-kira 1 orang

Kata “Kira-kira” banyak dipakai sebagai ungkapan yang aman untuk menunjukan ketidakpastian. Tuturan saksi 2 masih belum menunjukan kejujuran dalam kesaksian karena saksi menggunakan pikiran ketika bertutur dan seharusnya menggunakan ingatan. Namun pada frase makna khusus akan berbeda lagi ketika saksi 2 mengatakan “ hanya 1 orang” kata “hanya” tersebut berupaya meminimalkan angka orang yang berada di tempat itu, jika kata tersebut yang muncul maka pernyataan tersebut layak muncul dalam hati adalah mengapa ia ingin meminimalkannya. Seperti halnya tuturan saksi 2 “Dia datang mengetuk- ngetuk pintu, kemudian Saya terbangun. Saya buka pintu, kemudian Saya

dipanggil ke rumahnya. Waktu itu, dia tidak menjelaskan dia hanya minta tolong.” Kata “hanya minta tolong” tersebut, seakan-akan ingin meminimalkan bahwa betul-betul Dia tidak mengetahui permasalahannya, namun kalimat tersebut justru menjadi pertanyaan mengapa saksi 2 berusaha meminimalkannya.

Data 9

Hakim Ang : Sejak kapan saudara mengetahui korban sudah meninggal dunia?

Saksi 5 : Waktunya saya tidak tahu persis tapi setelah ada laporan dari rumah sakit.

Hakim Angg : Kira-kira berapa lama setelah kejadian?

Saksi 5 : Saya mohon maaf saya lupa persisnya.

Berdasarkan statement korban yang mengatakan “saya tidak tahu persis” dan “mohon maaf saya lupa persisnya” menunjukkan kejanggalan seakan-akan terlepas dari masalah yang berhubungan dengan korban satunya. Padahal ada statement “setelah ada laporan dari rumah sakit”

berarti jelas dia statement tersebut bermakna khusus seakan-akan ingin menyembunyikan bahwa dia mengetahui kapan korban satunya meninggal.

Data 10

Saksi 5 : Yak karena saat itu mikirnya keluarga pak, ya mungkin pada saat itu saya mikirnya keluarga.

Kutipan data tersebut menunjukkan penggunaan makna khusus pada kata “mungkin”. Kata ini banyak digunakan sebagai pengungkapan yang aman dan menunjukkan ketidakpastian. Frase makna khusus juga dapat menunjukkan saksi mengungkapkan sesuatu yang tidak pasti sebagaimana dalam kutipan data tuturan sebagai berikut.

Data 11

Saksi 5 : Saya kurang tahu juga, saya tidak lihat.

Substansi frase makna khusus menunjukkan makna ketidakpastian yang tidak hanya diungkapkan hampir semua saksi. Frase “saya kurang tahu juga” dapat dipahami saksi memiliki keterbatasan pengetahuan tentang kejadian perkara. Pola meminimalisir ini bukan kecenderungan kebohongan, namun lebih tampak sebagai suatu kealamiahan bahwa setiap saksi memiliki keterbatasan ingatan yang membutuhkan konfirmasi saksi maupun alat bukti lain yang lebih meyakinkan. Frase makna khusus ini juga dapat disimak dalam kutipan data berikut.

Data 12

Hakim : ya, terus kamu berdua ini saat itu belum mendengar suara tembakan?

Saksi 3 : Sempat dengar yang mulia Hakim : Berapa kali?

Saksi 3 : Tidak saya tahu, karena saya kira itu malam anak- anak yang lagi main petasan yang mulia

Hakim : Oh, mengira anak-anak yang main petasan ya, jadi tidak keluar ya.

Berdasarkan ungkapan saksiTidak saya tahu” bukan berarti tidak mendengar suara tembakan. Sebelumnya saksi mengaku tertidur. Namun saksi mengetahui ada suara tembakan atau suara petasan (aktivitas disekitarnya).

c. Pembangun Persepsi

Pola pembangun persepsi dalam kesaksian suatu kasus dapat dipahami pada cara saksi menggunakan kalimat tertentu sebagai upaya memberikan persepsi jujur terhadap apa yang disaksikannya dengan kecenderungan gaya tertentu seperti memaksa atau memberikan klarifikasi. Bentuk gaya ini dimaksudkan untuk menegaskan keterangan yang diberikan saksi sehingga informasi yang diberikannya dalam persidangan dapat diandalkan. Pola pembangun persepsi ini dapat dilihat pada kutipan data berikut.

Data 13

Saksi 5 : aaaa kalau yang terjadi saat itu, karena dia maksa.

cuman ngga karena sayakan pakai celana. Aaaa menyentuh ia pada saat itu, beliau langsung berdiri.

tapi eee dibilang untuk merasakan tidak.

Kutipan data tersebut menunjukkan keterangan saksi bahwa ada yang terjadi dengan unsur paksaan namun saksi menjelaskan kembali

bahwa tidak ada yang terjadi. Kutipan tersebut menunjukkan persepsi sebagai tindakan menafsirkan sebuah informasi sensoris untuk memberikan pemahaman serta gambaran tentang suatu kejadian. Dalam menafsirkan, saksi menggunakan penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, penghayatan serta perasaan yang pada nantinya akan menghasilkan penggambaran penuh makna mengenai dunia. Dengan demikian, saksi mencoba mengkostruksi persepsinya berdasarkan kejadian yang dialaminya pada malam terjadinya perkara dimana saksi dipaksa berhubungan badan. Tampak jelas bahwa saksi menggambarkan pemaksaan yang dialaminya.

d. Eufemisme Kata Kerja

Eufemisme kata kerja menunjukkan adanya perbedaan bobot pada sebuah kata kerja, misalnya menggunakan nada kuat dan nada lembut.

Data eufemisme kata kerja dalam percakapan sidang pembunuhan di Pengadilan Tinggi Negeri Makassar dapat disimak dalam kutipan data sebagai berikut.

Data 14

Saksi 1 : Saya perintahkan anggota saya yang satu, kan da 4 orang 5 dengan saya. Yang satu saya perintahkan mengamankan senjata.

Hakim : Senjata

Saksi 1 : Senjata dari lelaki … (terdakwa) dan sekaligus membawa tersangka ke Polres.

Berdasarkan ungkapan tersebut, kata “senjata” dan kata kerja diamanakan-dirampas. Terdapat penghalusan keterangan saksi yang menunjukkan pengamanan senjata yang tidak dikatakan sebagai alat yang digunakan oleh pelaku menembak korban. Pola keterangan yang diberikan dengan cara menghaluskan bahasa juga dapat dipahami menunjukkan standar bahasa yang etis di depan majelis hakim persidangan untuk lebih membentuk konotasi pemaknaan terhadap deskripsi peristiwa lebih positif.

e. Penggunaan Kata Ganti Nama

Percakapan sidang pembunuhan di Pengadilan Negeri Makassar juga menggunakan kata ganti nama. Pola penggunaan ini menunjukkan pemakaian kata tertentu yang berfungsi menggantikan kata yang merujuk pada orang tertentu dengan tujuan tidak menyebut secara langsung nama orang sehingga penyampaian lebih efektif. Istilah untuk pemakaian kata ganti umumnya disebut penggunaan pronomina. Data berkaitan dengan penggunaan kata ganti nama ini dapat disimak dalam kutipan percakapan sebagai berikut.

Data 15

Saksi 1 : Setelah itu laki-laki … (terdakwa) sampaikan, bahwa yang laki-laki di dalam kamar pak.

Hakim : Di dalam kamar, terus!

Dalam dokumen Tesis - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 81-115)

Dokumen terkait