• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Sosial Remaja Di Kota Makassar

Dalam dokumen PERILAKU SOSIAL REMAJA (Halaman 59-63)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Perilaku Sosial Remaja Di Kota Makassar

Perilaku sosial remaja yang pernah kita paparkan di bab sebelumnya yang membahas tentang semua aspek yang barkaitan dengan remaja. Ada beberapa faktor pembentukan perilaku sosial yang sangat berpengaruh diantaranya faktor kepribadian seseorang, faktor lingkungan dan faktor budaya juga mempengaruhi sedangkan menurut Casare Lombroso faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:

faktor Biologis, faktor Psikologis, dan faktor Sosiologis. Berikut Dadang sebagai informan memaparkan :

“kalau menurutku ka’ memang betulki yang kita bilang kalau remaja itu seperti itu, tapi kalau diri saya pribadi apa yang kita bilang saya alami secara bertahap sampai sekarang ini, kadang datangi malasku ataupun sebaliknya, kadang datangi rasa ramahku begitupun sebaliknya, rasa agresif, pemalu, atau sebalikbya, jangankan semua itu, hal-hal yang menakjubkan lagi kadang kita rasakan selama bertahapki pertumbuhanka, karena kesemua itu yang seperti kita’ bilang, bilang tergantung faktor lingkunganji, karena dilingkunganlah kita belajar.” (wawancara tanggal 14 Agustus 2015)

Pemaparan Dadang sudah di kategorikan perilaku sosial remaja yang ada di Makassar yang sangat berpengaruh baik dari faktor lingkungan dan faktor kepribadian. Biasanya dari faktor lingkungan atau bisa di kategorikan faktor eksternal dilihat dari pergaulan sehari-hari, baik itu dari kebiasaan-kebiasaan yang

sifatnya baik maupun sifatnya buruk. Sementara faktor internal atau dari segi kepribadian dilihat dari bawaan masing-masing.

Remaja dalam hal ini ialah seorang yang mengalami perubahan yang dari tingkat pemikirannya sudah mulai berubah, itu kita bisa lihat dari pola fikir dan naluri rasa ingin tahu yang begitu dalam. Atau bisa di katakan peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Pengertian lain juga diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Perilaku sosial remaja di kota Makassar hampir sama dengan sifat-sifat dan pola respon pribadi pada umumnya, yang pertama kecendenrungan perilaku peran yang mencakup sifat pemberani dan pengecut secara sosial, sifat berkuasa dan sifat patuh, sifat inisiatif secara sosial dan pasif, sifat mandiri dan tergantung.

Yang kedua kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial yang mencakup dapat di terima dan di tolak oleh orang lain, suka bergaul dan tidak suka bergaul, sifat ramah dan tidak ramah simpatik atau tidak simpatik. Yang ketiga kecenderungan perilaku ekspresif, yang mecakup suka bersaing dan tidak suka bersaing atau bisa dikatakan saling kerjasama, sifat agresif dan tidak agresif, sifat kalem atau tenang secara sosial, sifat suka pamer atau menonjolkan diri.

Tata budaya yang sebagai tempat perilaku dan pemikiran itu terjadi, budaya dari kalangan Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, kesemuanya ini diperkenalkan dalam infrastruktur Pantai Losari di sertakan dengan pengenalan para Pahlawan masing-masing daerah dari letak segi tata budayanya. Dengan tata

budaya masing-masing terbentuk perilaku dan pemikiran yang sangat kompleks yang di baurkan dalam kota Makassar ini.

Secara kognitif atau pendekatan kognitif menekankan aspek perilaku manusia yang positif dan berkeinginan bebas dan menggunakan konsep seperti harapan, permintaan dan tujuan. Kognisi, yang merupakan unit dasar dari kerangka kognitif, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk megetahui sebuah item informasi, itulah salah satu perkembangan remaja yang menuntut rasa ingin tahunya sebagai pembentuk perilakunya yang secara umum di masyarakat ataupun di lembaga keluarganya.

Perilaku sosial remaja dalam ruang lingkup kota Makassar terlalu banyak mengadopsi perilaku-perilaku budaya asing yang kita lihat tidak asing lagi di tempat umum, baik itu dari segi pengapresian, pemikiran, pengetahuan, gaya dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berpengaruh untuk lebih dewasa.

Perilaku sosial remaja di kota dan di desa tidak jauh berbeda, yang kadang perilaku remaja di kota di adopsi oleh orang-orang yang di desa. Dengan sifat arogan dan kenakalannyapun hampir sama, keluyuran, nongkrong, ngumpul bareng teman, cari hiburan, yang terkadang kesemuanya itu bisa berdampak negatif terhadap lingkungan dan gaya pergaulan mereka bagi mereka yang tidak mengontrol naluri rasa ingin tahunya.

Di Makassar banyak kita jumpai remaja-remaja yang berpasang-pasangan untuk mencari hiburan di tempat-tempat yang menurut mereka nyaman dan menyenagkan, sebagian juga yang di senangi penguasaan dalam suatu wilayah, kecendenrungan dalam hal-hal tertentu dan sebagainya.

Berikut pemaparan dari seorang seorang informan yang berinisial Daniel :

…”Kalau di sini ka’ khususnya di Pantai Losari perilakunya anak-anak remaja paling pergiji nongkrong-nongkrong, jalan-jalan, mangngodo’-odo’

cewe’, tapi kalau cewe’-ceweka pergiji pamer-pamerki dirinya siapa tau ada yang sukaki. Itu menurutku ka’. Tapi kebanyakan yang adami tawwa pasangannya pi janjian jalan-jalan, dan bukan hanya di Pantai ini, adaji juga pi di tempat Bilyar, café, warkop, yah banyak de ka’…”(wawancara tanggal 14 Agustus 2015).

Itu salah satu pemaparan dari anak remaja yang sementara nongkrong di tengah-tengah keramaian Pantai Losari membantu usahawan untuk menjaga usaha mainannya di malam hari yang di temani oleh teman-teman dari tetangga dan teman sekelasnya, seolah-olah apa yang Daniel katakan adalah salah salah satu cerminan dari dirinya dalam perilaku remaja di Kota Makassar. Daniel hanya berbicara seperti yang ia saksikan perilaku anak remaja di pelataran Pantai Losari.

Selain daripada Pantai Losari yang menjadi objek pembicaraan, secara umum tentang perilaku remaja sosial di kota Makassar Ismail sebagai informan yang teman akrab dari Daniel juga memaparkan :

“..perilaku remaja di kota Makassar itu sangat bebasji ka’ karena namanya juga kota metropolitan jadi bebasji anak-anakah, ditambah lagi kalau anak- anak yang ikut-ikutan, karena anak-anak remaja itu dari rasa ingin tahunya ji na bisa macam-macam perilakunya, contohnyami merokok, balapan, untung bae’ kalau ituji, tapi kalau masukmi dibilang geng-geng, yang maraknya sekarang itu geng motor, tapi kalau bagi saya tidak adaji kurasa gunanya yang begituan, mending disinika’ setiap malam jaga mainan, dapatki’ uang.” (wawancara 14 September 2015).

Ismail yang pemikirannya seperti itu sebagai anak remaja sangat kompleks melihat dunia, namun perilaku sosial remaja yang ia paparkan sangat mengkhawatirkan bagi keresahan orang tua. Selain orang tua juga menganggu kenyaman warga yang selalu menghantui ketakutan para warga ketika ia beraktivitas di luar rumah pada malam hari, banyak sekali kekhawatiran pada

masyarakat lebih terkhususnya adalah Mahasiswa yang khawatir ketika sedang di luar rumah, maraknya busur-membusur yang dilakukan oleh oleh para geng motor, ini menunjukkan perilaku sosial yang dipelopori oleh anak-anak sekolah.

Dalam dokumen PERILAKU SOSIAL REMAJA (Halaman 59-63)

Dokumen terkait