• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposisi Homans dan Teori Pertukaran

Dalam dokumen PERILAKU SOSIAL REMAJA (Halaman 32-49)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Proposisi Homans dan Teori Pertukaran

Teori pertukaran Homans (Ambo Upe, 2010 : 176) bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku untuk memparoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran perilaku untuk memperoleh ganjaran adalah prisip dasar salam transaksi ekonomi sederhana. Bagi Homans sebagai seorang ahli teori pertukaran, bukan hanya status dan peranan yang berasal dari fungsionalisme yang menyediakan mata rantai antara individu dan struktur sosialnya.

Teori pertukaran Homans melihat bahwa interaksi antar individu yang melakukan pertukaran terdapat suatu hukum dasar yaitu kepentingan (“imbalan dan keuntungan yang didapat oleh individu yang melakukan pertukaran”).

Pertukaran sosial yang terjadi antar individu tidak berjalan statis, karena tidak selamanya individu mendapatkan keuntungan dari proses pertukaran sosial itu. Oleh karena itu, bagi Homans dalam teori pertukaran sosial perlu dilakukan proposisi. Menurut Homans ada lima proposisi yang dapat menjelaskan teori pertukaran sosial secara utuh, diantaranya; proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi kejenuhan, dan proposisi persetujuan-agresi.

a. Proposisi Sukses

Asumsi dasar proposisi sukses adalah “semakin sering tindakan seseorang itu dihargai maka semakin sering orang itu melakukan tindakan yang sama”.

Sebaliknya, semakin sering tindakan seseorang itu gagal atau tidak mendapatkan penghargaan maka tindakan itu tidak akan diulangi lagi olehnya.

Proposisi ini menggambarkan teori pertukaran sosial yang dinamis, dimana individu memiliki kesempatan untuk lebih leluasa melakukan pertukaran sosial sesuai dengan kebutuhan individu itu. Proposisi ini sangat memberikan peluang dan keuntungan yang melakukan pertukaran tersebut, sehingga bisa meraih martabat yang tinggi dalam hati mereka dengan kepuasan kinerja.

b. Proposisi stimulus (rangsangan) Politik

Proposisi ini berbunyi “ Apabila pada masa lampau ada satu atau sejumlah rangsangan didalamnya tindakan seseorang mendapat ganjaran, maka semakin rangsangan yang ada menyerupai rangsangan masa lampau itu, maka semakin besar kemungkinan bahwa orang tersebut akan melakukan tindakan yang sama”.

Dalam hubungan dengan proposisi ini, Homans cenderung membuat generalisasi.

Artinya keberhasilan pada salah satu tindakan mengantar orang tersebut kepada tindakan lainnya yang mirip.

c. Proposisi Nilai

Proposisi ini berbunyi “ Semakin tinggi nilai tindakan seseorang, maka semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan yang sama”. Bila hadiah yang diberikan masing-masing kepada orang lain amat bernilai, maka semakin besar kemungkinan aktor melakukan tindakan yang dinginkan ketimbang

jika hadiahnya tak bernilai. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Sedangakan hukuman adalah hal yang diperoleh karena tingkah laku yang negatif.

Dalam pengamatannya, Homans memperhatikan bahwa hukuman bukanlah cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku seseorang. Sebaliknya, orang akan terdorong untuk melakukan sesuatu jika ia mendapat ganjaran.

d. Proposisi Kejenuhan

Proposisi ini berbunyi ”Semakin sering seseorang mendapat ganjaran pada waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai ganjaran itu untuk dia”.

Unsur waktu menjadi sangat penting didalam proposisi ini. Orang pada umumnya tidak akan lekas jenuh, kalau ganjaran itu di peroleh sesudah waktu yang cukup lama.

e. Proposisi persetujuan-agresi

Dalam proposisi ini ada dua makna yang terkandung di dalamnya, yaitu pertama : apabila tindakan seseorang tidak mendapatkan hadiah yang di harapkannya atau menerima hukuman yang tidak di harapkannya, tentu ia akan marah. Besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tidakan demikian akan bernilai baginya.

Kedua : apabila karena tindakannya seseorang menerima hadiah yag di harapkannya, terutama hadiah yang lebih besar daripada harapannya. Atau tidak menerima hukuman yang di bayangkannya tentu ia akan puas, makin besar

kemungkinannya ia akan melaksanakan tindakan yang di setujui dan akibatnya akan makin bernilai baginya.

f. Proposisi Rasionalitas

Dalam memilih berbagai tindakan alternatif, seseorang akan memilih satu di ataranya yang dianggapnya saat itu memiliki value, sebagai hasil di kalikan dengan probabilitas untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Proposisi terdaulu sangat di pengaruhi oleh behaviorisme, sedangkan proposisi rasionalitas sangat jelas di pengaruhi oleh teori pilihan rasional. Dari beberapa proposisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa antara proposisi rasionalitas, proposisi kesuksesan, dorongan dan nilai ada saling keterhubungan.

Analisisnya pada proposisi Homans yang terdiri dari proposisi sukses, ransangan, nilai, kejenuhan, persetujuan dan rasionalitas. Ketika seseorang dengan perilaku yang mereka aplikasikan maka mereka akan menuai hasil dengan kerja keras yaitu kesuksesan, dengan tindakan atau perilaku yang manusia pernah melakukan hal- hal yang membuatnya berkesan, bisa jadi ia akan teransang untuk malakukannya kembali dengan hal yang sama jika menurutnya itu menguntungkan. Dengan perilaku sosial yang baik maka norma yang akan ia dapatkan akan bernilai baik. Namun dengan perilaku yang sering kita lakukan akan menimbulkan kejenuhan jika hasil yang di capai adalah kekecewaan yang mempunyai ganjaran yang begitu lama, ini berhubungan dengan proposisi agresif ketika seseorang tidak menerima suatu keadaan yang membuatnya rugi, maka yang timbul adalah tindakan yang fatal.

Selain dari proposisi Homans mengenai teori pertukaran Cook, O’Brien dan Kollock 1990 : 175 dalam George Ritzer 2012 : 740) juga mendefinisikan teori pertukaran dalam terminlogi yang lebih intergratif yang pada dasarnya integratif sebagai hal yang berkenaan dengan pertukran-pertukaran di berbagai level analisis, termasuk pertukran-pertukaran di kalangan individu, korporasi dan negara-negara bangsa yang saling terkait. Mereka mengenali dua untaian karya di dalam sejarah pertukaran untaian satunya di level mikro, yang berfokus pada perilaku sosial sebagai pertukaran, dan untaian lainnya pada level yang lebih makro, yang memandang struktur sosial sebagai pertukaran. Mereka melihat pada teori pertukaran di dalam integrasi makro-mikro, karena “di dalam suatu kerangka kerja teoretis tunggal ia mencakup proposisi-proposisi yang berlaku pada aktor individual dan juga pada level makro (atau level sistemik) dan ia berusaha merumuskan secara eksplisit konsekuensi-konsekuensi perubahan di satu level analisis tehadap level-level lainnya”.

Cook, O’Brien dan Kollock mengenali tiga tren kontemporer, semuanya menunjuk ke arah teori perubahan yang lebih integratif. Yang pertama adalah meningkatnya penggunaan riset lapangan yang berfokus pada isu-isu yang lebih makroslopik, yang dapat melengkapi penggunaan tradisional eksperimen laboratorium untuk mempelajari isu-isu mikroskopik. Kedua mereka mencatat perubahan di dalam karya substantif menjauh pada fokus pada diade dan menuju jaringan-jaringan pertukaran yang lebih besar. Ketiga, dan yang paling penting adalah usaha terus menerus yang didiskusikan dari bawah untuk menyintesiskan teori pertukaran dan sosiologi struktural, khususnya teori jaringan.

Analisisnya Cook dan Kollock beranggapan bahwa teori pertukaran ini mencakup keseluruhan level dalam interaksi sosial, ntuk melakukan pertukaran tidak melihat dari segi fokus pada satu subjek, namun dengan berbagai aneka ragam budaya dan aktivitas lainnya baik secara tradisional maupun modern ini menciptakan jejaring pertukaran yang bertujuan pada diade secara keseluruhan dan lebih besar lagi perkembangan yang mereka pertukarkan.

Sejalan dengan itu, Cook, O’Brien dan Kollock 1990 : 168 dalam George Ritzer (2012 : 141) mendiskusikan keuntungan-keuntungan yang di peroleh dan memadukan wawasan dari berbagai teori mikro lainnya. Teori keputusan memberikan “suatu pengertian yang lebih baik atas cara para aktor membuat pilihan-pilihan yang relevan dengan transaksi-trasnsaksi. Secara lebih umum, ilmu yang kognitif (yang meliputi antropologi kognitif dan kecerdasan buatan) banyak menerangkan tentang cara para aktor merasakan, memproses dan memperoleh kembali informasi”.

Interaksionisme simbolik memberi pengetahuan tentang bagaimana para aktor mengisyaratkan maksud-maksud mereka kepada satu sama lain, dan hal itu penting didalam pengembangan kepercayaan dan komitmen dalam hubungan- hubungan pertukaran. Yang paling umum mereka melihat versi sintetik teori pertukaran mereka di lengkapi dengan baik untuk membahas isu yang sangat penting megenai hubungan struktur agensi. Dalam pandangan mereka “Teori pertukaran adalah salah satu dari orientasi teoretis yang terbatas jumlahnya di dalam ilmu-ilmu sosial yang secara eksplisit mengkonseptualisasi para aktor bertujuan dalam hubungannya dengan struktur-struktur.”

Sejalan dengan analisis teori ini bahwa Cook dan Kollock berasumsi dalam dunia kerja bisnis yang menjejaring sebuah struktur yang di dalamnya saling berhubungan dengan konsep-konsep ideologi yang mereka ciptakan dengan saling mempengaruhi apa yang mereka sampaikan hingga ideologi mereka bisa berkembang.

3. Ruang public

Publik dalam buku Michael P Todaro dan Stephen C Smith bahwa setiap tindakan anggota masyarakat yang positif akan menumbuhkan manfaat (public good), sebaliknya, tindakan yang negatif akan menimbulkan penyakit publik (publik bad ). Dengan tindakan-tindakan inilah bisa di katakan menyimpang jika ia di kategorikan negatif.

a. Pengertian

1) Paulus Hariono (2007 : 133), ruang merupakan alih kata space untuk bahasa Indonsia. Dalam Oxford English Dictonary di sebutkan, space berasal dari kata Latin spatium yang berarti terbuka luas, memungkinkan orang berkegiatan dan bergerak leluasa di dalamnya, dan dapat berkembang tak terhingga. Oleh Munitz (1975) ruang di beri pengertian sebagai tempat acuan untuk menunjukkan posisi perletakan sebuah objek, dan menjadi suatu medium yang memungkinkan suatu objek bergerak.

2) Menurut Madanipour (1996) ruang publik perkotaan (public urban space) memungkinkan dan membiarkan masyarakat yang berbeda kelas, etnik, gender, dan usian yang saling bercampur baur. Pengertian yang di berikan

oleh Madanipour ini khususnya sangat di perhatikan pada masyarakat dan pemerintah yang menganut paham demokrasi.

3) Menurut Tibbalds (2001) bidang publik dalam ruang perkotaan adalah semua jaringan perkotaan yang dapat di akses secara fisik dan visual oleh masyaratkat umum, termasuk jalan, taman, dan lapangan alun-alun.

4) Dalam buku Rabinson Tarigan (2012 : 49) bahwa ruang adalah wadah pada lapisan atas permukaan bumi termasuk apa yang ada di atasnya dan yang ada di bawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya.

5) Publik adalah sekelompok orang (atau satu orang) yang jelas, yang menjalin atau harus menjalin hubungan istimewa dengan perusahaan.

Dalam definisi sederhana, publik juga bisa diartikan sebagai banyak orang atau juga umum. Seperti makna dari ruang publik, konsumsi publik, dan lain sebagainya.

6) Immanuel Kant Publik bukan lagi para pejabat atau institusi politis, melainkan masyarakat warga (civil society) yang kritis dan berorientasi pada kepentingan moral universal umat manusia.

Jadi ruang publik adalah sebuah ruang simbol kebebasan sekaligus pembatasan sekelompok orang yang yang jelas menjalin hubungan istimewa baik para pejabat maupun masyarakat warga (civil society) yang kritis dan berorientasi pada kepentingan moral universal umat manusia. Ruang publik ini juga mempengaruhi penghuni setempat apabila ia ingin memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya kerena ruang publik bisa di kategorikan di mana saja dalam ruang lingkup kota.

b. Fungsi Ruang Publik

Jan Gehl, dalam bukunya Robinson Tarigan (2012 : 50) ruang publik memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai tempat bertemu, berdagang dan lalu lintas.

Dari tiga fungsi ini Jan Gehl membuat empat klasifikasi kota.

Pertama, kota tradisional, yaitu kota yang ketiga fungsi ruang publiknya masih hidup secara bersamaan. Biasanya kota seperti ini masih didapati pada kota kecamatan di Indonesia, dimana pasar tradisional masih memiliki kekuatan sentral yang kuat.

Katergori kedua yang di maksudkan oleh Jan Gehl adalah kota yang di serbu (Invaded city), yaitu salah satu fungsi, biasanya fungsi lalu lintas, mendominasi sebagian besar ruang publik sehingga fungsi ruang publik yang lain tersingkirkan. Di kota-kota yang sedang berkembang di jumpai pula gejala ini.

Dengan di bangunnya banyak pusat perbelanjaan, di kawasan tertentu didominasi lalu lintas dan tempat parkir kendaraan roda dua dan roda empat di ruang publik.

Kategori ketiga adalah kota yang di tinggalkan (abandoned city) dengan kondisi ruang publik dan aktivitasnya telah hilang. Kondisi ini dapat terjadi karena pusat kota yang berpindah lokasi. Aktivitas masyarakatnya berpindah ke pusat-pusat perbelanjaan modern.

Kategori ke empat adalah kota yang di rebut kembali (reconquerd city) dengan adanya upaya yang kuat untuk mengembalikan keseimbangan fungsi ruang publik sebagai tempat yang bertemu, berdagang dan lalu lintas. Atau dengan kata lain terdapat upaya refitalisasi suatu kawasan kota. Namun seperti yang kita lihat dari faktanya bahwa susah untuk di kembalikan seperti sedia kala.

Dalam hal ini kawasan kota pantai Losari mengenai kategori di atas memang sangat signifikan, Pantai Losari sebagai tempat bertemu, berdagang khususnya pada warung makan. Namun dalam kategori ketiga tidak terlalu menyingkap tentang perpindahan lokasi, karena Pantai Losari adalah taman wisata namun juga di fungsikan dengan aktifitas-aktifitas lainnya meraut keuntungan dari segi kepuasan perbelanjaan yang melayani satiap pengunjung.

c. Konsep Penataan Ruang Publik

Ruang publik adalah ruang umum tempat masyarakat dapat melakukan aktivitas publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya, yang dapat mengikat suatu komunitas, baik dalam kegiatan sehari-hari ataupun berkala.

Ruang publik kota bersifat multiguna, untuk semua kelompok sosial, tetapi dapat di tata secara fleksibel dengan karakter kegiatan tertentu. Namun dalam hal penggunaan ruang kota terjadi banyak permasalahan. Permasalahan itu dapat berupa ketidak adilan dalam penggunaannya, ketidaksediaan hunian layak bagi warga miskin, kelangkaan ruang publik, anarki ruang kota, serta masih terjadinya privatisasi ruang publik.

Ruang publik di tandai oleh tiga hal, yaitu responsive, demokratis, dan bermakna. Responsive dalam ruang publik harus dapat di gunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Sementara demokratis berarti ruang publik seharusnya dapat di gunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.

d. Produksi Ruang Sosial

Dalam The Production of Space (Emausbot : 2013), Levebvre berpandangan bahwa ada beberapa level dari ruang, dari yang paling abstrak, kasat mata, ruang alamiah (ruang absolut) menuju ruangan yang lebih kompleks yang maknanya di produksi secara sosial (sosial space).

Argumen Levebvre dalam The Production of Space adalah ruang sebagai produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks (berdasarkan nilai dan produksi sosial atas makna) yang mempengaruhi praktik ruang dan persepsi atas ruang. Sebagai filsuf marxis (namun sangat kritis pada strukturalisme ekonomi yang menjadi wacana dominan masa itu, Levebvre berpendapat bahwa produksi sosial atas ruang kota adalah dasar bagi reproduksi masyarakat, di sebabkan oleh kapitalisme. Oleh karena itu, konsep hegemoni yang di ungkap oleh Antonio Gramsci di gunakan sebagai referensi untuk menunjukkan bagaimana produksi sosial dari ruang diprakarsai oleh kelas hegemonik sebagai alat untuk memproduksi dominasinya.

“Ruang sosial adalah produk sosial ruang di produksi seagai cara tertentu yang menjadi alat berfikir dan bertindak. Itu tidak hanya berarti sebagai produksi namun juga berarti kontrol dan kemudian dominasi / kekuasaan.”

Levebvre berpendapat bahwa seluruh masyarakat dan semua model produksi menghasilkan ruang tertentu, ruang tersendiri. Kota pada masa lampau tak bisa di pahami hanya sebagai aglomerasi sederhana dari manusia dan benda- benda dalam suatu ruang kota itu memiliki praktik ruangnya sendiri (yang sesuai bagi kota itu. Levebvre menatakan iklim intelektual yang ada pada kota masa

lampau terkait erat dengan produksi sosial pada keruangannya). Lalu, jika tiap masyarakat memproduksi ruangnya sendiri, tiap “eksistensi sosial” memberi harapan menghabiskan diri secara utuh, tetapi yang tak memperoduksi ruangnya sendiri akan menjadi kelompok terasing, komunitas ganjil yang abstrak yang tidak mampu keluar dari belenggu ideologi maupun budaya. Berdasar argumen ini, Levebvre mengkritik Perencana Kota Soviet, yang gagal memproduksi ruang sosialis, hanya memproduksi model rancang kota modern (intervensi pada ruang fisik, yang tak cukup untuk menjangkau ruang sosial) dan di aplikasikan pada konteks :

“ubah kehidupan! ubah masyarakat! Ide ini sepenuhnya kehilangan makna tanpa menghasilkan ruang yang sesuai. Pelajaran dari pembangunan Soviet dari tahun 1920 hingga 1930an, dan dari kesalahannya, ada relasi sosial baru yang menginginkan ruang baru, demikian juga sebalikya.”

B. Kerangka Fikir

Kota merupakan wujud fisik yang dihasilkan oleh manusia dari waktu ke waktu yang berfungsi untuk mewadahi aktifitas hidup masyarakat kota yang kompleks dan luas. Oleh karena itu pertumbuhan fisik kota sering menimbulkan permasalahan bagi lingkungan perkotaan maupun sosial masyarakat kota.

Sesuai dengan rumusan masalah bahwa sebuah analisis ruang publik utamanya Pantai Losari mencakup masyarakat desa-kota, sebuah interaksi, sebuah pertukaran yang di sebutkan oleh proposisi Homans termasuk perilaku sosial remaja dalam bentuk pemanfaatan ruang publik ialah di bidang perdagangan, hiburan dan penelitian, serta yang menjadi faktor pendorong

pemanfaatan ruang publik ini ialah banyaknya penduduk yang saling menguntungkan dari segi perdagangan dan pemuasan emosional. Jika di lihat dari faktor penghambat ialah banyaknya perilaku remaja atau anak-anak yang kurang nyaman semisal, perilaku remaja yang berpacaran secara berlebihan, pengemis dan anak jalanan.

Belakangan ini sosiologi mulai meragukan validitas teori sistem organik dan dikotomi statika sosial dan dinamika sosial. Implikasinya adalah bahwa pertentangan antara keadaan statis dan dinamis mungkin hanya ilusi dan tak ada objek atau struktur atau kesatuan tanpa mengalami perubahan. Pemikiran ini berasal dari ilmu alam. Alfred N. Whitehead menyebutnya sebagai konsep

“perubahan menjadi sifat sesuatu”. Pandangan dinamis ini segera berubah menjadi pendekatan dominan, menjadi kecenderungan ilmu modern untuk lebih memperhatikan peristiwa ketimbang keadaannya sebagai komponen utama realitas.

Perilaku sosial remaja yang ada pada pemanfaatan Pantai Losari Kota Makassar ini bisa berdampak positif dan negatif, di mana pertentangan salalu di pancing oleh mereka yang telah melakukan penyimpangan-penyimpangan.

Berdasarkan tinjauan dari segi psikologi pancingan-pancingan yang di berlakukan oleh mereka yang telah melakukan penyimpangan di sebabkan karena mereka itu sesungguhnya ingin memperoleh kemajuan-kemajuan seperti para remaja lainnya, tetapi kemampuan-kemampuan mereka masih tertekan dan terkat oleh nafsu-nafsu buruk sehubungan dengan pelarian-pelariannya akibat keadaan dan suasana rumah tangga orang tuanya. kita juga tidak bisa langsung mendeskripsikan perilaku

sosial mereka pada pemanfaatan namun faktanya bahwa pemanfaatan yang di lakukan ialah sebuah tindakan-tindakan sosial yang berpose pada interaksi sosial.

Interaksi-interaksi inilah yang menjalin hubungan komunikasi bebas dan secara meluas, kelompok-kelompok sosial yang ada dalam hubungan ini di sebut kelompok semu, yaitu banyaknya orang yang mempunyai tujuan yang tidak saling kenal secara keseluruhan, mempunyai kelompok-kelommpok tersendiri.

Tindakan sosial remaja bisa berupa konflik, penyimpangan dan hal-hal lainnya yang tidak ada nilai moralnya, dalam kenyataannya sehari-hari tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat di namakan perilaku menyimpang. Penyimpangan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang tidak mematuhi norma atau patokan dan nilai yang sudah baku di masyarakat, dengan perilaku tersebut dapat merusak suasana yang ada di pantai Losari, sehingga kenyamanan dan keamanan pengunjungpun tidak terjaga. Selain itu, pengamen, pengemis, dan orang yang memadu kasih yang menjadi fenomenal pantai Losari.

Tindakan positif dalam perilaku sosial remaja sebagai tempat hiburan, membuat sebuah kegiatan pameran, festival, pertunjukan. Dengan kegiatan- kegiatan ini mereka bisa mengapresiasikan pemikiran-pemikiran dari kumpulan ideologi yang menjadi sebuah perilaku yang mengesankan.

Pemanfaatan ruang publik dalam bidang sosial budaya ini juga di singgung dalam deskripsi fokus. Dalam pemanfaatannya remaja juga dapat memberdayakan budaya-budaya dari segi etnografi, yang mana Pantai Losari memiliki taman

patung pahlwan dari berbagai daerah yang dapat kita manfaatkan sebagai pengetahuan yang mendalam dari aspek sejarah dan kronologis dari objek tersebut. Remaja juga bisa memberikan masukan agar taman kota Pantai Losari bisa berkembang lagi yang memusatkan dari suku-suku yang ada di daerah Sulawesi Selatan khususnya Bugis-Makassar dan suku lainnya, sehingga pengunjung amat terkesan ketika berada di Pantai Losari. Inilah di sebut pemanfaatan perilaku sosial remaja secara postif.

Gambar 1. Bagan Kerangka Fikir

PERILAKU SOSIAL REMAJA

POSITIF

PEMANFATAN RUANG PUBLIK

NEGATIF

41 A. Jenis dan Metode Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Perilaku Sosial Remaja dalam Pemanfaatan Ruang Publik Pantai Losari di Kota Makassar adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang atau perilaku, dalam bentuk kata- kata, baik lisan maupun tulisan. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, di mana data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Data-data tersebut lebih banyak bercerita mengenai objek penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2012 : 13) menyatakan bahwa salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, data di kumpulkan dalam bentuk kata-kata, atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka.

Metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi, mencatat apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai kejadian yang di temukan di lapangan dan membuat laporan penelitian.

Adapun ciri-ciri pokok dari metode deskriptif adalah :

1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian di lakukan ( saat sekarang ) atau masalah-masalah yang aktual.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah-masalah yang di selidiki sebagai mana adanya di iringi interprestasi rasional.

Dalam dokumen PERILAKU SOSIAL REMAJA (Halaman 32-49)

Dokumen terkait