BAB III
IKSS 6: Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 56
Capaian kinerja sasaran strategis keempat diukur keberhasilannya melalui satu IKSS, yaitu Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti. Target kinerja pada tahun 2018 adalah 100% dengan realisasi kinerja sebesar 97,14%. Dengan demikian, capaian kinerja sebesar 97,14%.
Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti telah dilaksanakan melalui kegiatan- kegiatan, meliputi:
1. Penandatanganan dua belas dokumen kerja sama berupa Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian/Lembaga/Instansi (K/L/I), sebagai berikut:
a. Pembaruan MoU dengan Badan Pengawas Pemilu di Jakarta pada 13 Februari 2018;
b. Pembaruan MoU dengan PT Pertamina (Persero) di Jakarta pada 16 Mei 2018;
c. Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Pencegahan dan Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi) di Jakarta pada 25 Mei 2018;
d. Pembaruan PKS dengan Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta pada 31 Mei 2018;
e. MoU dengan Badan Kepegawaian Negara di Jakarta pada 3 Oktober 2018;
f. PKS dengan Badan Kepegawaian Negara di Jakarta pada 3 Oktober 2018;
g. MoU dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan di Jakarta pada 4 Oktober 2018;
h. Pembaruan MoU dengan Universitas Sriwijaya di Palembang pada 2 November 2018;
i. PKS dengan Perpustakaan Nasional RI di Jakarta pada 12 November 2018;
j. Pembaruan MoU dengan Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta pada 15 November 2018;
k. MoU dengan Universitas Surabaya di Surabaya pada 26 November 2018; dan l. Pembaruan MoU dengan Kementerian Dalam Negeri di Jakarta pada 14 Desember
2018.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 57
2. PPATK melaksanakan enam kali rapat Komite TPPU dan organ Komite TPPU dan dua kali workshop dalam kegiatan Komite TPPU dengan rincian, sebagai berikut:
a. Rapat Komite TPPU tanggal 7 Maret 2018 di KemenkoPolhukam yang dipimpin oleh Menko Polhukam selaku Ketua Komite TPPU dengan agenda, sebagai berikut:
1) Persiapan Indonesia menjadi anggota FATF;
2) Implementasi Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2017;
3) Pembahasan pelaksanaan pemblokiran DTTOT yang merujuk pada UNSCR Nomor 2231 (Iranian List); dan
4) Pembahasan percepatan implementasi Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 mengenai Beneficial Ownership (BO);
b. Rapat Komite TPPU tanggal 9 Maret 2018 di PPATK yang dipimpin oleh Menko Polhukam selaku Ketua Komite TPPU dengan agenda, sebagai berikut:
1) Pembahasan tindak lanjut temuan asesor pada On Site Visit Mutual Evaluation (ME) bulan November 2017; dan
2) Penetapan Aksi Tahun 2018 pada Stranas TPPU dan Pendanaan Terorisme Tahun 2017-2019.
c. Rapat Kelompok Kerja Komite TPPU pada 25 April 2018 di PPATK yang dipimpin oleh Direktur Kerja sama dan Humas PPATK dengan agenda persiapan Face to Face Meeting pada 30 April sampai dengan 4 Mei 2018, khususnya terkait pemenuhan Immediate Outcome 7 mengenai Penyidikan dan Penuntutan TPPU.
d. Rapat Kelompok Kerja Komite TPPU pada 7 Mei 2018 di PPATK yang dipimpin oleh Deputi Bidang Pemberantasan PPATK dengan agenda pembahasan persiapan agenda High Level Visit oleh FATF.
e. Rapat Komite TPPU tanggal 23 Agustus 2018 di PPATK yang dipimpin oleh Menko Polhukam selaku Ketua Komite TPPU dengan agenda, sebagai berikut:
1) Sosialisasi hasil kegiatan 21st APG Annual Meeting di Kathmandu, Nepal kepada seluruh anggota Komite TPPU; dan
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 58
2) Action plans Indonesia untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas pencegahan dan pemberantasan TPPU dan TPPT di Indonesia dalam persiapan menghadapi MER FATF.
f. Rapat Tim Pelaksana Komite TPPU pada 19 November 2018 di kantor PPATK yang dipimpin oleh Wakil Kepala PPATK dengan agenda:
1) Sosialisasi hasil FATF Plenary pada Oktober 2018 di Paris;
2) Action plans Indonesia dalam persiapan menghadapi MER oleh FATF pada September 2019;
3) Evaluasi pelaporan Rencana Aksi Stranas TPPU melalui SIPPENAS; dan 4) Koordinasi antarlembaga terkait upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan
TPPU.
Pertemuan Komite TPPU dalam bentuk workshop sebanyak dua kali, sebagai berikut:
a. Workshop anggota Komite TPPU pada 21-22 November 2018 di Bogor dengan agenda pembahasan evaluasi pelaporan capaian aksi Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2018 dan training pelaporan capaian aksi; dan
b. Workshop anggota Komite TPPU pada 17-19 Desember 2018 di Bandung dengan agenda pembahasan penyusunan Rencana Aksi Tahun 2019 dalam Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019.
3. Melaksanakan koordinasi tindak lanjut kerja sama dengan instansi-instansi dalam negeri yang telah memiliki dokumen kerja sama dengan PPATK dengan cara mengundang dan menghadiri undangan rapat koordinasi, sosialisasi, seminar, pelatihan, dan/atau workshop dengan agenda pembahasan isu-isu terkini dan rancangan peraturan.
Pada tahun 2018, PPATK telah melakukan penandatanganan dua belas dokumen kerja sama. Dengan demikian, sejak tahun 2003 s.d. 2018, PPATK telah menandatangani 125 dokumen kerja sama (MoU, Perjanjian Kerja Sama/PKS, dan Kesepakatan Bersama) dengan 101 K/L/I dalam negeri.
Penambahan jumlah kerja sama dengan K/L/I yang baru adalah tiga K/L/I yang telah ditandatangani pada triwulan IV tahun 2018, yaitu Badan Kepegawaian Negara,
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 59
Perpustakaan Nasional RI, dan Universitas Surabaya. Namun, terdapat dua K/L yang menjalin MoU telah dibubarkan, yaitu Bapepam dan Ditjen Lembaga Keuangan.
Selain itu, terdapat perubahan nomenklatur terhadap dua mitra MoU, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat yang digabung menjadi satu kementerian. Dengan demikian, PPATK telah menjalin 122 dokumen kerja sama dengan 98 K/L/I dalam negeri.
Sampai dengan triwulan III tahun 2018, dari 122 dokumen kerja sama, terdapat 67 dokumen kerja sama yang masih berlaku sampai dengan triwulan III tahun 2018 dan telah ditindaklanjuti selama tahun 2003-2018. Dari delapan dokumen kerja sama yang ditandatangani pada triwulan IV tahun 2018, terdapat lima dokumen kerja sama dengan instansi yang baru, sehingga terdapat 72 dokumen kerja sama. Selanjutnya, pada triwulan IV tahun 2018, terdapat dua dokumen kerja sama yang habis masa berlakunya, yaitu MoU dengan PT Indonesia Power dan MoU dengan PT PLN.
Dengan demikian, jumlah dokumen kerja sama yang masih berlaku dan telah ditindaklanjuti selama tahun 2003-2018 adalah 70 dokumen kerja sama. Dari 70 dokumen kerja sama tersebut, PPATK telah menindaklanjuti kerja sama dalam 68 dokumen kerja sama pada tahun 2018. Dengan demikian, realisasi kinerja IKSS ini pada tahun 2018 adalah 97,14%.
Rekapitulasi kegiatan kerja sama yang ditindaklanjuti selama tahun 2018, sebagai berikut:
a. Pada tahun 2017, terdapat 70 dokumen kerja sama yang masih berlaku dan telah ditindaklanjuti selama tahun 2003-2017.
b. Pada tahun 2018, telah ditandatangani penandatanganan 12 (dua belas) dokumen kerja sama yang terdiri dari 6 (enam) pembaruan dokumen kerja sama dan 6 (enam) dokumen kerja sama yang baru. Dengan demikian, jumlah dokumen kerja sama adalah 76 dokumen kerja sama.
c. Namun, selama tahun 2018, terdapat 6 (enam) dokumen kerja sama yang telah habis masa berlakunya, yaitu:
1) MoU dengan Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi;
2) MoU dengan NCB Interpol;
3) MoU dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 60
4) MoU dengan Otoritas Jasa Keuangan;
5) MoU dengan PT Indonesia Power; dan
6) MoU dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dengan demikian, pada tahun 2018, jumlah dokumen kerja sama yang masih berlaku dan telah ditindaklanjuti selama tahun 2003-2018 adalah 70 dokumen kerja sama. Dari 70 dokumen kerja sama tersebut, PPATK telah menindaklanjuti kerja sama dalam 68 dokumen kerja sama.
Tabel 3.17
Perbandingan Realisasi Kinerja IKSS ke-6 PPATK Tahun 2017-2018
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Tahun 2017 Tahun 2018
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti.
100% 94,29% 94,29% 100% 97,14% 97,14%
Berdasarkan Tabel 3.17, diketahui bahwa pada tahun 2018, target kinerja indikator Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti adalah 100% dan realisasi kinerja sebesar 97,14%
belum berhasil mencapai target kinerja. Capaian kinerja indikator kinerja tersebut adalah 97,14%. Namun demikian, realisasi kinerja IKSS ini pada tahun 2018 meningkat sebesar 2,85% apabila dibandingkan dengan realisasi kinerja pada tahun 2017.
Dampak positif capaian IKSS Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti terhadap sasaran strategi meningkatnya efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan TPPU adalah:
1. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong efektivitas Indonesia dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses penilaian akhir MER APG dalam Face to Face on Site Visit oleh tim penilai MER di Jakarta pada 30 April- 4 Mei 2018 dan HLV FATF di Jakarta pada 9-11 Mei 2018 yang telah memperoleh penilaian yang memuaskan. Hal ini dalam upaya pemenuhan rekomendasi FATF dan peningkatan status Indonesia menjadi anggota FATF, sehingga harus berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait. Dalam menghadapi MER APG, PPATK pada tahun 2018 telah menindaklanjuti kerja sama dalam Komite TPPU dengan hasil, sebagai berikut:
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 61
a. Indonesia telah menetapkan Rencana Aksi Tahun 2018 sebagai lanjutan dari pelaksanaan Rencana Aksi Tahun 2018 dalam rerangka Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Stranas TPPU dan TPPT) periode 2017-2019 pada 9 Maret 2018. Rencana Aksi Tahun 2018 menargetkan kepada seluruh anggota Komite TPPU untuk menetapkan ketentuan terkait rezim APU-PPT dan meningkatkan efektivitas implementasinya dengan metode pendekatan berbasis risiko. Instansi terkait telah menyusun Sectoral Risk Assessment (SRA) dan Risk Based Approach (RBA) merujuk pada hasil National Risk Assessment on Money Laundering and Terrorist Financing (NRA). Dengan demikian, penetapan dan pelaksanaan Rencana Aksi Tahun 2018 dapat membantu Indonesia dalam proses MER oleh APG yang dilakukan sejak tahun 2017 sampai tahun 2018.
b. Komite TPPU telah melakukan persiapan menghadapi proses penilaian akhir MER APG dalam Face to Face on Site Visit oleh tim penilai MER di Jakarta pada 30 April-4 Mei 2018, sehingga tim penilai telah melihat keseriusan Indonesia dalam menindaklanjuti temuan tim penilai sebelumnya pada on site visit tanggal 6-17 November 2017.
c. Komite TPPU telah melakukan persiapan yang baik dalam menyelenggarakan kegiatan HLV FATF di Jakarta pada 9-11 Mei 2018, sehingga delegasi high level FATF dapat melakukan pertemuan dengan para pimpinan kementerian/lembaga terkait rezim APU-PPT. Hal tersebut membuktikan keseriusan Indonesia dalam proses pemenuhan Rekomendasi FATF dan pengajuan menjadi anggota FATF.
Hasil dari kegiatan HLV yang dilaksanakan di Paris pada 29 Juni 2018, yaitu
“Indonesia menunjukkan antusiasme yang tinggi dan komitmen penuh dalam menegakkan rezim APU-PPT”. Dalam sidang tersebut, FATF mengesahkan peningkatan status Indonesia menjadi observer FATF.
d. Indonesia yang meliputi seluruh instansi terkait dalam keanggotaan Komite TPPU dan di luar Komite TPPU yang mempunyai MoU dengan PPATK telah memperoleh hasil penilaian yang termasuk dalam kategori memuaskan (satisfactory).
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 62
2. Tindak lanjut kerja sama melalui Komite TPPU telah mendorong Indonesia menetapkan Rencana Aksi Tahun 2018 dalam Stranas TPPU dan TPPT Tahun 2017-2019 untuk memperkuat rezim APU-PPT melalui pendekatan berbasis risiko.
3. Efektivitas kerja sama dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU juga ditingkatkan dengan diterapkannya sistem aplikasi SIPPENAS dalam upaya pelaporan Strategi Nasional PP TPPU oleh setiap anggota komite TPPU. Pada tahun 2018, 12 anggota dari 14 anggota Komite TPPU telah melaporkan capaian kinerjanya melalui aplikasi tersebut.
4. Efektivitas kerja sama pencegahan dan pemberantasan pendanaan terorisme diwujudkan melalui kesuksesan PPATK menjadi co-host pada kegiatan 4th Counter- Terrorism Financing Summit (CTF Summit) pada 6-8 November 2018 di Bangkok, Thailand. Kegiatan 4th CTF Summit telah menghasilkan dokumen Bangkok Communiqué.
Tabel 3.18
Perbandingan Realisasi IKSS ke-6 Tahun 2018 dengan Target Tahun 2015-2019
IKSS Target Tahun Realisasi
Tahun 2018
Persentase Realisasi Dibanding
Target Tahun 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100% 97,14% 97,14%
Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2019, capaian kinerja IKSS ini telah mencapai 97,14%. Secara persentase, capaian kinerja ini cukup baik. Namun demikian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja. Kendala- kendala yang dihadapi dalam pencapaian IKSS Persentase kerja sama yang ditindaklanjuti, antara lain:
1. Belum terdapat integrasi data terkait tindak lanjut ruang lingkup kerja sama yang dilaksanakan oleh unit kerja PPATK, sehingga pencarian data tindak lanjut kerja sama masih dilaksanakan secara manual.
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 63
2. Terdapat MoU yang tidak ditindaklanjuti karena proses penyusunan MoU tidak menggunakan analisis kelayakan pihak kerja sama, sehingga mitra kerja sama bersifat kurang strategis.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, PPATK melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada periode pengukuran kinerja selanjutnya, antara lain
1. PPATK telah menyusun SOP pelaksanaan kerja sama dengan pihak dalam dan luar negeri. Hasil pembahasan tersebut adalah pengesahan Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme. Peraturan kepala tersebut mengatur pedoman yang dapat menyelesaikan kendala dalam hal-hal strategis, sebagai berikut:
a. Pedoman analisis kriteria kelayakan pihak dalam dan luar negeri dan identifikasi kebutuhan kerja sama dalam proses penyusunan perjanjian.
b. Pedoman dalam proses penjajakan, penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi perjanjian.
2. PPATK akan membuat database seluruh dokumen kerja sama dalam bentuk MoU dan Perjanjian Kerja Sama yang memuat inventarisasi ketentuan-ketentuan perjanjian yang strategis yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Masa berlaku.
b. Waktu diperlukannya peninjauan kembali.
c. Ruang lingkup kerja sama.
d. Keterangan terkait masa berlakunya kerja sama.
e. Bentuk tindak lanjut kerja sama pada tahun berjalan.
3. Untuk memastikan dokumen kerja sama dapat ditindaklanjuti, PPATK telah menyusun analisis kelayakan kerja sama dalam negeri di dalam setiap penjajakan kerja sama dengan calon mitra kerja sama yang baru ataupun proses penjajakan dalam pembaruan dokumen kerja sama. Analisis tersebut disampaikan kepada Direktorat Hukum untuk dilakukan penyusunan legal drafting. Analisis kelayakan kerja sama tersebut merujuk pada amanat yang tercantum pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor: PER-12/1.03/PPATK/08/15 tentang Pedoman
PPATK |LAPORAN KINERJA TAHUN 2O18 64
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Perjanjian dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dengan melakukan analisis terkait aspek-aspek, sebagai berikut:
a. Kejelasan status hukum.
b. Kemanfaatan.
c. Kesediaan untuk menjalin kerja sama.
d. Komitmen yang baik dan saling percaya.
e. Kesediaan menaati peraturan perundang-undangan.
Sasaran strategis 5 dimaksudkan agar PPATK dapat mengukur kualitas hasil riset yang dilakukan PPATK, sehingga diketahui manfaat hasil riset bagi pihak eksternal dalam upaya mendorong usaha pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan