BAB III PEMBAHASAN
B. Problematika Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak Pada Masa
Hasil analisis peneliti terhadap problematika guru Akidah Akhlak pada masa pandemi Covid-19 di MTs Al Ijtihad Danger yaitu terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru Akidah Akhlak, baik dari tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap proses pembelajaran. Adapun uraian problematika yang dialami yaitu sebagai berikut.
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana.
Pelaksanaan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), merupkan inti dari sebuah pendidikan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Halim Simatupang bahwasanya kegiatan belajar merupakan kegiatan inti dalam pengajaran. segala sesuatu yang telah dirancang untuk kegiatan pembelajaran akan dilaksanakan melaui proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dan peserta didik akan terlibat dalam sebuah interaksi dimana bahan pelajaran menjadi mediumnya dan seluruh komponen pembelajaran akan dilibatkan dan dari kegiatan belajar
mengajar tersebut akan dapat diketahui sejauh mana indikator pencapaian kompetensi dapat tercapai.106
Diantaranya terdapat beberapa aspek dari RPP kelas 7 yang tidak dapat terpenuhi ketika menjalankan proses pembelajaran pada masa pandemi Covid-19, yaitu bagian kegiatan proses pembelajaran dimana waktu pembelajaran yang seharusnya berlangsung selama 80 menit sekali pertemuan berkurang menjadi 15-20 menit, materi ajar dirangkum dan dikurangi seperti materi Akidah Islam yang seharusnya mengambil dari kisah ketelaadanan Nabi Ibrahim dengan cara menceritakan kisahnya secara rinci menjadi tidak diceritakan dan hanya disampaikan beberapa hal saja terkait dengan pengertian, dalil dan dasar-dasar Akidah Islam yaitu Al Qur’an dan Hadits. Kemudian pada bagian kegiatan pembelajaran juga tidak dapat direalisasikan dengan maksimal, misalkan pada bagian pembukaan guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, peserta didik tidak dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai tuntunan RPP, serta peserta didik hanya dijelaskan saja mengenai materi Akidah Islam dan tidak melaksanakan kegiatan lain seperti mengamati, mengeksplorasi, ataupun mempertanyakan. Pada bagian media pembelajaran di RPP guru juga terdapat media audio visual berupa video untuk mengajar , namun nyatanya tidak ada. Selanjutnya pada bagian evaluasi RPP berupa pilihan
106 Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad-21, (Surabaya: CV. Cipta Media Edukasi, 2019), hlm. 13.
ganda juga tidak pernah dijawab oleh peserta didik. Selain itu terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengajar yang seharusnya digunakan berdasarkan RPP yatiu metode diskusi, tanya jawab, role play dan demonstrasi, namun pada kenyataannya metode yang digunakan ketika mengajar pada masa pandemi ini yaitu hanya metode diskusi dan tanya jawab saja. Pelaksanaan proses pembelajaran tentunya tidak selamanya dapat berjalan dengan baik apalagi pada masa pademi Covid- 19. Abd. Rahim Mansyur dalam artikelnya yang berjudul “Dampak Covid-19 Terhadap Dinamika Pembelajaran Di Indonesia” berpendapat, bahwa pelaksanaan proses pembelajaran tidak selamanya dapat berjalan baik sesuai dengan yang telah direncanakan. Akibatnya, tujuan pembelajaran pun tidak selamanya dapat dicapai secara maksimal karena ada banyak faktor yang mempengaruhi dinamika pembelajaran sehingga berdampak pada aspek kognitif, psikomotorik serta afektif peserta didik yang berkembang dengan lamban. Dengan adanya wabah Covid-19, memberikan dampak yang besar pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berupa dihentikannya kegiatan sekolah secara nasional oleh pemerintah pusat.107
Pelatihan pembuatan RPP merupakan hal yang sangat penting bagi guru untuk dapat meningkatkan kompetensinya sebagai guru profesional
107 Abd. Rahim Mansyur, “Dampak Covid-19 Terhadap Dinamika Pembelajaran Di Indonesia”, Education and Learning Journal, Vol. 1, No. 2, 2020, pp 113-123, hlm. 118.
dalam menyusun rancangan pembelajaran yang ideal. Namun pada kenyataannya masih terdapat banyak guru di MTs Al Ijtihad Danger yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk menyusun RPP secara mandiri dengan baik dan tepat sehingga menyebabkan banyak guru termasuk guru-guru di MTs Al Ijtihad Danger mengunduh RPP melalui internet.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Ena Suprapti dalam artikelnya yang berjudul “Supervisi Individual Dengan Pendekatan Kolaboratif Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP”, yaitu banyak guru yang tidak mengembangkan silabus yang berasal dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), menyalin RPP dari internet, tidak membuat RPP dengan baik, serta kurang kreatif dan inovatif dalam membuat RPP.108
Kurangnya kompetensi para guru MTs Al Ijtihad Danger termasuk guru Akidah Akhlak dalam membuat RPP menjadi salah satu kendala yang dialami dalam kegiatan mempersiapkan proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Di luar masa pandemi Covid-19 RPP yang digunakan oleh guru pada semester sebelumnya dapat digunakan secara terus menerus dengan sedikit melakukan modifikasi. Akan tetapi pada masa pandemi Covid-19 ini, para guru termasuk guru Akidah Akhlak di MTs Al
108 Ena Suprapti, “Supervisi Individual Dengan Pendekatan Kolaboratif Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menyusun RPP”, Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 18, No. 2, 2017, pp 1-9, hlm. 1.
Ijtihad Danger dituntut untuk menyusun rencana pembelajaran menyesuaikan dengan keadaan pandemi Covid-19. Ketidak mampuan guru untuk membuat RPP tentu saja akan menjadi masalah dalam menyiapkan rencana pembelajaran.
Kurangnya kompetensi guru dalam membuat RPP disebabkan karena rata-rata guru MTs Al Ijtihad Danger belum pernah mengikuti Pelatihan Profesi Guru (PPG) ataupun pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran termasuk guru Akidah Akhlak, hanya ada beberapa guru yang telah mengikuti Pelatihan Profesi Guru (PPG) yang memiliki kompetensi dalam membuat RPP, seperti guru SKI kelas 1,2 dan 3 Bapak Nasrun, S.Pd, yang telah mendapatkan pelatihan menjadi guru professional di UIN Mataram. Oleh karena itu guru Akidah Akhlak MTs Al Ijtihad Danger hanya memiliki beberapa RPP yang digunakan secara berulang setiap semester dan tetap digunakan hingga masa pandemi Covid-19.
Permasalahan guru yang tidak memiliki kompetensi dalam membuat RPP memanglah menjadi permasalahan yang umum bagi banyak sekolah atau madrasah, tidak hanya di MTs Al Ijtihad Danger melainkan juga diberbagai lembaga pendidikan lainnya. Contohnya, Ali
Imran dalam artikelnya mengemukakan bahwa kompetensi guru dalam membuat RPP di SMAN 1 Lembah Lintang masih rendah,109
Menurut Mawardi dalam artikelnya, kopetensi guru menyusun RPP di Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kota sabang masih rendah,110 dan menurut Asep Dimyadi Maolana dalam artikelnya, guru-guru di SD Negeri 011 Kembang Harum Kecamatan Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu belum memiliki kemampuan dalam menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.111 Dan masih banyak lagi lembaga pendidikan yang memiliki guru yang kurang kompeten dalam membuat perangkat pembelajaran berupa RPP.
2. Kompetensi guru Akidah Akhlak dalam mengoperasikan perangkat teknologi yang kurang.untuk kebutuhan pembelajaran daring.
Pada masa pandemi Covid-19, peran teknologi sangatlah dibutuhkan sebagai media untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mudah dan cepat bagi seorang guru. Berbagai macam aplikasi maupun software pembelajaran sangatlah dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran, seperti Whatsapp,Google Clashroom, Schoology, Zoom dan lain-lain.
109Ali Imran, “Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SMAN 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”, Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 55
110 Mawardi, “Optimalisasi Kompetensi guru Dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran”, Jurnal Ilmiaah DIDAKTIKA, Vol. 20, No. 1, 2019, hlm. 69.
111 Asep Dimyadi Maolana, “Peningkatan kompetensi Gru Dalam Menyususn rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui In House Training”, Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 2, No. 5, 2018, hlm. 958.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Sularso Budilaksono, Ahmad M. Thantawi, Ilanova V. Oisina Situmeang, Woro Harkandi Kencana dan Endri Sentosa dalam artikel yang berjudul “Workshop Teknologi Pembelajaran Daring Dan Komunikasi Publik Yang Efektif Di Era Pandemi” disebutkan bahwasanya aplikasi Google Classroom sangatlah bermanfaat untuk mendukung sistem pembelajaran online, yang terdiri dari manajemen kelas, guru, siswa, tugas dan nilai.112
Untuk melatih kompetensi guru dalam memanfaatkan berbagai macam aplikasi ataupun software pembelalajaran daring maka dibutuhkan gadget berupa ponsel Smart Phone ataupun perangkat lain berupa laptop sebagai media untuk meningkatkan kapasitas teknologi guru. Dengan meningkatkan kapasitas teknologi secara mendalam akan memberikan banyak pilihan media bagi guru terutama guru Akidah Akhlak dalam mengajar di masa pandemi Covid-19 dengan menggunakan teknologi media online, baik berupa aplikasi Google Clasroom, Schology, Whatsapp dan lain-lain.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Anindita Trinura Novitasari, Indah Purnama Sari dan Zaeni Miftah dalam artikelnya, bahwa fasilitas
112 Budilaksono, Ahmad M. Thantawi, Ilanova V. Oisina Situmeang, Woro Harkandi Kencana dan Endri Sentosa, “Workshop Teknologi Pembelajaran Daring Dan Komunikasi Publik Yang Efektif Di Era Pandemi”, IKRAITH-ABDIMAS, Vol. 4, No.1, 2020, hlm. 159.
teknologi yang dimiliki oleh sekolah seperti laptop dapat digunakan oleh guru sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran.113
Guru Akidah Akhlak di MTs Al Ijtihad Danger secara pribadi masih kurang kompeten dalam mengoperasikan perangkat berupa ponsel ataupun laptop sebab tidak terbiasa dalam menggunakannya. Guru Akidah Akhlak MTs Al Ijtihad Danger juga belum memiliki perangkat tersebut sehingga untuk dapat meningkatkan kapasitas teknologi berupa mengoperasikan Smart Phone dan laptop dengan baik pada era modern saat ini menjadi terhambat. Adapun alasan guru Akidah Akhlak tidak memiliki perangkat gadget tersebut karena tidak terbiasa menggunakan gadget ponsel Smart Phone sebagai ponsel sehari-hari dan tidak terbiasa menggunakan mida daring atau online untuk menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut menyebabkan guru Akidah Akhlak tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara daring atau online pada masa pandemi Covid-19.
Merujuk pada Surat Edaran Pemerintah Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), maka proses pembelajaran pada awal masa pandemi Covid-19 dilakukan melalui rumah masing- masing dengan berbagai ketentuan yang telah ditetapkan oleh
113Anindita Trinura Novitasari, Indah Purnama sari dan Zaeni Miftah, “Pelatihan Membuat Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Teknologi”, Jurnal Pengamdian Untuk Mu Negeri, Vol. 4, No. 1, 2020, hlm. 67.
pemerintah.114 Proses pembelajaran dari rumah dilakukan dengan memanfaatkan teknologi Daring seperti Google Classroom, Schology dan lain-lain. Akan tetapi karena kurangnya kemampuan guru-guru MTs Al Ijtihad Danger, terutama guru Akidah Akhlak dalam menggunakan teknologi Daring membuat pembelajaran Akidah Akhlak secara Daring tidak dapat dilakukan.
3. Problematika dalam manajemen waktu untuk menyelesaikan materi pelajaran
Problematika dalam menyelesaikan materi pelajaran merupakan permasalahan umum yang dialami oleh banyak guru pada masa pandemi Covid-19, termasuk guru Akidah Akhlak di MTs Al Ijtihad Danger. Akan tetapi mengacu pada Surat Edaran kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 tidak dibebani tuntutan untuk dapat memenuhi seluruh capaian kurikulum sebagai syarat untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan.115
Terkait dengan kebijakan Kemendikbud tersebut, berdasarkan hasil penelitian di MTs Al Ijtihad Danger, maka dapat diperoleh fakta
114 Kemendikbud, Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19), hlm. 1.
115 Ibid.
bahwasanya guru Akidah Akhlak tidak dapat menyelesaikan sebagian dari keseluruhan materi pelajaran hingga mid semester. Hal tersebut sejalan dengan keterangan yang disampaikan oleh peserta didik MTs Al Ijtihad Danger. Menurut kelas peserta didik 8E, bahwasanya materi pelajaran hanya dapat dituntaskan hingga bab 1 saja yaitu materi terkait dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi. Hal tersebut juga terjadi pada kelas 8A, 8B, 8C, dan 8D, dimana materi yang dituntaskan hanyalah materi terkait dengan kitab-kitab Allah yaitu pembahasan tentang kitab Taurat saja. Sedangkan untuk kelas 1 secara keseluruhan hanya membahas bab 1 tentang Akidah Islam saja, dan tidak dapat membahas materi pembelajaran selanjutnya seperti materi tentang sifat wajib, mustahil dan ja’iz bagi Allah dan lain sebagainya.
Minimnya waktu pembelajaran yaitu 15-20 menit pada setiap pertemuan menjadi kendala guru dalam memanajemen waktu untuk dapat menyelesaikan materi pelajaran sesuai dengan yang ada di RPP. Hal tersebut disbabkan oleh waktu sekolah peserta didik yang sangat minim yaitu dari jam 8.00 wita hingga 10.00 wita (2 jam). Minimnya waktu belajar tersebut menjadi kendala nyata bagi guru Akidah Akhlak dalam menuntaskan materi pembelajaran pada masa pandemi Covid-19.
Peserta didik juga mengalami kesulitan waktu dalam memanajemen waktu belajar di rumah. Kesulitan peserta didik MTs Al
Ijtihad Danger dalam memanajemen waktu belajar di rumah terlihat nampak ketika peserta didik telah diberikan tugas oleh guru Akidah Akhlak akan tetapi masih banyak terdapat peserta didik yang belum mengerjakan tugas tersebut ketika tiba waktu hari pengumpulan tugas tersebut. Menurut peserta didik kelas 8E, kesulitan dalam memanajemen waktu belajar tersebut disebabkan oleh berbgai macam aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik di rumah yang didominasi oleh bermain game online, chatting, dam sosial media sambal tiduran di rumah.
Temuan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tri Rizki Arianto dalam artikel yang berjudul “Dampak Game Online Terhadap Prestasi Belajar Pelajar”, yaitu maraknya perkembangan dunia internet telah sangat banyak memberikan pengaruh bagi para pelajar, terutama dengan adanya game online, permainan yang berpotensi mengganggu prestasi belajar karena memiliki sifat adiktif yang dapat menyebabkan candu. Anak sekolah merupakan pengguna yang paling mudah untuk tercandu sehingga waktu yang mereka miliki yang seharusnya digunakan untuk istirahat ataupun bermain digunakan untuk duduk di depan komputer dan bermain game online. Hal tersebut dapat memicu timbulnya prilaku negative berupa mencuri untuk membeli game
baru, bolos sekolah, malas mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan rasa tidak tenang apabila tidak dapat bermain game online.116
4. Problematika guru dari segi afektif dan kognitif peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran
a. Problem dalam bidang afektif
Problematika dalam bidang afektif peserta didik ditunjukkan melalui perilaku peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas seperti tidur dalam kelas, melamun, membuat forum dalam forum, tidak mengerjakan tugas tepat waktu, melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran dan lain sebagainya.
Permasalahan peserta didik dalam bidang afektif di dalam kelas ketika menjalankan proses pembelajaran berupa tertidur dalam kelas, tidak memperhatikan pembelajaran, tidak mengerjakan tugas tepat waktu dan lain-lain merupakan indikasi atas minat dan motivasi belajar yang lemah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sri Mulyo, Mohammad Ilyas dan Ahmad Rishani dalam artikel yang berjudul
“Pembelajaran Keterampilan Berbicara Dengan Metode Field Trip Pada Peserta Didik Kels IX SMP Samarinda”, yaitu indikasi-indikasi peserta didik yang kurang semangat dalam belajar yaitu tertidur dalam
116Tri Rizki Ariantoro,”Dampak Game Online Terhadap Prestasi Belajar Pelajar”, JUTIM, Vol.1, No. 1, 2016, hlm. 47.
kelas, peserta didik berbicara dengan temannya atau melakukan hal yang tidak ada kaitannya dengan langkah pembelajaran.117
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Slameto dalam artikel Ira Novita sari, Dwi Fajar Saputri dan Sasmita yang berjudul “Pengaruh Minat dan Motivasi Be;ajar Terhadap prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas”, bahwasanya siswa yang tidak memperhatikan pelajaran merupakan indikasi bahwa minat peserta didik rendah, karena minat adalah ketertarikan atau kecendrungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan yang dalam hal ini yaitu belajar. Sedangkan siswa yang kurang aktif dan tidak mengerjakan tugas mengindikasikan motivasi belajar peserta didik yang lemah, sebab motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.118 Menurut hasil temuan peneliti di kelas 9D, tidak semangatnya peserta didik di MTs Al Ijtihad Danger disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang membuat suasana belajar menjadi tidak ramai, seru dan menyenangkan bagi pesertadidik.
117Sri Mulyo, Mohammad Ilyas dan Ahmad Rishani, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Dengan Metode Field Trip Pada Peserta Didik Kels IX SMP Samarinda”, DIGLOSIA, Vol. 2, No. 2, 2019, hlm. 116.
118 Ira Novita Sari, Dwi Fajar Saputri dan Sasmita, “Pengaruh Minat dan motivasi Terhadap Prestasi belajar Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas”, JEMS:
Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol.4, No. 2, 2016, hlm. 109.
b. Problem dalam bidang kognitif
Menururt hasil temuan peneliti, Problematika dalam bidang kognitif peserta didik terlihat melalui indikasi-indikasi yang menunjukkan ketidakpahaman peserta didik secara mendalam dengan materi pelajaran yang disampakan oleh guru Akidah Akhlak, berupa ketidak aktifan peserta didik dalam memberikan argument, serta peserta didik yang malu dalam bertanya. Padahal, bertanya dan memberikan argument merupakan salah satu kegiatan pengembangan kemampuan berfikir kritis peserta didik untuk memperluas cakupan pengetahuan ataupun wawasan yang dimiliki oleh peserta didik.
Sesuai dengan pendapat Zoller dalam artikel Farqiyatur Ramadhan, Susriyati Mahanal dan Siti Zubaidah yang berjudul
“Kemampuan Bertanya Siswa Kelas X SMA Swasta Kota Batu Pada Pelajar Biologi”, yaitu mengajukan pertanyaan atau bertanya merupakan landasan dasar untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah.119
119 Farqiyatur Ramadhan, Susriyati Mahanal, Siti Zubaidah, “Kemampuan Bertanya Siswa Kelas X SMA Kota Batu Pada Pelajar Biologi”, BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Metro, Vol. 8, No. 1, 2017, hlm. 13.
C. Upaya Guru Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak