ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO
1.4 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah Tahun
merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Arah pergerakan NTP dan NTN dapat memberikan gambaran tentang dinamika tingkat kesejahteraan keluarga petani dan nelayan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, faktor-faktor yang memengaruhi NTP dan NTN juga memengaruhi tingkat kesejahteraan petani dan nelayan yang harus tetap diperhatikan dalam pembangunan nasional.
1.4 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi
laju inflasi secara jangka menengah, Pemerintah telah merancang peta jalan pengendalian inflasi nasional sebagai rencana aksi dalam mencapai target pengendalian inflasi nasional. Hal ini juga didukung dengan kerja sama dan koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Bank Indonesia dalam kerangka Tim Pengendalian Inflasi Nasional. Dalam pengendalian inflasi nasional, empat strategi utama mencakup aspek Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif dalam rangka menjaga ekspektasi inflasi agar tetap positif. Dengan memerhatikan hal-hal tersebut, laju inflasi pada periode 2023–2025 diperkirakan mencapai kisaran 1,5 – 4,0 persen.
Nilai Tukar Rupiah
Perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka menengah masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari domestik maupun global. Dalam upaya pemulihan ekonomi domestik yang terus berlanjut maka akan berimplikasi terhadap tingginya kebutuhan valuta asing di dalam negeri, salah satunya yang bersumber dari kegiatan importasi untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pembangunan dan peningkatan kapasitas produksi domestik.
Selain itu, kebutuhan untuk refinancing sebagai konsekuensi atas pembiayaan pemulihan krisis akibat pandemi Covid-19 diperkirakan turut berpengaruh terhadap kebutuhan valuta asing di pasar keuangan domestik. Di sisi lain, peningkatan aktivitas perekonomian global terutama yang terjadi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia diharapkan mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia sehingga pada akhirnya dapat mendukung pasokan valuta asing di dalam negeri serta menjaga kinerja defisit transaksi berjalan dalam level yang rendah.
Di samping itu, dinamika yang terjadi di pasar keuangan global akan turut memengaruhi perkembangan supply valuta asing di dalam negeri. Preferensi investor untuk berinvestasi ke negara-negara emerging market terutama akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang terjadi di AS. Kemajuan ekonomi AS diperkirakan akan memengaruhi berbagai stance kebijakan yang akan diambil oleh otoritas moneter dan fiskal Pemerintah AS, sehingga akan memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap aliran modal ke negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Namun, kebijakan reformasi struktural yang terus dilakukan diharapkan dapat menopang fundamental perekonomian domestik.
Selain itu, kebijakan fiskal yang responsif diharapkan dapat menjaga iklim investasi sehingga diharapkan mampu menjaga minat investor untuk tetap berinvestasi ke dalam negeri. Koordinasi dengan berbagai stakeholder terutama Bank Indonesia sebagai otoritas moneter juga terus dilaksanakan secara kontinu untuk menjaga stabilitas perekonomian dan inflasi dalam level yang rendah. Di sisi sektor keuangan, upaya pendalaman pasar keuangan diharapkan mampu menjaga stabilitas sistem keuangan dan memberikan kesempatan dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan di pasar keuangan domestik sehingga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap investor asing dan mampu meredam gejolak di keuangan domestik akibat tingginya volatilitas di pasar keuangan global. Berdasarkan gambaran dan faktor-faktor tersebut di atas, nilai tukar rupiah selama tahun 2023 hingga 2025 diperkirakan akan bergerak stabil pada kisaran Rp13.500 – 15.000 per dolar AS.
Suku Bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 Tahun
Pasar keuangan global diperkirakan masih akan didukung oleh adanya kebijakan moneter yang longgar di negara maju dalam merespon kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Hal ini akan menghambat capital outflow dari emerging market, termasuk Indonesia. Namun, kemungkinan percepatan penanganan pandemi Covid-19 di negara maju akan mendorong percepatan pemulihan ekonominya.
Selanjutnya, percepatan pemulihan ekonomi tersebut akan mendorong negara maju untuk menerapkan kebijakan normalisasi moneter melalui kenaikan tingkat suku bunga dan mendorong capital outflow dari emerging market.
Hal ini akan meningkatkan risiko kenaikan tingkat suku bunga SUN 10 tahun dengan lebih cepat.
Dari sisi domestik, beberapa faktor yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan suku bunga SUN 10 tahun antara lain adalah stabilitas perekonomian nasional yang akan tetap terjaga tercermin dari laju inflasi yang cukup rendah dan nilai tukar yang relatif stabil. Kondisi inflasi yang terkendali tersebut akan memberikan ruang bagi kebijakan moneter yang lebih longgar. Pengelolaan fiskal yang sehat dan disiplin fiskal, serta perbaikan struktural akan dijalankan Pemerintah guna mendukung penguatan perekonomian nasional, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan investor. Selanjutnya, hal ini akan berpengaruh positif terhadap pergerakan tingkat suku bunga 10 tahun yang akan memberikan efisiensi terhadap biaya bunga utang. Dengan memerhatikan faktor-faktor tersebut, rata-rata suku bunga SUN 10 tahun pada tahun 2023–
2025 diperkirakan akan bergerak pada kisaran 6,30 – 7,72 persen.
Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP)
Dalam jangka menengah, pergerakan harga minyak mentah dunia dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global, terutama setelah masa pemulihan pasca pandemi Covid-19. Sisi permintaan diperkirakan akan terus mengalami pemulihan seiring aktivitas ekonomi dunia yang kembali normal. Produksi minyak juga akan terus melakukan penyesuaian seiring dengan perkembangan permintaan. Namun, meningkatnya penggunaan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan akan menahan kenaikan harga minyak mentah seiring dengan agenda transisi energi oleh sebagian negara.
Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, ICP dalam jangka menengah diperkirakan bergerak pada kisaran US$55 – 70 per barel, mengikuti pola pergerakan harga minyak mentah dunia.
Lifting Minyak dan Gas Bumi
Dalam jangka menengah, upaya peningkatan kinerja hulu migas terus diupayakan dengan berbagai kebijakan sejalan dengan arah transformasi target produksi sektor hulu migas sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari di tahun 2030. Pemerintah akan berupaya meningkatkan produksi migas melalui pelaksanaan program pengeboran rutin, percepatan plan of development, peningkatan recovery factor lapangan eksisting dengan Enhanced Oil Recovery, maupun dengan melakukan perbaikan daya tarik investasi secara berkelanjutan dalam rangka mendorong aktivitas eksplorasi baru yang masif.
Peningkatan investasi di sektor hulu migas tersebut akan diupayakan melalui perbaikan baik dari sisi fiskal, khususnya melalui
perbaikan skema kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC), maupun dengan terus melakukan reformasi birokrasi untuk menyederhanakan proses perizinan dan mendorong kemudahan berusaha. Aktivitas eksplorasi yang masif menjadi faktor kunci dalam menambah cadangan sumber daya, terutama pada cekungan (basin) yang masih belum tersentuh. Beberapa potensi proyek pengembangan lapangan migas besar (giant field) yang diharapkan dapat menjadi sumber produksi baru di masa depan, di antaranya Blok Indonesian Deep Water (IDD) di
2023 2024 2025
Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy) 5,3-6,1 5,4-6,3 5,5-6,5
Inflasi (%,yoy) 2,0-4,0 1,5-3,5 1,5-3,5
Nilai Tukar (Rp/US$) 13.800-15.000 13.600-15.000 13.500-15.000
Tingkat Suku Bunga SUN 10 Tahun (%) 6,32-7,48 6,32-7,63 6,30-7,72
Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 55-70 55-70 55-70
Lifting Minyak Mentah (ribu barel per hari) 652-750 616-778 575-808
Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.082-1.195 1.097-1.292 1.047-1.365
Sumber: Kementerian Keuangan
TABEL 1.7
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO JANGKA MENENGAH TAHUN 2023-2025 Indikator
perairan Sulawesi, Blok Masela di Maluku, serta Sakakemang di wilayah Sumatera.
Dengan melihat kondisi eksisting, potensi dan tantangan, serta upaya reformasi kebijakan dan tata kelola hulu migas, lifting minyak dan gas bumi dalam jangka menengah diprediksi masing-masing berada pada kisaran 575 – 808 ribu bph dan 1.047 – 1.365 ribu bsmph.
Asumsi dasar ekonomi makro dalam jangka menengah dapat dilihat pada Tabel 1.7.