• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rupiah

Dalam dokumen Inovasi dari Hati (Halaman 115-119)

terhadap

USD

YoY

Rp

Gejolak Ekonomi Domestik di Tengah Tahun Politik Pemilihan Umum merupakan tema utama yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dalam negeri sepanjang tahun 2014, baik menjelang pemilihan legislatif maupun eksekutif. Hal ini terutama tercermin pada pergerakan aliran dana di pasar modal yang fluktuatif mengiringi tiap perubahan kondisi politik domestik. Munculnya istilah

“Efek Jokowi” yang menggambarkan sentimen positif para investor portofolio terhadap prospek ekonomi ke depan, telah menarik dana asing senilai USD23,4 miliar ke pasar surat berharga.

Sementara itu, dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA) langsung, terjadi stagnasi komitmen pemodal asing yang memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan politik serta arah pemerintahan baru. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat komitmen investasi langsung di level USD28,5 miliar selama dua tahun terakhir, lebih rendah dibandingkan kumulatif pertumbuhan sebesar 14 persen per tahun dalam periode 2008-2013. Namun, realisasi pencairan dana investasi langsung asing mengalami peningkatan sebesar 18 persen menjadi USD22,3 miliar, mengingat pola pencairan berskala besar dilakukan secara bertahap dan lintas tahun.

Besarnya nilai investasi langsung dan portofolio di atas mampu mengimbangi defisit pada neraca transaksi berjalan, serta meredam volatilitas yang terjadi pada mata uang negara. Nilai tukar Rupiah melemah dari posisi 2013 sebesar Rp12.189/USD ke level Rp12.440/USD. Perlu dicatat bahwa pelemahan yang relatif tipis ini terjadi di tengah penguatan mata uang Dolar AS terhadap seluruh mata uang utama di dunia. Terlebih, bila melihat performa efektif nilai tukar atau bila dibandingkan dengan sejumlah mata uang milik mitra dagang utama, fundamental Rupiah tetap terjaga baik dengan rata-rata nilai devaluasi mencapai 13,3% sepanjang tahun.

Penguatan Struktur Perbankan yang Produktif

Secara umum kinerja perbankan di Indonesia tetap solid meskipun cenderung turun, dimana laba industri menipis dari 14,9% pada tahun 2013 menjadi 5,1%. Hal ini didukung oleh laju pertumbuhan kredit yang melambat, adaptasi antara suku bunga simpanan dengan pinjaman terhadap naiknya suku bunga acuan BI, serta marjin bunga bersih (Net Interest Margin – NIM) yang semakin tertekan. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan – NPL) mulai tergerus sebagai dampak dari perlambatan kegiatan ekonomi serta tekanan eksternal beberapa tahun ke belakang. Fokus

penyerapan deposito dan penurunan pertumbuhan kredit. Alhasil, rasio kredit yang diberikan kepada nasabah terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit - LDR) berhasil terjaga stabil di level 89,3%. Indikator-indikator utama lainnya seperti rasio pengembalian aset (Return on Asset – ROA) dan tingkat kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) menunjukkan perkembangan yang stabil serta ketahanan yang kuat terhadap gejolak eksternal maupun domestik.

TINJAUAN KINERJA PERBANKAN INDONESIA DAN POSISI PERUSAHAAN

(Rp triliun, rasio dalam %)

SATUAN

2012 2013 2014 Perubahan 2012-2013

(%) Perubahan 2013-2014 (%) Industri

Perbankan Perusahaan Industri

Perbankan Perusahaan Industri

Perbankan Perusahaan Industri

Perbankan Perusahaan Industri

Perbankan Perusahaan

Aset 4.263 197 4.954 219 5.615 233 16,2 10,9 13,3 6,5

Kredit yang diberikan 2.708 145 3.293 157 3.674 176 21,6 8,0 11,6 12,4

Dana Nasabah 3.225 151 3.664 164 4.114 175 13,6 8,4 12,3 6,7

Giro dan Tabungan 1.844 66 2.059 72 2.174 78 11,7 9,7 5,6 8,8

Modal 525 23 623 26 722 28 18,5 14,3 16,0 9,9

Laba Bersih 93 4 107 4 112 2 14,9 1,1 5,1 (45,4)

Margin Bunga Bersih 5,5 5,9 4,9 5,3 4,2 5,4 (0,6) (0,5) (0,7) 0,0

Rasio Pengembalian

terhadap Aset 3,1 3,2 3,1 2,8 2,9 1,4 (0,0) (0,4) (0,2) (1,3)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional 61,6 71,7 59,9 73,8 61,4 87,9 (1,7) 2,1 1,5 14,1

Rasio Kredit yang diberikan

terhadap Dana Nasabah 84,0 95,0 89,9 94,5 89,3 99,5 5,9 (0,6) (0,6) 5,0

Rasio Kredit Bermasalah 1,9 2,3 1,8 2,2 2,2 3,9 (0,1) (0,1) 0,4 1,7

Kecukupan Modal 17,4 15,2 18,1 15,4 19,6 15,6 0,7 0,2 1,4 0,2

tersebut menjadi lebih berat dengan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan menurunnya kualitas kredit dari beberapa sektor ekonomi dan menurunnya harga komoditas seperti batu bara, karet dan kelapa sawit.

Dihadapkan pada penurunan kualitas kredit dan kondisi makroekonomi, Perbankan dipaksa untuk lebih berhati-hati dalam memberikan kredit.

Prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh industri perbankan mengakibatkan adanya perlambatan pertumbuhan kredit yang diberikan menjadi hanya sebesar 11,6% di tahun 2014 apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 21,6%. Perlambatan pertumbuhan kredit ini merupakan yang terendah semenjak tahun 2010.

Perlambatan pada pemberian kredit ini juga diikuti oleh perlambatan DPK yang hanya tumbuh 12,3% atau lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,6% akibat semakin ketatnya likuiditas di pasar.

Namun di tengah perlambatan yang dialami industri perbankan Indonesia, Perusahaan berhasil membukukan

tersebut diatas rata-rata industri perbankan yang tercatat hanya sebesar 11,6%. Dari sisi pendanaan, Perusahaan berhasil berhasil membukukan kenaikan 6,7% simpanan dari nasabah menjadi Rp174,7 triliun dan kenaikan 8,8% pada sisi pendanaan murah (giro dan tabungan). Kenaikan pada dana murah giro dan tabungan tersebut tumbuh di atas rata-rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 5,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013 : 11,7%).

Perusahaan juga berhasil beradaptasi terhadap tekanan marjin bunga bersih yang terjadi pada industri perbankan berada pada level 4,2% di tahun 2014 dibandingkan 4,9%

di tahun 2013 akibat mengetatnya likuiditas yang tersedia di pasar. Perusahaan menjaga marjin bunga bersih Perusahaan pada level 5,4%, atau mengalami peningkatan sebesar 2 bps dibandingkan tahun sebelumnya (2013: 5,3%). Keberhasilan tersebut sejalan dengan aksi Perusahaan dalam melakukan sejumlah inisiatif, yaitu diantaranya re-pricing kredit berdenominasi Rupiah serta meningkatkan sisi pendanaan murah (giro dan tabungan).

Laporan Bisnis dan Operasi

Berbagai inisiatif dan inovasi produk dilakukan oleh Perbankan Konsumen

dengan dukungan teknologi digital terkini dan upaya cross selling untuk meningkatkan kualitas layanan dan menghadirkan

desired experience dan one stop service melalui layanan branchless banking sesuai kebutuhan para nasabah.

Kredit Pemilikan Rumah

Perusahaan adalah penyedia Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terbesar kelima di Indonesia pada tahun 2014. Tahun 2014 merupakan tahun yang cukup menantang bagi KPR CIMB Niaga karena adanya pengetatan aturan oleh regulator, yang menetapkan rasio pinjaman terhadap harga (loan to value atau LTV) minimal 70% untuk rumah tipe 70m2 ke atas. Selain itu, adanya aturan pelarangan pembiayaan rumah inden serta penetapan LTV lebih rendah untuk KPR kedua dan seterusnya. Di sisi lain, terjadi kenaikan suku bunga dan kondisi likuiditas yang cukup ketat.

Menyikapi kondisi tersebut dan semakin ketatnya persaingan dalam penyaluran KPR, Perusahaan fokus pada kecepatan proses dan produk unggulan KPR X-Tra Manfaat.

Kecepatan proses di Perusahaan didukung oleh teknologi yang dapat memberikan persetujuan prinsip dalam waktu kurang dari 10 menit, yaitu melalui loan tablet. Dengan tablet tersebut, sales Perusahaan dapat memberikan informasi produk-produk KPR, simulasi angsuran, dan proses aplikasi online hingga mendapatkan persetujuan akhir. Di sisi produk KPR, Perusahaan mengedepankan KPR X-Tra Manfaat yang dapat dihubungkan dengan tabungan nasabah hingga 9 account. Saldo tabungan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi biaya bunga KPR sehingga memungkinkan KPR lebih cepat lunas.

Dalam dokumen Inovasi dari Hati (Halaman 115-119)