BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Barito Pacific Tbk didirikan pada tahun 1979 dengan nama PT. Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Perseroan pada awalnya, dikenal sebagai perusahaan pengolah hasil hutan yang terintegrasi. Keberadaan Perseroan di industri
kehutanan dan perkayuan mendapat pengakuan secara luas dan memiliki reputasi dalam industrinya terutama di era '80-an.
Perseroan merupakan salah satu pionir di bidang pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI), yang menerapkan cara pengolahan hutan berkelanjutan.
Dengan cara pengelolaan hutan yang berkelanjutan ini, Perseroan membangun reputasinya sebagai salah satu pelopor perusahaan kehutanan ramah lingkungan yang muncul dari Asia.
Pada tahun 1993, Barito Pacific mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (yang kemudian digabung menjadi Bursa Efek Indonesia).
Hasil penjualan saham terutama digunakan Perseroan untuk memperluas usaha industri kehutanan dan menjamin kesinambungan pasokan kayu bahan baku pabrik kayu olahan. Saat kegiatan operasional kehutanan berada pada puncaknya, Perseroan memiliki lima pabrik pengolahan kayu yang menghasilkan plywoods, block board, particle board,dan woodworking products untuk ekspor ke Eropa, Asia dan Amerika.
66
Perseroan melakukan perubahan nama menjadi PT. Barito Pacific Timber Tbk pada tahun 1996, bergerak dalam industri perkayuan terpadu dan tetap konsisten sebagai perusahaan yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk- produk yang berkualitas tinggi.
Iklim tak kondusif yang menyelimuti industri kehutanan di Indonesia sejak akhir tahun '90-an, menyusul krisis keuangan yang melanda Asia, menyebabkan Barito Pacific menutup dua pabrik pengolahan kayu pada kurun waktu 2004 hingga 2007. Namun hingga kini Barito Pacific tetap mengekspor plywood, particle board dan blockboard yang diproduksi di tiga pabrik Perseroan di Kalimantan Tengah dan Maluku Utara.
Sebagai respon tehadap iklim tak kondusif yang menutupi sektor industri perkayuan, Perseroan merampingkan bidang usaha perkayuan, dan pada saat yang sama melakukan diversifikasi usaha ke bidang industri sumber daya lainnya.
Berawal dari sebuah perencanaan dan persiapan yang matang sejak beberapa tahun silam, transformasi Barito Pacific Timber Group menjadi sebuah
perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi menjadi tonggak sejarah Perseroan yang penting pada tahun 2007.
Salah satu keputusan kunci dalam upaya transformasi ini adalah perubahan nama perusahaan, identitas, dan warna dari PT. Barito Pacific Timber Tbk
menjadi PT. Barito Pacific Tbk. Perseroan memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kata "Timber" agar merefleksikan diversifikasi lini usaha Barito saat ini dan juga pertumbuhannya di masa depan.
Akuisisi Chandra Asri pada tahun 2007 yang menjadikan Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas pengendali dengan andil sebesar 70% pada satu-satunya produsen olefin di Indonesia merupakan tonggak sejarah penting bagi Barito Pacific. Masuknya Chandra Asri dalam portofolio Perseroan telah memberikan Barito Pacific sebuah basis yang strategis untuk melakukan pengembangan bisnis migas ke arah hilir, sementara pada saat yang sama juga terus mencari peluang untuk turut memiliki andil di dalam sektor usaha sumber daya energi di masa depan. Akuisisi tersebut kemudian diikuti dengan akuisisi Tri Polyta, produsen polypropylene terkemuka yang bahan bakunya dipasok oleh Chandra Asri, pada bulan Juni 2008.
Barito Pacific bergerak dalam bidang usaha yang semakin luas yaitu kehutanan, petrokimia, properti, perkebunan dan akan mengembangkan sejumlah lini usaha tambang dan energi ke dalam sebuah perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi dan terintegrasi.
Tabel 4.1
Sejarah Singkat PT. Barito Pacific, Tbk.
Perseroan didirikan di Kalimantan Selatan sebagai perusahaan kayu yang terintegrasi.
Perseroan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Surabaya).
1. Perseroan mengubah namanyamenjadi PT Barito Pacific Tbk.
2. Perseroan mengakuisisi PT. Chandra Asri dan entitas anak, PT.
Styrindo Mono Indonesia (“SMI”).
1. Perseroan mengakuisisi PT. TriPolyta Indonesia Tbk.
2. Perseroan meresmikan dan memperkenalkan logo baru.
Perseroan memperbarui Anggaran Dasar untuk mengakomodasi perluasan cakupan usaha yang meliputi bidang kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti, dan perdagangan.
1. Perseroan mengakuisisi PT. Royal Indo Mandiri (“RIM”).
2. Perseroan berpartisipasi pada blok kontrak bagi hasil produksi sebagian migas di PT Petrogas Pantai Madura.
3. PT Chandra Asri memperkenalkan produk plastik yang mudah terurai dan ramah lingkungan.
1. PT Chandra Asri dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk melakukan penggabungan dengan nama PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (“CAP”).
2. Perseroan melepas 7,13% kepemilikan saham di CAP kepada SCG Chemicals Company
3. Perseroan merampungkan kuasireorganisasi.
1. PT Petrokimia Butadiene Indonesia (“PBI”), anak perusahaan CAP, menyelesaikan pembangunan pabrik butadiene yang dibangun sejak 2011 dengan kapasitas.
2. CAP melaksanakan Penawaran Umum Terbatas I Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) senilai US$127,9 juta.
3. CAP menjalin kemitraan strategis di bisnis karet sintetis bersama dengan Compagnie Financière Michelin (Michelin) mendirikan usaha patungan, PT Synthetic Rubber Indonesia PT Griya Idola, entitas anak Perseroan, mengakuisisi PT Mambruk Cikoneng Indonesia selaku pemilik dan pengelola Hotel Mambruk di Anyer, Banten.
1. Pabrik butadiene beroperasi dengan kapasitas penuh.
2. PT Tintin Boyok Sawit Makmur, entitas anak dari RIM, menyelesaikan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi 30-ton Fresh Fruit Buches (FFB) perjam.
1. CAP menyelesaikan proyekekspansi Naphtha Cracker dengan peningkatan kapasitas produksi sebesar 43%.
2. PT Griya Idola melalui PT GriyaTirta Asri mulai mengembang kankawasan industri terpadu seluas 50 hektar di sebelah barat kota Jakarta.
3. PT Grand Utama Mandiri, entitasanak dari PT Royal Indo Mandiri, menyelesaikan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 30-ton FBB perjam
1. CAP menandatangani perjanjian kerja sama dengan Univation Technologies dalam rangka rencana pembangunan Pabrik Polietilena terbaru berkapasitas 400 KTPA.
2. Perseroan menandatanganiperjanjian kredit senilai US$60juta dengan Bangkok BankPublic Company Ltd. (“BangkokBank”) digunakan untuk pembayaran uang muka untukakuisisi saham mayoritas di StarEnergy Group Holdings Pte. Ltd.(“Star Energy”).
1. Perseroan mendapatkan fasilitas pinjaman bank dengan jumlah maksimal sebesar US$250 juta dari Bangkok Bank untuk
pembayaran pinjaman sebelumnya dan uang muka untuk akusisi saham mayoritas di Star Energy.
2. Star Energy mengakuisisi operasi panas bumi Salak dan Darajat dari anak perusahaandan afiliasi Chevron.
3. Melalui entitas anak, PT Barito Wahana Lestari (49%), dan PTIndonesia Power (51%), secara bersama-sama membentuk perusahaan patungan, PTIndo Raya Tenaga (“IRT”) yang mengembangkan proyek pembangkit listrik ultra supercritical bertenaga batubara (Jawa 9 & 10) dengan kapasitas 2 x 1.000 MW di Banten.
1. Perseroan berhasil menyelesaikan proses Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue) dimana Perseroan memperoleh tambahan modal sebesar Rp8,9 triliun.
2. Perseroan mengakuisisi mayoritas saham (66,67%) di Star Energy Group HoldingsPte. Ltd. sebagai pintu masuk keindustri energi terbarukan panas bumi.
3. RIM menjual 95% kepemilikan di PT Grand Utama Mandiri, PT.
Tintin Boyok Sawit Makmur danPT Tintin Boyok Sawit Makmur Dua.
4. CAP meningkatkan total kapasitas produksi pabrik Butadiene sebesar 37% menjadi 137KTA.
5. Star Energy Geothermal Wayang Windu Limited menerbitkan Senior Secured Notes senilai US$580 juta berjangka 15 tahun untuk pendanaan kembali pinjaman bank yang masih berlaku.
6. Keberhasilan start-up PTSynthetic Rubber Indonesia, perusahaan patungan antara Michelin dan CAP dengan kapasitas 120KTA.
7. Perseroan menerima pinjaman bank senilai US$200 juta dari Barclays Bank Plc dan DBS BankLtd untuk pendanaan kembali pinjaman bank dari Bangkok Bank.
(Sumber: PT. Barito Pacific, Tbk)
4.1.1.2 Anak Perusahaan dari PT Barito Pacific Tbk