BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
14. PT Griya Idola, (GI) dahulu bernama PT Griya Idola Real Estate yang didirikan pada tahun 1989. Saat ini GI merupakan pemilik dan pengelola kompleks perkantoran menara kembar Wisma Barito Pacific, Jakarta.
Dewan Komisaris Board Of Commissioners 1 Prajogo Pangestu President Commisioner 2 Harlina Tjandinegara Commisioner
3 Alimin Hamdy Independent Commisioner
Komite Investasi Komite Audit
Direktur Utama
Direktur Keuangan &
Akuntansi
Direktur
Divisi Sumber Daya
Manusia Divisi
Pengembangan Usaha
Divisi SDM &
Umum Divisi
Keuangan
&
Akuntansi
Divisi Hukum &
Sekretaris Perusahaan
Divisi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Wakil Direktur Utama
Audit Internal
Divisi Keuangan
&
Akuntansi
Divisi Keuangan &
Akuntansi
Dewan Direksi Board Of Directors 1 Agus Salim Pangestu President Director 2 Rudy Suparman Vice President Director
3 Andry Setiawan Director
4 David Kosasih Independent Director
(Sumber: PT. Barito Pacific, Tbk.)
Setiap bagian organisasi memiliki peran, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing. Berikut ini adalah uraian mengenai deskripsi kerja masing-masing jabatan :
1. Dewan Komisaris :
a) Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi serta persetujuan dan pengesahan atas rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan.
b) Memastikan Direksi mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
c) Memberikan pendapat dan saran kepada Direksi terkait kegiatan pengurusan Perseroan, salah satunya melalui mekanisme Rapat Dewan Komisaris dan Direksi.
d) Melakukan penelitian dan penelaahan atas laporan dari Direksi dan Manajemen.
e) Melaporkan hasil pengawasan terhadap kinerja Direksi kepada RUPS.
f) Mengusulkan sistem remunerasi yang kompetitif, sesuai dengan industri, bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi kepada RUPS.
g) Mengkaji efektivitas sistem pengendalian internal dengan menilai kompetensi dan jumlah sumber daya, ruang lingkup tugas dan kewenangan, serta independensi dari auditor internal.
h) Melakukan pengawasan terhadap penerapan GCG.
2. Dewan Direksi
a) Direksi bertanggung jawab atas seluruh tindakan Perseroan dan memiliki kuasa, kewenangan dan tugas yang melekat pada dirinya sesuai dengan hukum terkait dan Anggaran Dasar.
b) Dalam melakukan seluruh urusannya, Direksi harus memperhatikan kepentingan Perusahaan secara keseluruhan, termasuk para pemegang saham, karyawan, pelanggan dan pemasok, serta tanggung jawab sosial dan hukum Perseroan bagi masyarakat tempat perusahaan beroperasi dan lingkungannya.
c) Direksi menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik pada kegiatan usahanya dan seluruh tingkat organisasi.
d) Direksi bertanggung jawab atas manajemen, arahan, dan kinerja Perseroan serta usahanya.
e) Direksi mengidentifikasi dan melakukan manajemen risiko melalui strategi Perseroan untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Direksi memiliki tanggung jawab secara penuh atas manajemen risiko dan untuk meninjau efektivitas sistem pendekatan kendali internal dan manajemen risiko.
f) Guna melaksanakan tugasnya secara efektif, Direksi dapat membentuk komite khusus.
g) Direksi mengadakan rapat secara rutin setidaknya 1 (satu) kali setiap 4 (empat) minggu untuk membahas pengurusan dan membuat rencana usaha Perseroan.
3. Komite Audit
a) Melakukan penelaahan terhadap Laporan Keuangan Perseroan, termasuk aspek kelengkapan, kualitas, transparansi, hingga kesesuaian dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
b) Memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maupun yang baru diterbitkan.
c) Mengawasi dan menelaah aspek perizinan, peraturan baru terkait industri petrokimia, masalah litigasi, pelanggaran, dan penyelewengan lainnya.
d) Menjalin komunikasi secara berkala dengan Divisi Internal Audit mengenai ruang lingkup rencana kerja 2018 sekaligus memantau kinerja Divisi tersebut.
e) Membahas laporan keuangan konsolidasian dengan Auditor Eksternal melalui rapat bersama dan dengan Kepala Divisi Internal Audit dan Divisi Akuntansi.
4. Sekretaris Perusahaan
a) Memastikan kepatuhan Perseroan terhadap peraturan dan perundang- undangan yang berlaku di bidang pasar modal.
b) Menjembatani pemangku kepentingan dan Perseroan.
c) Merencanakan dan mengendalikan materi publikasi yang akan dikeluarkan oleh Perseroan.
d) Memelihara hubungan kelembagaan dan administrasi kesekretariatan Perseroan.
e) Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
5. Investor Relations
Investor relations merupakan bidang khusus dari humas yang berada pada perusahaan publik. Fungsi hubungan investor atau investor relations (IR) pada PT. Barito Pacific Tbk berhubungan dengan masalah- masalah keuangan sehingga bidang ini sering pula disebut dengan istilah hubungan keuangan / financial relations yang merupakan bidang kekhususan dari humas. Perusahaan menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (go public).
Investor relations merupakan bidang khusus dari humas yang berada pada perusahaan publik. Tugas investor relations adalah meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan dengan membuat saham perusahaan menjadi menarik bagi para investor individu dan investor institusi serta para analis keuangan. Deskripsi tugas investor relations sebagai berikut:
a) Mengikuti perkembangan bursa saham.
b) Menyediakan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada masyarakat keuangan.
c) Memberikan saran kepada manajemen terkait dengan saham perusahaan.
d) Memberikan jawaban terhadap berbagai pertanyaan bidang keuangan.
4.1.1.7 Perkembangan Keuangan Perusahaan
Berikut ini tabel perkembangan keuangan PT. Barito Pacific Tbk periode 2009-2018 berdasarkan laporan keuangan yang telah diperoleh :
Tabel 4.2
Perkembangan Pendapatan, Beban Usaha, dan Laba (Rugi) Bersih PT. Barito Pacific, Tbk. Periode 2009–2018
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Pendapatan Beban Pokok
Penjualan Beban Usaha Laba
Operasi/Usaha
Laba (Rugi) Bersih
2009 14.393.318 12.769.292 514.114 1.109.912 560.961
2010 16.965.228 15.849.592 539.821 575.815 -558.630
2011 15.102.931 14.317.386 486.139 299.406 8.070
2012 2.295.023 2.284.638 76.714 -66.329 -808.120
2013 2.518.996 2.431.378 79.370 8.248 -20.737
2014 2.476.887 2.366.941 77.477 32.469 -1.156
2015 1.406.139 1.267.026 74.512 64.601 5.082
2016 2.105.922 1.493.532 89.022 523.368 327.697
2017 2.851.971 1.973.146 134.482 744.343 374.974
2018 3.075.561 2.270.124 143.236 662.201 242.066
(Sumber : Laporan Laba-Rugi PT. Barito Pacific, Tbk.)
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan perkembangan kondisi keuangan perusahaan sebagai berikut :
1) Pendapatan
Tercatat pendapatan perseroan pada tahun 2009 sebesar Rp 14.393 triliun, kemudian terjadi peningkatan sebesar 17,9% pada tahun 2010 menjadi Rp 16.965 triliun. Pada tahun 2011 dan 2012, pendapatan perusahaan berturut-turut
mengalami penurunan. Penurunan pendapatan pada tahun 2011 sebesar 12,3%
sehingga pendapatannya menjadi Rp 15.102 triliun. Sedangkan pada tahun 2012 pendapatan juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp 2.295 triliun.
Total pendapatan Perseroan pada tahun 2013 berjumlah Rp 2.518 triliun dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp 2.295 triliun, atau peningkatan
sebesar 9,8%. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume penjualan produk dan jasa.
Namun pada tahun selanjutnya, pendapatan perusahaan mengalami penurunan. Penurunan pendapatan sebesar 1,7% pada tahun 2014 menjadi Rp 2.476 triliun.
Pendapatan pada tahun 2015 sebesar Rp 1.406 triliun, menurun sebesar 43,23% dari Rp 2.476 triliun pada tahun 2014. Penurunan pendapatan tersebut disebabkan bahwa pada tahun 2015 perusahaan menghentikan operasional pabriknya selama 85 hari untuk proses pengintegrasian fasilitas cracker berkapasitas baru dengan fasilitas yang sudah ada serta adanya pemeliharaan mesin pabrik yang dimulai pada saat bersamaan.
Pendapatan perusahaan pada tahun 2016 sampai 2018 berturut-turut mengalami kenaikan. Pada tahun 2016, kenaikan pendapatan sebesar 33,2%
sedangkan pada tahun 2017 pendapatannya naik sebesar 26,2%. Pada tahun 2018 pendapatan perusahaan meningkat sebesar 7,3% menjadi Rp 3.075 triliun,
dibandingkan dengan Rp 2.851 triliun pada tahun 2017. Peningkatan ini
disebabkan oleh harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi sebagian diimbangi oleh volume penjualan yang lebih rendah sebagai akibat dari pemeliharaan mesin serta penambahan kapasitas yang mana mesin ataupun fasilitas harus
diberhentikan secara terjadwal karena tidak mungkin dilakukan pemeliharaan bila mesin dalam keadaan bekerja/dipergunakan.
2) Beban Pokok Penjualan
Pada tahun 2009 beban pokok penjualan adalah sebesar Rp 12.769 juta diikuti tahun selanjutnya sebesar Rp 15.849 juta. Beban pokok penjualan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 24,1% sehingga menjadi Rp 15.849 juta.
Hal ini diakibatkan adanya peningkatan biaya produksi, terutama biaya bahan baku utama (Nafta) dan biaya bahan lainnya (Benzene).
Sementara pada tahun 2011 dan 2012, beban pokok penjualan mengalami penurunan dari Rp 15.849 juta menjadi Rp 14.317 juta di tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, beban pokok penjualan menurun sebesar 84% menjadi Rp 2.284 juta.
Beban pokok penjualan berjumlah Rp 2.431 juta pada tahun 2013, meningkat sebesar 6,4% dari tahun 2012 sebesar Rp 2.284 juta. Hal ini diakibatkan adanya fluktuasi biaya produksi, terutama Nafta dan Benzene.
Pada tahun 2014 dan 2015, beban pokok penjualan mengalami penurunan dilihat dari tahun sebelumnya. Beban pokok penjualan Perseroan tercatat sebesar Rp 2.366 juta dan tahun 2015 sebesar Rp 1.267 juta. Penurunan ini diakibatkan oleh nilai pendapatanya yang menurun juga pada kedua tahun tersebut dilihat dari tahun sebelumnya.
Kemudian pada tahun 2016 sampai dengan 2018, beban pokok penjualan mengalami kenaikan secara berturut-turut dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, beban pokok penjualan meningkat sebesar 17,8% menjadi Rp 1.493 juta dari tahun 2015.
Selanjutnya pada tahun 2017 beban pokok penjualan meningkat sebesar 32,2% dan pada tahun 2018 beban pokok penjualan meningkat kembali sebesar
15,1% dari tahun sebelumnya. Peningkatan beban pokok penjualan ini disebabkan adanya peningkatan terhadap konsumsi Naphtha dan kenaikan penjualan.
3) Beban Usaha
Terjadi peningkatan beban usaha pada tahun 2010 sebesar 4,7% menjadi Rp 539 juta dari tahun 2009 senilai Rp 514 juta. Pada tahun 2011 dan 2012 beban usaha mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2013 beban usaha kembali meningkat sebesar 3,5% menjadi Rp 79,4 juta dari tahun 2012 senilai Rp 76,7 juta.
Pada tahun 2014 dan 2015 beban usahanya secara berturut-turut kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 beban usaha menurun sebesar 2,4% sehingga beban usahanya menjadi Rp 77,5 juta. Sedangkan pada tahun 2015 beban usaha menurun sebesar 3,8% menjadi Rp 74,5 juta.
Kemudian terjadi peningkatan beban usaha secara berturut-turut sepanjang tahun 2016-2018. Dilihat dari tahun 2015, beban usaha pada tahun 2016
meningkat sebesar 19,5% menjadi Rp 89 juta. Pada tahun 2017 beban usaha juga meningkat sebesar 51,1% dan pada tahun 2018 beban usahanya meningkat sebesar 6,5% menjadi Rp 143,2 juta.
4) Laba Usaha
Laba usaha perusahaan mengalami penurunan secara fluktuatif dari periode 2009-2018. Tercatat tahun 2009 laba usaha perusahaan adalah sebesar Rp 1.109 milyar dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi Rp 575,8 milyar. Pada tahun 2011 dan 2012 laba usaha juga mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan adanya peningkatan jumlah beban usaha sedangkan jumlah laba kotornya menurun.
Kemudian pada tahun 2013 sampai 2018 laba usaha terus mengalami peningkatan secara berturut-turut dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, laba usaha meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 8,2 milyar. Pada tahun 2014 laba usaha meningkat dari Rp 8,2 milyar menjadi Rp 32,5 milyar. Kemudian laba usaha di tahun 2015 meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 64,6 milyar.
Diikuti oleh tahun selanjutnya, laba usaha mengalami peningkatan menjadi Rp 523,4 milyar di tahun 2016. Pada tahun 2017, laba usaha meningkat sebesar 42,2% menjadi Rp 744,3 milyar. Namun, pada tahun 2018 laba usaha mengalami penurunan sehingga menjadi Rp 662,2 milyar.
5) Laba (Rugi) Bersih
Laba bersih pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 560,9 juta dan tahun 2010 perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp 558,6 juta. Pada tahun 2011, laba bersih mengalami peningkatan dari tahun 2010 sehingga nilainya menjadi Rp 8,1 juta. Pada tahun 2012, perushaan mencatat rugi bersih senilai Rp 808,1 juta.
Pada tahun 2013, rugi bersih perusahaan sebesar Rp 20,74 juta sebagai dampak terhadap kenaikan peningkatan signifikan biaya bahan baku sepanjang tahun 2013. Laba bersih tahun 2015 sebesar Rp 5,08 juta, dibandingkan dengan nilai rugi bersih sebesar Rp 1,16 juta pada tahun 2014.
Kemudian pada tahun 2016, laba bersih perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya menjadi Rp 327,7 juta. Pada tahun 2017 laba bersih juga mengalami peningkatan sebesar 14,4% menjadi Rp 375 juta. Namun, pada tahun 2018 laba
bersih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 242,1 juta.
Penurunan laba usaha ini disebabkan oleh adanya peningkatan beban pendapatan sebesar +15,1% yang menyebabkan EBITDA turun sebesar 9,6% menjadi Rp 813 juta serta beban keuangan konsolidasi yang naik sebesar 33,3%, sebagai akibat dari penambahan pinjaman perusahaan.
Selanjutnya mengenai aset, liabilitas dan ekuitas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Perkembangan Aset, Liabilitas dan Ekuitas PT. Barito Pacific Tbk.
Periode 2009 – 2018 (dalam jutaan rupiah)
TH.
ASET
TOTAL ASET
LIABILITAS
TOTAL
LIABILITAS EKUITAS ASET
LANCAR
ASET TIDAK LANCAR
JANGKA
PENDEK JANGKA PANJANG
2009 6.093.493 10.476.766 16.570.259 2.841.484 4.940.554 7.782.038 6.454.343 2010 5.915.459 10.099.729 16.015.188 4.104.017 4.041.712 8.145.729 5.859.051 2011 6.956.974 11.886.753 18.843.727 3.496.204 5.718.785 9.214.989 9.628.738
2012 755.866 1.364.595 2.120.461 494.418 656.467 1.150.885 969.576
2013 853.890 1.467.180 2.321.070 632.878 629.032 1.261.910 1.059.160 2014 694.548 1.630.848 2.325.396 494.696 779.389 1.274.085 1.051.311 2015 448.467 1.804.617 2.253.084 405.554 651.621 1.057.175 1.195.909 2016 1.065.772 2.670.338 3.736.110 981.008 835.008 1.816.016 1.920.094 2017 1.786.196 5.085.847 6.872.043 1.627.327 2.572.505 4.199.832 2.672.211 2018 2.042.975 4.999.516 7.042.491 1.168.410 3.172.039 4.340.449 2.702.042
(Sumber : Laporan Posisi Keuangan PT. Barito Pacific, Tbk.)
Berdasarkan tabel tersebut, berikut ini penjelasan mengenai perkembangan kondisi keuangan perusahaan :
1) Aset Perusahaan
Pada tahun 2009 total aset perseroan adalah sebesar Rp 16,57 triliun dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi Rp 16,02 triliun.
Total aset pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebesar Rp18,84 triliun dan Rp16,02 triliun. Untuk total aset lancar, kontribusi terutama berasal dari kas dan setara kas sebesar Rp1,73 triliun di tahun 2010 dan Rp1,22 triliun di tahun 2011 serta persedian gabungan yang berjumlah sekitar Rp2,59 triliun di tahun 2011 dan Rp2 triliun di tahun 2010.
Sedangkan kontribusi terbesar dari total aset tidak lancar berasal dari aset tetap yang setelah dikurangi akumulasi penyusutan berjumlah sebesar Rp9,18 triliun pada tahun 2010 dan Rp11 triliun pada tahun 2011.
Pada tahun 2012, total aset mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp 2,12 triliun. Penurunan total aset ini diikuti dengan
penurunan pada nilai aset lancar dan aset tidak lancar pada tahun 2012.
Kemudian pada tahun 2013 dan 2014, total aset secara berturut-turut mengalami kenaikan. Pada tahun 2013, total aset meningkat sebesar 9,5% dan pada tahun 2014 total aset meningkat sehingga menjadi Rp 2,33 triliun.
Total aset pada tahun 2015 mengalami penurunan sehingga menjadi Rp 2,25 triliun. Sementara pada tahun 2016 sampai dengan 2018 total aset berturut- turut mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 total aset meningkat sebesar 65,8%
menjadi Rp 3,74 triliun. Sedangkan pada tahun 2017 total aset meningkat dari tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp 6,87 triliun dan total aset tahun 2018 adalah sebesar Rp 7,04 triliun, sedikit meningkat sebesar 2,48% dibandingkan Rp 6,87 triliun pada tahun 2017. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
peningkatan rekening bank yang dibatasi penggunaannya dan pajak dibayar di muka dengan penurunan uang muka investasi terkait akusisi Star Energy.
2) Total Liabilitas
Total liabilitas pada tahun 2010 meningkat sebesar 4,67% menjadi Rp 8,15 triliun dari tahun 2009 yang semula hanya Rp 7,78 triliun. Pada tahun 2011, total liabilitas mengalami peningkatan kembali sehingga menjadi Rp 9,21 triliun.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh naiknya kenaikan utang usaha serta pinjaman perusahaan dalam bentuk mata uang asing akibat melemahnya mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika.
Kemudian Liabilitas pada tahun 2013 dan 2012 berturut-turut adalah sebesar Rp 1,26 triliun dan Rp 1,15 triliun atau meningkatsebesar 9,6%. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh penambahan utang usaha serta pinjaman Perseroan.
Pada tahun 2014, liabilitas juga meningkat kembali dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,27 triliun. Namun pada tahun 2015 liabilitasnya mengalami penurunan sehingga menjadi Rp 1,06 triliun.
Jumlah liabilitas jangka pendek Perseroan adalah sebesar Rp 405,55 juta pada tahun 2015, berbanding dengan Rp 494,70 juta pada 2014. Liabilitas jangka panjang Perseroan pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp 651,62 juta, berbanding dengan Rp 779,39 juta juta pada 2014.
Pada tahun 2016 liabilitas meningkat menjadi Rp 1,82 triliun dari Rp 1,06 triliun dan pada tahun 2017 liabilitas juga meningkat dari tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp 4,2 triliun.
Pada tahun 2018, jumlah liabilitas Perseroan adalah sebesar Rp 4,34 triliun meningkatsebesar 3,35% dibandingkan Rp 4,2 triliun pada 2017. Peningkatan ini terutama disebabkanoleh meningkatnya liabilitas tidak lancar dan menurunnya liabilitas lancar.
3) Ekuitas
Pada tahun 2010 total ekuitas menurun dari Rp 6,454milyar menjadi Rp5,869milyar dilihat dari tahun 2009. Sedangkan total ekuitas pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 9,63 milyar.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh dibukukannya keuntungan dari penjualan saham anak usaha (PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk) yang dibukukan ke ekuitas.
Kemudian pada tahun 2012 total ekuitas menurun menjadi Rp 969,58 milyar. Total ekuitas pada tahun 2013 berjumlah Rp 1,06 milyar, dibandingkan dengan Rp 969,58 milyar pada tahun sebelumnya. Perubahan ekuitas terjadi karena rugi komprehensif yang dibukukan oleh Perseroan. Namun pada tahun 2015 total ekuitasnya menurun dari tahun sebelumnya.
Total ekuitas pada tahun 2016 berjumlah Rp 1,92 milyar berbanding dengan Rp 1,20 milyar pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, total ekuitas meningkat sebesar 39,2 % menjadi Rp 2,672milyar dibandingkan tahun 2016 sebesar Rp 1,92 milyar. Hal ini disebabkan oleh kenaikan saldo laba yang berasal dari laba bersih Perseroan pada tahun 2017 dan juga meningkatnya komponen ekuitas lainnya. Kemudian pada tahun 2018, total ekuitas meningkat sebesar 1,12% menjadi Rp 2,702 milyar.
4.1.2 Deskripsi Variabel yang Diteliti
Variabel yang dioperasikan dalaam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah inventory turnover (X) dan variabel terikat adalah rentabilitas ekonomi (Y). Berikut penjabaran deskripsi dari variabel yang diteliti :