BAB VI HUKUM TANAH ADAT
C. Hak Penguasaan atas Tanah
1. Sistem Hak Penguasaan atas Tanah
Dalam hukum adat, hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak ulayat. Hak ulayat mengandung dua (2) unsur yang beraspek hukum keperdataan dan hukum publik. Aspek hukum keperdataan merupakan hak-hak bersama atas kepemilikan suatu lahan tanah, yang merupakan hubungan hukum konkret. Sedangkan aturan kewenangan untuk mengelola penguasaan,pemeliharaan dan penggunaannya oleh masyarakat hukum adat dan kepala adat termasuk hukum publik.86 Pengertian hak ulayat adalah kewenangan masyarakat hukum adat atas suatu bidang tanah dalam lingkungan/wilayah/daerah tertentu untuk menguasai dalam arti mengambil dan memanfaatkan tanah untuk kepentingan masyarakat hukum dan anggota-anggotanya. 87 Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya, yang merupakan pendukung utama penghidupan dan kehidupan yang bersangkutan sepanjang masa.
Kewajiban utama penguasa adat yang bersumber pada hak ulayat ialah memelihara kesejahteraan dan kepentingan anggota- anggota masyarakat hukumnya, menjaga jangan sampai ada persengketaan mengenai penguasaan dan pemakaian tanah serta wajib diselesaikan. Penguasa adat berwenang menunjuk hutan- hutan atau tanah-tanah tertentu untuk digunakan kepentingan umum,keperluan bersama, misalnya untuk lahan pemakaman, penggembalaan,untuk masjid atau fasilitas umum lainnya. Dalam konsepsi hukum adat hal tersebut diatas merupakan perwujudan dari unsur kebersamaan.Orang asing yang bukan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan bermaksud mengambil hasil hutan, berburu atau membuka tanah dilarang masuk ke lingkungan tanah ulayat masyarakat hukum adat tertentu.
86 Boedi Harsono.2013. Hukum Agraria Indonesia. Penerbit Universitas Trisakti,Hlm.183.
87 Opcit. Rosnidar Sembiring. Hlm.8
C. Hak Penguasaan atas Tanah
1. Sistem Hak Penguasaan atas Tanah
Dalam hukum adat, hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak ulayat. Hak ulayat mengandung dua (2) unsur yang beraspek hukum keperdataan dan hukum publik. Aspek hukum keperdataan merupakan hak-hak bersama atas kepemilikan suatu lahan tanah, yang merupakan hubungan hukum konkret. Sedangkan aturan kewenangan untuk mengelola penguasaan,pemeliharaan dan penggunaannya oleh masyarakat hukum adat dan kepala adat termasuk hukum publik.86 Pengertian hak ulayat adalah kewenangan masyarakat hukum adat atas suatu bidang tanah dalam lingkungan/wilayah/daerah tertentu untuk menguasai dalam arti mengambil dan memanfaatkan tanah untuk kepentingan masyarakat hukum dan anggota-anggotanya. 87 Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya, yang merupakan pendukung utama penghidupan dan kehidupan yang bersangkutan sepanjang masa.
Kewajiban utama penguasa adat yang bersumber pada hak ulayat ialah memelihara kesejahteraan dan kepentingan anggota- anggota masyarakat hukumnya, menjaga jangan sampai ada persengketaan mengenai penguasaan dan pemakaian tanah serta wajib diselesaikan. Penguasa adat berwenang menunjuk hutan- hutan atau tanah-tanah tertentu untuk digunakan kepentingan umum,keperluan bersama, misalnya untuk lahan pemakaman, penggembalaan,untuk masjid atau fasilitas umum lainnya. Dalam konsepsi hukum adat hal tersebut diatas merupakan perwujudan dari unsur kebersamaan.Orang asing yang bukan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan bermaksud mengambil hasil hutan, berburu atau membuka tanah dilarang masuk ke lingkungan tanah ulayat masyarakat hukum adat tertentu.
86 Boedi Harsono.2013. Hukum Agraria Indonesia. Penerbit Universitas Trisakti,Hlm.183.
87 Opcit. Rosnidar Sembiring. Hlm.8
a. Pengertian Hak ulayat
Pasal 3 UUPA hanya memberikan kepastian bahwa hak ulayat atau hak yang serupa itu menurut kenyataannya masih diakui sehingga hak ulayat itu harus diperhatikan. Pasal 3 UUPA menyebutkan tentang msyarakat hukum adat yang erat kaitannya dengan hak ulayat, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pengertiannya. Penjelasan Pasal 3 UUPA hanya disebutkan bahwa hak-hak ulayat dan hak-hak seperti itu adalah
“beschikkingrecht” ( hak persekutuan atau hak kolektif). Ketentuan tersebut bermula dari adanya pengakuan adanya hak ulayat dalam hukum tanah nasional, Hak ulayat adalah hak penguasaan tertinggi dalam lingkungan masyarakat hukum adat tertentu atas tanah yang merupakan milik bersama para warganya. Pengakuan tersebut disertai dua (2) syarat,yaitu: mengenai eksistensinya dan pelaksanaannya. Eksistensi nya bilamana menurut kenyataannya dilingkungan warga masyarakat adat tertentu masih ada hak ulayat.
Sedangkan dari segi pelaksanaannya harus sesuai dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa.88
UUPA tidak menyatakan tentang kriteria adanya hak ulayat, namun dalam kenyataannya dapat diketahui keberadaan hak ulayat berdasarkan :
1) Masih adanya suatu kekompok masyarakat hukum adat ,
2) Masih adanya tanah yang merupakan wilayah masyarakat hukum adat tertentu,
3) Adanya kepala adat atau tetua adat yang diakui oleh warganya dan mempunyai wewenang mengelola, mengatur penggunaannya dari tanah tersebut.
Van Vollen Hoven, menyebutkan bahwa istilah hak ulayat adalah “beschikkingrecht” artinya hak persekutuan atau hak kolektif.
Menurutnya , ada tiga(3) ciri utama atas hak ulayat:
1) Beschikkingrecht atas tanah hanya dapat dimiliki oleh persekutuan dan tidak dapat dimiliki oleh perorangan,
88 Ibid,Boedi Harsono,Hlm.192
2) Beschikkingrecht tidak dapat dilepaskan untuk selama-lamanya, 3) Jika hak ulayat itu dilepaskan untuk sementara kepada orang
asing, maka apabila ada alasan lain ,selain kerugian, untuk penghasilan-penghasilan yang hilang, orang asing tersebut harus membayar cukai, kepada persekutuan hukum menurut hukum adat.89
Menurut Hazairin didefinisikan hak ulayat suatu masyarakat hukum adat adalah hak atas seluruh wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutanyang tdak pernah akan diasingkan kepada orang atau kelompok masyarakat lain atau dicabut dari termurun tetap akan merupakan hak kolektif masyarakat hukum adat atas tanah seluas wilayah hukum adat tersebut.90
b. Subyek dan Obyek Hak Ulayat
Hak ulayat dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat untuk menguasai seluruh isinya dan lingkungan wilayahnya.
Dengan demikian subyek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat bukan perorangan. Ada yang bersifat teritorial karena para warganya terikat pada wilayah kediaman yang sama, seperti Nagari di Minangkabau, adapula yang bersifat geneologis karena para warganya terikat oleh pertalian darah, seperti suku dan kaum.
Obyek hak ulayat adalah semua tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat teritorial yang bersangkutan, pada umumnya meliputi daratan, pantai, sungai, danau dan hak ulayat yang menyangkut tanah, air,tumbuh-tumbuhan dan binatang liar.91
c. Batas-batas Hak Ulayat
Hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak ulayat, oleh karena itu untuk mempertahankannya harus diketahui batas- batas wilayahnya. Masyarakat hukum adat mempunyai cara tertentu untuk mempertahankan hak ulayatnya, yaitu: (1) menetapkan batas-
89Djamanat Samosir.2013. Hukum Adat Indonesia (Eksistensi dalam Dinamika Perkembangan Hukum di Indonesia. Tarsito,Bandung.Hlm 106
90 Hesty Hastuti, 2000. Penelitian Hukum Aspek Hukum Penyelesaian Masalah Hak Ulayat dalam Otonomi Daerah.BPHN-Dephamkam.Hlm.41
91 Ibid,Rosnidar Sembiring.Hlm.21-22.
2) Beschikkingrecht tidak dapat dilepaskan untuk selama-lamanya, 3) Jika hak ulayat itu dilepaskan untuk sementara kepada orang
asing, maka apabila ada alasan lain ,selain kerugian, untuk penghasilan-penghasilan yang hilang, orang asing tersebut harus membayar cukai, kepada persekutuan hukum menurut hukum adat.89
Menurut Hazairin didefinisikan hak ulayat suatu masyarakat hukum adat adalah hak atas seluruh wilayah masyarakat hukum adat yang bersangkutanyang tdak pernah akan diasingkan kepada orang atau kelompok masyarakat lain atau dicabut dari termurun tetap akan merupakan hak kolektif masyarakat hukum adat atas tanah seluas wilayah hukum adat tersebut.90
b. Subyek dan Obyek Hak Ulayat
Hak ulayat dimiliki oleh suatu masyarakat hukum adat untuk menguasai seluruh isinya dan lingkungan wilayahnya.
Dengan demikian subyek hak ulayat adalah masyarakat hukum adat bukan perorangan. Ada yang bersifat teritorial karena para warganya terikat pada wilayah kediaman yang sama, seperti Nagari di Minangkabau, adapula yang bersifat geneologis karena para warganya terikat oleh pertalian darah, seperti suku dan kaum.
Obyek hak ulayat adalah semua tanah dalam wilayah masyarakat hukum adat teritorial yang bersangkutan, pada umumnya meliputi daratan, pantai, sungai, danau dan hak ulayat yang menyangkut tanah, air,tumbuh-tumbuhan dan binatang liar.91
c. Batas-batas Hak Ulayat
Hak penguasaan atas tanah yang tertinggi adalah hak ulayat, oleh karena itu untuk mempertahankannya harus diketahui batas- batas wilayahnya. Masyarakat hukum adat mempunyai cara tertentu untuk mempertahankan hak ulayatnya, yaitu: (1) menetapkan batas-
89Djamanat Samosir.2013. Hukum Adat Indonesia (Eksistensi dalam Dinamika Perkembangan Hukum di Indonesia. Tarsito,Bandung.Hlm 106
90 Hesty Hastuti, 2000. Penelitian Hukum Aspek Hukum Penyelesaian Masalah Hak Ulayat dalam Otonomi Daerah.BPHN-Dephamkam.Hlm.41
91 Ibid,Rosnidar Sembiring.Hlm.21-22.
batas di sekeliling wilayahnya berupa batas-batas fisik berupa batu,penanaman pohon,bukit,sungai dan sebagainya, (2) menunjuk pejabat-pejabat tertentu yang mengetahui peta pembatasan wilayah disertakan patroli perbatasan. Menurut Boedi Harsono tidak mudah untuk mengetahui secara pasti batas-batas hak ulayat. Untuk menentukan batas-batas hak ulayat diperlukan kerjasama antar masyarakat hukum adat,terutama yg berbatasan. Batas-batas tersebut sangat penting diketahui untuk menentukan keberadaan dan kepemilikan hak ulayat bagi masyarakat hukum adatnya.92