• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Karya dan Pemikiran

3. Sistematika Penyusunan Tafsir al-Ibri>z

Maksudnya, penafsir akan memberikan pemahaman atau penekanan penuh pada ayat-ayat tertentu yang bernuansa hukum, tasawuf atau sosial kemasyarakatan. Corak kombinasi antara fiqhi, sosial-kemasyarakatan, dan sufisme harus diletakkan dalam artian yang sangat sederhana.

Bentuk atau teknik yang dipakai KH. Bisri Musthofa dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an; yang Pertama, KH. Bisri menulis redaksi ayat secara sempurna, kemudian diterjemahkan kata demi kata dengan terjemah bahasa lokal (Jawa) menggunakan tulisan huruf Arab pegon yang ditulis secara miring di bawah sebuah lafal dalam ayat Al-Qur’an disebut makna gandul, serta mencantumkan lengkap dengan rujukan (dhomir) nya. Seperti contoh ketika berbicara “utawi”, itu berpredikat sebagai

“mubtada” yang ditandai dengan huruf mim; “iku” diberi tanda kho karena berpedikat sebagai “khobar”, “ing” adalah huruf “maf’ul bih”, dsb.

Penggunaan kosakata lughawi, nahwi ataupun sharfi yang ditulis miring ke bawah inilah menjadi ciri khas ketika berada dalam lingkup pesantren tradisional di Indonesia.

Kedua, Sebelum mulai menafsirkan Al-Qur’an, KH. Bisri menjelaskan terlebih dahulu tempat turunnya (Makkiyah atau Madaniyah), jumlah ayat, dan nomor ayat masing-masing. Dalam menerjemahkan diawali dengan penomoran sesuai ayat yang akan diterjemahkan. Apabila

penomoran ayat terletak di akhir, maka ketika menerjemahkan ayat terletak di awal.

Ketiga, Terjemah KH. Bisri juga dilengkapi dengan berbagai tanda-tanda, seperti keterangan tanbih,88 faidah,89 muhimmah,90 dan tanda lain sebagainya. Dalam artian muallif ingin agar readers tidak terjebak pada pemahaman kaku ayat tertentu.

Contoh dibawah merupakan salah satu karakteristik tafsir Al-Ibrîz keterangan tanbih, faidah, muhimmah, dan lain-lain.

88 Penulis memberikan gambaran dalam Tafsir al-Ibri>z,, ketika muallif memberikan keterangan “tanbih” dalam suatu ayat maka keterangan tesebut merupakan bentuk peringatan, misalnya dalam Surah An-Nisa’ ayat 59 :

(Tanbi-hun)

1. Ta’at marang Ulil Amri iku wajib, nanging kanthi syarat perintah mau ora tentangan karo agomo, sebab Kanjeng Nabi dhawuh: “la- to’ata limakhlu-qin fi ma’siyatil kho-liqi”: (ora ono ta’at marang makhluk iku keno ing dalem maksiat marang kholiq).

2. Bali marang Qur’an lan hadist iku, ora ateges kito diparengake nganggokake qiyas lan ijma’, utowo dhawuh-dhawuhe Mujtahidin, jalaran ijma’, qiyas, utowo dhawuh- dhawuhe mujtahidin iku, kabih nganggo dasar Al-Qur’an lan Hadits.

89 Keterangan “faidah” menunjukkan sifat irsyad (pendidikan), baik berbentuk amaliyah (praktis), mauidhoh (nasehat), ataupun berupa tamsil (perumpamaan), seperti dalam Surah Luqman ayat 14:

(Faidah) Sing sopo wonge nindaake sholat limang waktu, iku jenenge wis syukur marang Pangeran. Lan sing sopo wonge ndonga’ake marang wong tuwo lorone saben- saben rampung sholat, iku ugo jenenge mbagusi marang wong tuwo lorone.

90 Keterangan “muhimmah” bersifat keilmuan atau asabun nuzul, seperti Surah Al-An’am ayat 112: (Muhimmah) Ayat iki tumurun sak durunge tumurune ayat idzin perang.

Terkait penafsiran, sebagian besar ketika KH. Bisri menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an tidak menggunakan rujukan khusus, tidak ayat dengan ayat, ayat dengan hadis, ada juga menafsirkan satu ayat dengan ayat dan hadist lain namun sangat jarang sekali.91

Dalam pemilihan bahasa yang diambil dalam tafsir ini yaitu pemilihan diksi bahasa jawa ngoko. Hal ini menjadi menarik perhatian terkait penggunaan bahasa dalam kitabnya. Penulis harus mengekspresikan totalitas karyanya seperti cara berkomunikasi orang- orang biasa (tidak terlalu unggah-ungguh dan elitis untuk menyampaikan maksudnya), atau pemakaian bahasa yang sederhana.92 Sehingga bahasa yang digunakan oleh KH. Bisri yakni bahasa ngoko dan bahasa kromo (halus).93

91 Rokhmad, “Telaah Karakteristik Tafsir Arab Pegon al-Ibriz,” hlm. 34.

92 Maslukhin, “Kosmologi Budaya Jawa Dalam Tafsîr Al-Ibrîz Karya KH. Bisri Musthofa”, Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis 5, no. 1 (2015): hlm. 82.

93 Amir dan Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia, hlm. 137.

Pula dalam pemakaian hirarki kebahasaan, memiliki tingkatan diksi yang berbeda ketika berdialog. Bahasa ngoko dipakai ketika KH.

Bisri sedang menafsirkan ayat Al-Qur’an dan tidak sedang berdialog dengan dua orang atau lebih. Sementara bahasa kromo digunakan ketika sedang berdialog dengan dua orang atau lebih dengan status sosial yang berbeda.

BAB III

STATUS DAN PERAN PEREMPUAN DAN TAFSIR AL-QUR’AN A. Pengertian

1. Status dan Peran Perempuan

Hal penting yang perlu ditanamkan ketika berbicara mengenai perempuan adalah memahami konsep seks (jenis kelamin) dan gender.

Perlu diungkapkan pemahaman dan perbedaan tersebut menjadi kata kunci dan analisis dalam memahami persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan.

Pembagian generalisasi status dan peran layaknya seperti dua sisi mata uang yang keduanya saling terkait. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) status adalah kedudukan (orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan masyarakat di sekelilingnya. Sedangkan peran merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan kegiatannya.94 Peran atau “role” dalam kamus Oxford Dictionary adalah

actor’s part; one’s or function” bermakna aktor; tugas seseorang atau fungsi.95

Maka status adalah kedudukan dan peran adalah perilaku yang diharapkan pada status itu. Sehingga dalam konteks ini, status yang dimiliki perempuan merupakan penunjang tanggungjawab, kewajiban, serta hak-hak yang sudah ditentukan dalam bermasyarakat. Sedangkan

94 KBBI V 0.4.0 Beta (40), 2016-2020. (Diakses pada tanggal 20 Februari 2022) 95 The New Oxford Illustrated Dictionary (Oxford University Press, 1982), 1466.

pola tingkah laku yang diharapkan dari perempuan itu sendiri sebagai pemangku status disebut peranan.

Para antropolog yang mempelajari tentang adanya peranan perempuan di berbagai dunia berargumen bahwa perbedaan gender yang terdapat di berbagai budaya merupakan hasil dari proses sosialisasi.96As a universal category equated with nature, ‘motherhood’ doesn’t survive historical decontruction.97 Adat dan tradisi juga ikut menyumbang lahirnya distorsi pemahaman peran dan kedudukan perempuan dalam masyarakat.98

Seiring berkembangnya zaman juga, pola kehidupan manusia-pun akan berkembang. Realitas yang dihadapi banyak wanita saat ini sama sekali tidak sesuai dengan cita-cita yang diasumsikan pada konsep keluarga yang ditopang oleh hukum Islam dan budaya Muslim yang digarisbawahi.99 Dalam bidang sosial, misalkan. Pemikiran mengenai peran sosial perempuan Islam tidaklah sama dengan konsep women

96 Salah satu tokoh antropolog yang meneliti tentang gender akibat sosial budaya adalah Whiting dan Edwards, ia mempelajari anak-anak dari 13 budaya yang berbeda dan hasil analisanya ia menemukan perbedaan gender yang nyata. Heru Syahputra, “Posisi Agama dalam Perbincangan Gender”, Aqlania: Jurnal Filsafat dan Teologi Islam. vol.11, no.1 (Juni 2020): 124.

97 “the conceptions of the ideal mother” dikonstruk secara sosial. Sejarah keibuan membutuhkan pemeriksaan teliti terhadap status dan peran perempuan dalam budaya tertentu. Amina Wadud, Inside the Gender Jihad: Women’s Reform in Islam (Oxford:

Oneworld, 2006), 127.

98 Irawaty dan Zakiya Darojat, “Kedudukan dan Peran Perempuan dalam Perspektif Islam dan Adat Minangkabau”, Hayula: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies. vol.3, no.1 (Januari 2019): 68.

99 Kebanyakan negara Timur Tengah membentuk laki-laki sebagai warga negara melalui peran mereka sebagai kepala keluarga patriarki dan memperlakukan perempuan sebagai ibu, istri, anak, dan saudara kandung yang bergantung. Dalam konteks Amerika Serikat modern, hak asuh anak serta pemeliharaan dilakukan oleh ibu dengan gagasan yang mendasari pengasuhan dan perawatan. Keluarga muslim di amerika telah menerima peran dan status ini tanpa meningkatkan sarana untuk mendukungnya. Wadud, Inside the Gender Jihad, 145-147.

liberation atau gerakan-gerakan feminis100 yang lahir dari Barat.

Permasalahan besar yang mereka hadapi adalah ketika mengejar karir di luar rumah seperti kaum laki-laki, secara tidak sadar urusan rumah tangga akan terbengkalai. Tuntutan gerakan ini dianggap menjadi ekstrim ketika muncul berbagai dilema kepribadian yang menyimpang. Dampak buruknya mengarah pada anak dan para suami muaranya mengarah pada runtuhnya institusi keluarga.101

Dalam hal lain, tidak dapat dipungkiri terdapat pemikiran atau tradisi ekstrim di kalangan muslimin yang membatasi peran sosial perempuan. Untuk itu perlu ditelusuri kembali dalam pemahaman dan tindakan perempuan, baik dalam ranah private atau sosial. Sebagaimana dalam al-Qur’an menjelaskan:

ِنلع لنْوََلهْنليلو ِفْوُرْعلمْلاََِب لنْوُرُمْأََلي ْعلب ُء ليِلْولا ْمُه ََُضْعلب ُتٰنِمْؤُمْلالو لنْوُنِمْؤُمْلالوۘ ٍض ۤا لكِٕى وُا ٗهللْو ََُسلرلو لهََّٰللا لنْوََُعْيِطُيلو لةوََٰكّزلا لنْوََُتْؤُيلو لةوٰل ََّصلا لنْوََُمْيِقُيلو ِرََلكْنُمْلاٰۤل ۗ

ٌمْيِكلح ٌزْيِزلع لهّٰللا ّنِا ُهّٰللا ُمُهُملحْرليلسۗ ٧١

/ةبوتلا ) 9

: 71 (

“Orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.328) Mereka menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah (berbuat) mungkar, menegakkan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Qs. At-Taubah/9:71)

Peran diatas dapat menunjukkan bahwa tingkatan dan kewajiban serta dalam tanggungjawab ada dalam setiap kelompok masyarakat.

Terdapat dua sudut pandang dalam memahaminya, jika dilihat secara struktural bahasa Arab dapat memberi ruang khusus bagi jenis kelamin perempuan (dalam tataran kata) sehingga dapat ditemukan ada d}lomir

100 Seperti; gerakan perempuan Betty Friedan memimpin Gerakan Perempuan Amerika Serikat, Revolusi Prancis yang meneriakkan “Liberte, Egalite et Fraternity”.

101 Andi Bahri S, “PEREMPUAN DALAM ISLAM (Mensinerjikan antara Peran Sosial dan Peran Rumah Tangga)”, Jurnal Al-Maiyyah. vol.8, no.2 (Juli 2015): 187.

untuk perempuan, sifat, dan kata kerja. Apabila berpijak pada persepsi filosofis yang menempatkan perempuan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan -dalam stabilitas kehidupan dalam berumah tangga-, maka pemikiran masyarakat Jawa akan lebih maju dari yang di duga saat ini.102

Kita selalu diingatkan bahwa jenis kelamin tidak menjadi standar kualitas di hadapan Allah Swt, karena standarnya adalah iman dan taqwa nya (Qs. al-Hujurat: 13) Laki-laki dan perempuan yang beriman juga sama-sama saling menjaga, penolong, teman setia (auliya’) satu sama lain.

(Qs. at-Taubah/ 9: 71) 2. Al-Qur’an

Setiap ajaran pasti mempunyai hukum-hukum yang mengikat pemeluknya. Dalam agama Islam, terdapat beberapa sumber hukum yang mengatur tindak-tanduk pemeluknya (muslimin-muslimat) untuk menjadi seorang hamba dan khalifah di muka bumi. Dalam eksistensinya, sumber hukum dalam Islam yaitu al-Qur’an, berikutnya Hadis, Ijma’, dan Qiyas yang merupakan penyempurnaan al-Qur’an -sebagai sumber sekunder hukum Islam-. Bagaimana memandang al-Qur’an? al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci umat Islam yang ada di dunia sebagai kalamullah yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu mukjizat (dengan perantara Malaikat Jibril). Dan sebagai wahyu pertama yang diterima Rasulullah Saw103 sebagaimana terdapat dalam Qs. al-‘Alaq/

96: 1-5

102 Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, Perempuan-Perempuan Tangguh Penguasa Jawa (Yogyakarta: Araska, 2018), 11.

103 Zulfikar Ghazali, “Mendarah Dagingkan Al-Qur’an,” Cross-Border: Jurnal Kajian Perbatasan Antarnegara, Diplomasi dan Hubungan Internasional Vol. 1 No. 1 (Maret 2018): 99.

لللخ ْيِذّلا لكّبلر ِم ََْساِب َۚق ْألرْقِا لللع ْنِم لنا لََسْنِ ْلا لقََلللخ ٍۚق ١

لرََْكل ْلا لكّبلرلو ْألرََْقِا ُۙم ٢ ٣

لللقْلاِب لمّللع ْيِذّلاِۙم للْعلي ْملل الم لنالسْنِ ْلا لمّللع ْۗم ٤

٥ /قلعلا ) 96

: 1 - 5 (

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!

Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah!

Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs.

al-'Alaq/ 96: 1-5)

Para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian al-qur’an ditinjau dari sudut pandang kebahasaan. Mereka berbeda pendapat dalam hal apakah al-Qur’an secara bahasa merupakan sebuah nama tanpa akar kata atau al-Qur’an merupakan isim musytaq dari sebuah kata.104 Disini penulis mengambil rujukan dari beberapa tafsir yang linear:

Syaikh Manna’ Khalil al-Qat}t}an menafsirkan dalam karya nya Maba>hiṡ fi> ‘Ulum al-Qur’a>n menjelaskan al-Qur’an secara bahasa merupakan bentuk mas}dar dari kata “

نآرق – ةءارق – أرق

yaitu “sesuatu yang dibaca” atau “bacaan”. Secara istilah merupakan Kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw hingga sampai kepada umatnya secara mutawattir serta membacanya merupakan bentuk ibadah. Sebagian ulama menyebutkan bahwa kitab ini disebut “al- Qur’an”, tidak seperti kitab-kitab sebelumnya (Injil, Taurat, Zabur), karena al-Qur’an mencakup inti seluruh ilmu seperti yang Allah Swt isyaratkan dalam firman-Nya105:

... إءْي لش ّلُكّل اًناليْبِت لبٰتِكْلا لكْيلللع النْلّزلنلو ٨٩

/لحنلا ) 16

: 89 (

“Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu ...” (An-Nah}l/ 16: 89)

104 Muhammad Aqil Haidar, Al-Quran dan Qiraah Syadzah, Cetakan Pertama (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), 5.

105 Manna’ Khalil al-Qat}t}an, Maba>his fi ‘Ulum al-Qur’a>n, trans. Umar Mujtahid, Cetakan Pertama (Jakarta: Ummul Qura, 2017), 32.

ىِف اََلنْطّرلف الم ْمُكُلالثْملا ٌملمُا ّلِا ِهْيلحالنلجِب ُرْيِطّي إرِٕى لللو ِضْرل ْلا ىِف إةّب لد ْنِم الملوۗ ٰۤط ۤا لنْوُر لشْحُي ْمِهّبلر ىٰلِا ّمُث إءْي لش ْنِم ِبٰتِكْلا ٣٨

/ماعنلا ) 6

: 38 (

“Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan.” (Al-An'am/ 6:

38)106

Senada dengan hal tersebut, Al-Raghib al-Ashfahani merumuskan pandangan tentang al-Qur’an. Menurutnya kata "

نآرق

" seperti "

ةءرق

", yaitu bentuk masdar (infinitive) dari kata "

– ةءارق – أرق نآرق

" dengan mengutip firman Allah Swt

ٗهلنٰاْرُقلو ٗهلعْملج النْيلللع ّنِاۚ ٗهلنٰاْرُق ْعِبّتالف ُهٰنْألرلق الذِالف ۚ ١٧

/ةمٰيقلا ) ١٨ 75

: 17 - 18 (

“Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu.” (Qs. al-Qiyamah/ 75: 17- 18)

Darisini pandangan al- As}fahani> menjadikan al-Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab untuk Nabi Muhammad Saw, sehingga qur’an menjadi nama khas dalam kitab-Nya. Disamping itu dapat dilihat dalam beberapa nama dan sifat-sifat al-Qur’an. Maka dapat disimpulkan kitab agung yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw menggunakan Bahasa Arab, yang menjadi petunjuk bagi umat manusia karena keluasan khazanahnya.107

Dalam Kitab Ush}ul Fi> Tafsi>r karya Muhammad ibn S}ha>lih ibn Muhammad al-‘Uaimin menjelaskan:

106 Kata “Al-Kitab” dalam rangkaian ayat disini menunjukkan Lauhul Mah}fuz}. Dan al-Qur’an ada di dalam Lauhul Mah}fuz}. al-Qat}t}an, Maba>his fi

‘Ulum al-Qur’a>n, 33.

107 Wahyuni Shifatur Rahmah, “Pemikiran Al-Raghib al-Asfahani Tentang al- Qur’an, Tafsir, Dan Ta’wil,” Jurnal Cakrawala: Studi Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi Sosial Vol. 4, No. 2 (2020): 175.

Al-Qur’an menurut bahasa berbentuk mas}dar, asal kata “

لت

” atau

عمج

” yang bermakna baca atau kumpul. Makna pertama “

لت

” artinya

“baca” bentuk mas}dar sebagai isim maf’ul yang memiliki arti “dibaca”.

Makna kedua “

عمج

” artinya “kumpul” merupakan bentuk isim fa>’il, yang bermakna “mengumpulkan dari kumpulan berita dan hukum- hukum”.

Al-Qur’an menurut istilah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi terakhir Muhammad Saw, diawali dengan surah al-Fatih}ah} dan diakhiri dengan surah al-Na>s. Sesuai dengan firman:

لك لللع الن ّزلن ُن لن اّنِإۡي ۡل ۡح ٗليِزنلت لنالء ُقۡر ۡلٱ

٢٣

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.”

Dan berfirman:

لنوُلِق لت ُكّللعّل اّٗيِبلرلع اًنٰلء ُق ُهٰلن لزنلأ اّنِإۡع ۡم ۡر ۡل ٢

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”

Dan Allah Swt telah menetapkan pada al-Qur’an ini tidak ada perubahan, penambahan, pengurangan, penggantian. Seperti yang dikatakan Allah Azza wa Jalla, sebagaimana Allah telah memberi jaminan keotentikanNya, sesuai dalam firman-Nya

لنْوُظِفٰحلل ٗهلل اّنِالو لرْكّذلا النْلّزلن ُنْحلن اّنِا ٩

/رجحلا ) 15

: 9 (

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (Qs. al-H}ijr/ 15: 9)

Meskipun waktu berlalu, al-Qur’an al-Karim tidak akan ada perubahan sedikitpun, atau penambahan, pengurangan, atau penggantian.

Kecuali atas izin Allah Swt.108

Menurut kitab Nafah}a>t Min ‘Ulu>m al-Qur’a>n menjelaskan:

“Apa itu al-Qur’an?” Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat kalamullah dari Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril As secara berangsur-angsur dan dengan membacanya adalah sebuah ibadah.

Dengan dimulai dari Surah al-Fatih}ah} diakhiri dengan al-Na>s, sebagai perlawananan dengan cerita singkatnya surah.109

Kitab Madkhal Ila Tafsi>r Wa ‘Ulum al-Qur’a>n menjelakan al- Qur’an menurut bahasa:

a. Berwazan “

نلعف

” dan fi’il nya yaitu “

أرق

” dengan

hamzah berdasarkan kalimah

ُهََلعْملج النْيلللع ّنِإ

ُهََلنآْرُقلو

maksudnya membaca qur’an, “membacanya”.

Seseorang membaca atau mengumpulkan sebagian atas sebagian yang lain, maka makna qur’an artinya “mengumpulkan”

Dikatakan “

عمجلا

” karena al-Qur’an mengumpulkan ayat-ayat atau didalamnya terkumpul ayat-ayat dan ayat tersebut

108 Muhammad ibn S}ha>lih ibn Muhammad al-‘Uṡaimin, Ush}ul Fi>

Tafsi>r (al-Maktabah al-Isla>miyyah, 2001), 6.

109 Muh}ammad Ah}mad Muh}ammad Ma’bud, Nafah}a>t Min ‘Ulu>m al- Qur’a>n (Mesir: Da>r al-Isla>m, 2005), 11.

terkumpul di dalam surah, dan surah-surah itu di kumpulkan sebagian dari yang lainnya.

Ada yang mengatakan, al-Qur’an dikatakan sebagai “

اعماج

atau “mengumpulkan” karena al-Qur’an mengumpulkan intisari dari kitab-kitab samawiyah yang terdahulu, atau al-Qur’an mengumpulkan intisari dari semua ilmu, sebagaimana Allah Swt telah mengisyaratkan dengan firmannya

إئْي لش ّلُكِل اًناليْبِت لبالتِكْلا لكْيلللع النْلّزلنلو

b. Ada juga yang berasal dari lafadz “

نرق

”: menggabungkan sesuatu dengan sesuatu

c. Yang terakhir lafadz “

نآرق

”: merupakan isim alam yang langsung dinisbatkan atau dikatakan sebagai kitab Allah Swt dan tidak ada mustaq (bentuk kalimat) nya dari fi’il.

Menurut istilah merupakan sebuah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad Saw, yang termaktub dalam sebuah mushaf, diawali dengan surah al-Fatih}ah} diakhiri dengan surah al-Na>s. Yang menjadi mukjizat dalam setiap kata dan maknanya.110

Selain sebagai kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Saw. Yang dimaksud dari mukjizat yaitu sesuatu yang melemahkan atau perkara yang keluar dari kebiasaan (amru khariju lil’adah). Dikatakan mukjizat karena ketika itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam membuat sastra Arab (sebutan:

sya’ir), yang pada saat itu sedang berada dalam puncak kejayaan sisi

110 ‘Abdul Jawa>d Khalaf Muhammad, Madkhal Ila Tafsi>r Wa ‘Ulum al- Qur’a>n (Qa>hirah: Da>r al-Baya>n al-‘Arabi>, n.d.), 46.

positifnya sehingga memacu semangat manusia untuk berbondong- bondong membuat sebuah syair, dengan imingan syair terbaik akan ditempel di dinding Ka’bah dan negatifnya membuat pihak yang bersangkutan merasa sombong.111

Perempuan adalah tokoh sentral dalam kehidupan manusia. Yang mana memikul beban berat melahirkan dan mendidik anak manusia mulai dari mengajarkan makan, berjalan, sampai menjadi manusia seutuhnya.

Meski tidak berpendidikan tinggi, seorang perempuan harus memiliki pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang luas. Karena setiap perempuan akan menjadi refensi atas pertanyaan anak-anaknya.