• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNSE Indonesia 9x9

Dalam dokumen SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016 (Halaman 57-62)

BAB III. ANALISIS SNSE INDONESIA

3.2. SNSE Indonesia 9x9

Gambaran perekonomian Indonesia secara umum selama tahun 2016 dapat diperlihatkan oleh SNSE Indonesia ukuran 9x9 (lihat Tabel 3.1). Matriks ini merupakan agregasi dari SNSE Indonesia 2016 ukuran 97x97 yang ditampilkan untuk memperlihatkan keterkaitan antar neraca secara menyeluruh.

Dari Tabel 3.1 pada baris 1, memperlihatkan pengunaan barang dan jasa.

Pengunaan barang dan jasa dirinci sebagai berikut: konsumsi antara sebesar Rp.11.058.971 miliar, konsumsi akhir sebesar Rp.8.359.035 miliar, perubahan persediaan sebesar Rp.82.589 miliar, pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp.4.139.130 miliar, dan ekspor barang dan jasa sebesar Rp.2.379.277 miliar.

Total Penggunaan (Rp.26.019.002 miliar) = Total permintaan antara (Rp.11.058.971 miliar) + Permintaan akhir menurut produk (Rp.14.960.031 miliar)

Sementara itu pada kolom 1 pada Tabel 3.1 memperlihatkan penyediaan barang dan jasa (industri) berupa output sebesar Rp.23.230.338 miliar, impor barang dan jasa sebesar Rp.2.314.213 miliar, pajak kurang subsidi atas produk, sebesar Rp.474.450 miliar dan margin perdagangan dimana secara total perekonomian, keseimbangan margin perdagangan dan transportasi yang dibayar dan diterima selalu nihil. Margin perdagangan dan transportasi ditampilkan di sini karena margin perdagangan dan transportasi bukan nol dalam matriks neraca nasional melainkan lebih rinci (terperinci), dan karena strukturnya matriks, maka agregat dan tabel yang lebih rinci haruslah sama.

Total Penyediaan (Rp.26.019.002 miliar) = Total output domestik atas dasar harga dasar (Rp.23.230.338 miliar) + Impor barang dan jasa (Rp.2.314.213 miliar) + Pajak kurang subsidi atas produk (Rp.474.450 miliar) + Margin perdagangan dan biaya pengangkutan (Rp.0)

Pada baris 2 kolom pada Tabel 3.1, nilai produksi yang dihasilkan dari aktivitas produksi barang dan jasa, yaitu output sebesar Rp.23.230.338 miliar. Dan pada kolom 2 pada Tabel 3.1 terlihat konsumsi antara sebesar Rp.11.058.971 miliar dan total nilai tambah sebesar, Rp.12.171.368 miliar (nilai tambah sudah termasuk pajak dikurangi

https://www.bps.go.id

subsidi atas produksi), dimana Nilai tambah sama dengan PDB.

PDB Produksi (Rp.12.645.818 miliar) = Total nilai tambah menurut lapangan usaha (Rp.12.171.368 miliar) + Pajak dikurangi subsidi atas produk (Rp.474.450 miliar) PDB Pengeluaran (Rp.12.645.818 miliar) = Total permintaan akhir (Rp.14.960.031 miliar)–impor barang dan jasa (Rp.2.314.213 miliar)

PDB Pendapatan (Rp.12.645.818 miliar) = Penjumlahan komponen NTB (Kompensasi tenaga kerja + Surplus usaha bruto + Pajak dikurangi subsidi lainnya atas produksi) (Rp.12.171.368 miliar) + Pajak dikurangi subsidi atas produk (Rp.474.450 miliar)

Penciptaan pendapatan mengambarkan pendapatan yang dihasilkan dalam proses produksi, mencatat komposisi nilai tambah yang dihasilkan dari proses produksi yang merupakan seluruh balas jasa faktor produksi yang dibayar oleh berbagai industri atas input primer (primary input) yang terlibat dalam proses menghasilkan barang dan jasa.

Nilai tambah yang dihasilkan tahun 2016 sebesar Rp.12.171.368 miliar (baris 3 pada Tabel 3.1) , nilai tambah ini didistribusikan dalam bentuk:

a. Balas jasa atau kompensasi tenaga kerja (kompensasi sebagai imbalan atas kerja antara industri (majikan) dan seseorang (karyawan) yang mana diklasifikasikan ke dalam berbagai kelompok (buruh dll)).

b. Pajak kurang subsidi atas produksi dan

c. Surplus usaha plus mixed income (masih termasuk penyusutan).

Nilai tambah merupakan sumber pendapatan bagi unit rumah tangga, pemerintah, perusahaan dan LNPRT.

Sementara (kolom 3 pada Tabel 3.1) menunjukkan pengeluaran untuk membayar kompensasi tenaga kerja luar negri yang dipekerjakan di perusahaan domestik sebesar Rp.23.435 miliar.

Pendapatan yang diperoleh dari pendapatan kepemilikan (seperti bunga, deviden dll) dari sektor domestik sebesar Rp.1.508,829 miliar, pendapatan kepemilikan dari luar negeri sebesar Rp.50.646 miliar, dan pendapatan pajak dikurangi subsidi atas

https://www.bps.go.id

Pengeluaran pendapatan kepemilikan ke sektor domestik sebesar Rp.1.508,829 miliar, dan luar negeri sebesar Rp.425.959 miliar, (kolom 4 pada Tabel 3.1). Item penyeimbang adalah pendapatan nasional (total pendapatan yang diperoleh oleh unit institusi residen sebagai akibat dari keterlibatan dalam produksi), pendapatan nasional sebesar Rp.12.249.968 miliar.

Pendapatan Nasional (12.249.968 miliar) = Total nilai tambah menurut lapangan usaha (Rp.12.171.368 miliar) + pajak dikurangi subsidi atas produksi (Rp.474.450 miliar + kompensasi karyawan dari luar negri (Rp 2900 miliar) - kompensasi karyawan ke luar negeri (Rp.23.435 miliar) + pendapatan kepemilikan dari luar negri (Rp.50.646 miliar) - pendapatan kepemilikan ke luar negeri (Rp.425.959 miliar)

Distribusi dan redistribusi pendapatan, berupa transfer dari institusi dan pajak yang diterima oleh pemerintah yang dikeluarkan oleh institusi-institusi lain (RT, LNPRT, korporasi) sebesar Rp.2.391.114 miliar dan transfer dari luar negeri sebesar Rp.173.065 miliar (baris 5 pada Tabel 3.1). Transfer ke sektor residen sebesar Rp.2.391.114 miliar, serta transfer ke luar negeri sebesar Rp.98.762 dan diseimbangkan dengan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) sebesar Rp.12.324.271 miliar.

Pendapatan disposabel mengambarkan pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh rumah tangga, pemerintah, perusahaan dan LNPRT, dan digunakan untuk pengeluaran konsumsi akhir, tabungan dan investasi, adj. for change in net equity housh on pension funds sebesar Rp.31.790 miliar (baris 6 dan kolom 6). Pendapatan yang dapat dibelanjakan muncul di baris 6, sebesar Rp.12.324.271 miliar, dan pengeluaran konsumsi akhir dicatat pada kolom 6, sebesar Rp.8.359.035 miliar. Item penyeimbang dari akun ini adalah tabungan nasional sebesar Rp.3.965.236 miliar.

Neraca modal menyajikan ketersediaan dana untuk tabungan sebesar Rp.3.965.236 miliar, transfer modal antar institusi sebesar Rp.396.967 miliar, (baris 7 pada Tabel 3.1). Dan dana dialokasikan ke: perubahan persediaan sebesar Rp.82.589 miliar, transfer modal antar institusi sebesar Rp.396.967 miliar, modal tetap bersih sebesar Rp.4.139.130 miliar, dan modal transfer dibayarkan ke luar negeri sebesar Rp.539 miliar.

https://www.bps.go.id

Penting untuk menunjukkan industri mana yang telah memperluas kapasitas produksinya (untuk menunjukkan dinamika suatu perekonomian). Kolom ketujuh menunjukkan, industri mana dan, sektor/institusi mana yang berinvestasi dalam industri apa.

Pinjaman (lending) pada Tabel 3.1 baris 8 dan kolom 7, timbul karena adanya kewajiban. Item penyeimbang dari neraca finansial dan neraca modal adalah pinjaman bersih (lending) dan meminjamkan (borrowing), sehingga lending/borrowing 2016 dari ekonomi total sebesar minus Rp.257.023 miliar. Net Lending pada luar negeri tidak sama dengan yang ada di BOP karena adanya perbedaan dalam ekspor dan impor.

Transaksi luar negeri, pembayaran dari negara ke luar negeri, dapat dilihat pada baris 9 pada Tabel 3.1 dan penerimaan dari luar negeri yaitu pada kolom 9 pada Tabel 3.1.

https://www.bps.go.id

Tabel 3.1

Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia, 2016 (9x9) (miliar rupiah)

https://www.bps.go.id

Sumber gambar: https://market.bisnis.com

PERTANIAN ATAU

INDUSTRI………

Dalam dokumen SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016 (Halaman 57-62)

Dokumen terkait