• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

N/A
N/A
gregs simatupang

Academic year: 2024

Membagikan "SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Katalog: 9503003 ISSN 0216-6070

https://www.bps.go.id

(2)

https://www.bps.go.id

(3)

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Katalog: 9503003 ISSN 0216-6070

https://www.bps.go.id

(4)

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Volume 12, 2023

Katalog: 9503003 ISSN/ISBN: 0216-6070 Nomor Publikasi: 07200.24001 Ukuran Buku: 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman: xiv+134 halaman Penyusun Naskah:

Direktorat Neraca Pengeluaran Penyunting:

Direktorat Neraca Pengeluaran Pembuat Kover:

Direktorat Diseminasi Statistik Penerbit:

©Badan Pusat Statistik Pencetak: -

Sumber Ilustrasi: Wance Paleri (Unsplash)

Dilarang mereproduksi dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

https://www.bps.go.id

(5)

ISSN: 0216-6070

TIM PENYUSUN

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI 2016

Volume 12, 2023

Pengarah:

Pipit Helly Sorayan SE.,ME

Editor:

Tantri Herawati Lestari SST; MAB Triana Mauliasih Aritonang SE.;ME

Penulis Naskah:

Triana Mauliasih Aritonang SE.,ME

Layout:

Triana Mauliasih Aritonang SE.,ME Dody Pratomo SST

Desain Kover:

Direktorat Diseminasi Statistik

Pengolah Data:

Pipit Helly Sorayan SE.,ME Triana Mauliasih Aritonang SE.;ME

Dody Pratomo SST TIM Neraca Rumah Tangga

https://www.bps.go.id

(6)

https://www.bps.go.id

(7)

KATA PENGANTAR

Seiring dengan dinamika pembangunan nasional yang semakin meningkat, Badan Pusat Statistik (BPS) dituntut untuk dapat menyediakan data statistik yang semakin lengkap dan berkualitas. Publikasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia tahun 2016 (SNSE 2016) ini merupakan salah satu ragam data yang dimaksud.

Perangkat data dan analisis tersebut disusun berdasarkan manual standar System of National Accounts (SNA) 2008.

SNSE 2016 merupakan suatu kerangka data yang merangkum berbagai variabel ekonomi dan sosial yang disajikan dalam bentuk matrik berbasis neraca nasional yang telah dikonsolidasikan. Penyusunan perangkat ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang hubungan antara; produksi, penggunaan faktor produksi (tenaga kerja), struktur permintaan (antara dan akhir), distribusi dan redistribusi pendapatan, tabungan, serta investasi nonfinansial. Untuk keperluan analisis dan agar dapat diperbandingkan dengan SNSE tahun-tahun sebelumnya (SNSE 2005 dan SNSE 2008), dilakukan disagregasi terhadap neraca nasional yang terkait dengan sektor rumah tangga, aktivitas produksi, dan faktor produksi.

Penghargaan dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi langsung maupun tidak langsung sehingga publikasi ini dapat disajikan.

Akhirnya, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan agar publikasi SNSE Indonesia dimasa mendatang dapat disajikan dalam bentuk dan kualitas yang lebih baik.

Jakarta, Mei 2023

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA

MARGO YUWONO

https://www.bps.go.id

(8)

https://www.bps.go.id

(9)

ISSN: 0216-6070

DAFTAR ISI

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Volume 12, 2023

Halaman

Kata Pengantar ……… v

Daftar Isi ……… vii

Daftar Tabel ………... ix

Daftar Gambar ………. xi

Daftar Lampiran ……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………... . 1

1.2. Maksud dan Tujuan ………. 2

1.3. Tahapan Penyajian ………... 3

BAB II. PEMAHAMAN TENTANG SNSE ………. . 7

2.1. Sistem Neraca Nasional ……… 8

2.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi ……… 10

2.3. Bentuk dan Arti Kerangka SNSE ………. 13

2.4. Manfaat Kerangka SNSE ……….. 20

2.5. Kerangka SNSE 2016 ……….. 24

2.6. Metode Estimasi, Sumber Data, dan Klasifikasi ………. 24

BAB III. ANALISIS SNSE INDONESIA ……… 36

3.1. Gambaran Umum SNSE Indonesia ……….. 36

3.2. SNSE Indonesia 9x9 ………. 39

3.3. Kategori Nilai Tambah ……….. 44

https://www.bps.go.id

(10)

3.4. Sektor Institusi ……… 51 3.5. Kesenjangan Pendapatan Antar Rumah Tangga ……….. 75 LAMPIRAN ………... 85

https://www.bps.go.id

(11)

ISSN: 0216-6070

DAFTAR TABEL

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Volume 12, 2023

Halaman

Tabel 2.1 Matriks dalam Kerangka Dasar SNSE ……… 14

Tabel 3.1 Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2016 (9x9) ……… 43

Tabel 3.2 Distribusi Nilai Tambah Menurut Lapangan Usaha, 2016 ……… 45

Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kerja dan Rata-rata Jam Kerja Per Minggu menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia, 2016 ………. 47

Tabel 3.4 Balas Jasa Tenaga Kerja dan Rata-rata Upah dan Gaji per Tenaga Kerja menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia, 2016 …….. 48

Tabel 3.5 Jumlah ETK dan Rata-rata Upah dan Gaji per ETK menurut Klasifikasi Lapangan Usaha SNSE Indonesia, 2016 ……… 49

Tabel 3.6 Neraca Institusi Rumah Tangga, 2016 ……….. 56

Tabel 3.7 Total Pendapatan dan Pengeluaran menurut Golongan Rumah Tangga, 2016 ……… 57

Tabel 3.8 Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Per Kapita, menurut Golongan Rumah Tangga,2016 ………. 58

Tabel 3.9 Persentase Pendapatan dan Pengeluaran terhadap Total Pendapatan menurut Golongan Rumah Tangga, 2016 ………. 59

Tabel 3.10 Distribusi Pendapatan Disposable per Kapita menurut Golongan Rumah Tangga di Indonesia, 2016 ………. 61

Tabel 3.11 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga menurut Sumber Pendapatan 62 Tabel 3.12 Distribusi Pendapatan Rumah Tangga menurut Jenis Pekerjaan ………. 63

Tabel 3.13 Distribusi Pendapatan Kepemilikan Antar Rumah Tangga, 2016 ………. 64

Tabel 3.14 Distribusi Transfer Antar Rumah Tangga, 2016 ………. 65

Tabel 3.15 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga menurut Golongan Rumah Tangga, 2016 ………... 67

Tabel 3.16 Pola Pengeluaran Rumah Tangga, 2016 ………. 68

Tabel 3.17 Neraca Perusahaan Tahun 2016 ……… 70

Tabel 3.18 Neraca Pemerintah Tahun 2016 ……… 72

Tabel 3.19 Neraca LNPRT Tahun 2016 ……… 73

https://www.bps.go.id

(12)

Tabel 3.20 Neraca Luar Negeri Tahun 2016 ………... 74 Tabel 3.21 Perbandingan Rasio dan Persentase Jumlah Pendapatan Disposable

yang Diterima oleh Berbagai Golongan Rumah Tangga ……… 77

https://www.bps.go.id

(13)

ISSN : 0216-6070

DAFTAR GAMBAR

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Volume 12, 2023

Halaman Gambar 2.1. Diagram Modular SNSE ... 12 Gambar 3.1 Diagram Alir Siklus Ekonomi ... 37 Gambar 3.2 Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia ... 38

https://www.bps.go.id

(14)

https://www.bps.go.id

(15)

ISSN : 0216-6070

DAFTAR LAMPIRAN

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

Volume 12, 2023

Halaman

Lampiran 1. Konsep dan Definisi ……… 85

Lampiran 2. Klasifikasi SNSE 2005 dan 2016 ……….. 95

Lampiran 3. Klasifikasi SNSE Indonesia 2016 (67x67) ……….. 96

Lampiran 4. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2016 (67x67)………. 98

Lampiran 5. Klasifikasi SNSE Indonesia 2016 (97x97) ……….. 112

Lampiran 6. Sistem Neraca Sosial Ekonomi 2016 (97x97) ……… 114

https://www.bps.go.id

(16)

https://www.bps.go.id

(17)

https://www.bps.go.id

(18)

https://www.bps.go.id

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakmerataan pendapatan dan kelangkaan kesempatan kerja merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah di negara-negara sedang berkembang (Todaro -1987 dan Nafziger -1990). Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti pemerataan hasil-hasil pembangunan. Oleh karenanya, capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak terpisahkan dari masalah distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan. Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan namun juga memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat.

Guna mengkaitkan antar kinerja suatu perekonomian (economic performance) dengan distribusi pendapatan (income distribution) dan ketenagakerjaan (employment), para ahli ekonomi pembangunan dan ahli statistik berupaya untuk membangun suatu perangkat data yang dapat menggambarkan keterkaitan antara ketiga masalah tersebut. Perangkat data yang dimaksud adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).

Sebagai bagian dari Sistem Neraca Nasional Indonesia (SNNI), SNSE terkait erat dengan perangkat data lain seperti Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Tabel input-output (I-O). Di satu sisi, PDB menunjukkan pendapatan atau nilai tambah yang tercipta di berbagai lapangan usaha (industri), yang pada akhirnya menjadi sumber pendapatan bagi para pelaku ekonomi (termasuk rumah tangga). Di sisi yang lain, PDB juga menjelaskan penggunaan dari pendapatan yang diterima berbagai pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitas konsumsi, investasi, dan ekspor. Sedangkan Tabel I-O lebih memperjelas gambaran tentang struktur produksi, nilai tambah yang tercipta, maupun permintaan akhir termasuk untuk keperluan pengeluaran konsumsi.

https://www.bps.go.id

(20)

Perangkat SNSE merekam sebagian besar dari transaksi ekonomi tersebut dan memperluasnya menjadi perangkat data yang menggambarkan distribusi, redistribusi pendapatan, serta struktur konsumsi antar kelompok rumah tangga.

SNSE merupakan kerangka data yang merangkum variabel sosial-ekonomi dalam bentuk matrik yang kompak dan terpadu. Variabel-variabel yang dimaksud lebih fokus pada kelompok rumah tangga, yang dijabarkan dalam bentuk pemerataan pendapatan, pola konsumsi, kemampuan menabung, kondisi ketenagakerjaan, serta informasi tambahan lainnya. Kerangka SNSE disusun dengan cara mendisagregasi pelaku dan aktivitas ekonomi, serta faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi, sehingga perangkat data ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi sosial-ekonomi masyarakat selama periode waktu tertentu. Bahkan perangkat yang disajikan dalam bentuk matrik tersebut dapat memberikan gambaran tentang proses pembentukan pendapatan dan distribusinya. Secara parsial, matrik SNSE tersebut juga dapat menggambarkan kondisi ekonomi rumah tangga melalui rincian pada neraca pendapatan dan pengeluaran (income and outlay accounts) untuk masing-masing golongan rumah tangga.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan SNSE Indonesia 2016 (SNSE 2016) dimaksudkan untuk dapat mengumpulkan data sosial-ekonomi Indonesia tahun 2016 dalam suatu kerangka data yang terpadu dan terintegrasi. Dengan demikian, gambaran yang menyeluruh tentang kondisi sosial-ekonomi Indonesia tahun 2016 tersusun dalam bentuk matrik sehingga proses distribusi dan alokasi pendapatan pelaku ekonomi di Indonesia dapat dipetakan dan dianalisis secara lebih mendalam.

Sebagaimana halnya publikasi SNSE Indonesia di tahun-tahun sebelumnya, tujuan penyusunan SNSE 2016 adalah menyediakan informasi dan gambaran umum tentang kondisi sosial-ekonomi Indonesia pada tahun 2016, seperti kinerja ekonomi, distribusi pendapatan faktor produksi (factorial income distribution), distribusi

https://www.bps.go.id

(21)

pendapatan rumah tangga (household income distribution), maupun pola pengeluaran rumah tangga (household expenditure pattern).

SNSE merupakan perangkat data yang secara bersamaan menyajikan informasi tentang aktivitas produksi sebagaimana halnya pendapatan yang diciptakan pada satu sisi, serta distribusi pendapatan yang diterima oleh kelompok-kelompok rumah tangga dan penggunaannya pada sisi yang lain. Karena merupakan perluasan dari Tabel I-O maka sebagian data yang disajikan di dalam SNSE dapat pula dilihat pada perangkat data tersebut.

1.3 Tahapan Penyajian

Publikasi SNSE 2016 terdiri dari tiga bab, yang secara garis besar menguraikan hal-hal sbb:

a. bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan publikasi, serta tahapan penyajiannya;

b. bab II memperkenalkan kerangka SNSE, yang mencakup perangkat SNSE secara umum, pengenalan bentuk dan arti kerangka SNSE, manfaat SNSE, dan pengenalan kerangka SNSE Indonesia 2016, metoda estimasi, klasifikasi, dan sumber data;

c. bab III berisi hasil analisis dari SNSE Indonesia 2016 seperti kinerja ekonomi Indonesia, distribusi pendapatan faktorial, neraca terkonsolidasi termasuk analisis pendapatan dan pengeluaran rumah tangga seperti neraca pendapatan dan pengeluaran, distribusi pendapatan rumah tangga, kesenjangan pendapatan antar rumah tangga, pola pengeluaran konsumsi rumah tangga dan tabungan.

https://www.bps.go.id

(22)

https://www.bps.go.id

(23)

https://www.bps.go.id

(24)

https://www.bps.go.id

(25)

BAB II

PEMAHAMAN TENTANG SNSE

Negara-negara berkembang yang pembangunan ekonominya berazaskan pada “growth-oriented development” menyadari bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata menimbulkan implikasi pada masalah lain, yang akhirnya merugikan proses pembangunan itu sendiri. Masalah-masalah yang dimaksud adalah distribusi pendapatan yang tidak merata, tingkat pengangguran yang tinggi, serta kemiskinan yang semakin meresahkan masyarakat. Tahun 1970-an merupakan era baru negara-negara berkembang dalam menetapkan kebijakan pembangunan.

Mereka berusaha mengatasi kemiskinan dengan cara memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Jika sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup (standard of living) yang layak bagi setiap individu, khususnya golongan ekonomi lemah atau kelompok masyarakat miskin, maka yang harus menjadi perhatian utama adalah ketidakmerataan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Setiap pengamatan atas masalah pemerataan berarti memerlukan rincian (disaggregation) tentang distribusi yang dihasilkan dari upaya pembangunan, serta kelompok masyarakat mana yang akan menikmatinya. Singkat kata adalah analisis tentang “who gets what”, atau siapa mendapatkan apa.

Dalam melakukan evaluasi tentang kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan dibutuhkan banyak data dan informasi yang dijadikan indikator atau ukuran pencaran (distribusi) pendapatan, konsumsi, produksi, tenaga kerja, dsb. Selain itu diperlukan suatu kerangka dasar analisis yang dapat mengkonsolidasikan berbagai macam bentuk serta pola pengukuran dalam suatu wadah (perangkat) yang dapat menggambarkan hubungan antara berbagai pola tersebut serta variabel-variabel yang saling mempengaruhi.

https://www.bps.go.id

(26)

Dengan demikian pengaruh dari kebijakan yang diambil, dampaknya dapat ditelusuri dari masing-masing segmen di dalam struktur sosial-ekonomi masyarakat.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa ada keterkaitan yang erat antara:

a. strategi dan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan;

b. sasaran pembangunan yang akan dicapai;

c. teori dasar dan model-model pembangunan; serta

d. sistem data dan pengukuran prestasi hasil-hasil pembangunan.

Karena alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu untuk membangun suatu perangkat data yang dapat menggambarkan keterkaitan antar unsur-unsur itu menjadi suatu perangkat data yang aplikatif, komprehensif, dan informatif. Sistem Neraca Sosial Ekonomi merupakan perangkat data yang direkomendasi oleh perserikatan bangsa bangsa (PBB) dalam rangka menjawab tantangan ini. Dalam standar manual SNA 2008, perangkat data tersebut merupakan bagian dari kerangka kerja neraca nasional dalam bentuk Sistem Neraca Nasional.

2.1 Sistem Neraca Nasional

Sisten Neraca Nasional (SNN) merupakan kerangka kerja data statistik neraca nasional yang menggambarkan transaksi ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi (institusional unit) selama periode waktu tertentu. Satu data transaksi dalam kerangka SNN, menunjukkan besar transaksi (transaction) yang dilakukan oleh pelaku ekonomi (transactor) terkait dengan aktivitas ekonomi (category) tertentu.

Pelaku ekonomi yang dimaksud terdiri dari unit rumah tangga, lembaga nonprofit, pemerintah, dan korporasi yang berada di dalam wilayah domestik (resident), serta pelaku ekonomi diluar wilayah domestik (non-resident). Pelaku ekonomi yang mempunyai perilaku yang sama dalam perekonomian dikelompokkan ke dalam sektor institusi atau sektor ekonomi (institusional sector) yang sama.

Dari sudut pandang pelaku ekonomi, maka SNN Indonesia tahun 2016 (SNNI 2016) terdiri dari enam sektor institusi yaitu sektor Rumah tangga (1); Lembaga

https://www.bps.go.id

(27)

nonprofit yang melayani rumah tangga -LNPRT (2); Pemerintahan umum (3);

Korporasi nonfinansial (4); Korporasi finansial (5); serta sektor Luar negeri (6).

Aktivitas ekonomi yang dilakukan para pelaku ekonomi utamanya terdiri dari aktivitas produksi, konsumsi, dan akumulasi modal dan keuangan. Nilai transaksi yang berkaitan dengan aktivitas tersebut disajikan dalam bentuk neraca. Secara keseluruhan, berbagai transaksi yang dilakukan para pelaku ekonomi membentuk suatu rangkaian neraca yang lengkap (Neraca Institusi Terintegrasi -NIT). Dengan demikian, neraca utama di dalam kerangka NIT terdiri dari neraca produksi, neraca penerimaan dan pengeluaran, neraca modal dan keuangan untuk masing-masing sektor ekonomi domestik maupun sektor luar negeri.

Neraca produksi mengambarkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan (output), berbagai input yang digunakan dalam proses produksi (konsumsi antara), dan nilai tambah yang tercipta. Neraca penerimaan dan pengeluaran menggambarkan nilai pendapatan yang diterima dan pengeluaran atas pendapatan tersebut. Selisih antara pendapatan dan pengeluaran merupakan tabungan yang tercipta. Neraca modal dan keuangan menggambarkan nilai investasi baik investasi fisik dan investasi finansial serta sumber pembiayaan yang berasal dari tabungan, kompensasi penggunaan barang modal maupun transfer modal. Sedangkan neraca luar negeri menggambarkan nilai transaksi antara pelaku domestik dengan pelaku luar negeri.

Dengan demikian, NIT merupakan agregasi neraca sejenis dari ke-lima sektor ekonomi domestik dan sektor luar negeri yang membentuk suatu perekonomian.

Neraca produksi nasional merupakan agregasi neraca produksi dari ke-lima sektor domestik dan sektor luar negeri. Pengertian yang sama berlaku juga untuk neraca pendapatan dan pengeluaran, serta neraca modal dan keuangan. Dalam praktek, neraca nasional (agregat) tersebut disusun secara independen untuk masing-masing sektor institusi atau sektor ekonomi.

Dari sudut pandang aktivitas ekonomi, maka kerangka NIT Indonesia tahun 2016 (NIT 2016) terdiri dari sembilan jenis neraca, yaitu neraca produksi (1), neraca pendapatan yang dihasilkan (2), neraca alokasi pendapatan primer (3), neraca

https://www.bps.go.id

(28)

distribusi pendapatan sekunder (4), neraca penggunaan pendapatan (5), neraca kapital (6), neraca finansial (7), neraca luar negeri (8), dan neraca posisi kekayaaan nasional atau balance sheet (9). Penyusunan NIT 2016 dimaksudkan agar dapat mengungkap keterkaitan antar berbagai sektor institusi dalam melakukan aktivitas ekonomi yang terjadi secara simultan selama periode waktu tertentu (tahun 2016).

2.2 Sistem Neraca Sosial Ekonomi

SNSE merupakan suatu perangkat data ekonomi makro yang digunakan untuk mengukur masalah pemerataan pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Sesuai proses bisnis yang terdapat dalam manual SNA 2008, sistem data tersebut diturunkan dari kerangka kerja data neraca nasional dalam bentuk NIT dan Supply and Use Table (SUT). Penyusunan SNSE dimaksudkan agar dapat memperoleh gambaran menyeluruh tentang hubungan penting antara tingkat produksi, penggunaan faktor produksi, struktur permintaan (antara dan akhir), distribusi dan redistribusi pendapatan, tabungan dan investasi nonfinansial.

Dalam analisis distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan, sektor rumah tangga menjadi fokus utama, disamping faktor produksi yang digunakan sektor institusi dalam melakukan aktivitas produksi. Untuk itu, sektor rumah tangga dipecah (disaggregated) menjadi beberapa subsektor berdasarkan sumber pendapatan utama (Klasifikasi Baku Institusi Indonesia -KBII). Agar lebih informatif, maka setiap subsektor rumah tangga dipecah menjadi kelompok-kelompok rumah tangga berdasarkan karakteristik sosial, ekonomi, dan kondisi demografisnya. Faktor produksi dirinci menurut faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Faktor produksi tenaga kerja dirinci lagi menurut jabatannya. Sedangkan aktivitas produksi dirinci menurut kategori/industri (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia -KBLI), dan komoditas yang dihasilkan (Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia -KBKI).

Disagregasi sebagaimana ditunjukkan melalui SUT lebih mengarah pada keterkaitan antar aktivitas produksi, penggunaan barang dan jasa atau komoditas

https://www.bps.go.id

(29)

yang dihasilkan, serta nilai tambah yang diciptakan. Dalam perangkat data tersebut tidak ada penjelasan lebih jauh tentang:

a. bagaimana komposisi pendapatan rumah tangga berkaitan dengan kepemilikan faktor produksi, serta partisipasinya di dalam aktivitas ekonomi;

b. distribusi penggunaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di antara kelompok-kelompok rumah tangga.

Oleh karenanya, langkah sederhana dalam memahami SNSE sebagai sistem data adalah dengan mempelajari hubungan timbal balik antara struktur produksi, distribusi pendapatan (value added), redistribusi pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi. Hubungan tersebut diilustrasikan sebagai arus yang berputar (circular flow) melalui transaksi yang terjadi.

Dalam menggunakan perangkat SNSE sebagai dasar evaluasi dan penyusunan rencana pembangunan, maka perangkat data ini paling tidak harus memuat dua hal pokok sbb:

a. sebagai kerangka dasar analisis modular, yang dapat menjelaskan hubungan antar variabel-variabel baik didalam maupun antara berbagai sub-sistem yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya;

b. sebagi sistem klasifikasi yang konsisten dan rinci, yang ditunjang ketersediaan data sosial-ekonomi yang lengkap.

Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan akar masalah berawal dari kenyataan bahwa setiap rumah tangga mempunyai kebutuhan dasar (basic needs and want) yang dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi berbagai barang dan jasa. Permintaan atas komoditas yang diinginkan itu dipenuhi melalui aktivitas produksi. Proses produksi barang dan jasa dapat dilakukan karena ada partisipasi faktor produksi yang sebagian besar dimiliki oleh institusi rumah tangga. Karena ada permintaan barang dan jasa, maka terjadi aktivitas produksi yang pada gilirannya akan menciptakan pendapatan bagi institusi pemilik faktor produksi. Dari ilustrasi itu dapat diperkirakan distribusi pendapatan yang terjadi di antara kelompok rumah tangga sebagai pemilik dari faktor produksi. Secara logis, nilai tambah (pendapatan) yang dihasilkan karena

https://www.bps.go.id

(30)

keikutsertaan faktor produksi dalam aktivitas produksi (setelah dikoreksi dengan nilai penyusutan, pembayaran transfer, pajak dan subsidi), terkait dengan masalah distribusi pendapatan. Ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan dapat dilihat dari sisi pola distribusi pendapatan maupun dari sisi pola konsumsi rumah tangga.

Gambar 2.1 Diagram Modular SNSE

Dari uraian diatas terlihat ada tiga bentuk hubungan antara subsistem dalam menganalisis distribusi pendapatan rumah tangga beserta aspeknya. Bentuk pertama, struktur produksi menurut aktivitas (industri); kedua, pendapatan (nilai tambah) setiap lapangan usaha dirinci menurut balas jasa yang dibayarkan pada faktor produksi; dan ketiga, distribusi pendapatan yang dianalisis melalui pemilikan faktor produksi oleh berbagai kelompok rumah tangga, serta distribusi laba yang dibagikan dan transfer dari pemerintah ke rumah tangga. Hubungan yang mendasari kerangka analisis modular dengan sistem data ini tidak sesederhana seperti yang dikemukakan, namun lebih kompleks lagi. Pemahaman tentang makna pembangunan sosial-ekonomi dilakukan dengan melaksanakan jalur-jalur pemerataan yang merupakan upaya untuk

Kebutuhan Dasar

Konsumsi Rumahtangga

Permintaan Akhir

Kegiatan Produksi Ekspor, Impor dan Neraca Pembayaran

PDB dan Distribusi Pendapatan Distribusi Pendapatan

Rumahtangga

Pemerintah Investasi

Konsumsi Pemerintah

https://www.bps.go.id

(31)

mencapai tingkat hidup (standard of living) yang layak bagi seluruh kelompok masyarakat, terutama masyarakat golongan rendah.

2.3 Bentuk dan Arti Kerangka SNSE

Kerangka SNSE untuk keperluan analisis tentang distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan dapat disajikan dalam bentuk matrik (9 X 9) berbasis neraca yang telah dikonsolidasikan. Matriks yang menggambarkan perilaku pelaku ekonomi dalam berbagai transaksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

https://www.bps.go.id

(32)

Klasifikasi Neraca Barang dan jasa

(produk) Produksi (industri)

Penciptaan Pendapatan (nilai tambah)

Alokasi pendapatan primer (institusi)

Distribusi pendapatan sekunder (institusi)

Penggunaan

pendapatan (institusi) Kapital (institusi) Finansial Luar Negeri (LN) Total

Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Barang dan jasa (produk) 1 Margin perdagangan dan transportasi

Pengeluaran konsumsi antara

Pengeluaran konsumsi

akhir Investasi Non Finansial Ekspor barang dan jasa

Produksi (industri) 2 Output

Penciptaan Pendapatan (nilai tambah)

3 Nilai tambah bruto,

harga dasar Kompensasi tenaga kerja dari LN

Alokasi pendapatan

primer (institusi) 4 Pajak atas produk, minus subsidi

Pendapatan bruto, harga dasar

Pendapatan kepemilikan

Pendapatan kepemilikan, pajak atas produk minus subsidi, dan iimpor dari LN

Distribusi pendapatan

sekunder (institusi) 5 Pendapatan nasional

bruto

Pajak pendapatan, kekayaan, dll dan transfer berjalan

Pajak pendapatan, kekayaan, dll dan transfer berjalan dari LN

Penggunaan pendapatan

(institusi) 6 Pendapatan disposabel

bruto

Penyesuaian untuk perubahan hak pensiun

Penyesuaian untuk perubahan hak pensiun dari LN

Kapital (institusi) 7 Tabungan bruto Transfer modal

borrowing

Transfer modal dari LN

Finansial 8 lending

Luar Negeri

(LN) 9 Impor barang dan

jasa

Kompensasi tenaga kerja ke LN

Pendapatan kepemilikan, pajak atas produk minus subsidi, dan impor ke LN

Pajak pendapatan, kekayaan, dll dan transfer berjalan ke LN

Penyesuaian untuk perubahan hak pensiun dari LN

Transfer Modal ke LN

Total 10 Penyeimbang Eksternal

Tabel 2.1

Matriks Dalam Kerangka Dasar SNSE

https://www.bps.go.id

(33)

Tabel 2.1 merupakan tabel ringkas guna menunjukkan bagaimana sistem data tersebut bekerja. Susunan angka dalam tabel merupakan suatu sistem neraca, dimana masing-masing angka mencerminkan hubungan antar transaksi suatu neraca dengan neraca lainnya. Lajur baris menunjukkan transaksi penerimaan, sedangkan lajur kolom menunjukkan transaksi pengeluaran. Pertemuan antara lajur baris dan kolom dalam satu sel menunjukkan penerimaan disatu sisi yang merupakan pengeluaran disisi yang lainnya. Matrik dasar SNSE terbentuk dari submatrik yang terkait dengan hal-hal diatas. Karena sistem data ini terfokus pada masalah distribusi, redistribusi, dan penggunaan pendapatan maka data ekonomi makro lainnya yang berkaitan langsung dengan masalah tersebut disajikan secara agregat. Sedangkan informasi lainnya yang mendukung terbentuknya neraca dalam sel-sel matrik yang bersangkutan disajikan secara terpisah.

Mengacu pada SNA 1993, kerangka dasar SNSE terdiri dari neraca-neraca utama, yaitu:

a. neraca produksi

b. neraca penciptaan pendapatan c. neraca alokasi pendapatan primer d. neraca distribusi pendapatan sekunder e. neraca penggunaan pendapatan f. neraca kapital

g. neraca finansial h. neraca luar negeri.

SNSE merupakan matriks sistem neraca yang berbentuk persegi. Setiap neraca menempati baris dan kolom yang sama, yang menyatakan jenis transaksi yang sama.

Isian pada baris menyatakan transaksi penerimaan, sedangkan isian pada kolom menjelaskan transaksi pengeluaran.

https://www.bps.go.id

(34)

Berikut ini merupakan penjelasan untuk transaksi di setiap sel yang terdapat dalam matriks SNSE:

a. Margin perdagangan dan transportasi merupakan output dari sektor perdagangan besar dan eceran. Termasuk di dalamnya adalah margin perdagangan ditambah biaya transportasi yang dibayarkan secara terpisah oleh pembeli dalam menerima pengiriman pada waktu dan tempat yang ditentukan. Margin perdagangan terdiri dari margin perdagangan dasar pada produk; yaitu, margin perdagangan grosir dan eceran kumulatif sebelum penambahan pajak dan pengurangan subsidi; dan pajak (kecuali PPN yang ditagih) dikurangi subsidi atas produk yang dibayarkan oleh pedagang grosir dan eceran.

b. Pengeluaran konsumsi antara terdiri dari nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai input dalam proses produksi, tidak termasuk aset tetap di mana konsumsinya dicatat sebagai konsumsi barang modal tetap.

c. Pengeluaran konsumsi akhir mencakup pengeluaran konsumsi akhir yang dilakukan oleh institusi rumah tangga, lembaga nonprofit, dan pemerintah.

Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga terdiri dari pengeluaran, termasuk pengeluaran yang nilai aktualnya diperkirakan secara tak-langsung, yang dikeluarkan rumah tangga residen atas konsumsi barang dan jasa individu termasuk yang dijual di pasar yang tak-signifikan secara ekonomi serta termasuk konsumsi barang dan jasa yang diperoleh dari luar negeri.

Pengeluaran konsumsi akhir LNPRT terdiri dari pengeluaran, termasuk pengeluaran yang nilainya diperkirakan secara tak-langsung, yang dikeluarkan LNPRT residen atas barang dan jasa konsumsi individu dan kemungkinan konsumsi jasa kolektif. Besarnya PK-LNPRT sama dengan output atau biaya produksi yang dikeluarkan dalam rangka melakukan aktivitas pelayanan pada masyarakat, anggota organisasi, atau kelompok masyarakat tertentu. Biaya produksi LNPRT sama dengan nilai konsumsi antara ditambah biaya primer (kompensasi pegawai, konsumsi barang modal tetap, dan pajak atas produksi lainnya). Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan lembaga atas

https://www.bps.go.id

(35)

penggunaan barang dan jasa (antara) dan faktor produksi, ditambah nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi sendiri atau pemberian pihak lain (transfer). Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah merupakan pengeluaran atas barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah untuk konsumsi akhir, terdiri dari pengeluaran konsumsi kolektif dan pengeluaran konsumsi individu. Pengeluaran konsumsi kolektif adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menghasilkan barang dan jasa yang tidak terbatas jumlahnya dan bisa diakses seluruh masyarakat, contoh jasa pertahanan dan keamanan oleh TNI/Polri. Sedangkan Pengeluaran Konsumsi Individu adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menghasilkan barang dan jasa yang terbatas jumlahnya dan hanya dapat dikonsumsi apabila memenuhi syarat tertentu (biasanya harga), contoh pelayanan kesehatan di rumah sakit/puskesmas dan jasa pendidikan di sekolah/universitas.

d. Perubahan inventori menunjukkan transaksi yang terjadi dalam inventori.

Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori yang bisa bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Perubahan inventori diukur dengan nilai barang yang masuk ke dalam inventori dikurangi nilai barang yang keluar dari inventori dan dikurangi nilai kerugian dari barang inventori yang terjadi secara regular. Tidak termasuk kerugian yang luar biasa yang bersifat irregular seperti kebakaran, kecurian, dan serangan hama.

e. Pembentukan modal tetap bruto didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian (barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri), termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal, sewa beli (financial leasing), serta pertumbuhan aset sumber daya hayati yang dibudidaya.

Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter barang modal pada pihak lain, serta sewa beli (financial leasing).

https://www.bps.go.id

(36)

Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.

f. Ekspor dan impor barang dan jasa didefiniskan sebagai transaksi alih kepemilikan (ekonomi) atas barang dan jasa antara residen suatu perekonomian dengan nonresiden. Suatu unit institusi didefinisikan sebagai residen dari wilayah ekonomi sebuah negara, jika unit institusi tersebut memiliki pusat kepentingan ekonomi yang utama di dalam wilayah ekonomi dan unit institusi ini terlibat dalam aktivitas atau transaksi ekonomi untuk periode waktu yang lama, umumnya ditetapkan minimal satu tahun. Ekspor impor menggunakan prinsip pencatatan dengan basis akrual di mana untuk barang dicatat saat terjadi alih kepemilikan yang pendekatannya menggunakan waktu pencatatan pada dokumen kepabeanan, sedangkan untuk jasa dicatat saat jasa tersebut disediakan atau diberikan.

g. Output merupakan nilai total penjualan atau penggunaan lain dari barang atau jasa yang dihasilkan sebagai output ditambah nilai perubahan persediaan barang yang diproduksi sebagai output.

h. Nilai tambah bruto merupakan nilai output dikurangi nilai konsumsi antara.

i. Kompensasi tenaga kerja terdiri dari dua komponen utama yaitu upah dan gaji yang dibayarkan dalam bentuk tunai atau barang dan iuran asuransi sosial yang harus dibayar oleh pemberi kerja. Iuran ini mencakup iuran untuk skema jaminan sosial; kontribusi sosial aktual untuk skema asuransi sosial terkait pekerjaan lainnya dan kontribusi sosial yang diperhitungkan untuk skema asuransi sosial terkait pekerjaan lainnya.

j. Pajak atas produk merupakan terdiri dari pajak atas barang dan jasa sebagai akibat dari produksi, penjualan, pengalihan, penyewaan atau penyerahan barang atau jasa tersebut, atau sebagai akibat dari penggunaannya untuk konsumsi sendiri atau pembentukan modal sendiri. Sementara itu, subsidi merupakan pembayaran tak berbalas yang dilakukan unit pemerintah, termasuk unit pemerintah nonresiden, kepada perusahaan berdasarkan tingkat

https://www.bps.go.id

(37)

kegiatan produksi mereka atau jumlah atau nilai barang atau jasa yang mereka produksi, jual, atau impor.

k. Pendapatan bruto merupakan total pendapatan yang diperoleh oleh unit institusional residen sebagai hasil dari terlibat dalam produksi sebelum dikurangi penyusutan.

l. Pendapatan kepemilikan merupakan jumlah pendapatan investasi dan sewa.

Pendapatan investasi adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik aset keuangan sebagai imbalan atas penyediaan dana kepada unit institusi lain.

Sementara itu, sewa adalah pendapatan yang diterima oleh pemilik sumber daya alam (penyewa atau pemilik) untuk menempatkan sumber daya alam pada pelepasan unit institusional lain (penyewa atau penyewa) untuk penggunaan sumber daya alam dalam produksi.

m. Pendapatan nasional bruto adalah jumlah pendapatan primer bruto yang diterima oleh unit atau sektor institusi residen. Pendapatan nasional bruto diperoleh dari PDB dikurangi pajak (dikurangi subsidi) atas produksi dan impor, kompensasi tenaga kerja dan pendapatan kepemilikan yang dibayarkan ke luar negeri, ditambah item-item terkait yang diterima dari luar negeri.

n. Pajak pendapatan, kekayaan, dll secara umum terdiri dari pajak yang dikenakan atas pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Hal ini adalah beban pendapatan, dan dicatat di bawah penggunaan untuk sektor rumah tangga maupun korporasi pada neraca distribusi pendapatan sekunder. Pajak juga dibayar oleh unit nonresiden, pemerintah, atau LNPRT. Transfer berjalan terdiri dari semua transfer kecuali transfer modal.

o. Pendapatan disposable bruto merupakan item penyeimbang di dalam neraca distribusi pendapatan sekunder, yang diturunkan dari keseimbangan pendapatan primer unit institusi atau sektor dengan menambahkan seluruh transfer current, kecuali transfer sosial dalam bentuk barang yang diterima unit institusi atau sektor, serta mengurangkan seluruh transfer current, kecuali transfer sosial dalam bentuk barang yang dibayar unit institusi atau sektor.

https://www.bps.go.id

(38)

p. Penyesuaian untuk perubahan hak pensiun adalah perubahan ekuitas bersih rumah tangga di dana pensiun. Perubahan ekuitas bersih rumah tangga yang terjadi antara awal dan akhir periode akuntansi dan sebagai akibat dari keuntungan atau kerugian kepemilikan nominal atas cadangan dana pensiun yang diinvestasikan dicatat dalam akun revaluasi dan tidak termasuk dalam akun keuangan.

q. Tabungan bruto adalah item penyeimbang di kedua neraca penggunaan pendapatan. Nilainya sama, baik yang diturunkan dari pendapatan disposabel kurang pengeluaran konsumsi akhir atau dari pendapatan disposabel adjusted kurang konsumsi akhir aktual (pada kedua kasus, berlaku setelah dilakukan penyesuaian pada perubahan atas hak pensiun).

r. Transfer modal adalah transfer tak-berbalas di mana kedua belah pihak yang membuat transfer, merealisasi dana yang terkait dengan pelepasan aset (selain uang tunai atau inventori), relinquishing klaim finansial (selain akun penerimaan); atau pihak yang menerima transfer wajib mendapat aset (selain uang tunai); atau kondisi keduanya terjadi.

s. Lending dan borrowing dihitung sebagai saldo operasi kurang perolehan aset nonfinansial atau total pendapatan kurang total pembiayaan. Hal ini menunjukkan jumlah yang tersedia bagi pemerintah untuk meminjamkan atau yang harus dipinjam untuk membiayai operasi nonfinansial.

Selain itu, SNSE dapat digunakan untuk melihat multiplier suatu sektor institusi terhadap kegiatan ekonomi. Untuk memudahkan analisis, struktur penerimaan dan struktur pengeluaran pada SNSE dapat dibagi menjadi neraca endogen dan eksogen sesuai dengan tujuan penelitian.

2.4. Manfaat Kerangka SNSE

Perangkat data dan analisis dalam bentuk SNSE dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan:

a. Kinerja perekonomian nasional, seperti:

https://www.bps.go.id

(39)

1. tingkat dan struktur ekonomi (PDB) menurut lapangan usaha (industry), menurut komponen pengeluaran (konsumsi, investasi, ekspor), dan menurut permintaan (konsumsi antara dan konsumsi akhir)

2. tingkat dan struktur investasi menurut jenis barang modal maupun menurut sumber investasi (tabungan, penyusutan, dan transfer modal);

b. Distribusi ketenagakerjaan menurut industri dan kompensasi tenaga kerja;

c. Distribusi pendapatan rumah tangga menurut faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja;

d. Distribusi pendapatan rumah tangga menurut sumber pendapatan rumah tangga di luar aktivitas produksi (pendapatan kepemilikan dan transfer);

e. Pola pengeluaran rumah tangga menurut golongan rumah tangga dan komoditas.

Disamping itu, perangkat SNSE juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam membangun model ekonomi dan melakukan analisis keseimbangan perekonomian, baik keseimbangan secara parsial (partial equiblirium) maupun keseimbangan umum (general equiblirium).

2.4.1 Kinerja perekonomian nasional

Kinerja ekonomi nasional dapat ditunjukkan melalui submatrik nilai tambah bruto atas harga dasar. Submatrik ini menggambarkan besarnya nilai tambah yang diciptakan di berbagai lapangan usaha (catagory atau industry). Kinerja ekonomi nasional juga dapat ditunjukkan melalui submatrik pengeluaran konsumsi akhir, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, serta ekspor dan impor barang dan jasa. Submatrik-submatrik tersebut menggambarkan penggunaan pendapatan oleh sektor institusi untuk melakukan aktivitas konsumsi, investasi, ekspor neto barang dan jasa (final consumption expenditure).

Apabila submatrik pengeluaran konsumsi akhir digabung dengan submatrik pengeluaran konsumsi antara (intermediate consumption expenditure), maka kedua submatrik tersebut menggambarkan kinerja ekonomi nasional dari sisi permintaan

https://www.bps.go.id

(40)

(demand side). Sedangkan kinerja ekonomi dari sisi penyediaan (supply side) dapat ditunjukkan melalui submatrik output, margin perdagangan dan transportasi, pajak atas produk minus subsidi, serta submatrik impor barang dan jasa.

2.4.2 Distribusi ketenagakerjaan

Gambaran tentang distribusi ketenagakerjaan terutama didasarkan pada sub- matrik nilai tambah bruto atas harga dasar menurut industri. Sebagaimana dimaklumi bahwa salah satu bentuk nilai tambah yang tercipta di berbagai industri adalah nilai kompensasi tenaga kerja (upah dan gaji) yang dibayarkan pada pekerja. Di sisi lain, kompensasi ini merupakan satu sumber pendapatan rumah tangga sebagai penyedia dari faktor produksi tenaga kerja. Bila kompensasi tenaga kerja di masing-masing industri dijumlahkan, maka itulah yang dikenal sebagai alokasi nilai tambah faktor produksi tenaga kerja menurut industri.

Dengan demikian, dari submatriks tersebut akan diperoleh informasi tentang kompensasi tenaga kerja yang bekerja di masing-masing industri. Untuk kepentingan analisis lanjutan tentang tenaga kerja, maka akan lebih bermanfaat jika disajikan pula data tentang jumlah tenaga kerja beserta karakteristiknya menurut industri sebagai informasi pendukung dalam kajian bidang ketenagakerjaan.

2.4.3 Distribusi Pendapatan Faktorial

Distribusi pendapatan rumah tangga menurut faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (pendapatan faktorial), terutama ditunjukkan melalui submatrik pendapatan atas harga dasar dan submatrik pendapatan kepemilikan.

Pendapatan faktorial diterima oleh rumah tangga sebagai balas jasa penggunaan faktor produksi yang dimiliki rumah tangga. Upah dan gaji adalah balas jasa faktor produksi tenaga kerja; sedangkan keuntungan adalah balas jasa faktor produksi bukan tenaga kerja. Bila pendapatan faktorial tersebut ditambah dengan pendapatan faktorial yang diterima rumah tangga dari luar negeri, maka keduanya

https://www.bps.go.id

(41)

menunjukkan total pendapatan faktorial yang diterima oleh sektor atau institusi rumah tangga.

2.4.4 Distribusi Pendapatan Rumah tangga

Distribusi pendapatan rumah tangga ditunjukkan melalui submatrik yang terkait dengan sumber-sumber pendapatan rumah tangga. Submatrik total pendapatan faktorial menggambarkan pendapatan yang berasal dari balas jasa faktor produksi. Sedangkan submatrik pendapatan transfer menggambarkan pendapatan yang berasal dari aktivitas atau transaksi transfer.

Transaksi transfer merupakan bentuk redistribusi pendapatan faktor produksi ke pihak lain. Submatrik transfer menunjukkan lalu lintas transfer antar institusi seperti subsidi pemerintah pada perusahaan, pemberian bantuan sosial pemerintah pada rumah tangga, ataupun pemberian transfer dari rumah tangga ke rumah tangga lain.

Submatrik transfer juga menunjukkan penerimaan transfer ketiga institusi itu dari luar negeri. Jumlah ketiga submatrik tersebut untuk institusi rumah tangga menggambarkan distribusi penerimaan rumah tangga yang berasal dari proses distribusi dan redistribusi pendapatan (faktorial).

2.4.5 Pola Pengeluaran Rumah tangga

Pola pengeluaran rumah tangga menurut golongan rumah tangga ditunjukkan melalui submatrik pengeluaran konsumsi akhir dan submatrik pengeluaran transfer.

Dari submatrik pengeluaran konsumsi akhir dapat diperoleh informasi tentang struktur pengeluaran rumah tangga menurut jenis komoditas.

Dari pola pengeluaran rumah tangga ini juga diperlihatkan besarnya tabungan sektor rumah tangga, yang merupakan selisih antara total penerimaan dan pengeluaran rumah tangga menurut masing-masing golongan rumah tangga.

https://www.bps.go.id

(42)

2.5 Kerangka SNSE 2016

Kerangka SNSE 2016 berbentuk matrik bujur sangkar (sequare matrices), dimana lajur baris menunjukkan penerimaan sedangkan lajur kolom menunjukkan pengeluaran. Perpotongan antara baris dan kolom tertentu membentuk submatrik.

Kerangka SNSE 2016 berbasis sembilan neraca agregat (nasional) yang terkonsolidasi.

Neraca-neraca nasional yang dimaksud meliputi:

a. neraca barang dan jasa berbasis lapangan usaha atau industri;

b. neraca produksi berbasis lapangan usaha atau industri;

c. neraca pendapatan yang dihasilkan (nilai tambah) berbasis katagori;

d. neraca alokasi pendapatan primer berbasis sektor institusi;

e. neraca distribusi pendapatan sekunder berbasis sektor institusi;

f. neraca penggunaan pendapatan berbasis sektor institusi;

g. neraca kapital berbasis sektor institusi;

h. neraca pembentukan modal tetap berbasis lapangan usaha atau industri;

i. neraca luar negeri berbasis sektor institusi.

2.6 Metoda Estimasi, Sumber Data, dan Klasifikasi

Pada prinsipnya, matrik SNSE 2016 (9 x 9) diturunkan dari SUT 2016 dan NIT 2016. Untuk keperluan analisis, terhadap neraca agregat itu dilakukan disagregasi guna menunjukkan struktur atau distribusi dari transaksi ekonomi tertentu. Agar dapat diperbandingkan dengan SNSE tahun sebelumnya (seperti SNSE 2005 dan SNSE 2008), disagregasi dilakukan terhadap neraca agregat yang berkaitan dengan sektor rumah tangga, aktivitas produksi, dan faktor produksi.

Data dasar yang digunakan dalam melakukan disagregasi bersumber dari hasil sensus maupun survei BPS, seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dan Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah tangga (SKTIR). Data administratif yang bersumber

https://www.bps.go.id

(43)

dari kementerian/lembaga di luar BPS juga digunakan. Data yang dimaksud antara lain dalam bentuk laporan keuangan perusahaan (BEI), laporan keuangan pemerintah (Kemenkeu), serta neraca pembayaran luar negeri (BI). Sebagai pelengkap, digunakan juga data dan informasi kualitatif yang diperoleh dari berbagai sumber. Jenis data tersebut terutama digunakan pada saat melakukan adjustment, konsolidasi, dan rekonsiliasi data.

Disagregasi berdasarkan kelompok rumah tangga, industri, komoditas, maupun faktor produksi akan berdampak pada klasifikasi dan ukuran (dimensi) dari matrik SNSE 2016. Sektor rumah tangga dirinci menjadi delapan kelompok rumah tangga. Sementara itu, barang dan jasa serta kelompok industri masing-masing terdiri dari tujuh belas kelompok. Faktor produksi dirinci menjadi dua kelompok faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Selanjutnya, faktor produksi tenaga kerja dirinci menjadi delapan kelompok faktor produksi tenaga kerja. Sehingga matrik SNSE 2016 akan terdiri dari matrik SNSE 2016 (9 X 9); dan matrik SNSE 2016 (97 X 97). Selengkapnya, klasifikasi dari kerangka SNSE 2016 dapat dilihat pada lampiran.

2.6.1 Alokasi Nilai Tambah ke Faktor Produksi

Transaksi nilai tambah di masing-masing industri yang dialokasikan ke faktor produksi dijelaskan melalui submatrik (3,2). Submatrik ini merupakan perpotongan antara neraca pendapatan yang diciptakan dengan neraca produksi berbasis industri.

Submatrik ini diturunkan dari perangkat SUT dengan cara melakukan agregasi sesuai klasifikasi industri (KBLI) dalam perangkat SNSE.

Faktor produksi mencakup faktor tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dibayar dan tenaga kerja tidak dibayar. Tenaga kerja dibayar merupakan tenaga kerja atau pekerja (buruh/karyawan/pegawai) yang terlibat dalam aktivitas produksi dengan memperoleh balas jasa dalam bentuk upah dan gaji.

Sedangkan tenaga kerja tidak dibayar merupakan tenaga kerja yang terlibat dalam aktivitas produksi namun mereka tidak memperoleh upah dan gaji seperti pekerja

https://www.bps.go.id

(44)

pemilik (employee), pekerja keluarga (unpaid family workers), dan pekerja mandiri (self employed workers).

Sungguhpun tenaga kerja semacam itu tidak menerima upah dan gaji, namun balas jasanya telah tercakup dalam surplus usaha (mixed income) dari usaha rumah tangga yang dilakukan. Balas jasa itu dinilai dengan cara diimputasi (imputed wages and salaries) dari keuntungan usaha. Dalam kerangka SUT, balas jasa tenaga kerja tak dibayar tidak muncul sebagai rincian tersendiri, namun tergabung dalam komponen surplus usaha (operating surplus).

Alokasi nilai tambah ke faktor produksi bukan tenaga kerja dihitung berdasarkan porsi komponen balas jasa faktor produksi dalam bentuk surplus usaha.

2.6.2 Alokasi Pendapatan Faktorial

Transaksi pendapatan faktor produksi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja (faktorial) yang dialokasikan kepada institusi (rumah tangga, pemerintah, korporasi, dan LNPRT) pemilik dari faktor produksi dijelaskan melalui submatrik (4,3). Submatrik tersebut merupakan perpotongan antara neraca alokasi pendapatan primer berbasis institusi dengan neraca pendapatan yang diciptakan yang berbasis industri. Data dan indikator untuk mengalokasikan pendapatan faktorial menurut golongan rumah tangga diperoleh dari hasil pengolahan SKTIR.

Alokasi pendapatan faktorial sebagai suatu proses distribusi pendapatan primer, menjelaskan transaksi antara produsen (industri) sebagai pihak yang membayar dengan institusi pemilik faktor produksi sebagai penerima pendapatan.

Rumah tangga sebagai pemilik faktor produksi tenaga kerja dibayar akan menerima pendapatan upah dan gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Sedangkan sebagai pemilik modal, teknologi, maupun kewirausahaan (tenaga kerja tak dibayar) seperti pekerja pemilik dan pekerja keluarga akan memperoleh bagian dari surplus usaha atau keuntungan usaha dalam bentuk tunai maupun natura. Modal, termasuk kewirausahaan merupakan faktor produksi bukan tenaga kerja yang akan memperoleh

https://www.bps.go.id

(45)

pendapatan dalam bentuk bagian keuntungan dari aktivitas usaha rumah tangga yang dilakukannya.

Jika aktivitas produksi dilakukan oleh institusi lain selain rumah tangga pemilik faktor produksi bukan tenaga kerja, maka balas jasa kepemilikan faktor produksi itu berbentuk bunga, deviden, dan pendapatan kepemilikan lain. Perolehan pendapatan faktorialnya dijelaskan melalui submatrik pendapatan kepemilikan (4,4). Submatrik ini merupakan perpotongan antara neraca alokasi pendapatan primer dengan neraca alokasi pendapatan

primer yang berbasis institusi. Data dan indikator untuk mengalokasi pendapatan faktorial semacam itu diperoleh dari hasil pengolahan SKTIR (untuk rumah tangga), laporan keuangan perusahaan, laporan keuangan pemerintah dan survei-survei khusus lainnya.

2.6.3 Transfer

Transaksi transfer (current) yang bersifat tak mengikat sebagaimana pemberian (hadiah, hibah) uang ataupun barang di antara unit-unit institusi baik secara individu maupun kelompok dijelaskan melalui submatrik (5,5). Submatrik tersebut merupakan perpotongan antara neraca alokasi pendapatan sekunder dengan neraca alokasi pendapatan sekunder berbasis institusi. Data dan indikator untuk mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran transfer diperoleh dari hasil pengolahan SKTIR (untuk rumah tangga), laporan keuangan perusahaan, laporan keuangan pemerintah dan survei-survei khusus lainnya.

Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan dalam bentuk pemberian bantuan sosial dicatat sebagai pengeluaran transfer pemerintah yang diberikan pada rumah tangga. Pada sisi yang berbeda, pengeluaran pemerintah (subsidi) tersebut menjadi sumber penerimaan bagi rumah tangga, yang kemudian dikeluarkan lagi sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk kesehatan dan pendidikan. Oleh karenanya pengeluaran rumah tangga dalam kerangka SNSE akan lebih besar dari pengeluaran rumah tangga dalam kerangka SUT. Demikian pula pengeluaran pemerintah dalam kerangka SNSE lebih kecil dari pengeluaran

https://www.bps.go.id

(46)

pemerintah dalam kerangka SUT. Transaksi pajak langsung dan premi asuransi selain asuransi jiwa juga diperlakukan sebagai transfer antar institusi.

2.6.4 Pengeluaran Konsumsi Akhir

Transaksi pengeluaran atas berbagai barang dan jasa (produk) baik produk domestik maupun impor oleh institusi rumah tangga, pemerintah, dan LNPRT untuk tujuan konsumsi akhir dijelaskan melalui submatrik (1,6). Submatrik ini merupakan perpotongan antara neraca barang dan jasa yang berbasis produk dengan neraca penggunaan pendapatan yang berbasis institusi. Data dan indikator untuk mengalokasi pengeluaran konsumsi akhir menurut golongan rumah tangga diperoleh dari hasil pengolahan SKTIR dan SUSENAS.

Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT) mencakup pengeluaran rumah tangga atas berbagai barang dan jasa kebutuhan konsumsi seperti makanan, pakaian, perlengkapan dan peralatan rumah tangga, kesehatan, pendidikan, hiburan dan rekreasi. Di sisi yang lain, PK-RT mencakup pembelian, pemberian, ataupun produk yang dihasilkan sendiri (product for own consumption). Tidak seperti SNSE tahun-tahun sebelumnya yang

menyajikan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi akhir LNPRT dalam satu kelompok, SNSE 2016 sudah memisahkan pengeluaran konsumsi LNPRT dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga.

Pengeluaran konsumsi (akhir) pemerintah (PK-P) mencakup pengeluaran atas berbagai barang dan jasa kebutuhan operasional pemerintahan seperti pembayaran upah dan gaji, pembelian alat-alat kantor, biaya perjalanan dinas, pembayaran listrik, telepon, dan air, tidak termasuk pengeluaran untuk tujuan transfer. Di sisi yang lain, PKP mencakup seluruh unit-unit pemerintahan tingkat pusat (kementerian/lembaga) maupun tingkat daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan kelurahan/ desa).

https://www.bps.go.id

(47)

2.6.5 Pengeluaran Konsumsi Antara

Transaksi pembelian atau penggunaan berbagai barang dan jasa (produk) baik produk domestik maupun impor untuk tujuan menghasilkan produk lain oleh suatu industri dijelaskan melalui submatrik (1,2). Submatrik itu merupakan perpotongan antara neraca barang dan jasa berbasis produk dengan neraca produksi yang berbasis industri. Submatrik pengeluaran konsumsi antara diturunkan dari SUT dengan cara melakukan agregasi sesuai klasifikasi industri (KBLI) dalam SNSE.

Transaksi margin perdagangan dan transportasi yang timbul akibat adanya rantai distribusi dan pengunaan jasa transportasi agar barang dari produsen (industri) sampai ke tangan konsumen dijelaskan melalui submatrik (1,1). Submatrik tersebut merupakan perpotongan antara neraca barang dan jasa dengan neraca barang dan jasa berbasis produk. Submatrik margin perdagangan dan transportasi itu diturunkan dari perangkat SUT dengan cara melakukan agregasi sesuai klasifikasi komoditas (KBKI) dalam perangkat SNSE.

2.6.6 Pajak atas Produk dan Subsidi

Transaksi lalu lintas transfer (pajak atas produk) dari unit penghasil barang dan jasa (produk) ke institusi pemerintah, serta yang kembali ke institusi penerima transfer (subsidi) dijelaskan melalui submatrik (4,1). Submatrik ini merupakan perpotongan antara neraca alokasi pendapatan primer yang berbasis institusi dengan neraca barang dan jasa yang berbasis komoditas (produk). Transaksi subsidi merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang diberikan pada unit penghasil barang dan jasa. Data dan indikator pajak atas produk dan subsidi bersumber dari laporan keuangan pemerintah, khususnya laporan penerimaan pajak dari direktorat jendral pajak.

2.6.7 Tabungan

Transaksi tabungan dalam bentuk bagian penerimaan sektor institusi yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi (akhir) dijelaskan melalui matrik (7,6).

https://www.bps.go.id

(48)

Submatrik tabungan bruto menurut institusi merupakan perpotongan antara neraca kapital yang berbasis institusi dengan neraca penggunaan pendapatan yang berbasis institusi. Data dan indikator tentang tabungan diperoleh dari hasil pengolahan SKTIR (tabungan rumah tangga), laporan keuangan perusahaan dan beberapa survei khusus (retained earnings korporasi), laporan keuangan pemerintah (tabungan pemerintah).

Catatan: beberapa transaksi tabungan diperlakukan sebagai residual (penyeimbang), karena data tersebut tidak tersedia secara lengkap dan rinci.

2.6.8 Transaksi Eksternal

Transaksi eksternal menjelaskan transaksi yang terjadi antara pelaku domestik dengan pelaku luar negeri (rest of the world). Transaksi ini mencakup transaksi dari aktivitas ekspor dan impor, kompensasi faktor produksi tenaga kerja dan faktor produksi bukan tenaga kerja, pembayaran bunga, transfer current, hutang-piutang, dan transfer modal. Seluruh transaksi tersebut menyebabkan adanya aliran devisa, baik masuk (penerimaan) maupun keluar (pengeluaran).

Submatrik yang berkaitan dengan transaksi ekternal (LN) mencakup submatrik ekspor/impor barang dan jasa, submatrik kompensasi tenaga kerja dari dan ke LN, submatrik pendapatan kepemilikan dari dan ke LN, serta submatrik current and capital transfer dari dan ke luar negeri. Data dan indikator tentang transaksi luar negeri itu diperoleh dari hasil pengolahan neraca pembayaran luar negeri, laporan keuangan perusahaan, serta data pendukung lainnya.

2.6.9 Ekivalen Tenaga Kerja

Ekivalen tenaga kerja (ETK) merupakan ukuran produktivitas tenaga kerja, artinya satu ETK setara dengan seorang tenaga kerja yang bekerja selama 40 jam dalam satu minggu. Bila seorang tenaga kerja bekerja kurang dari 40 jam seminggu, maka tenaga kerja itu bekerja kurang dari satu ETK, demikian pula sebaliknya. Dalam SNSE 2016, jumlah ETK dihitung untuk masing-masing kelompok (seperti tenaga kerja profesional, dan tenaga kerja pertanian) dan industri. Dengan demikian, seorang tenaga kerja professional yang bekerja selama 20 jam di katagori A dan 20 jam di

https://www.bps.go.id

(49)

katagori B akan dihitung sebagai 0,5 ETK di katagori A dan 0,5 ETK di katagori B.

Indikator ETK dimaksudkan untuk dapat menangkap tenaga kerja yang bekerja di beberapa katagori; atau untuk menangkap tenaga kerja yang bekerja kurang atau lebih dari jam kerja normal (40 jam seminggu). Data dan indikator untuk penghitungan ekivalen tenaga kerja bersumber dari hasil pengolahan Sensus Penduduk dan Survei Angkatan Kerja Nasional.

https://www.bps.go.id

(50)

 

https://www.bps.go.id

(51)

Sumber gambar: canva.com

https://www.bps.go.id

(52)

https://www.bps.go.id

(53)

Pernahkah Anda bertanya-tanya dari mana datangnya angka-angka berita

ekonomi?

Kegiatan setiap orang adalah bagian dari perekonomian nasional;

kegiatan produksi, kompensasi pekerja dan banyak kegiatan lainnya

sumber gambar: https://www.utakatikotak.com/Peranan-Pelaku-Ekonomi-dalam-Kegiatan-Ekonomi/kongkow/detail/24572

Ini yang pada akhirnya akan

membangun gambaran ekonomi secara keseluruhan, ekonomi dari setiap sudut

https://www.bps.go.id

(54)

BAB III

ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA 2016

3.1 Gambaran Umum Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia 2016 Sistem Neraca Sosial Ekonomi adalah kerangka kerja analitis di mana data sosial dan data ekonomi terintegrasi dan harmonis. Sistem Neraca Sosial Ekonomi dan Neraca Nasional dibangun di atas kerangka yang sama, meskipun dalam penyajiannya berbeda dimana Neraca Nasional disajikan dalam akun-T dan SNSE dalam bentuk matriks. Saat ini SNSE dibangun berdasarkan tabel standar Neraca Nasional: (Supply and Use Table (SUT) dan Neraca Terintegrasi), tetapi Neraca Terintegrasi tidak dapat menampilkan interaksi ekonomi yang terjadi di dalam sektor rumah tangga, Neraca Institusi Terintegrasi memperlakukan sektor rumah tangga sebagai satu kelompok, sementara SNSE dapat memecah sel yang melibatkan 'tenaga kerja' dan „sektor rumah tangga‟ menjadi kelompok yang lebih kecil untuk menunjukkan efek dari perbedaan perilaku kelompok tersebut.

SNSE menghubungkan statistik makro dari Neraca Nasional dengan statistik mikro dari tenaga kerja dan rumah tangga, juga menunjukkan hubungan timbal balik antara statistik ekonomi dan sosial. SNSE memperlihatkan matrik selain dari neraca barang dan jasa dan neraca produksi, menyajikan informasi tambahan tentang aliran dana, siapa yang membayar dan kepada siapa, informasi tambahan ini dapat digunakan untuk memperluas dan meningkatkan pengganda pemodelan dengan menggabungkan bagian perilaku non-produksi dari ekonomi. Sejumlah besar interaksi ekonomi terjadi di dalam sektor rumah tangga.

SNSE menggambarkan seluruh aliran pendapatan melingkar suatu perekonomian dalam format matriks. SNSE menunjukkan produksi yang mengarah pada penciptaan pendapatan, yang pada gilirannya, dialokasikan untuk sektor institusi.

Selain itu, SNSE menyajikan redistribusi pendapatan yang mengarah ke pendapatan disposable sektor institusi. Pendapatan ini dihabiskan untuk konsumsi produk, disimpan atau diinvestasikan. Pengeluaran oleh sektor institusi mengarah pada produksi oleh

https://www.bps.go.id

(55)

Gambar 3.1

Diagram Alir Siklus Ekonomi

https://www.bps.go.id

(56)

Gambar 3.2

Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Barang dan

Jasa(produk) 1 Margin Perdagangan dan transportasi

Pengeluaran Konsumsi Antara

Pengeluaran Konsumsi Akhir

Investasi Non Finansial

Ekspor Barang dan Jasa

Produksi (industri) 2 Output

Penciptaan Pendapatan (nilai tambah)

3 Nilai Tambah Kompensasi Tenaga

Kerja dari LN

Alokasi Pendapatn

Primer (institusi) 4 Pajak atas Produk

dikurangi Subsidi Pendapatan Pendapatan

Kepemilikan

Pendapatan Kepemilikan Pajak Atas Produk minus Subsidi dan Impor dari LN Distribusi

Pendapatan Sekunder (institusi)

5 Pendapatan

Nasional

Pajak Pendapatan Kekayaan,dll dan TransferCurrent taxes on inc., wealth,etc and curr transfers

Pajak Pendapatan, Kekayaan, dll dan Transfer Berjalan dari LN

Pengunaan Pendapatan Sekunder(institusi)

6 Pendapatan

Disposable

Penyesuaian untuk Perubahan hak Pensiun

Kapital (institusi) 7 Tabungan Transfer Modal Borrowing

Finansial 8 Lending Lending of ROW

9 Impor Barang dan Jasa

Kompensasi Tenaga Kerja ke LN

Pendapatan Kepemilikan Pajak atas Produk minus subsidi dan Impor ke LN

Pajak Pendapatan Kekayaan dll dan Transfer Berjalan ke LN

Penyesuaian untuk

Gambar

Gambar 2.1  Diagram Modular SNSE
Ilustrasi penduduk /Net

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan subsektor peternakan dan dampak pengembangannya terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan

Perauau Sektor Pertaniau Sebelum dau Pada Masa Krisis Ekonomi di Indouesia: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi.. Achmad Zaiui

Perauau Sektor Pertaniau Sebelum dau Pada Masa Krisis Ekonomi di Indouesia: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi.. Achmad Zaiui

Berdasarkan kerangka analisis SNSE Kabupaten Indragilir Hilir Tahun 2005, maka distribusi upah dan gaji tenaga kerja menurut sektor usaha menunjukkan bahwa distribusi upah dan

Penelitian yang berjudul ”Peranan Sektor Industri Agro dalam Perekonomian Jawa Barat: Suatu Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)” ini bertujuan untuk

Pada sektor industri agro, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau memiliki peranan yang lebih besar dalam menciptakan efek multiplier pendapatan rumah

Menurut (Harvey & Gayer, 2013), keuangan publik adalah langkah pemerintah dalam menentukan distribusi, alokasi sumber pendapatan serta aktivitas pengeluaran pemerintah. Sejak

“ Dampak Pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi “i. beserta perangkat yang ada