• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Guru dalam Membangun Moderasi Beragama

Dalam dokumen Moderasi beragama dalam ruang kelas (Halaman 72-78)

nilai-nilai moderat pada siswa, apalagi jika ada kerjasama yang baik antar sivitas akademika dalam membangun moderasi beragama di

melatih kepedulian, kepemimpinan, dan rasa setia kawan dengan sikap saling tolong menolong. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan guru untuk membangun moderasi beragama peserta didik agar bersifat luwes dan tidak eksklusif dalam beragama.

3. Metode Study Tour (karya wisata)

Metode karya wisata merupakan metode pembelajaran yang berada di luar kelas dengan mengujungi tempat-tempat tertentu agar mendapat pembelajaran dan pengalaman langsung dari objek yang dituju sehingga pengetahuan yang di dapat di dalam kelas dapat dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

Metode karya wisata sebagai metode pengajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan cara mengajak peserta didik memperhatikan keadaan lingkungan atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pembelajaran yang sedang dibahas atau menunjukkan langsung kepada objek tertentu.90 Keterlibatan peserta didik secara langsung dapat membantu peserta didik mengembangkan diri, merespon, mengapresiasi, dan mengaktualisasi pengetahuan peserta didik yang didapat di dalam kelas, kemudian diasosiasikan dalam lingkungan sekitar.91

Metode karya wisata ini memiliki beberapa manfaat antara lain: 1) Peserta didik dapat belajar secara langsung terhadap objek yang dikunjungi, 2) peserta didik dapat memperoleh pemantapan teori-teori yang dipelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang diterapkan pada objek yang dikunjungi, 3) peserta didik dapat menghayati pengalaman praktik suatu ilmu yang telah diperolehnya, 4) peserta didik dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dengan jalan melakukan wawancara atau dengan mendengarkan ceramah yang diberikan oleh petugas setempat,

90 BambangAriyanto. Peningkatan Perilaku Islami Anak Usia Dini Melalui Metode karyawisata. Jurnal Pendidikan Usia Dini 8.2 (2014): hlm, 230

91 Claudia Eliason, dkk. A Pratical Guide To Early Childhood Curriculum, Eighth Edition (Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008), hlm. 287.

dapat mempelajari beberapa materi pelajaran sekaligus dan integral.92

Penggunaan metode karya wisata dalam pembelajaran moderasi beragama merupakan bagian dari usaha guru agar dapat memberikan pengalaman hidup dengan orang yang lain yang berbeda-beda baik dari kultur, budaya, kepercayaan, dan status sosial. Karena moderasi beragama perlu dipraktikan dalam kehidupan peserta didik. Tentunya, guru harus mengarahkan, membimbing, dan menunjukkan kepada peserta didik tentang pentingnya moderasi beragama saat mengadakan kunjungan ke tempat-tempat yang telah ditentukan sesuai dengan materi pembelajaran yang dijelaskan di dalam kelas.Oleh karena itu, guru harus dapat memilah dan memilih metode yang tepat bagi peserta didik agar pemahaman konsep moderasi beragama dapat melekat dalam diri peserta didik kemudian dapat diimplentasikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain cara di atas, strategi guru dalam membangun moderasi beragama di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain:93

Pertama, mengembangkan budaya lokal sekolah misalnya, kejujuran, sopan santun, saling menghargai dan lain-lain, yang merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi, pemahaman dan harapan-harapan yang diyakini oleh stakeholders sekolah serta dijadikan pedoman bagi perilaku dalam pemecahan masalah baik secara internal maupun eksternal yang mereka hadapi. Sedangkan pengembangan budaya agama dalam komunitas sekolah berarti bagaimana mengembangkan ajaran agama yang wasathiyah (tengah- tengah) di sekolah sebagai pijakan nilai, semangat, sikap, dan perilaku bagi para actor sekolah yaitu guru, tenaga kependidikan, orang tua

92 Bambang Ariyanto. Peningkatan Perilaku Islami Anak Usia Dini Melalui Metode karyawisata, 231.

93 Husniyatus Salamah Zainiyati, https://www.harianbhirawa.co.id/ membumikan- moderasi-beragama-di-lembaga-pendidikan/. Di unduh, 08 Februari 2022.

peserta didik, dan peserta didik itu sendiri (Muhaimin, 2008:133).

Kedua, dari unsur guru dan manajemen lembaga pendidikan juga merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan nilai- nilai keberagamaan yang inklusif dan moderat di sekolah. Di sini guru mempunyai posisi penting, karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan ini. Apabila seorang guru mempunyai paradigma pemahaman keberagamaan yang inklusif dan moderat, maka dia juga akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan tersebut terhadap peserta didik di sekolah. Peran guru dalam hal ini meliputi; seorang guru yang memiliki sikap demokratis dan tidak diskriminatif terhadap peserta didik yang menganut agama yang berbeda dengannya. Di samping itu guru seharusnya mempunyai kepedulian terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama. Misalnya, ketika ada kejadian penyerangan Polsek Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan (2020) yang dilakukan oleh kelompok teroris, maka seorang guru yang memiliki sikap inklusif dan moderat dalam beragama harus mampu menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa tersebut. Kemudian seorang guru sebaiknya mampu menjelaskan bahwa kejadian tersebut seharusnya jangan sampai terjadi. Karena di dalam semua agama apakah dalam Islam, Katolik, Budha, Hindu, Yahudi, Konghucu dan kepercayaan lainnya jelas dikatakan bahwa penggunaan segala macam bentuk kekerasan dalam memecahkan masalah adalah dilarang.

Kekerasan hanya akan menimbulkan masalah-masalah baru.

Selain guru, sekolah juga berperan sangat penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang toleran terhadap semua pemeluk agama. Untuk itu, sekolah sebaiknya memperhatikan langkah- langkah berikut; Pertama, sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan peraturan khusus yaitu peraturan sekolah yang diterapkan secara khusus di satu sekolah tertentu. Dalam peraturan sekolah tersebut, tentunya, salah satu poin penting yang tercantum adalah adanya larangan terhadap segala bentuk diskriminasi agama di sekolah tersebut. Dengan

diterapkannya peraturan ini diharapkan semua unsur yang ada seperti guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan peserta didik dapat belajar untuk selalu menghargai orang lain yang berbeda agama di lingkungan mereka. Kedua, untuk membangun rasa saling pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai keyakinan keagamaan yang berbeda maka sekolah harus berperan aktif menggalakkan dialog keagamaan atau dialog antar umat beragama yang tentunya tetap berada dalam bimbingan guru-guru dalam sekolah tersebut. Dialog antar umat beragama semacam ini merupakan salah satu upaya yang efektif agar peserta didik dapat membiasakan diri melakukan dialog dengan penganut agama yang berbeda. (Yaqin: 2005: 62-63)

Ketiga, hal lain yang penting dalam penerapan moderasi beragama yaitu kurikulum dan buku-buku pelajaran yang dipakai, diterapkan di sekolah sebaiknya kurikulum yang memuat nilai-nilai pluralisme (ke-Bhinneka Tunggal Ika-an) dan toleransi beragama.

Buku-buku agama yang dipakai di sekolah juga sebaiknya buku-buku yang dapat membangun wacana serta pemikiran peserta didik tentang pemahaman keberagaman yang inklusif dan moderat

Pada akhirnya, dengan menerapkan nilai-nilai budaya religius di lingkungan sekolah serta kuatnya kepedulian guru dan manajemen lembaga pendidikan, diharapkan dapat membentuk ke-shalehan secara indvidu dan sosial peserta didik, sehingga secara prospektif dapat membangun moral, peradaban, dan watak bangsa yang bermatabat.

Dalam dokumen Moderasi beragama dalam ruang kelas (Halaman 72-78)