A. Kajian Teori 1. Strategi Coping
2. Stress
a. Pengertian Stres
Stress pada dasarnya adalah respon alamiah tubuh terhadap beban fisik maupun mental yang berlebihan, yang mengakibatkan keseimbangan fisik dan emosi bergeser dan menjadi tidak stabil, padahal ketidakstabilan emosi sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan dikenal dengan fungsi luhurnya, yaitu berpikir logis dan berperasaan positif (good mood).
36 A.L. Staton & S. E. Taylor, Coping Resources, Coping Process and Mental Health (Annual Review, 7), 377-392.
Stress bukanlah istilah kosakata baru. Di Indonesia, istilah ini telah dikenal sejak tahun 80-an. Istilah stress sendiri sesungguhnya berasal dari istilah latin yaitu berasal dari kata “stringere” yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang.37
Menurut Wikipedia online, stress adalah suatu kondisi yang dinamis, saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu, dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohan itu sendiri, sehingga perbuatannya menjadi kurang terkontrol secara sehat.38
Stress merupakan tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan. Dalam kamus psikologi, stress merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis.
Stress bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi stress
37 Wirawan, Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia (Platinum, 2012), 15.
38 Jazak Yus Afriansyah, Stress? So What?! Powerful Teachnique for Empowering Stress to Become Strength (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), 2.
berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stress.39 Stress adalah respons individu terhadap situasi atau peristiwa (disebut stressor) yang mengancam dan melebihi kemampuan coping mereka.40
Monat dan Lazarus mendefinisikan stress yaitu merupakan keadaan dan tuntutan yang melebihi kemampuan dan sumber daya adaptif individu untuk mengatasinya, sehingga tuntutan dan keadaan (stressor) tersebut menimbulkan ketegangan baik secara fisik maupun psikis. Stress dapat juga didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa dan respon, interprestasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan yang di luar kemampuan individu untuk mengatasinya. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa stress mencakup dua hal yang saling terkait, yaitu pertama stimulasi, peristiwa, kondisi, kejadian yang menimulkan ketegangan yang biasanya disebut stressor dan kedua merupakan respons dan interpretasi individu.41
b. Jenis Stres
Para peneliti juga membedakan antara stress yang merugikan dan merusak yang disebut distress dan stress yang positif dan menguntungkan yang disebut eustres. Selye menyebutkan satu jenis stress lainnya yang sangat berbahaya dan merugikan disebut dengan distress. Satu jenis stress
39 Tristiadi Ardi Ardani, dkk., Psikologi Klinis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 43.
40 W. Santrock, Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua (Jakarta: Erlangga, 2007), 24.
41 Triantoro Safaria, AUTISME: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 41-42.
lainnya yang justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustres.42 Stress positif (eustress) muncul ketika memiliki:
1) Hasrat untuk menyelesaikan masalah tertentu 2) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah 3) Sejumlah kemampuan mengendalikan keadaan
4) Istirahat yang memadai di antara masing-masing tantangan 5) Bayangan solusi potensial terhadap masalah
Bentuk negative stress (distress) muncul ketika kita merasa terancam oleh sejumlah bahaya yang bersifat fisik atau emosional intimidasi, diperlakukan buruk, kehilangan prestise, takut akan penolakan, tekanan waktu yang tidak realistis, atau ketiadaan pilihan yang dapat dipikirkan. Distress muncul ketika:43
1) Dihadapkan pada masalah yang tidak ingin kita selesaikan 2) Tidak punya bayangan tentang solusi atas permasalahannya 3) Merasa kalau tingkat resiko yang ada tidak diharapkan
4) Hanya memiliki sedikit atau tidak punya kendali atas keadaan
5) Mengalami situasi-situasi stress intens dan berkepanjangan secara berulang-ulang.
42 Safaria dan Eka Saputra, Manajemen Emosi, 29-30.
43Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama,
2010), 356-357.
c. Macam Strategi Menghadapi Stres
Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stress, yaitu antara lain:44
1. Strategi menghadapi stress dalam perilaku, antara lain meliputi:
a) Memecahkan persoalan secara tenang, yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stress dengan cermat kemudian menentukan langkah yang tepat untuk diambil, setelah itu mereka mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan kemungkinan bahaya.
b) Agresi. Stress sering berpuncak pada kemarahan atau agresi.
Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri.
c) Regresi, yaitu kondisi ketika seseorang yang menhadapi stress kembali lagi kepada perilaku yang mundur atau kembali ke masa yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda).
d) Menarik diri, merupakan respon yang paling umum dalam mengambil sikap. Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap apatis.
44 Ibid., Psikologi Klinis, 43.
e) Mengelak. Seseorang yang mengalami stress terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak.
2. Strategi mengatasi stress secara kognitif, antara lain:45
a) Represi, adalah upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, stress dan semua yang menimbulkan kecemasan.
b) Menyangkal kenyataan, mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
c) Fantasi, dengan fantasi orang sering merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stress. Orang yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya.
d) Rasionalisasi, dimaksudkan segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan pura-pura menganggap buruk adalah baik atau sebaliknya.
e) Intelektualisasi, seseorang menggunakan tektik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan
45Ibid., Psikologi Klinis, 44-47.
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional.
f) Pembentukan reaksi, seseorang yang bisa berusaha menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi.
g) Proyeksi, seseorang yang biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak disukai dengan sesuatu yang di perhatikan itu akan diperbesar-besarkan lagi.
Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya.
3. Determinan Strategi Mengatasi stress
Menurut penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan tehnik untuk mengatasi stress tertentu dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau hukuman. Adanya tantangan, fantasi, ketidakpuasan, dan dukungan orang tua dalam menghadapi anak stress secara pasti sangat berhubungan erat dengan ketakutan anak ini mengatasi stress dikemudian hari. Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan di mana ia dibesarkan. Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi stress.
d. Faktor Potensi Stress
Ada banyak faktor yang ditemukan oleh para ahli perilaku sebagai biang stress, dan setiap faktor akan dibahas agar lebih mengerti. Berikut adalah faktor-faktor potensi stress :46
a. Faktor Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan dapat secara langsung memengaruhi struktur organisasi dan tingkat stress para karyawan dan organisasi. Sebagai contoh, perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, dan ketika ekonomi memburuk, orang merasa cemas terhadap kelangsunan pekerjaannya.
Intinya, segala kondisi tida pasti dalam setiap lingkungan merupakan salah satu pemantik terjadinya stress. Ketidakpastian menjadi suatu tekanan tersendiri bagi manusia pada berbagai episode pertumbuhan mereka, mulai balita hingga dewasa. Ironisnya, di saat yang sama kita menyadari bahwa ketidakpastian adalah bagian dari realitas kehidupan, yang akan dihadapi oleh siapa pun itu, selama dia masih bernapas.
b. Faktor Organisasi
Faktor berikutnya adalah faktor organisasi dan faktor ini merupakan salah satu turunan dari faktor lingkungan, di mana
46Jazak Yus Afriansyah, Stress? So What?! Powerful Teachnique for Empowering Stress to
Become Strength (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), 6-15.
organisasi merupakan bentuk yang lebih terstruktur dari suatu lingkungan. Organisasi di sini bisa bermaksud organisasi bisnis, sosial, masyarakat, dan tak luput juga organisasi tekecil, yaitu keluarga.
Banyak faktor dalam organisasi yang dapat menyebabkan stress atau tekanan. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya.
c. Faktor Pribadi
Faktor berikutnya adalah faktor pribadi atau individu. Menurut Wikipedia, faktor pribadi yang menyebabkan stress terdiri atas masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stress adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stress ang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
e. Klasifikasi Stres
Stress dapat diklasifikasikan ke dalam 2 aspek, yaitu:47
47 Diva Sari, Stres Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis, Klasifikasi dan Bagaimana Mengelolanya, deevashare.blogspot.co.id/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi-fisik.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pada pukul 20.24 WIB.
1. Stress Akut (Acute Stress)
Stress akut merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umumnya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stress akut antara lain:
a) Kebisingan, b) Keramaian, c) Pengasingan, d) Lapar, e) Bahaya, f) Infeksi, dan
g) Bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormone stress kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response).
2. Stres Kronis (Chronic Stress)
Kehidupan modern menciptakan situasi stress berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stress kroniss antara lain adalah;
a) Kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus, b) Masalah-masalah hubungan jangka panjang, c) Kesepian, dan
d) Kekhawatiran finansial yang terus-menerus.
Dilihat dari banyaknya kesulitan dan masalah yang menimbulkan stress pada mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah, maka masalah-masalah penyebab stress mahasiswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Psikologi sosial; perilaku hubungan antara manusia dan kelompok serta pengaruh sosial terhadap perilaku manusia.
Konsep dasar psikologi sosial adalah emosi terhadap objek sosial, perhatian, minat, kemauan, motivasi, kecerdasan dalam menanggapi persoalan sosial, pengahayatan, kesadaran, harga diri, sikap mental, kepribadian, dll.48
b. Psikologi organisasi; ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dan perilaku kelompok dalam aturan organisasi formal.49 c. Psikologi kepribadian; pola khas dari pikiran, perasaan, dan
tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi.50
48 Hedi Sasrawan, Psikologi Sosial, hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/09/psikologi-sosial- artikel-lengkap.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 20.40 WIB.
49 Ahmad Kurnia, Psikologi Organisasi,
teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/07/psikologi-organisasi.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 20.52 WIB.
Beberapa tehnik dalam mengontrol perilaku, antara lain pengekangan fisik (physical restraints), bantuan fisik (physical aids), mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions), manipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions), melakukan respon-respon lain (performing alternative responses), menguatkan diri secara positif (positive self-reinforcement), menghukum diri sendiri (self punishment).
Sedangkan klasifikasi kesulitan penyebab stress mahasiswa PAI subjek penelitian menurut peneliti adalah sebagai berikut:
1) Masalah Psikologi Kepribadian: Kurangnya membagi waktu antara kesibukan bekerja part-time dengan menyusun tugas akhir, terlalu sibuk berbisnis, tanggungan pekerjaan rumah tangga, rasa malas, menomor duakan tugas akhir, dan kurangnya dukungan orang lain.
2) Masalah Psikologi Organisasi: Kurangnya membagi waktu antara kegiatan organisasi kampus, kurangnya buku referensi di perpustakaan, tanggungan mengajar di 2 Madrasah Diniyah, tanggungan mengajar di SD.
50 PsychoShare, www.psychoshare.com/file-142/psikologi-kepribadian/teori-teori-dalam- psikologi-kepribadian.html, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 21.12 WIB.
3) Masalah Psikologi Sosial: Kurangnya membagi waktu antara mengajar lest private, dan dosen pembimbing yang susah ditemui serta tanggungan kegiatan di pondok.
3. Pengertian Mahasiswa
Definisi mahasiswa dalam peraturan Pemerintah RI No. 30 Tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi.51
Menurut Siswoyo mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.52
51 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 1012.
52Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007), 121.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup.
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah seseorang yang berusia antara 18 tahun sampai 25 tahun yang menempuh pendidikan dan belajar di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan mengambil jurusan Tarbiyah serta memilih program studi khusus yaitu Pendidikan Agama Islam.
4. Tugas Akhir Kuliah a. Pengertian
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai salah satu hasil proses pengembangan intelektual mahasiswa secara mandiri dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di bawah bimbingan dosen.
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjan (S1) yang memiliki bobot 6 sks (satuan kredit semester). Penulisan skirpsi harus memenuhi syarat- syarat penulisan ilmiah, yaitu objektif, metodologis, sistematis dan komunikatif. Materi penulisan skripsi dapat berasal dari penelitian lapangan dan atau penelitian kepustakaan yang merupakan telaah terhadap salah satu topik permasalahan. Skripsi tersebut mengemukakan suatu temuan baru.
b. Penulisan skripsi bertujuan sebagai berikut:53
1. Mengidentifikasi gejala dan merumuskan masalah yang dijadikan objek penulisan skripsi;
2. Menentukan tipe penelitian (deskriptif,/eksplanatif/ eksploratif) yang sesuai dengan tujuan penelitian
3. Menggunakan teori yang relevan dengan permasalahan dan, mengoperasionalisasikan konsep;
4. Memilih dan menggunakan metode penelitian yang relevan dengan sifat permasalahan;
5. Menyajikan dan menganalisis data secara cermat, tepat, dan benar;
6. Melakukan generalisasi yang valid dari hasil analisis data;
7. Menuliskan hasil penelitian secara sistematis dan logis, sesuai dengan format dan etika ilmu pengetahuan.