BAB II KAJIAN TEORI
Bagan 3.1 Bagan 3.1 Langkah - langkah PenelitianPopulasi
III.8 Teknik Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari hasil tes awal dan tes akhir. Nilai tes awal dan tes akhir diuji secara statistik untuk mengolah data kuantitatif. Analisis dilakukan menggunakan program statistik IBM (SPSS versi 26).
Salah satu program analisis data adalah Statistical Product and Service atau SPSS, yang membantu dalam pengolahan perhitungan dan analisis data statistik, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks (Susetiyo 2010). Selain itu, data juga diperoleh dengan melakukan pretest dan posttest pada kedua kelompok dengan menggunakan Bleep Test. Proses penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
III.8.1 Analisis Deskriptif Statistik
Jumlah sampel, nilai terkecil, nilai terbesar, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi adalah semua informasi yang diperoleh dari statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data tanpa bermaksud menarik kesimpulan yang relevan untuk generalisasi atau umum.
III.8.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menentukan apakah distribusi data yang akan dianalisis normal atau tidak. Variabel yang akan diolah adalah subjek dari pengujian yang dilakukan karena jumlah sampel kurang dari atau sama dengan
50, normalitas sebaran data diuji menggunakan Shapiro Wilk dengan bantuan SPSS.
Uji kebermaknaanya sebagai berikut:
Jika sig. ≥ 0,05, data memiliki distribusi normal.
Jika sig. < 0,05, data tidak memiliki distribusi normal.
III.8.3 Uji Homogenitas
Metode homogenitas digunakan untuk menentukan apakah data tes awal dan akhir dua kelompok menunjukkan variansi yang homogen. Ini menunjukkan apakah data berasal dari populasi yang sama. Uji Levene digunakan untuk menguji homogenitas. Nilai probabilitas (p) atau signifikansi (Sig.) dibandingkan dengan derajat kebebasan (dk) α = 0.05 dapat digunakan untuk menentukan apakah data yang dihasilkan homogen atau tidak. Uji kebermaknaannya sebagai berikut:
Jika nilai Sig. ≥ α 0.05, maka data dinyatakan homogen.
Jika nilai Sig. < α 0.05, maka data dinyatakan tidak homogen.
III.8.4 Uji Hipotesis
Uji hipotesis pertama dilakukan dengan pengujian perbedaan rata-rata dilakukan untuk pengujian dua sampel berpasangan hal ini pretest dan posttest.
Hasil uji normalitas data menentukan dalam pengujian ini. Uji Paired Sample T- Test parametrik digunakan jika data berdistribusi normal, tetapi uji Wilcoxon Signed Rank digunakan jika data tidak berdistribusi normal. Model penelitian treatment, juga dikenal sebagai penelitian pre-post, sebelum dan sesudah perlakuan dipelajari dengan kedua model uji beda ini. Dengan menggunakan uji beda, perlakuan tertentu dinilai pada sampel yang sama selama periode pengamatan yang berbeda. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima ataupun menolak H0 pada uji Paired Sample T-Test adalah sebagai berikut:
Jika nilai Sig. < 0.05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Jika nilai Sig. ≥ 0.05 maka H1 ditolak dan H0 diterima.
Uji asumsi statistik dilakukan setelah itu. Penghitungan statistik untuk menguji hipotesis dilakukan menggunakan SPSS 23. Pengujian Independent Sample T-Test digunakan untuk membandingkan kelompok interval dan continous. Uji Sampel Independent T-Test termasuk dalam kategori pengujian parametrik, yang berarti bahwa itu digunakan jika data berdistribusi normal dan bervariansi homogen. Jika data tidak berdistribusi normal dan bervariansi homogen, pengujian hipotesis menggunakan uji non-parametrik dengan Mann- Whitney U. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak H0 pada uji Sampel Independent T-Test adalah sebagai berikut:
Jika nilai Sig. < 0.05 maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Jika nilai Sig. ≥ 0.05 maka H1 ditolak dan H0 diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Deskriptif
Hasil dari analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap sampel yaitu 24 atlet Persinas Asad Kota Bandung, yang terdiri dari kelompok interval dan continous.
Untuk menjadi data yang baku, data yang diolah terdiri dari kelompok I (Interval) dan kelompok II (Continous). Hasil tes daya tahan menggunakan Bleep Test adalah data mentah. Maka diketahui standar deviasi dan rata-rata masing-masing kelompok tes yang diuraikan sebagai berikut:
Aerobic N Minimu
m Maximum Mean Standar
Deviasi PreTest Interval
12
25.6 45.5 37.6 5.928
PostTest Interval 35.7 54 47.8 5.648
N-Gain Skor Grup I .29 .62 0.42 0.104
PreTest Continous
12
23.6 45.2 36.1 6.307
PostTest Continous 26.0 50.8 39.9 6.684
N-Gain Skor Grup II .07 .38 0.17 0.077
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kelompok Aerobic
Tabel 4.1 merupakan nilai rata-rata dan standar deviasi serta N-gain skor dari pretest dan posttest variabel kemampuan aerobic. Hasil menunjukan pada kelompok interval didapat nilai rata-rata pretest sebesar 37.6 dengan standar deviasi 5.928 dan nilai posttest sebesar 47.8 dengan standar deviasi 5.648 pada variabel interval terdapat peningkatan sebesar 10.2. Selain itu juga diketahui nilai rata-rata pada kelompok continous didapat nilai rata-rata pretest sebesar 36.1 dengan standar deviasi 6.307 dan pada nilai posttest sebesar 39.9 dengan standar deviasi 6.684. Pada variabel continous ini terdapat peningkatan sebesar 3.8.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antara kelompok interval dan kelompok continous, maka harus dianalisis pula rata-rata N-gain skor baik dari kelompok aerobic maupun continous dengan pendekatan statistik. Pada tabel 4.1
bahwa pada kelompok interval didapat nilai rata-rata sebesar 0.42 dengan standar deviasi 0.104 maka perolehan N-gain tersebut berada dalam kategori tinggi, dan pada kelompok continuous didapat nilai rata-rata sebesar 0.17 dengan standar deviasi 0.077 maka perolehan N-gain tersebut berada pada kategori rendah. Hasil dari tabel tersebut selanjutnya di gambar pada diagram berikut:
Hasil dari analisis peneliti terhadap sampel 24 atlet Persinas Asad Kota Bandung, yang terdiri dari kelompok interval dan kontinyu. Kelompok I (Interval) dan kelompok II (Continous) terdiri dari data yang diolah untuk menjadi data yang baku. Hasil tes keterampilan teknik yang melibatkan tendangan dan pukulan merupakan data awal. Selanjutnya, standar deviasi dan rata-rata dari masing-masing kelompok tes dihitung. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut:
Performa N Minimu
m Maximum Mean Standar
Deviasi PreTest Interval
12
24 33 27.42 2.539
PostTest Interval 31 41 34.50 2.876
N-Gain Skor Grup I .21 .36 0.25 0.046
PreTest Continous
12
22 30 24.50 2.431
PostTest Continous 26 36 29.50 3.398
N-Gain Skor Grup II .09 .41 0.16 0.082
Tabel 4.2 Statistik Skill Teknik
Tabel 4.2 merupakan nilai rata-rata dan standar deviasi serta N-gain skor dari pretest dan posttest variabel performa. Hasil menunjukan pada kelompok interval didapat nilai rata-rata pretest sebesar 27.42 dengan standar deviasi 2.539 dan nilai posttest sebesar 34.50 dengan standar deviasi 2.876 pada variabel interval terdapat peningkatan sebesar 7.08. Selain itu juga diketahui nilai rata-rata pada kelompok continous didapat nilai rata-rata pretest sebesar 24.50 dengan standar deviasi 2.431 dan pada nilai posttest sebesar 29.50 dengan standar deviasi 3.398. Pada variabel kemampuan skill teknik ini terdapat peningkatan sebesar 5.00.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antara kelompok interval dan kelompok continous, maka harus dianalisis pula rata-rata N-gain skor baik dari kelompok interval maupun continous dengan pendekatan statistik. Pada tabel 4.2 bahwa pada kelompok interval didapat nilai rata-rata sebesar 0.25 dengan standar deviasi 0.046 maka perolehan N-gain tersebut berada dalam kategori tinggi, dan pada kelompok continuous didapat nilai rata-rata sebesar 0.16 dengan standar deviasi 0.082 maka perolehan N-gain tersebut berada pada kategori rendah. Hasil dari tabel tersebut selanjutnya di gambar pada diagram berikut: