• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner melalui studi lapangan atau metode survei (field studies) yang sering digunakan oleh peneliti dengan tujuan untuk melihat keadaan yang menjadi objek penlitian apa adanya, dengan melihat data dan informasi yang ada dari sampel, tanpa memberikan

perlakuan khusus. Dalam kuesioner ini penulis menggunakan skala likert yaiti skala yang berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.

Table 3.1

Table likert point

Bobot Kategori

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Ragu-Ragu

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

2. Data sekunder

Adalah sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lainatau dokumen. Metode ini di implementasikan melalui studi pustaka, terutama yang berhubungan dengan variabel penelitian. Sumber ini diperoleh dari buku, jurnal maupun informasi secara online.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Y = α + βX1 + β2X2 + ҽ Keterangan:

Y = Efektivitas Kepatuhan α = Konstanta

β1,…β2 = Koefisien Regresi X1 = ICSR

X2 = Reputasi Ҽ = Error

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2009) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengamsumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Menurut Sanggih Santoso (2004), Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

b. Uji Multikolonieritas

Menurut Imam Ghazali (2009), multikolinearitas merupakan regresi berganda yaitu kolerasi antara variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya.Bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusny tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1.) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel

independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2.) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen.

Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini merupakan adanya multikolonieritas.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya) pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t- 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelsi dalam penelitian ini digunakan uji statistic Durbin-Watson. Durbin-Watson hanya digunakan autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variabel independen signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedstisitas.

Kriteria yang biasa digunakan untuk menyatakan apakah terjadi

heteroskedastisitas atau tidak diantara pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikasi. Koefisien signifkasi harus dibandingkan dengan tingkat signifikas yang ditetapkan sebelumnya (α=5%). Apabila koefisien signifikasi (nilai probabilitas) lebih besar dari tingkat signifikasi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Ghozali (2013), uji hipotesis dalam peneltian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk menguji pegaruh lebih dai satu variabel bebas terhadap satu veriabel terikat.Untuk menguji hipotesis yang dikembangkan dalam peneltian ini akan digunakan persamaan regresi.

3. Uji Hipotesis

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2013), Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Niali R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjalankan variasi dependen aman terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b. Uji–t (Uji Parsial)

Uji–t merupakan analisis untuk mengetahui signifikasi/keberartian koefiesien regresi sekaligus menguji hipotesis yang diajukan. Agar hasil yang diperoleh regresi dapat dijelaskan hubungannya, maka hasil regresi tersebut diuji menggunakan uji-t dengan derajat kepercayaan 0,05. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa kriteria pengujian hipotesis yaitu:

1) Tolak H0 terima H1 jika nilai thitung> ttabel pada taraf signifikansi 0,05 atau α 5%

2) Tolak H0 terima H1 jika nilai thitung > ttabel pada taraf signifikansi 0,05 atau α 5%

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BANK SYARIAH BUKOPIN

1. Profil perusahaan

PT BANK SYARIAH BUKOPIN (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank. Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP.

DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.

Perkembangannya PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 6 (enam) unit mobil kas keliling, dan 96 (sembilan puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 33 (tiga puluh tiga) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.

2. Visi, Misi Dan Nilai Perusahaan Visi

“Menjadi Bank Syariah Pilihan yang Terus Tumbuh dan Kuat”

Misi

Menyediakan Produk dan Layanan terbaik sesuai dengan Prinsip Syariah

Meningkatkan Nilai Tambah kepada Stakeholder

Menghasilkan Sumber Daya Insani yang Memiliki Value yang Amanah dan Profesional

Nilai-nilai Perusahaan

Bersama Allah Kita B.I.S.A

o BAROKAH – Bertambah dan Langgengnya Kebaikan, o IHSAN – Improvement/Perbaikan,

o SHIDDIQ – Pintar dan Benar, dan o Amanah – Jujur dan Teladan

BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH 1. Profil Perusahaan

PT. Bank Tabungan Negara Syariah merupakan Unit Usaha Syariah ( UUS ) dari Bank Tabungan Negara Konvesional yang merupakan BUMN, yang menjalankan bisnis berdasarkan prinsip syariah.

BTN Syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 bertepatan dengan 5 Muharram 1426 H dengan Kantor Cabang Syariah yang pertama di Jakarta.Selanjutnya pembukaan BTN Kantor Cabang Syariah yang kedua di Bandung tanggal 28 Februari 2005, dan ketiga di Surabaya tanggal 17 Maret 2005, keempat di Yogyakarta tanggal 4 April 2005, kelima di Makasar pada tanggal 11 April 2005, hingga Agustus 2009

dibuka 20 Kantor di beberapa kota di Indonesia, dengan 119 Kantor Layanan Syariah.

Tujuan pendirian UUS Bank Tabungan Negara adalah untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan produk dan layanan perbankan sesuai dengan prinsip syariah, dan memberi manfaat yang setara, seimbang dalam pemenuhan kebutuhan kepentingan nasabah dan Bank.

PT. Bank Tabungan Negara Syariah yang merupakan bagian dari Bank Bank Tabungan Negara Konvensional yang merupakan Bank BUMN, BTN Syariah menjalankan fungsi intermediasi dengan menghimpun dana dari masyarakat melalui produk – produk giro, tabungan dan deposito serta menyalurkannya kembali melalui sektor Riil melalui berbagai produk pembiayaan KPR, Multiguna, Investasi dan modal kerja. Sesuai dengan Mottonya “ Maju dan Sejahtera Bersama “, maka Bank Tabungan Negara Syariah mengutamakan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam penerapan imbalan bagi hasil antara nasabah dan bank.

2. Visi Dan Misi Perusahaan

Mendukung visi PT. Bank Tabungan Negara Konvensional, yakni menjadi “ Strategic Business Unit ( SBU ) ” BTN yang sehat, terkemuka dan menguntungkan dalam penyediaan jasa keuangan Syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama.

Misi PT. Bank Tabungan Negara Syariah menunjang misi Bank Tabungan Negara Konvensional, yakni :

1) Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri terkait, pembiayaan konsumsi, usaha kecil menengah.

2) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi tertinggi.

3) Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan memiliki integritas tinggi.

4) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati – hatian dan Good Coorporate Governance untuk meningkatkan Shareholder value.

5) Memperdulikan kepentingan masyarakat dan lingkungan.

BANK SULSELBAR SYARIAH 1. profil perusahaan

Berdiri dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara, berkedudukan di Makassar, berdasarkan Akte Notaris Raden Kalimantan di Jakarta No 95 tanggal 23 Januari 1961. Setelah mengalami beberapa kali perubahan anggaran dasar dan penambahan modal disetor dan setelah perubahan status dari Perubahan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) lahirlah Perda No.13 tahun 2003 tanggal 20 Agustus tentang Perubahan Bentuk Badan Hukumm Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Saerah Sulawesi Selatan, dengan modal dasar Rp 690 Miliar. Akta pendirian PT berdasarkan Akta Notaris Mestrianie Habis, SH No.19 tanggal 27 Mei tahun 2004 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan (PT Bank Sulsel), memeroleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.13 tertanggal 15 februari 2005.

Bank Sulsel memiliki satu kantor pusat, tiga kantor cabang utama, 24 kantor cabang, dua kantor cabang pembantu, dan tiga kantor cabang syariah, diantaranya:

1. Cabang Syariah Sengkang yang berdiri April 2006 2. Cabang Syariah Maros berdiri pada 27 November 2007 3. Cabang Syariah Makassar 30 Desember 2008

Office chanelling Syariah pada PT Bank Sulsel Cabang Utama Bone, PT. Bank Sulsel Cabang Bulukumba, dan PT Bank Cabang Palopo berdiri pada awal 2010 26 Mei 2011, Bank Sulsel resmi berganti nama menjadi Bank Sulselbar sehingga Bank Sulsel Cabang Syariah Makassar ikut berganti nama menjadi Bank Sulselbar Cab Syariah Makassar.

Perubahan nama ini melalui keputusan Kementrian Hukum dan HAM persetujuan perubahan Anggaran Dasar (AD) ditandatangani Dirjen Administrasi Umum Aidir Amin Daud, tertuang dalam surat bernomor AHU-11765. A.A.01.02 tahun 2011 pada 8 Maret 2011. Dengan terbitnya SK tersebut, bank milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel resmi menjadi Sulselbar dengan masuknya Pemprov Sulbar sebagai pemilik saham.

2. Visi dan Misi Visi

“Mengikuti bank yangg terbaik di kawasan Indonesia Timur dengan dukungan manajemen yang profesional serta memberikan nilai tambah kepada Pemda dan masyarakat.”

Misi

a. Penggerak dan pendorong laju pembangunan ekonomi daerah

b. Pemegang Kas Daerah dan atau melaksanakan penyimpanan uang daerah

c. Salah satu sumber pendapatan asli daerah B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)

1. Karaktersitik Responden

Penelitian ini dilakukan pada Bank Bukopin Syariah, Bank Tabungan Negara Syariah dan Bank Sulselbar Syariah Kota Makassar.

Pada penelitian ini jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 60, dan jumlah kuesioner yang dikembalikan sebanyak 60 responden sebagai sampel penelitian

Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin

Adapun karaktersitik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 4.1

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 45 75%

Perempuan 15 25%

Total 60 100%

Sumber: Data Primer, 2021

Berdadasarkan table 4.1 bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang dengan presentase sebanyak 75%, sedangkan dengan jenis kelamin wanita sebanyak 31 orang dengan tingkat

presentase sebesar 25%. Maka dari itu, responden terbanyak dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang.

2. Uji Statistik deskriptif

Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahui jumlah data yang digunakan dalam penelitian serta menunjukkan nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi. Berdasarkan analisis statistic dekriptif diperoleh gambaran sebagai berikut

Table 4.2 Descriptive Statistics

Variabel Minimum Maximum Mean Std.

Deviation N Kepatuhan

Lngkungan 1 5 3,383 1,091 60

2Islamic corporate social

responsibility

1 5 3,583 0,979 60

Reputasi 1 5 3,283 0,993 60

Sumber: SPSS V 26 (data diolah, 2021)

Berdasarkan table 4.1 uji deskriptif diketahui bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 60. Kepatuhan lingkungan sebagai variabel dependen memiliki nilai minimum sebesar 1,00 maximum sebesar 5,00, rata-rata (mean) sebesar 3,3833% dan nilai standar deviasi 1,09066%. Pada table 4.1 uji deskriptif diketahui bahwa variabel Islamic corporate social responsibility sebagai variabel independen memiliki nilai minimum 1,00 niali maksimum sebesar 5,00, nilai rata-rata (mean) sebesar 3,5833% dengan standar deviasi sebesar ,97931% nilai standar deviasi menunjukkan nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan mean. Pada table 4.1 uji deskriptif diketahui bahwa

variabel reputasi dengan nilai minimum sebesar 1,00 nilai maksimum sebesar 5,00 nilai rata-rata (mean) sebesar 3,2833 dengan nilai standar deviasi sebesar ,99305 nilai standar deviasi menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingan dengan mean.

C. Analisis dan Interpretasi 1. Uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Cara yang bisa ditempuh untuk menguji kenormalan data adalah dengan menggunakan Grafik Normal P-P Plot dengan cara melihat penyebaran datanya. Jika pada grafik tersebut penyebaran datanya mengikuti pola garis lurus, maka datanya normal.

Jika pada tabel test of normality dengan menggunakan KolmogorovSmirnov nilai sig > 0.05, maka data berdistribusi normal.

Adapun Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

Sumber : Output SPSS 26 (Diolah, 2021)

Berdasarkan gambar 4.1 gambar histogram terlihat bahwa pola distribusi belum normal sepenuhnya, karena data mengikuti arah garis grafik histogramnya dapat diketahui bahwa uji normalitas terpenuhi.

Table 4.3

Nilai Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepatuhan

Lngkungan

Islamic corporate

social responsibility

Reputasi

N 60 60 60

Mean 3,383 3,583 3,283

Std. Deviation 1,091 0,979 0,993

Absolute 0,213 0,209 0,262

Positive 0,171 0,208 0,262

Test Statistic 0,213 0,209 0,262 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 Sumber : Output SPSS 26 (Diolah, 2021)

Pada tabel 4.3, hasil ouput spss 21 menggunakan uji normalitas dengan kolmogorov-smirnov terlihat bahwa nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000.

Yang artinya lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 (0,000 < 0,05). Hal itu berarti nilai residual terstandarnisasi dinyatakan menyebar secara normal tapi sedikit berbeda.

b. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas berarti terjadi korelasi linear yang mendekati sempurna antar lebih dari dua variabel bebas. Uji multikolonieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi variabel bebas (independen). Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen sama dengan nol.

Gejala multikolonieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung multikolonier.

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen lainnya.

Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1 / tolenrance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. Seperti yang tertera pada table 4.5 sebagai berikut :

Table 4.4 Uji multikolinieritas

Model Tolerance VIF

Islamic corporate social

responsibility

0,976 1,025

reputasi 0,976 1,025

Sumber data: output SPSS (Diolah, 2021)

Berdasarkan table 4.4 maka dapat diketahui nilai VIF untuk masing-masing variabel penelitian. Nilai VIF untuk variabel Islamic Corporate Social Responsibility (ICSR) sebesar 1,025< 10 dan nilai tolerance sebesar 0.976 > 0,10 sehingga variabel ICSR dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Nilai VIF untuk Reputasi sebesar 1.025 < 10 dan nilai tolerance sebesar 0,976 > 0,10 sehingga variabel Reputasi dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, selain itu yaitu adanya kelembapan, bias spesifikasi model kasus variabel yang tidak dimasukkan, adanya fenomena alaba-laba manipulasi data, dan yang terakhir yaitu adanya kelembapan waktu. Salah satu untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu Uji Durbin-Watson (DW tes). Uji Durbin Watson digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel independen.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi.

Deteksi autokorelasi yaitu dengan cara :

Jika dw < dL : maka terdapat autokorelasi positif Jika dw > Du : maka tidak terdapat autokorelasi positif Jika dL > dw > Du : maka pengujian tidak dapat disimpulkan Jika (4 – dw) < dL : maka terdapat autokorelasi negatif.

Jika (4 – dw) > dU : maka pengujian tidak terdapat autokorelasi negatif.

Jika dL < (4-dw) < dU : maka pengujian tidak terdapat kesimpulan.

Table 4.5 Model Summary

df1 df2 Sig. F Change

Durbin- Watson

2 57 0 1,957

Sumber data: output SPSS (Diolah, 2021)

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau persentase dari variasi total variabel ketimpangan yang mampu dijelaskan oleh model regresi. Dari tabel diatas dilihat nilai Durbin Watson sebesar 1,957 selanjutnya akan bandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%. Berdasarkan klasifikasi nilai DW yaitu a = 5%, k = 2, n =60 , maka diperoleh hasil dari tabel DW sebagai berikut:

dL : 1,5144 4-dL : 2,4856 Du : 1,6518 4-Du : 2,3482

Berdasarkan table 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif karena dw > du

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual atau pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik, yaitu melihat grafik scartter plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, dimana sumbu y adalah y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (y prediksi – y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.2

Sumber data: output SPSS (Diolah, 2021)

Berdasarkan Gambar 4.2 scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara meningkat dari kiri ke kanan, serta tidak tersebar baik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y. pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Regresi Liniear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Perbedaan dalam analisis regresi sederhana terletak pada jumlah variabel tergantung hanya satu.

Analisis regresi berganda ada beberapa hal yang dianalisis sebagai dasar untuk melakukan analisis lebih mendalam dari sekedar persamaan regresi yang

terbentuk, beberapa hal yang perlu dianalisis berkaitan dengan analisis regresi yaitu persamaan regresi, koefisien determinasi, kesalahan baku estimasi, kesalahan baku koefisien regresi, nilai F hitung dan nilai t hitung. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefisient berdasarkan output SPSS versi 26 variabel Islamic corporate social responsibility, reputasi pada efektivitas kepatuhan lingkungan yang ditunjukkan pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Table 4.6 Coefficientsa

Model

R Square Change

B Std.

Error Beta T Sig.

Constant

0,532

0,86 0,539 1,594 0,116 Islamic corporate

social responsibility 0,59 0,102 0,529 5,772 0

Reputasi 0,649 0,101 0,591 6,439 0

Sumber data: output SPSS (Diolah, 2021)

Berdasarkan pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai konstanta β0 sebesar - 0,860 dan koefisien regresi β1 sebesar 0,590 β2 sebesar 0,649. Nilai konstanta dan koefisien regresi (β0, β1, β2) ini dimasukkan dalam persamaan regresi linier berganda berikut ini:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e Sehingga persamaan regresinya menjaadi sebagai berikut:

Y = 0,860 + 0,590X1+ 0,649X2 + e

Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

a. Nilai Konstanta (β0)

Nilai konstanta sebesar 0,860 berarti jika ICSR (X1), dan Reputasi (X2), nilainya 0 atau konstan maka Tingkat Kepatuhan Lingkungan (Y) nilainya sebesar 0,860.

b. Islamic Corporate Social Responsibility (X1)

Nilai konstanta regresi aglomerasi sebesar 0,590 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% Islamic corporate social responsibility maka akan menyebabkan peningkatan tingkat ketimpangan sebesar 1,150. Dan sebaliknya jika Islami corporate social responsibility berkurang 1% maka akan menyebabkan penurunan terhadap efektivitas kepatuhan lingkungan bank umum syariah sebesar 1,150. Arah hubungan antara Islami corporate social responsibility dengan efektivitas kepatuhan lingkungan bank umum syariah adalah searah (+), dimana kenaikan nilai Islami corporate social responsibility meningkat akan mengakibatkan kenaikan pula terhadap ketimpangan begitu pula sebaliknya dimana penurunan nilai Islami corporate social responsibility akan mengakibatkan penurunan pula pada efektivitas kepatuhan lingkungan bank umum syariah.

c. Reputasi (X2)

Nilai konstanta reputasi sebesar 0,649 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% tingkat reputasi maka akan menyebabkan peningkatan tingkat kepatuhan sebesar 0,649. Begiru pula sebaliknya, setiap penurunan 1% tingkat reputasi maka akan menyebabkan penurunanan tingkat kepatuhan sebesar 0,649. Arah hubungan antara Islamic corporate social responsibility dengan kepatuhan lingkungan adalah searah (+), dimana kenaikan nilai reputasi akan mengakibatkan peningkatan pula terhadap kepatuhan lingkungan bank umum syariah

Dokumen terkait