BAB I PENDAHULUAN
2.2 Kompetensi
2.2.2 Teori Kompetensi
Miller, Rankin and Neathedalam Hutapea dan Thoha(2008) menyebutkan bahwa pada awalnya hanya ada 2 jenis definisi kompetensi yang berkembang pesat, yaitu: kompetensi yang didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan sesorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Pengertian kompetensi jenis ini dikenal dengan nama kompetensi teknis atau fungsional (technical/functional competencies) atau dapat disebut juga dengan istilah hard skill/hard competency (kompetensi keras). Konsentrasi kompetensi teknis adalah pada pekerjaan, yaitu untuk menggambarkan tanggung jawab, tantangan dan sasaran kerja yang harus dilakukan atau dicapai oleh si pemangku jabatan agar si pemangku jabatan dapat berprestasi dengan baik.Kompetensi yang kedua adalah kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pengertian kompetensi ini dikenal dengan nama kompetensi perilaku (behavioural competencies) atau dapat disebut dengan istilah kompetensi lunak (soft skills/soft competency).
Menurut Spencer dan Spencer (1993) bahwa terdapat lima tipe karakteristik kompetensi yang menjadi landasan berprilaku dan berpikir, yaitu:(1) Motif, yaitu sesuatu yang secara konsisten dipikirkan yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih prilaku menuju tindakan tertentu, (2) Sifat, yaitu karakteristik fisik dan
respon yang konsisten terhadap situasi dan informasi,(3) Konsep diri, yaitu sikap, nilai-nilai atau citra diri seseorang.Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalamsetiap situasi, (4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimilki orang dalam bidang spesifik.Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks.Skor pada tes pengetahuan sering gagal memprediksi prestasi kerja karena gagal mengukur pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang sebenarnya dipergunakan dalam pekerjaan, (5) Keterampilan, yaitu kemampuan mengerjakan tugas fisik atau kemampuan mental tertentu. Keterampilan kognitif termasuk berpikir analis dan konseptual.
Kompetensi merupakan dimensi prilaku yang berada di belakang kinerja kompeten.Dinamakan sebagai kompetensi prilaku karena untuk menjelaskan perannya dengan baik. Sejalan dengan itu, Amstrong dan Baron (1998) melihat bahwa apabila prilaku didefinisikan sebagai kompetensi maka dapat diklasifikasi sebagai: 1) Memahami apa yang perlu dilakukan dalam bentuk alasan: alasan kritis, kapabilitas startegik, dan pengetahuan bisnis, 2) Membuat pekerjaan dilakukan melalui dorongan prestasi, pendekatan proaktif, percaya diri, kontrol, fleksibilitas, berkepentingan degan efektivitas, persuasi dan pengaruh, 3)Membawa serta orang dengan motivasi, keterampilan antarpribadi, kepentingan dengan hasil, persuasi, dan pengaruh.
Zwell (2000) memberikan lima kategori kompetensi yang terdiri atas: 1)Task achievement merupakan kategori kompetensi yang
berhubungan dengan kinerja baik. Kompetensi ini ditunjukkan oleh:
orientasi pada hasil, mengelola kinerja, memengaruhi inisiatif, efisiensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli pada kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis; 2) Relationship merupakan kompetensi yang berhungan dengan komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan kebutuhannya, 3) Personal atribut merupakan kompetensi intrinsik individu dan menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa belajar dan berkembang, 4) Managerial merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan, dan mengembangkan orang, dan 5) Leadership merupakan kempetensi yang berhubungan dengan memimpin organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan oragnisasi.
Organisasi berpotensi memperlihatkan prestasi optimal jika ditunjang oleh orang-orang yang bekerja dengan memberikan kontribusi yang optimal pula.Kontribusi yang optimal dari orang-orang dalam organisasi hanya mungkin dicapai apabila orang-orang tersebut memiliki kesadaran dan kemampuan akan tugas-tugasnya, dan hal tersebut dapat dilakukan jika yang bersangkutan memiliki kompetensi yang memadai sesuai bidang pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa, orang-orang tersebut mampu bekerja dengan prestasi yang terbaik pada saat ini dan pada masa yang akan datang, baik pada situasi yang stabil maupun pada situasi yang berubah-ubah, tanpa mengganggu pekerjaan orang lain.
Dengan demikian, ukuran prestasi organisasi mencakup dimensi waktu,
situasi, dan kontribusi serta dampaknya pada pekerjaan orang lain atau perusahaan.
Kompetensi yang tepat, yang merupakan faktor yang menentukan keunggulan prestasi, dapat dimiliki oleh organisasi apabila organisasi tersebut memiliki fondasi yang kuat, yang tercermin pada seluruh proses yang terjadi dalam organisasi. Artinya, organisasi harus memiliki kompetensi inti (core competency) yang kuat dan sesuai dengan bisnis intinya (core business).Kompetensi inti adalah yang selayaknya dimiliki oleh semua anggota organisasi yang membuat anggota organisasi tersebut berbeda dari organisasi lainnya.Kompetensi inti biasanya merupakan komponen pembentuk misi dan budaya organisasi.Kompetensi inti harus diperkuat oleh kompetensi departemen atau bagian yang ada di organisasi.
Kompetensi yang kuat, solid, serta sesuai dengan bisnis perusahaan akan mampu meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage) perusahaan serta menciptakan daya kreasi, inovasi, dan adaptasi perusahaan terhadap lingkungan. Tentunya hal ini harus didukung oleh pemilikan kompetensi individu yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan individu tersebut.Dalam dunia bisnis yang dinamis ini, individu tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi teknis yang kuat, tapi juga kompetensi perilaku yang lebih menentukan kemampuan individu untuk berinteraksi dalam situasi lingkungan yang sering berubah tersebut.
Penciptaan SDM yang memiliki kompetensi tinggi, menuntut peran serta dari dunia akademisi. Hal ini berarti peran utama dari tenaga pengajar sangatlah vital dalam upaya peningkatan student performance.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia dengan bunyi UU No. 20 tahun 2003 yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab. Sementara itu, fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pada dasarnya pendidikan bertujuan menghasilkan keluaran langsung dari proses pendidikan dan keluaran jangka panjang dari proses pendidikan. Proses pencapaian keluaran pendidikan pada dasarnya sama dengan proses produksi perusahaan, artinya dalam proses pendidikan ada unsur input, proses dan output. Agar keluaran pendidikan berkualitas, berbagai unsur input seperti raw input (peserta didik) dan instrumental input (kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar dan tenaga administrasi) diproses dalam pembelajáran secara efektif dan efisien.
UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1, dikatakan bahwa dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”. Dari pasal 1 ini perlu ditekankan bahwa seorang dosen bukan hanya merupakan seorang pendidik profesional pada perguruan tinggi, tapi juga merupakan seorang ilmuwan. Untuk itu, dalam UU RI no. 14 Tahun 2005 pasal 45, dikatakan bahwa “dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidangnya yaitu ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh dosen sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan ditempat tugas, memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas dan memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesian. Kualifikasi akademik dosen diperoleh melalui pendidikan tinggi program pasca sarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Dosen memiliki kualifikasi akademik minimum lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Menurut Djuwita(2004) berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa strategi pengembangan dosen dan motif berprestasi berpengaruh positip terhadap prestasi kerja dosen.
Beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan serta melakukan pengabdian pada masyarakat. Beban kerja sekurang–kurangnya sepadan dengan 12 satuan kredit semester (SKS) dan sebanyak banyaknya 16satuan kredit semester.
Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen selain memiliki hak dalam memberikan penilaian dan menentuan kelulusan peserta didik dan kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan, maka juga memilki kewajiban sebagai berikut:
a. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelajutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu atau latar belakang sosio ekonomi peserta didik dalam memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
e. pembelajaran.
f. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik serta nilai agama dan etika.
Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, berhak:
1) memeroleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum danjaminan kesejahteraan sosial;
2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
4) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
5) memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik; dan
7) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.
Perspektif kesejahteraan, penghasilan dosen diprediksikan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta
maslahat tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada dosen yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat. Tunjangan profesi diberikan setara dengan satu kali gaji pokok dosen yang diangkat oleh Pemerintah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Tunjangan profesi dimaksudkan adalah tunjangan yang diberikan kepada dosen yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.Tunjangan profesi dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.
Berdasarkan gambaran di atas terlihat bahwa kompetensi pengajar, keyakinan diri (sefl-efficacy) dan motivasi memainkan peran yang penting dalam seluruh proses belajar-mengajar sehingga peningkatan kompetensi pengajar, keyakinan diri (self-efficacy) dan motivasi diharapkan mampu meningkatkan prestasi kerja dosen.
Penggunaan istilah kompetensi secara umum belum ada kesepakatan universal. Beberapa pakar memberikan definisi yang cukup bervariasi terhadap istilah Human Resource Competency. Kompetensi adalah suatu uraian keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sikap yang utama diperlukan untuk mencapai kinerja yang efektif dalam pekerjaan. Menurut Lawler dalam Spencer (1993), kompetensi adalah kapasitas organisme untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan.
Secara rinci Lawler mengatakan bahwa kompetensi individu sangat dipengaruhi oleh kemampuannya untuk belajar di mana kemampuan untuk belajar tersebut berkaitan dengan orientasi yang kuat dari individu terhadap tujuan. Hal senada juga dikemukakan oleh Scheider dan Schecth dalam Moeheriyono (2009) bahwa kompetensi individu adalah variasi keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk mampu bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu. Begitu pula yang dikemukakan oleh Houston yang dikutip Munsyi dalam Moeheriyono (2009), bahwa
"competence ordinarily is defined as adequancy for a task or possesion of require knowledge, skill and abilities". Sedangkan kompetensi pengajar (teacher competency) menurut Barlow dalam Moeheriyono (2009) adalah the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. Dengan mengacu pada berbagai definisi di atas, maka secara umum istilah kompetensi SDM dapat disimpulkan sebagai "the capability to perform".
Kesimpulan ini mengindikasikan bahwa kompetensi SDM terdiri atas berbagai variabel. Schwartz(1999) menegaskan bahwa kompetensi SDM dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:1) bersifat visible, seperti kompetensi pengetahuan (knowledge competency), dan 2) kompetensi keahlian (skill competency) serta kompetensi yang bersifat invisible (hidden competency) seperti konsep diri, sifat dan motif, yang semuanya masuk dalam kategori sikap (attitude). Sementara itu, Robbins (2007) menegaskan bahwa salah satu bentuk kompetensi SDM yang merupakan
biographical characteristics adalah kemampuan (ability) yang terdiri dari intellectual ability dan physical ability. State of Kansas (2002) mengemukakan bahwa kompetensi mengandung unsur "the knowledge, skills and behaviors that facilitate exceptional job performance andorganizational success". Begitu pula pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh State of Minnesota (1997) mengandung unsur "the knowledge, skills, abilities and attributes (KSAA) needed to effectively carry out position roles and responsibilities". Morris (1995) mengartikan ability sebagai "the quality of being able to do something", knowledge sebagai "familiarity, awareness or understanding gained through experience or study" dan skill sebagai "expertness, an art, trade or technique, particularly one requiring use of the hands or body". Skill diartikan oleh Scherinerhorn (2002) sebagai keahlian mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan yang menghasilkan kinerja yang diinginkan. Sedangkan Greenberg dan Baron (2003) mendefinisikan ability sebagai kapasitas mental dan fisik untuk melakukan berbagai tugas, intellectual ability sebagai kapasitas untuk melakukan berbagai tugas- tugas yang terkait dengan kognisi sedangkan psysical ability adalah kapasitas untuk melakukan berbagai kegiatan fisik yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh Robbins (2003) bahwa kemampuan adalah kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan manusia merupakan kesatuan kemampuan intelektual (batiniah) dan
kemampuan jasmaniah. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang lebih terkait dengan kemampuan berhitung cepat, pemahaman verbal, kecepatanperpectual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan ingatan. Selanjutnya, kemampuan fisik lebih mengacu pada kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, keluwesan statis, keluwesan dinamis, koordinasi tubuh, keseimbangan dan stamina. Wood dick dalam Werther dan Davis (1996) juga mengemukakan bahwa kompetensi itu memiliki arti sebagai sebuah konsep luas yang berkenaan langsung dengan sikap dan kemampuan seseorang. Kemampuan (ability) itu sendiri merefleksikan kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan berbagai macam tugas yang dibutuhkan. Jadi kemampuan merupakan ilmu pengetahuan dan keahlian yang telah dimiliki individu.