لﺎﻗ(ىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور).ﺎﻧﻼﻓ ﺮﻤﻋ جﺮﺧأو ﺎﻧﻼﻓ ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا جﺮﺧﺄﻓ
4. Status Sosial Kaum Transgender
Pada umumnya seseorang yang berbeda atau tidak normal dianggap berbeda dan tidak bisa masuk dalam kelompok yang sama, karena meraka dianggap memiliki perbedaan yang membuat orang memandangnya itu tidak layak untuk hidup berdampingan. Biasanya mereka dikucilkan dari lingkungan dan dijadikan bahan pembicaraan atau dicemooh oleh masyarakat sekitar.
Bahkan mereka dianggap dapat membawa pengaruh negatif untuk lingkungan masyarakat. Seorang transgender masih memiliki kendala seperti diskriminasi yang mencederai hak waria sebagai warga negara misalnya mencari pekerjaan.
Mereka pun juga dianggap sampah masyarakat. Kebanyakan masyarakat memandang seorang yang terkait kasus transgender memiliki pandangan negatif, karena mereka menggangap bahwa seorang transgender itu telah mengubah kodrat yang diberikan Tuhan sejak lahir dan itu merupakan larangan agama.111
Selain itu individu yang mengalami gangguan identitas gender, tidak dapat dikategorikan sehat dalam aspek mental dan kehidupan sosial, sekalipun secara fisik mereka tidak mengalami gangguan atau kelainan apapun. Ini semua disebabkan sebagian terbesar individu transgender tetap menggantungkan diri pada kehidupan malam, maka hal itu menimbulkan satu anggapan bahwa dunia mereka diidentikkan dengan pelacuran. Stigma ini tentu saja akan melahirkan satu pandangan bahwa berbicara manusia transgender dengan sendirinya akan
111Juwilda,Transgender Manusia Keragaman dan Kesetaraannya, hlm. 9.
berbicara tentang kehidupan malam pelacur yang sudah pasti akan mempengaruhi status kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual.112
Kaum transgender memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia normal lainnya. Tetapi, dikarenakan terdapat adanya penyimpangan perilaku yang mereka perlihatkan, mengakibatkan mereka mengalami berbagai bentuk konflik baik yang mereka dapatkan dari pihak keluarga maupun dari segelintir masyarakat dikarenakan sudut pandang yang telah terbentuk selama ini mengindikasikan bahwa kaum mereka merupakan kaum yang selalu terlibat dalam hal negatif.113
Transgender merupakan bagian dari Lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT). Adapun bentuk-bentuk kekerasan yang dialami oleh komunitas LGBT adalah114:
1. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual paling banyak dialami oleh komunitas LGBT. Penelitian yang dilakukan oleh Ardhanary Institute dengan metode wawancara menemukan 9 dari 10 orang LGBT yang diwawancarai mengalami kekerasan seksual baik berupa perkosaan maupun pemaksaan aktivitas seksual yang lain.
Pelaku kekerasan mulai dari keluarga, aparat penegak hukum, dokter, maupun masyarakat umum.
2. Kekerasan fisik
112Dwi Putri Prarendrawati, Aspek Kejiwaan Kaum Transgender dan Transeksual, Februari 2013, hal. 3.
113Dwi Putri Prarendrawati,Aspek Kejiwaan Kaum Transgender dan Transeksual, hal. 7.
114Muhammad Iqbal Darmono,Hukum Perubahan Jenis Kelamin menurut Pandangan Islam,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 64.
Kekerasan yang dialami dapat berupa pemukulan, tamparan, meludahi. Pelaku adalah keluarga, pasangan, keluarga pasangan. Yang secara garis besar merupakan orang terdekat korban (pelaku LGBT) dan Sudah mengetahui tentang perilaku dan orientasi seksual dari si korban, baik setelah pengakuan langsung dari si korban maupun mendapati sendiri perilaku berbedanya.
3. Kekerasan emosional
Biasanya orang LGBT mengalami penolakan dari keluarga setelah mereka mengaku atau ketahuan sebagai LGBT. Kekerasan yang dilakukan keluarga dapat berupa ancaman untuk menyembunyikan orientasi seksualnya, membatasi pergaulan, memaksa untuk “berobat”, penolakan, ataupun pengusiran. Kekerasan emosional yang lain juga dilakukan oleh media dengan membuat pemberitaan yang mendiskreditkan kalangan LGBT, misalnya dalam kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan.115
Tindakan diskriminatif yang dialami komunitas LGBT116 1. Diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan
Komunitas LGBT mengalami penolakan untuk diterima bekerja sesuai bidangnya sehingga meskipun ada komunitas LGBT yang capable untuk bekerja sesuai bidang ilmunya, pada akhirnya mereka bekerja pada bidang yang menerima mereka, misalnya salon, rumah makan dan sejenisnya yang intinya bekerja di luar keahliannya.
2. Diskriminasi dalam hal akses terhadap keadilan
115Ibid,hal 65.
116 Mustafa Darullman, Kajian Hukum tentang Hukum Perubahan Jenis Kelamin menurut Pandangan Islam, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2012), hlm. 76.
Kasus-kasus kekerasan yang ialami oleh komunitas LGBT seringkali diselesaikan di luar pengadilan karena dianggap aib, memalukan. Hal tersebut menyebabkan korban enggan untuk melapor. Hal ini menunjukkan betapa tidak diakuinya (tidak ada tempat) bagi komunitas LGBT, mereka dianggap kelas kedua (dalam hal feminisme. layaknya posisi perempuan yang subordinasi) dan subsistem di Indonesia yang seharusnya menganut paham persamaan dan kesetaraan dengan payung demokrasi. Namun dalam realitannya susah sekali ditemui.
3. Diskriminasi dalam pemilihan pasangan
Komunitas LGBT tidak mendapatkan haknya untuk memilih pasangan.
Misalnya. banyak yang dipaksa untuk menikah dengan lawan jenisnya sehingga sepanjang masa Pernikahannya korban merasa diperkosa.
Dalam penelitian Genny Beemyn and Susan Rankin yang dibukukan menjadi The Lives Of Transgender People Perkembangan Identitas TransgenderLaki-laki dibagi 6 tahap117:
Tahap Pertama : Berpikir dirinya sebagai lesbian tapi sadar bahwa dirinya bukan. Mereka berfikir bahwa dirinya adalah seorang lesbian karena tertarik dengan perempuan tapi akhirnya menyadari bahwa tidak cocok dengan identitas sebagai lesbian dan sadar kalau dirinya adalah transgender.
117Genny Beemyn and Susan Rankin,The Lives Of Transgender People,( new York : Clombia uni versity Press, 2011). hlm. 39
Tahap Kedua : Kesadaran akan diri sebagai Transgender laki-laki dan transisi Itu memungkinkan. Ada beberapa franseksual male yang pertama mereka coming out sebagai lesbian karena istilah lesbian yang meraka kenal.
Tahap Ketiga : belajar tentang Transeksual dan mencan tahu mengenai komunitas mereka melalui belajar segala hal mengenai transgender dan transeksual.
Tahap Keempat : Mengatasi Denial dan internalisasi gendernya dan menerima diri sebagai laki - laki.
Tahap Kelima : Menggunakan Hormon dan melakukan Top Surgey untuk terilihat seperti yang diinginkan. Sebagian besar laki-laki melihat bahwa menggunakan testosteron dan menjalani operasi kontruksi dada sebagai langkah penting untuk perkembangan identitas mereka, karena hal itu memungkinkan untuk terlihat sebagai laki-laki dimata orang lain. Setelah beberapa waktu terapi hormon, mereka mulai mengembangkan kumis, jenggot jambang, suara lebih dalam dan masa otot yang lebih besar sebagai akibatnya mereka mulai terlihat sedikit berbeda. Sejauh mana perubahan tubuh mereka adalah penting untuk beberapa transgender. sebaliknya, operasi ganti kelamin dianggap tidak penting bagi sebagian besar Transeksual.
Tahap Keenam : Memiliki perasaan secara lengkap sebagai laki - laki yang berbeda. Mereka mulai menerima tubuh mereka dan diri mereka sebagai laki - laki. Laki - laki yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai perempuan dan berdamai dengan tubuh mereka.118
118Andri Adi Mustika, Operasi Ganti Kelamin, (Jakarta : Press,2010), hlm. 24
Dalam skema Lewin, orang - orang perempuan yang ditugaskan pada tahap pertama dan Jeremy Baumbach dan Louisa Turnar tiga model tahapan.
Tahapan pertama : "Female gender disorder" memiki perasan atau ketidaknyamanan dengan gender mereka. Mereka mulai berharap bahwa mereka adalah laki - laki sebagai "fantasized solution" dalam perasaan mereka. Tahap kedua : dan seperti pada model identitas MTF (Male to Female), bertindak atas keinginan ini dengan mengejar "ganti kelamin".Tahap ketiga : Baumbach dan Turner menentukan penugasan lebih luas dari pada Lewins dan Bolin, mengakui bahwa induvidu FTM (Female to Male) mungkin melalui transisi dengan menggunakan hormon dan mungkin atau melakukan operasi penyesuaian gender.
Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan para ahli terhadap transgender antara lain :
Menurut Plumer gerakan LGBT (lesbie, Gay, Bisexsual, Transgender) merupakan salah satu pola interaksi yang inters antara negara , dalam hal ini interaksi budaya antar negara yang semakin luas dengan adanya fasilitas perkembangan teknologi dan informasi yang meniadakan hambatan geografis untuk dapat berinteraksi dan saling tukar menukar pengetahuan dan informasi.
Peter Drucker mengatakan bahwa permasalahan gender ini berhubungan dengan ekonomi dunia dan politik. dimana pada abad 20 ada persamaan komponen elemen perkembangan LGBT antara satu negara dengan negara yang lain.
Seseorang akan melakukan serangkaian tahapan sebagai usaha penerimaan diri melalui 5 tahapan, antara lain:
1. tahap penghindaran (aversion) 2. tahap keingintahuan(curiousity) 3. masuk ke tahap toleransi(tolerance) 4. tahap membiarkan begitu saja (allowing)
5. Berakhir saat individu mampu mencapai masa dimana ia dapat bersahabat dengan situasi yang dihadapinya yang disebut dengan tahapan persahabatan (friendship).119
Pengaturan hukum tentang transgender di Indonesia baik di KUH maupun UU Administrasi Kependudukan (UU Adminduk), Peraturan Presiden (Pepres) tidak mengenal istilah transgender dan dalam peraturan yang ada di Indonesia pun belum mengatur tentang transgender atau pergantian jenis kelamin yang marak dilakukan pada saat ini. Sehingga hakim perlu melakukan penemuan hukum bagi para transgeder untuk klasifikasi boleh tidaknya seseorang melakukan perubahan/pergantian jenis kelamin dalam muka pengadilan setempat dengan begitu pemerintah dapat membatasi perkembangan perubahan/pergantian jenis kelamin sehingga tidak menimbutkan kerancuan pada saat para transgender melakukan sebuah keputusan yang sangat penting dalam hidupnya. Karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar dan keluarga para transgender. Transgender berusaha mendapatkan hak yang sama layaknya manusia normal lainnya keluarga, masyarakat luas juga
119Purwawidyana,Operasi Ganti Kelamin, (UNDARIS : Ungara, 2009), hlm. 23
berusaha menerima apa yang menjadi pilihan mereka meski mernbutuhkan proses yang sangat lama untuk beradaptasi dengan sekitar mereka.
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Transgender
Proses terjadinya perubahan jenis kelamin antara lain terpisahnya antara bentuk fisik dengan psikis, misal seorang laki - laki ia merasa bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan seorang perempuan merasa bahwa dirinya adalah seorang laki-laki. Hal ini menyebabkan orang tersiksa dalam hidupnya, sehingga kadang-kadang ia akhiri dengan bunuh diri. Tidak ada cara lain selain melakukan operasi tersebut karena jika tidak melakukan operasi tersebut mereka merasa tidak akan bisa hidup tenang dan wajar sebagaimana manusia normal, mereka akan merasa gelisah.120
Sehingga mereka memilih untuk melakukan serangkain operasi untuk merubah sesuai dengan yang mereka rasakan dengan cara seperti itu mereka baru akan merasa nyaman dengan apa yang menjadi pilihan mereka nantinya meski banyak yang menolak keputusan mereka, akan berusaha memberikan pandangan yang positif baik apa yang telah mereka pilih, butuh proses yang lama untuk mendapatkan simpati yang telah mereka lakukan. Para transgender berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarganya maupun lingkungan sekitar baik di dalam kalangan transgender sehingga mereka dapat percaya diri.
120Yash,Transeksual : Sebuah Studi kasus Perkembangan Stranseksual Perempuan ke Laki-Laki, (Semarang : AINI, 2003), hlm. 53
Faktor seseorang menjadi transgender terdiri dari dua faktor, yaitu faktor gen atau bawaan dan faktor luar atau lingkungan. Semua itu disebabkan oleh faktor tersebut, karena semua orang yang bersifat trangender tidak menginginkan ini terjadi. Seorang waria pasti berkata bahwa ia tidak meminta dilahirkan sebagai waria dengan mendandani diri seperti wanita, ia mendapatkan kenikmatan batin yang begitu dalam. Ia seolah berhasil melepas beban psikologi yang selama ini masih memberatkannya.121
Menurut Wiramihardja sebagaimana dikutip Dwi Putri Parendrawati,122 beberapa penyebab menjadi transgender diantaranya adalah :
1. Pendekatan Biologi
Dikatakan bahwa proses yang bersifat bio-fisik sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi manusia yang penerapannya lebih menonjol kepada sifat medis, yaitu dianggap sebagai penyakit dari sistem syaraf pusat yang disebabkan oleh patalogi atau ketidak mampuan otak yang dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik seseorang.
2. Pendekatan psikologis
Beberapa factor psikologi dan psikososial yang mempengaruhi gangguan mental pada kaum transgender diantaranya : Pertama early deprivation, ini merupakan suatu istilah yang mengambarkan adanya reaksi menerima atau pasrah serta mengikuti pada diri seseorang terhadap keadaan-keadaan yang menuntut, senang atau tidak senanng.Keduapengasuhan orang tua yang tidak
121Juwilda, Transgender Manusia Keragaman dan Kesetaraannya, (Palembang: Univ Sriwijaya, 2010), hlm. 9.
122 Dwi putrid parendrawati, aspek kejiwaan kelompok transgender dan transeksual, makalah, hlm. 4
telaten yakni tidak tercukupinya rasa aman sehingga terdapat adanya nilai- nilai yang menjadi landasan perilaku atau norma-norma sebagai pegangan.
Ketiga adanya struktur keluarga yang patagonik yakni struktur keluarga yang kurang seimbang, terdapat banyak pertentangan atau pertengkaran antara orang tua sehingga anak-anak merasa kurang kasih sayang.Keempat, lahirnya trauma pada masa anak-anak yang disebabkan adanya perlakuan yang keliru dari orang tua baik dalam bentuk fisik, seksual, pengabaian emosi (pola asuh orang tua yang salah) dan juga mempengaruhi seseorang dengan tingkah laku yang tidak baik dari lingkungan mereka tinggal atau melalui pengalaman yang diperoleh secara kebetulan, melalui seksualitas dan perilaku yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga dan pengalaman individu serta perasaannya.
Faktor penyebab transgender yang lain adalah: Pertama, Faktor bawaan, (hormon dan gen) dikarenakan keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan). Kedua, faktor lingkungan, di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. Ketiga, Faktor Kejiwaan adalah mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecendrungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan hawa nafsu adalah suatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syari’at Islam. Kelompok ini termasuk minoritas, bahkan jumlah mereka tidak jelas karena belum ada data yang
akurat yang menyebut jumlah mereka. Mereka juga sering dikaitkan dengan istilah komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Tansgender).123
Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya Transgender di Indonesia Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber maka ada dua faktor yang melatarbelakangi berkembangnya transgender di Indonesia yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
Fakor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam mencipta dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang banyak misalnya. Faktor ini meliputi:
1) Faktor Keluarga
Rumahku istanaku atau Home Sweet Home adalah kehidupan dalam rumah tangga yang penuh dengan keharmonisan, penuh kasih, penuh cinta yang didasari dengan pengajaran-pengajaran. Anggota keluarga akan merasakan sebuah kenyaman berada dekat satu sama yang lain karena hidup mereka yang memiliki kasih sayang sehingga keluarga tersebut diberkati oleh Allah SWT. Sedangkan rumahku nerakaku merupakan suatu kata kiasan yang menjelaskan sebuah situasi ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang dimiliki oleh sebuah keluarga.Tidak ada kasih, tidak ada kedamaian, tidak ada kenyamanan yang diperoleh oleh anggota
123Gibtiah,Fikih Kontemporer,(Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 222
keluarga karena Al-Qur’anbukan menjadi dasar pedoman dalam hidup berumah tangga.124
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.125
Dalam keluarga, orang tua harus memaksimalkan kesempatan yang berharga untuk menginfestasikan nilai-nilai yang berharga kepada anaknya supaya anaknya dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Karena apa yang ditanam oleh orang tuanya akan dapat dituai hasilnya baik oleh pribadi anaknya dan juga oleh orang tua beserta seluruh anggota keluarga serta masyarakat sekitarnya. Semakin dini orang tua mendidik anak-anaknya maka apa yang akan dituai mendatang akan lebih baik.
Demikian dengan pengalaman yang tidak baik yang dialami oleh seorang dapat membentuk karakter dan membentuk kehidupan anak di masa yang akan datang menjadi suram. Keluarga haruslah diciptakan sebagai sebuah kesatuan yang unik dan kompak. Anak-anak akan menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dalamnya, sekalipun kelak mereka akan membentuk keluarga sendiri, rasa memiliki itu tetap melekat dalam diri sendiri.
Di tengah-tengah lingkaran keluarga ini seorang anak dapat belajar menyimak, memperhatikan, merekam makna kehidupan dari hari ke hari.
Pengalaman pencarian makna hidup ini sekaligus membangun citra dirinya sesuai
124ko Mulya Tua, “Pembinaan Terhadap Kaum lesbian, Gay,Bisexual dan Transgender (Sebuah Konsep Pembinaan Warga Gereja)” 18 April 2016, h,.60.
125 Pendapat Para Ahli “http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/pengertian- keluarga-definisi-menurut-para-ahli.”(donwload: 22 Januari 2018
dengan teladan orang tua, sesuatu yang terjadi dengan sendirinya tanpa disadari.126
Keterlibatan anak ini membuat mereka merasa memiliki tumpuan harapan, menciptakan rasa aman, mempunyai rasa memiliki, karena mereka termasuk dalam bagian keluarga itu sendiri. Anak-anak yang memperoleh kesempatan seperti ini akan bertumbuh secara alamiah menuju keremajaan dan kedewasaan mereka. Sedangkan anak-anak yang bertumbuh di tengah-tengah keluarga yang timpang atau cenderung memberikan suasana yang tertekan dalam diri anak-anak sehingga mereka tumbuh dalam situasi yang pertumbuhan tingkah laku yang tidak sehat berlangsung dalam diri mereka.127
Pengalaman atau trauma di masa anak-anak misalnya dikasari oleh ibu atau ayah hingga si anak beranggapan semua pria dan perempuan yang bersikap kasar dan bengis yang memungkinkan si anak merasa benci pada orang itu.
Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan kekeluargaan yang renggang. Bagi seorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang yang dirasakan oleh para wanita dari saat laki-laki akibat
kekerasan yang dilakukan oleh para pria yaitu bapak, kakaknya maupun saudara laki-lakinya. Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat seorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria.128
Selain itu, bagi golongan transgender faktor lain yang menyebabkan seseorang itu berlaku kerancuan gender adalah sikap orang tua yang idamkan anak
126Ibid, hlm. 61
127Ibid.,h. 61.
128Abu Ameenah Philips dan Zafar Khan, “Islam dan Homoseksual” (Jakarta: Pustaka Zahra,2003) h. 85.
laki-laki atau perempuan juga akan mengakibatkan seorang anak itu cenderung kepada apa yang diidamkan. Ketika orang tua mengharapkan mempunyai anak perempuan tetapi yang lahirnya laki-laki, orang tua mungkin kecewa sehingga diperlakukan sebagai anak perempuan,129
2) Faktor Moral dan Akhlak
Melihat situasi dan kondisi dewasa ini, maka etika pada zaman sekarang semakin perlu dipertahankan. Karena tanpa etika dan tanpa diperkuat oleh hukum, maka manusia yang satu dapat dianggap saingan terhadap manusia lainnya.
Terbentuknya kaum transgender karena adanya penyimpangan norma- norma susila di dalam masyarakat, selain itu semakin hilangnya sebuah kontrol sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Lemahnya iman, pengendalian diri yang kurang dalam konteks hawa nafsu serta banyak menerima rangsangan seksual dari luar dapat membentuk moral dan akhlak seorang kaum transgender.130
3) Pengetahuan Agama yang Lemah
Setiap orang berhak mengikuti upacara keagamaan atau ritual keagamaan, selain itu setiap agama juga berkewajiban melindungi hak dari umatnya untuk melakukan upacara keagamaan, termasuk kelompok transgender hal tersebut dikarenakan agama adalah hubungan antara seseorang dengan Tuhannya.
Faktor yang paling utama yang menyebabkan seorang masuk dalam bagian transgender yaitu faktor agama. Transgender tidak dibenarkan dalam agama
129Mulya Tua,“Pembinaan.,h.60.
130Nana Rukmana, “Etika Kepemimpinan Persfektif Agama dan Moral”(Bandung:
Alfabeta, 2007) h. 7
karena transgender sangat bertentangan dengan konsep penciptaan manusia dimana Allah SWT hanya menciptakan laki-laki dan wanita sebagai satu pasangan yang berharga di hadapan Allah. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan faktor internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual.
Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan mana yang baik dan mana yang sebaliknya haram dan halal dan lain-lain.131 4) Kebutuhan Ekonomi
Dengan latar belakang ekonomi masing-masing, tentunya di usia yang dewasa ini mempunyai pemikiran untuk mandiri. Orientasi seksual tidak bisa dijadikan alasan untuk membatasi seseorang memperoleh mata pencarian tertentu. Namun yang terjadi justru kelompok transgender masih terstigma negatif untuk menentukan pekerjaan yang mereka inginkan.132
Memilih kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan seksual harus ditinjau lagi, sebab orientasi seksual tidak dapat menjadi alasan untuk membatasi mata pencarian atau pekerjaan untuk kaum transgender. Proses pemilihan pekerjaan ditentukan oleh kemampuan dan skill mereka dalam pekerjaan tersebut, begitu juga hak mereka untuk menduduki jenjang yang lebih tinggi di tempat mereka bekerja.133
131Mulya Tua, “Pembinaan, hlm. 63
132Rita Damayanti, “Pandangan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Terhadap (lgbt) di Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang” (Laporan Kajian, Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, 2015) hlm.
24
133Rita Damayanti, “Pandangan Tokoh Agama dan, hlm. 25.
Beberapa tempat tentunya memiliki pandangan yang berbeda dalam menerima transgender sebagai pekerja di lingkungan kantornya, seperti misalnya yang terjadi di lingkungan pegawai negeri sipil, kelompok transgender dapat diterima di lingkungan tersebut, dengan diterimanya mereka, nantinya pekerja transgender tersebut dapat diarahkan dan dibimbing secara perlahan agar menjadi seperti masyarakat pada umumnya. Namun Ada juga tempat yang tidak bisa menerima keberadaan transgender di lingkungan mereka seperti pengalaman salah seorang di tempat kerjanya di Dewan Perwakilan Rakyat RI, lingkungan DPR dikatakan olehnya belum dapat menerima gejala-gejala transgender seperti misalnya lelaki yang lebih banyak bergaul dengan perempuan. Namun ia mengatakan, seandainya terdapat anggota DPR yang ketahuan transgender memiliki kemungkinan tidak terpilih lagi di tahun-tahun berikutnya.134
b. Faktor Eksternal
Fakror eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam mencipta dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang banyak misalnya. Faktor ini meliputi:
1) Pergaulan
Dalam kehidupan sosial tidak masalah hidup berdampingan dalam satu lingkungan dengan syarat individu transgender tetap menjaga kenyamanan lingkungan dan mematuhi norma yang ada di masyarakat.
Begitu juga untuk berteman dan menerima transgender tinggal di tempat kost tidak begitu menjadi masalah, hanya saja yang perlu diperhatikan
134Ibid