BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Analisis Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan Adjusted R-squared sebesar 0,946657 atau sebesar 94,66%. Hal ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF) dan BOPO mampu menjelaskan pengaruh sebesar 94,66% terhadap Return On Asset (ROA) dan sisanya sebesar 5,36% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
peraturan Bank Indonesia yang mensyaratkan Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal sebesar 8% yang harus dipenuhi oleh pihak bank yang mengakibatkan bank-bank selalu menjaga agar Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dimilikinya sesuai dengan ketentuan. Nilai rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) bank umum syariah sebesar 21,27% yang nilainya jauh diatas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, tetapi nilai minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 11,1% yang nilainya hampir mendekati 8%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan Bank Umum Syariah dalam memanfaatkan modalnya untuk menghasilkan profit. Mungkin modal yang dimiliki bank digunakan ke dalam kegiatan financing secara tidak tepat sehingga belum dapat menghasilkan profit bagi bank secara signifikan. Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam penelitian ini tidak dapat menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Adyani (2011) bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan postif terhadap ROA, Sabir et al., (2012) bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, serta Wibowo & Syaichu (2013) bahwa variabel Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
4.3.2 Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA)
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan hasil yang lebih besar dari tingkat signifikasi α sebesar (0,8457 > 0,05) . Koefisien regresi sebesar 0,002905, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak ditolak yang berarti variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap Retrun On Asset (ROA).
Financing to Deposit Ratio (FDR) dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Hal ini dapat terjadi dikarenakan masih ada rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan dimana nilai minimum Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 73,78% dan nilai maksimum sebesar 197,7% yang berada jauh dibawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 85% - 110%. Hasil minimum dan maksimum dari perbankan syariah menunjukkan bahwa besar kecilnya pembiayaan tidak dapat mempengaruhi profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan variabel Return On Asset (ROA).
Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) pada periode pengamatan menunjukkan kemungkinan bahwa pembiayaan yang nilainya rendah dan berada diluar ketentuan Bank Indonesia tersebut tidak menghasilkan profit
Return On Asset (ROA) Bank Syariah. Financing to Deposit Ratio (FDR) dalam penelitian ini tidak dapat menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Adyani (2011) bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap ROA, Sistiyarini & Supriyono (2016) bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap ROA dan Mahmudah & Harjanti (2016) yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
4.3.3 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA)
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel Non Performing Financing (NPF) menunjukkan hasil yang lebih kecil dari tingkat signifikasi sebesar α 0,00 < 0,05. Koefisien regresi Non Performing Financing (NPF) sebesar -0,504484, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima yang berarti variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Retrun On Asset (ROA).
Non Performing Financing (NPF) dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah negatif. Artinya, semakin kecil Non Perfoming Financing (NPF) bank maka akan semakin besar profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Rata –rata nilai Non Performing Financing (NPF) menunjukkan angka 4,27 % yang hampir mencapai batas maksimum Non Performing Financing (NPF) sesuai
dengan peraturan Bank Indonesia sebesar 5%. Nilai maksimum dari Non Performing Financing (NPF) sebesar 35,15% hasil ini menunjukkan bahwa nilai Non Performing Financing (NPF) sudah melewati batas ketentuan dari Bank Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada periode pengamatan menyebabkan muncul nya pembiayaan yang bermasalah pada tingkat kolektibilitas 3,4 dan 5 (kurang lancar, diragukan dan macet) yang menyebabkan bank harus membentuk dana cadangan yang disebut PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) dan akan menyebabkan pendapatan dari pembiayaan yang diterima oleh bank syariah akan berkurang dan berdampak pada turunnya profitabilitas bank yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Non Performing Financing (NPF) dalam penelitian ini dapat menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2011) bahwa NPF memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA, Nugroho (2011) bahwa NPF memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap ROA, Sriyana (2015) memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA, dan Putri (2015) yang menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
4.3.4 PengaruhBOPO terhadap Return On Assets (ROA)
Berdasarkan tabel 4.7 uji t menunjukkan bahwa nilai probabilitas
signifikasi α sebesar (0,0043 < 0,05). Koefisien regresi BOPO sebesar - 0,029769, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha4 diterima yang berarti variabel BOPO berpengaruh negatif terhadap Retrun On Asset (ROA).
BOPO dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah negatif. Artinya, semakin tinggi BOPO menunjukkan bahwa bank belum mampu menggunakan sumberdaya yang dimilikinya atau belum mampu melakukan kegiatan operasional secara efisien sehingga akan berakibat pada berakibat pada menurunnya profitabilitas. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank (Yuliani, 2007). BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasioanlnya sehingga hal tersebut dapat menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya (Sabir et al., 2012). Meningkatnya biaya operasional bank harus dibarengi dengan meningkatnya pendapatan operasional agar tidak terjadi penurunan Return On Asset (ROA). BOPO dalam penelitian ini dapat menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Adyani (2011) yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, Nugroho (2011) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, Sabir et al., (2012) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap, Widati (2012) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap, Wibowo dan Syaichu ( 2013) bahwa BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap, Margaretha & Zai (2013) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap, Rahmi & Anggraini (2013) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, Sriyana (2015) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, Putri (2015) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, Sistiyarini &
Supriyono (2016) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan Mokoagow & Fuady (2015) bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).