BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.7 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah remaja mahasiswa laki – laki dan perempuan yang memiliki kepribadian tertutup (introvert) dalam aplikasi Tinder di kalangan Mahasiswa/Mahasiswi di Jakarta.
3.7.1 UNIT ANALISIS FENOMENOLOGI HUSSERL Objek
(Benda/Fenomena) Kesengajaan (Intensionality)
Intersubjektif
Intersubjektif
Intersubjektif
INTUISI
Makna / Esensi Objek Noesis
Noema
3.7.2 Model Interaksi Simbolik
Ketika analisis kepribadian seseorang - analisis struktural - diperluas untuk fokus pada dua orang yang berinteraksi, sebagai komunikasi diadik, proses itu disebut analisis transaksional. setiap orang dalam transaksi bertindak dari orang tuanya, orang dewasa, atau kondisi ego anak
Gambar 3.1 menunjukkan diagram khas transaksi. peson 1 dan orang 2 selalu diwakili oleh tiga status ego mereka: orang tua (p), dewasa (a), dan anak (c). setiap panah berganti dari kondisi ego pengirim pesan ke kondisi ego yang dirasakan orang lain. pada gambar 3.1, misalnya, komunikasinya dewasa / dewasa. orang 1 berkomunikasi dari orang dewasa ke orang dewasa secara pribadi1.
Transaksi Pelengkap. Transaksi menunjukkan Gambar. 3.1 yang merupakan pelengkap. Yaitu, pesan oleh 1 orang dari keadaan suatu ego ke
P
C
A P
A
C
keadaan ego tertentu dalam diri orang ke 2 yang ditanggapi dengan tepat.
Gambar 3.1 hanya menunjukkan satu jenis transaksi pelengkap.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pola interaksi yang dilakukan oleh informan atau remaja mahasiswa para pengguna Aplikasi Tinder, interaksi yang tercipta dari fenomena penggunaan Aplikasi Tinder oleh para remaja khususnya yang berstatus mahasiswa ini ada komunikasi 2 arah yang membawa pesan atau menerima pesan dari masing-masing penggunanya. Seperti Gambar 3.1 pada model Complementary Transaction diatas bahwa model atau variasi interaksi pada penelitian ini adalah komunikasi 2 arah yang dilakukan para pengguna Aplikasi Tinder khususnya para remaja yang berstatus mahasiswa melakukan interaksi dengan umur atau status yang sama. Maka komunikasi yang dilakukan bisa direspon dengan baik oleh sesama pengguna Aplikasi Tinder.
3.7.3 Model Manejemen Privasi Komunikasi
Orang A Orang B
(Informasi Privat Secara Pribadi) (Informasi Privat Secara Pribadi)
Batas Pribadi Batas Pribadi
Batas Kolektiv
Kepemilikan Batas (boundary ownership) mengacu pada hak hak dan keistimewaan yang diperoleh bersama pemilik informasi pribadi. Agar kepemilikan batas dapat dilakukan secara akurat.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat sejauh mana sikap dalam berinteraksi dari Narasumber atau Remaja Mahasiswa para pengguna Aplikasi Tinder kepada para pengguna Aplikasi Tinder lain (Lawan Jenis), antara lain: Apakah narasumber memiliki sikap terbuka dalam hal membagikan informasi dirinya kepada lawan jenis yaitu pengguna Aplikasi Tinder lain saat berinteraksi. Sehingga Narasumber atau informan atau narasumber akan terlihat pola interaksi dengan para pengguna Aplikasi Tinder lainnya. Ataukah informan memiliki sikap tertutup (introvert) dalam hal berinteraksi dengan lainnya, sehingga informan tidak terlalu banyak memberikan informasi atau pengalaman yang dimiliki oleh informan kepada pengguna Apikasi Tinder lain
88
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Subjek Penelitian
4.1.1 Permasalahan Introvert dari segi Psikologi dan Sosiologi
Manusia merupakan makhluk yang paling unik dengan sifat-sifat, tingkah laku dan bentuk fisik. Keunikan ini dapat dilihat dari kepribadian yang dimiliki oleh manusia, salah satunya adalah Kepribadian Introvert.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog terkenal dari Swiss yang bernama Carl Gustav Jung (C.G Jung). C.G Jung secara sederhana menjelaskan bahwa pengertian Introvert adalah sikap atau karakter seseorang yang memiliki orientasi subyektif secara mental dalam menjalani kehidupan. Dengan kondisi seperti ini, seseorang yang memiliki kepribadian introvert cenderung menyukai kondisi yang tenang, senang menyendiri, reflektif terhadap apa yang mereka lakukan serta memiliki kecenderungan untuk menjauhi interaksi dengan hal-hal baru.
Sedangkan menurut Eysenck, orang dengan tipe kepribadian introvert memiliki sifat tenang, suka merawat diri, bersikap hati-hati, pemikir kurang percaya pada keputusan yang impulsif, lebih suka hidup teratur, suka menyendiri, kurang suka bergaul, pendiam, pasif, berhat-hati,
damai, terkendali dapat diandalkan. Dapat disimpulkan bahwa orang dengan kepribadian Intovert adalah orang yang tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, yang cenderung dengan dunianya sendiri (subyektif) daripada dunia luar (objektif).
Hal ini sejalan dengan para informan yang lebih suka melakukan aktivitasnya sendiri dan terkesan tidak membutuhkan bantuan orang lain, hal ini salah satunya dikarenakan rasa ketidak nyamanan akan orang baru atau melibatkan orang banyak. Karena dengan kecenderungan kepribadian yang dimiliki oleh informan adalah menyukai hal-hal yang stabil dan tidak terbiasa oleh orang baru. Seperti para informan yang memang merasa tidak nyaman atau tidak cepat beradaptasi dengan orang baru terlebih dalam mencari pasangan secara langsung, informan merasa bahwa jika ia bertemu secara langsung dengan orang baru atau orang yang belum dikenal akan ada rasa tidak aman yang timbul dari ketidak biasaan informan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu informan cenderung tidak terlalu bersikap terbuka terhadap orang orang disekitar termasuk teman ataupun keluarga, pasti akan ada hal yang tidak secara langsung diungkapkan kepada teman-teman atau keluarganya.
Berdasarkan 3 informan yang memiliki kepribadian Introvert ini bisa terjadi karena adanya faktor keturunan, lingkungan serta keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan ini ada karena faktor keturunan apakah
dari ayah atau ibu, seperti sifat dari Ibu yang cenderung pendiam, tegas dan tertutup akan menurun kepada anak yang terbawa sampai dewasa.
Sedangkan faktor lingkungan yaitu kepribadian yang terbentuk karena individu tersebut berada disuatu kelompok sosial atau lingkungan yang secara langsung akan membentuk pola pikir sampai dengan kepribadian individu tersebut. Sehingga norma sosial yang ada pada lingkungan tersebut akan diadaptasi dan dilakukan oleh individu tersebut.
Seperti kebiasaan atau norma yang berlaku pada lingkungan tersebut adalah orang orang yang berinteraksi secara general hanya yang umurnya sama saja atau individu tersebut hidup dalam lingkungan yang kegiatan bersosisalisasinya sangat minim, maka kepribadian individu tersebut secara tidak langsung pun terbentuk menjadi Individu yang Introvert.
4.1.2 Tinder
Tinder adalah aplikasi kencan online yang bisa didownload di Smartphone android & iPhone. Aplikasi tinder ini di operasikan secara daring dengan cara sederhana: aplikasi akan memasangkan orang-orang yang saling menyukai, sehingga mengurangi kemungkinan penolakan.
Anda dapat menjelajahi gambar orang-orang yang lokasinya berada dekat dengan Anda dan memilih salah satu yang menarik perhatian Anda. Tinder dapat digunakan di gadget atau smartphone.
Aplikasi Tinder dibangun oleh Sean Rad sejak bulan Oktober tahun 2012. Tinder menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan kita dengan teman yang jaraknya dekat maupun yang jauh sekalipun dengan kita, atau bahkan calon pasangan idaman kita. Oleh karena itu, Tinder sering disebut sebagai media pencari teman kencan online.
Cara penggunaan yang sederhana, menjadi kelebihan Tinder sehingga ia lebih dipilih dari pada aplikasi kencan online lainnya.
Kemudahan menggunakan Tinder telah dimulai sejak kita baru akan memasuki aplikasi tersebut. Tidak perlu proses registrasi yang rumit, kita hanya perlu mengikuti petunjuk yang diberikan untuk menghubugkan Tinder dengan akun Facebook kita, dan juga bisa menggunakan nomer telfon pribadi untuk proses registrasi.
Setelah melakukan proses registrasi, kita langsung disajikan dengan tumpukan foto lawan jenis yang merupakan inti dari aplikasi Tinder tersebut. Tersedia 2 pilihan, apakah kita suka atau tidak suka dengan foto lawan jenis tersebut. Anda bisa memilih dengan cara menekan tombol yang disediakan (bergambar silang untuk tidak suka, dan hati untuk suka), atau dengan menggeser (swipe) layar ke arah kiri atau kanan. Bila kita masih kurang hanya melihat dari fotonya saja, kita juga bisa melihat biografi singkat dari pemilik foto tersebut. Jika kita hanya ingin melihat lawan jenis
dengan rentang usia tertentu, atau yang lokasinya dekat dengan kita, Tinder pun menyediakan pengaturan untuk melakukan hal tersebut.
4.2 Hasil Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan 3 Informan, dimana 3 Informan ini merupakan Remaja Pengguna Aplikasi Tinder yang berstatus sebagai mahasiswa, serta memiliki kecenderungan kepribadian yang tertutup (Introvert) atau kepribadian yang berbeda dari orang kebanyakan.
Sekian macam kepribadian yang menjadi salah satu permasalahan bagi segelintir individu adalah kepribadian (personality) tertutup atau yang biasa dikenal dengan kepribadian Introvert. Individu dengan kepribadian introvert cenderung akan menutup diri dari lingkungan, memiliki rasa tidak percaya diri jika bertemu dengan orang yang belum dikenal, tidak mempercayai lingkungan sekitar atau termasuk dengan pertemanan. Hal hal ini terlihat dari kepribadian 3 Informan tersebut, Informan yang memiliki kepribadian Introvert ini cenderung tidak memiliki sikap terbuka, ada hal yang masih tidak diceritakan atau dibagikan kepada keluarganya. Biasanya hal ini dilakukan karena informan merasa apabila diceritakan akan membebani orang tersebut (keluarga) seperti akan memikirkan masalah dari informan, maka dari pada itu informan tidak menceritakannya.
Selain itu sikap kurang memiliki rasa percaya diri pun terlihat dari Informan yang memang masih merasa takut dan tidak merasa nyaman jika harus bertemu dan berinterakasi dengan orang lain, terlebih dengan orang yang memang belum dikenal. Seperti yang terjadi kepada informan bahwa ia akan merasa tidak nyaman saat harus berkenalan secara langsung dengan orang yang baru dikenal lalu harus memulai sebuah topik pembicaraan secara langsung
Dari 3 Informan yang memiliki sifat introvert ini bisa menjadi salah satu penghambat bagi individu tersebut jika tidak bisa mengelolanya. Hal ini bisa menjadi masalah bagi individu tersebut terbiasa dengan rasa tidak percaya diri terlebih dalam mencari pasangan. Karena dalam penentuan atau pencarian pasangan atau lawan jenis tersebut pasti dibutuhkan kecocokan dari 2 individu yang terbangun dari komunikasi atau interaksi yang terjalin antara keduanya.
Dimana informan harus memiliki masa pendekatan terhadap lawan jenis untuk bisa menentukan atau mendapatkan kecocokan, tetapi dengan sifat introvert yang dimiliki oleh Informan, Informan cenderung mengurangi hal tersebut dikarenakan adanya rasa tidak percaya diri, rasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang baru atau rasa takut dengan orang baru.
Tetapi kerena semakin berkembangnya zaman dan karena saat ini kita berada di era digital dimana segala hal pasti dilakukan melalui teknologi atau dipermudah oleh teknologi. Tidak terkecuali dalam metode pencarian pasangan, saat ini mencari pasangan tidak lagi harus dikenalkan oleh teman, saudara atau
kerabat yang lalu harus bertemu untuk memulai sebuah interaksi. Kini dengan semakin majunya teknologi komunikasi, pencarian pasangan bisa dilakukan di dunia maya atau media sosial. Ada beberapa media sosial yang berbasis aplikasi yang menawarkan jasa biro jodoh atau yang biasa disebut dengan kencan online, salah satunya adalah Aplikasi Tinder. Aplikasi ini akan sangat membantu individu-individu yang memiliki sifat Introvert tidak terkecuali 3 Informan peneliti dalam mencari pasangan atau teman kencan online.
Aplikasi Tinder adalah sebuah Aplikasi kencan online yang berbasis Android ataupun IOS. Aplikasi ini bisa diakses melalui Handphone/Smartphone para penggunanya, hadir sejak tahun 2012 membuat para pengguna sudah sangat akrab dengan fitur yang dimiliki dan telah digunakan di lebih dari 190 negara di dunia. Aplikasi Tinder ini memiliki kemudahan dalam pencarian pasangan, dimana pada aplikasi ini terdapat fitur pengaturan profile pengguna seperti foto profile ataupun foto-foto lain yang bisa terhubung ke media sosial lain. Atau seperti fitur dimana kita bisa melakukan penentuan kriteria lawan jenis sesama pengguna aplikasi Tinder dilihat dari range usia, jarak pengguna sampai dengan hobi pengguna. Selain itu adalah fitur swipe kanan yang menyukai lawan jenis ataupun swipe ke kiri untuk tidak menyukai lawan jenis tersebut.
Dengan adanya aplikasi Tinder ini pergeseran metode pencarian pasangan dari yang mendapatkan pasangan langsung di dunia nyata saat ini bisa dilakukan di dalam dunia maya atau sebuah aplikasi. Hal ini yang membuat para individu-
individu yang memiliki sifat Introvert memiliki kesempatan serta ruang untuk bisa mencari pasangan. Seperti ketiga Informan tersebut yang menggunakan aplikasi Tinder dengan berbagai faktor. Seperti pada Aplikasi Tinder Informan bisa menyesuaikan atau mengatur profile dirinya atau menentukan kriteria pengguna lain sesuai dengan keinginan Informan. Di sisi lain Informan bisa melihat sambil menimbang apakah lawan jenis tersebut sesuai dengan kriteria Informan dengan menggunakan fitur swipe ke kanan (love).
Ada informan yang menggunakan aplikasi Tinder karena memang dirinya tidak bisa atau tidak nyaman apabila langsung bertemu dengan orang yang belum dikenal. Hal ini membuat informan cenderung menjadi membatasi interaksi dengan lawan jenis secara langsung karena sifat introvert yang dimiliki.
Sehingga timbul rasa takut atau tidak percaya diri jika harus berinteraksi secara langsung dengan orang asing.
Maka dari pada itu dengan adanya Aplikasi Tinder ini, interaksi yang tercipta antara Informan dengan lawan jenisnya apabila sudah match atau masing-masing tertarik bisa berkomunikasi lewat pesan singkat atau fitur chat yang dimiliki oleh Tinder. Pada fase ini Informan akan mencari tahu lebih tentang lawan jenisnya yang apabila keduanya cocok maka chat tersebut akan intens dan jika memang serius akan ke tahap masing-masing bertemu, sebaliknya apabila Informan tidak merasakan ketidak cocokan maka informan hanya tinggal mengakhiri chat tersebut tanpa harus bertemu terlebih dahulu.
Dengan adanya fitur atau aplikasi Tinder ini maka Informan yang memiliki kepribadian Introvert tetap bisa mencari pasangan sesuai dengan kriteria informan yang ada pada lawan jenis atau pengguna Aplikasi Tinder lainnya. Tetapi meskipun Informan telah merasa cocok, tidak jarang juga Informan akan mengajak temannya untuk ikut menemaninya bertemu dengan lawan jenis atau pengguna Aplikasi Tinder tersebut. Maka sebagai individu yang memiliki kepribadian introvert, Informan akan melakukan pendekatan secara online lewat chat antara keduanya tersebut sebagai pengganti dari pertemuan atau pendekatan secara langsung.
Berdasarkan 3 informan yang memiliki kepribadian Introvert ini bisa terjadi karena adanya faktor keturunan, lingkungan serta keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan menurut. A. Schopenhaver menyatakan bahwa pada perkembangan anak, faktor keturunan yang lebih mempengaruhi dari pada faktor lingkungan, misalnya seorang bapak yang sifatnya jahat, kemungkinan besar anaknya pasti akan menjadi penjahat walaupun lingkungan tempat mereka tinggal merupakan lingkungan yang tergolong baik.
Sedangkan faktor lingkungan yaitu kepribadian yang terbentuk karena individu tersebut berada disuatu kelompok sosial yang akan membentuk norma atau sikap individu tersebut. Aliran emperisme dikemukakan oleh John Locke yang menyatakan bahwa pada perkembangan anak, faktor lingkungan lebih berperan dari pada faktor keturunan. Misalnya seorang anak yang memiliki
keturunan yang bersifat baik, tetapi lingkungan disekitarnya buruk atau teman- teman yang sering diajaknya bermain berprilaku buruk, pasti si anak akan meniru kebiasaan tersebut,
Serta Faktor keturunan dan lingkungan pun turut mempengaruhi, hal ini dikemukakan oleh William Stern yang menyatakan bahwa faktor keturunan sama besar pengaruhnya dengan faktor lingkungan. Disini keduanya sama-sama sangat berpengaruh pada perkembangan anak, jika anak dididik dengan baik, walaupun dari keturunan yang buruk, kemungkinan si anak dapat berprilaku baik.
Wawancara dengan informan 1
Anindya Tri Utami merupakan salah satu mahasiswa di salah satu Universitas negri di Jakarta yang sudah memasuki semester akhir dan sedang menyusun tugas akhir. Dea nama panggilannya yang bertempat tinggal dengan satu lingkungan dengan peneliti yang berada di Kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Merupakan seorang anak perempuan dari 3 bersaudara dari golongan keluaraga yang sederhana.
“Di dalam keluarga saya anak ke 3 dari 3 bersaudara. Laki – laki 2.”
Dalam keluarga tersebut, Ayahnya merupakan seorang yang berprofesi sebagai supir pribadi, ibunya sebagai ibu rumah tangga, dan kakak – kakaknya dea juga sudah berumah tangga atau sudah menikah. Di
dalam keluarga hanya ibunya yang deket dengan dea. Karena ibunya selalu berada dirumah. Dibandingkan dengan ayah dan juga kakak-kakaknya.
“Ibu, karena ibu selalu ada waktu untuk saya, dibandingkan dengan ayah ataupun kakak saya yang memang sudah sibuk bekerja”
Dea menjelaskan bahwa dalam kondisi keluarganya, dea menuturkan bahwa kondisi keluarganya sama halnya dengan keluarga lain pada umumnya, berkomunikasi dengan baik, antara orang tua dengan anak, anak dengan orang tua
“Untuk kondisi keluarga atau suasana pada keluarga saya sama seperti keluarga lainnya, berinteraksi dengan baik.”
Dalam berinteraksi di dalam lingkup keluarga, dea menjelaskan cukup baik, dea tidak tidak sungkan untuk menceritakan kegiatan sehari – harinya kepada keluarga, mulai dari kegiatan perkuliahan, tetapi dia juga tidak bisa menceritakan hal-hal yang menurutnya tidak untuk di ceritakan kepada keluarga terutama kepada orang tua, lantaran dea tidak ingin orang tuanya merasa khawatir.
“Saya bercerita tentang hal – hal kegiatan sehari – hari seperti kuliah, namun memang ada beberapa hal yang tidak saya ceritakan kepada orang tua. Mengenai kegiatan kuliah biasanya ibu saya suka bertanya bagaimana kegiatan saya dikampus. Sedangkan yang tidak saya ceritakan adalah kesulitan saya dikampus, jadi selama ini saya hanya menceritakan kegiata pada umunya. Saya tidak berani untuk menceritakan kesulitan saya tentang
kuliah dan lingkungan pertemanan, karena khawatir orang tua akan ikut memikirkannya.”
Tidak hanya bercerita kepada keluarga maupun orang tua, dea juga membagikan cerita kepada teman, karena dea tidak ingin menceritakan kesulitannya kepada orang tua, takut orang tua memikirkan hal tersebut.
Ada hal hal yang dea ceritakan kepada teman, dan dea juga tidak ingin membuat khawatir para temannya atas kesulitan yang di alaminya.
“Ada beberapa hal yang saya ceritakan ke teman, karena saya tidak ingin menceritakan kepada orang tua. Misalnya kesulitan saya selama kuliah, lesulitan saya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, itu pun saya hanya meceritakan secara garis besar saja, tidak menceritakan detailnya seperti apa. Biasanya karna ditanya oleh teman, kalo tidak ditanya saya jarang menceritakan sesuatu, saya tidak ingin orang lain khawatir karena saya, setiap orang punya kesulitan masing – masing. Saya tidak mau membebani orang lain tentang cerita saya dan mungkin saya juga tidak terlalu pada orang lain”
Setiap manusia pasti pernah menjalin suatu hubungan yang sepesial, baik itu teman dekat ataupun pacar sekalipun, dea pernah menjalin suatu hubungan di usia yang memasuki masa remaja, di masa remajanya dea tidak telalu lama menjalin suatu hubungan, karena di masa remaja tersebut masa masa membentuk jati diri dan belum cukup untuk berkomitmen dalam suatu hubungan.
“Saya mulai menjalin hubungan saat kuliah semester awal, sekitar 2015 akhir sepertinya, saat itu ketika usia saya 18 tahun. Saya jarang menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenis, terakhir kali menjalin bertahan sampai 6 bulan saja.”
Dalam menjalin suatu hubungan, biasanya dea menentukan kriteria yang dia tetapkan untuk calon pasangannya, biasanya dia melihat dari kesan yang di tampilkan oleh lawan jenisnya tersebut, lalu melihat dari hobi.
“Biasanya saya melihat dari first impression, kalau penilain pertamadi awal bagus saya akan memulai tertarik. Dari topik pembicaraan, hobi dan punya kertarikan yang sama. Itu kunci saya jika menentukan pasangan”
Saat menjalin suatu hubungan, orang tua dea pun mengatahuinya, bahwa sang anak sedang menjalin suatu hubungan dengan seseorang, sikap orang tuanya pun tidak melarang sang anak untuk pacaran, asalkan masih di batas normal dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan anaknya
“Keluarga hanya tau saya punya pacar tapi tidak tahu orangnya yang mana, Orang tua saya tidak pernah melarang saya untuk melakukan hal – hal yang saya inginkan, selagi itu masih normal dan sesuai norma, jadi mereka tidak terlau banyak komentar mengenai hubungan saya. Sesekali saya bercerita, tentang siapa pacar saya, atau ketika izin ingin pergi. Keluarga selalu mendukung hal positif yang saya lakukan, selagi itu tidak merugikan.”
Ketika ada awal pasti ada akhir, begitu pun yang dialami oleh dea saat menjalin hubungan, ada hal hal yang dapat membuat dia mengakhiri hubungannya dengan pasangannya, mulai dari ketidak cocokan dan juga rasa tidak nyamannya yang membuat dea sulit untuk mempercayai orang lagi, atau lawan jenis.
“Ketika saya sudah tidak merasa ada kecocokan antara saya dan pasangan.
Ataupun ketika ternyata kepercayaan saya selama ini tidak dianggap serius,
kebanyakan bohong. Saya sulit percaya terhadap orang, ketika orang tersebut melakukan kebohongan maka saya tidak percaya lagi, lebih baik diakhiri dari pada punya hubungan toxic.”
Melihat dari pengalaman yang kurang mengenakan yang pernah di alami oleh dea, mulai dari rasa di bohongi maupun tidak di anggap, dea memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang di bangun dengan mantan pasangannya, dea memutuskan untuk berahli ke sebuah aplikasi Tinder yang merupakan aplikasi kencan online yang beroprasi lewat telepon gengam atau smartphone. Di aplikasi tersebut dea merasa berani membuka diri, lebih percaya, dan berani berinteraksi tanpa harus bertatap langsung dengan lawan jenis.
“Melalui Tinder ini, saya tidak perlu untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Saya pemalu untuk berinterasi dengan orang sekitar, harus butuh keberanian lebih. Mungkin dengan adanya tinder ini, saya dapat lebih membukadiri dengan orang baru, tanpa orang tersebut tahu keadan saya yang sebenernya.”
Dea berpendapat dengan perbedaan yang dialami dalam mencari jodoh atau pasangan baik secara langsung maupun melalui dunia maya, di dalam pencarian jodoh secara langsung dia menuturkan bahwa proses yang dilaluinya cukup panjang. Namun untuk di dunia maya, khususnya di Tinder dea merasa bebas dalam mengutarakan sesuatu tanpa harus bertemu langsung. Bagi dea baik didalam dunia nyata maupun dunia maya sama sama harus mempunyai kepercayaan dalam menjalin suatu hubungan.
“Perbedaanya mungkin jika dunia nyata, saya harus melalui proses yang Panjang. Orang lain akan tahukalau saya sedang dengan dengan sesorang.