• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi

3. Wacana

4) Pembandingan dua tulisan, bertujuan agar siswa daat menulis perbandingan dua tuliasan yang dibaca.

5) Meneruskan tulisan, dari teknik pembelajaran meneruskan tulisan , diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf.

6) Mengawali tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam mengawali sebuah tulisan.

4. Deskripsi

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu obyek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri obyek itu (Keraf 1995:16). Deskripsi memberi satu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau sensasi.

Fungsi utama dari deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau obyeknya, atau menyerap kualitas khas dari barang- barang itu. Deskripsi membuat kita melihat yaitu membuat visualisasi mengenai obyeknya, atau dengan kata lain deskripsi memusatkan uraiannya pada penampakan barang. Dalam deskripsi kita melihat obyek garapan secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.

C. Penerapan Model TGT dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi

Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams- Games-Tournament) dalam Peningkatan keterampilan pada komptensi dasar menulis wacana yang bercorak deskripsi siswa kelas V MI NW Batu Bangka Tahun Pembelajaran 2010/2011 secara umum adalah suatu pendekatan atau bentuk pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa lain dalam tugas yang berstruktur dan melakukan permainan dengan tim lain untuk meningkatkan keterampilan menulis wacana yang bercorak deskripsi siswa Kelas V di MI NW Batu Bangka Tahun Pembelajaran 2010/2011

20

Menurut Slavin dalam Isjoni cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetrogen. Selanjutnya menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni, mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama peroses pembelajaran.11

Sedangkan Anita Lie dalam Isjoni menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang struktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara tararah untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.12 lanjutnya Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukanya menjadi masalah. Karna sekolah bergerak dari sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen, pembelajaran kooperatif menjadi semakin penting13

11 Isjoni. Cooperative Learning (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 49.

12 Slavin, Cooperative…, h. 5

13 Ibid., h. 16

21

Lebih jauh lagi pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajara kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berkerja sama dan membantu teman.14

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat berkerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.15

1. Tujuan Cooperative Learning

Tujuan penting dari cooperative learning adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.16 Berdasarkan pendapat-pendapat diatas penulis menyimpulkan belajar dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berpikir kritis,

14 Isjoni, cooperative… , h. 13.

15 Ibid., h. 16.

16 Isjoni, Cooperative… , h. 75.

22

rasional, kreatip, berpartisipasi aktif, bertanggung jawab berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat.

Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh karna itu cooperatif Learning sangat baik untuk dilaksanakan karna siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Selanjutnya menurut penulis, keterampilan kerja sama amat penting dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin komplek.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan keterampilan menulis wacana deskripsi Bahasa Indonesia pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah NW Batu Bangka. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Dengan model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.

2. Peranan Guru dalam Cooperative Learning

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahlianya, tetapi juga menjadi pendidik generasi

23

muda bangsanya.17 Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Pengaturan kelas yang baik merupakan langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan.18

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan model cooperative Learning dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. sehingga dengan menggunakan ini guru bukanya bertambah pasif, tetapi harus menjadi lebih aktif terutama saat penyusunan RPP secara matang, Pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya

Peran guru sangatlah menentukan dalam mengerjakan bahasa indonesia. Oleh karna itu guru dituntut untuk menguasai bahasa indonesia dan pembelajaranya. Bahasa indonesia semestinya menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswanya. Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajaran.19

Status guru mempunyai implikasi terhadap peran dan pungsi yang menjadi tanggung jawabnya.guru memiliki satu kesatuan peran dan pungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing,

17 Dimyati dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 248.

18 Isjoni, Cooperative… , h. 61.

19 Suyatno, Teknik… , h. 9.

24

mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integrative yang tidak dipisahkan den satu dengan lainya misalnya seorang guru yang dapat mendidik tapi tidak memiliki kemampuan membimbing, mengajar, melatih, maka tidak dapat dikatakan guru yang paripurna. Secara komperehensif, guru harus memiliki keempat kemampuan itu secara utuh, sehingga siswa tidak termenung dengan pepatah dan para digma lama peroses pembelajaran D4 (datang, duduk, dengar, dan diam)20 Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini.21

a. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu di tingkatkan, kemudian perlu di bimbing untuk mencapai tujuan tertentu;

b. Menganalisis struktor materi yang akan diajarkan, dan perlu juga di sajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

c. Menganalisis sequence guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat men-transfer apa yang sedang di pelajari.

d. Memberi reinfrorment dan umpan balik (feet back).Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.

Peran guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) Pembentukan kelompok, (ii) Perencanaan tugas kelompok, (iii) Pelaksanaan, (iv)

20 Ramli dkk, Profesi Keguruan (Mataram: IAIN, 2009), h. 12.

21 Slameto, Cooperative Learning (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 16.

25

Evaluasi hasil belajar kelompok22 Menurut Arend dalam Yoni dkk, dalam kooperative learning di bagi menjadi enam fase yang dijabarkan dalam tabel berikut.23

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase I

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase 2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi pada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transaksi yang efesien

Fase 4

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Guru membimbing kelompok- kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok memperentasikan hasil kerjanya

22 Mudjiono dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 367.

23 Yoni dkk, Penelitian tindakan kelas (Yogyakarta: Famelia, 2010), h. 160.

26

Fase 6

Pemberian penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa guru profosional mutlak diperlukan. Hal ini tentu untuk tercapainya tujuan belajar yang sesungguhnya, yaitu adanya perubaan yang segnipikan, perubahan diharapkan dapat berupa pertambahan ilmu, pengetahuan maupun perubahan tingkah laku kearah kedewasaan, baik dewasa dalam berpikir, bersikap maupun bertindak untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kooperatif TGT

Game

Menyampaikan tpk dan metode pembelajaran yang digunakan serta mmberi materi pelajaran

Tim Presentasi kelas

Kegiatan siswa Kegiatan guru

Membentuk Tim terdiri dari 4 orang

Mengarahkan siswa dalam dalam memainkan game

Beberapa orang siswa mewakil timnya untuk maju ke meja turnamen dan menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru Siswa mencari anggota kelompoknya tyang telah dbentuk oleh gurunya Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh guru

27

Dalam proses belajar mengajar seorang guru hendaknya memilih metode dan teknik yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru yang secara langsung berinteraksi dengan siswa di dalam kelas harus bisa menciptakan suasana belajar yang bisa membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti mata pelajaran dan menghindari siswa dari rasa kebosanan.

Jadi kerangka berpikir yang dapat disampaikan adalah pembelajaran dan penyampaian materi pada komptensi dasar menulis wacana yang bercorak deskripsi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams- Games-Tournaments) akan mendapatkan hasil belajar yang optimal dan lengkap serta profesional dari segi pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam penngkatan keterampilan menulis wacana deskripsi bahasa indonesia siswa pada pada komptensi dasar menulis wacana yang bercorak deskripsi.

Rekognisi Tim Turnamen

Menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen Siswa yang memenangkan turnamen akan naik tingkat ke meja yang lebih tinggi

Memberikan penghargaan terhadap kelompok yang memilki nilai tertinggi Para siswa bertkar meja

tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja akan tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi

Hipotesis:

Terdapat peningkatan keterampilan menulis wacana deskripsi bahasa

indonesia Masing-masing anggota tim

menerima penghargaan dari guru sesuai dengan kinerja yang dilakukan

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI NW Batu Bangka Dea Jenggik Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur. pada semester ganjil Tahun Pembelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2011 B. Sasaran Penelitian

Subjek penelitian terbatas pada siswa kelas V MI NW Batu Bangka dengan jumlah siswa 32 0rang. Alasan peneliti memilih kelas tersebut karena masih minimnya nilai rata-rata siswa dalam materi pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis wacana yang bercorak deskripsi.

C. Rencana Tindakan.

Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang di dirancang dalam tiga siklus. Model penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat enan tahapan yang lazim harus dilslui ysitu:

29

1) Penetapan pokus masalah 2) Perencanaan tindakan 3) Pelaksanaan tindakan 4) Pengumpulan data 5) Refleksi

6) Perencanaan tindak lanjut

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:

Jika refleksi tahap tindakan siklus I menunjukkan hasil yang tidak optimal, maka akan dilaksanakan siklus II dengan memberi tindakan. Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai dasar menyusun perencanaan dan

30

Perencanaan Tindakan I

Permasalahan Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan Data I Perencanaan Tindakan II

Permasalahan

Baru Hasil Refleksi Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan Data II

Permasalahan

Baru Hasil Refleksi Perencanaan Tindakan III

Bila Permasalahan Belum terselesaikan

Pelaksanaan Tindakan III

Refleksi III Pengamatan/

Pengumpulan Data III

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

penerapan tindakan pada siklus II, apakah ada peningkatan keaktipan siswa pada siklus II atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan maka siklus dapat di ulang kembali.

Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Mempelajari, memahami kurikulum dan silabus.

2) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Menyiapkan lembar observasi

4) Membuat kartu pertanyaan yang diberi angka sebagai alat permainan dalam kegiatan belajar tim

5) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) 6) Mempersiapkan soal

7) Menyiapkan format observasi 8) Memperaiapkan lembar wawancara

9) Mempersiapkan hadiah sebagai bentuk penghargaan untuk diberikan kepada kelompok yang memenuhi kriteria pada siklus I, siklus II dan siklus III.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pelaksanaan

31

tindakan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan.

c. Observasi

Obsevasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

d. Evaluasi

Setiap akhir siklus dilaksanakan tes evaluasi belajar dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada saat itu yang akan djadikan bahan analisa pada tahap refleksi dan untuk pelaksaan siklus berikutnya.

e. Refleksi

Setelah menganalisis hasil belajar dan hasil observasi, observator dan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan strategi pembelajaran yang digunakan yang selanjutnya dipergunakan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Indikator untuk melihat keberhasilan model yang digunakan adalah dengan melihat prosentase keberhasilan siswa yang telah belajar tuntas.

Siklus II a. Perencanaan

Pada tahap ini guru beroreantasi pada hasil evaluasi hasil belajar pada pelaksanaan siklus I. Perencanaan pada siklus II dilakukan

32

berdasarkan evaluasi dan refleksi yang dilakukan pada siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi 1). Kegiatan belajar mengajar

Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan program pengajaran yang sama dengan siklus I namun telah diadakan revisi atau perbaikan berdasarkan evaluasi dan refleksi pada siklus I. Pada siklus II guru terlebih dahulu mengadakan revisi atau perbaikan terhadap kesalahan atau kekurangan yang dilakukan siswa pada siklus I, guru juga dapat memberikan tambahan penjelasan atau pengembangan teknik menulis wacana deskripsi kepada siswa. Hal ini dulakukan pada kegiatan pendahuluan sebagai apersepsi kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar siklus II dilanjutkan

2). Observasi

Pada tahap observasi. Observator dan peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa. Pengamatan terhadap peroses pembelajaran tersebut menggunakan lembar observasi yang telah dirancang pada tahap perencanaan.

c. Evaluasi

Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II berakhir dilakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada saat itu yang akan dijadikan bahan analisa dalam membuat

33

kesimpulan apakah tujuan penelitian tindakan tersebut dalam 2 siklus sudah tercapai atau belum.

d. Refleksi

Setelah menganalisa hsil belajar dan observasi pada siklus II, observator dapat mengetahui tingkat keberhasilan strtegi pembelajaran yang diterapkan selanjutnya dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah tujuan penelitian telah tercapai atau belum pada siklus II.

Siklu III a. Perencanaan

Pada tahap ini guru beroreantasi pada hasil evaluasi hasil belajar pada pelaksanaan siklus II. Perencanaan pada siklus III dilakukan berdasarkan evaluasi dan refleksi yang dilakukan pada siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus II.

b Pelaksanaan Tindakan dan Observasi 1). Kegiatan Belajar Mengajar

Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan program pengajaran yang sama dengan siklus IInamun telah diadakan revisi atau perbaikan berdasarkan evaluasi dan refleksi pada siklus II. Pada siklus III guru terlebih dahulu mengadakan revisi atau perbaikan terhadap kesalahan dan kekurangan yang dilakukan siswa pada siklus II, guru juga dapat memberikan tambahan penjelasan atau pengembangan teknik

34

menulis wacana deskripsi kepada siswa. Hal ini dilakukan pada kegiatan pendahuluan sebagai apersepsi kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar siklus III dilanjutkan.

2). Observasi

Pada tahap observasi. Observator dan peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa. Pengamatan terhadap peroes pembelajaran tersebut menggunakan lembar observasi yang telah dirancang pada tahap pelaksanaan.

3). Evaluasi

Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus III berakhi dilakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan belajar siswa pada saat itu yang akan dijadikan bahan analisa dalam membuat kesimpulan apakah tujuan penelitian tindakan tersebut dalam 3 siklus sudah tercapai atau belum.

4) Refleksi

Setelah menganalisa hasil belajar dan observasi pada siklus III, observator dapat mengetahui tingkat keberhasilan strategi pembelajaran yang diterapkan selanjutnya dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan dan apakah telah dimulai terjadi atau sudah terjadi peningkatan, perubahan positif menuju ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

35

D. Jenis instrumen dan Cara Penggunaanya

Instrument merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik.24

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam penelitian ini, instrument pelaksanaan pembelajaran yang digunakan berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Tiangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.25

Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dikumpulkan melalui beberapa intrumen yaitu:26

a) Lembar Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa. Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan model pembelajaran TGT pada siswa kelas V MI NW Batu Bangka. Data

24 Arikunto, Prosudur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 136.

25 Trianto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), h. 55-57.

26 Yoni, penelitian…, h. 173-175

36

observasi digunakan sebagai data penunjang untuk mengetahui efektipitas pembelajaran dan format lembar observasi terlampir.

Cara penggunaan format observasi dengan cara memberikan skor untuk setiap diskriptor yang mempunyai kolom masing-masing dan dalam penilaianya diberikan tanda rumput pada kolom skor, yaitu skor 5 diberikan jika 100 % melakukan deskriptor yang dimaksud, skor 4 diberikan jika 75 %- 100 % melakukan deskriptor yang dimaksud. Skor 3 diberikan jika 51%-75% melakukan deskriptor yang dimaksud. Skor 2 diberikan jika 21%-50% melakukan deskriptor yang dimaksud. Skor 1 diberikan jika 0%-20% melakukan deskriptor yang dimaksud.

b) Pedoman Wawancara

Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Wawancara terpimpin, dimana peneliti sudah menyiapkan terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan pada responden. Data yang diperoleh dari metode wawancara akan digunakan untuk melengkapi dan mendukung data utama dalam penelitian. Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada siswa dan guru yang format wawancaranya terlampir.

Penggunaanya adalah debgan mengajukan pertanyaan langsung sesuai dengan pertanyaan yang ada pada format lembar wawancara kepada siswa dan guru setelah proses pembelajaran berlangsung.

37

c). Tes

Tes hasil belajar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat oleh guru untuk mengetehui hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran TGT untuk meningkatkan keterampilan menulis wacana deskripsi.

Bentuk tes yang digunakan adalah essai. Pelaksanaan tes dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung yakni pada akhir siklus dengan cara memberikan beberapa soal dalam bentuk essai kepada siswa mengenai materi dalam pembelajaran dimana setiap soal mempunyai skor masing-masing. Tes ini bertujuan apakah ada peningkatan keterampilan menulis wacana deskripsi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

E. Pelaksanaan Tindakan

PTK Bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas peroses dan hasil belajar.27

Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dan scenario pembelajaran yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.

a. Observasi dan evaluasi

27 Trianto, Penelitian…, h. 71-72.

38

Kegiatan observasi dilakukan secara berkesinambungan setiap kali berlangsungnya kegiatan pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan kegiatan serta peran guru selama proses pembelajaran.

b. Evaluasi

Evaluasi diberikan pada setiap akhir siklus dengan memberikan soal tes essay yang dikerjakan secara individual untuk mengetahui kemampuan masing-masing individu.

c. Refleksi

Guru dapat merefleksi diri dengan mengidentifikasi kekurangan dan menganalisis sebab kekurangan tersebut dari data hasil analisis melalui observasi dan evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I.

Selanjutnya akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Jika belum terdapat ada peningkatan siswa maka siklus dapat di ulang kembali.

F. Cara Pengamatan (Monitoring)

Kegiatan ini dilakukan secara sistimatis selama pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan monitoring secara sistimatis terhadap kegiatan yang dilakukan siswa selama peroses pembelajaran. Monitoring dilakukan terhadap keaktipan siswa dalam pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa. Monitoring adalah kegiatan untuk mengenali dan mengevaluasi perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan yang telah dilaksanakan.

Fungsi monitoring adalah mengevaluasi dua hal (1) apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan dan (2) apakah telah mulai

39

Dokumen terkait