• Tidak ada hasil yang ditemukan

01 makalah Fikih Ibadah IbadahTotalitasVSMa'shiyatTotalitasfix

N/A
N/A
020@Sinta Dwi Ariyani

Academic year: 2024

Membagikan "01 makalah Fikih Ibadah IbadahTotalitasVSMa'shiyatTotalitasfix"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

IBADAH TOTALITAS VS MA’SHIYAT TOTALITAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih Ibadah Dosen Pengampu : Muhammad Agus Yusrun Nafi’,S.Ag.,M.SI

Disusun oleh:

1. Muhammad Zidan Karim (2020310011) 2. Sinta Dwi Ariyani (2020310020)

Progam Studi Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Bisnis dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri Kudus

2021

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah berjudul “IBADAH TOTALITAS VS MA’SHIYAT TOTALITAS”.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Agus Yusrun Nafi’,S.Ag.,M.SI selaku dosen pengampu mata kuliah fikih ibadah yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini turut menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian.

Jepara ,10 September 2021

(3)

DAFTAR ISI

Contents

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

1. Latar Belakang...4

2. Rumusan Masalah...5

3. Tujuan Makalah...5

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

A. Ibadah...5

Pengertian Ibadah...5

Makna Totalitas Ibadah...6

B. Ma’shiyat...8

Pengertian Ma’shiyat...8

1. Perbedaan...11

2. Ciri-ciri :...11

Ma’shiyat Totalitas...11

Apakah kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari itu lebih banyak ibadah atau ma’shiyat ...12

Cara menghindari maksiat...13

BAB III...16

PENUTUP...16

KESIMPULAN...16

KRITIK DAN SARAN...17

(4)

DAFTAR PUSTAKA...18

BAB I

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pada era sekarang ini diskursus mengenai persoalan keagamaan telah menjadi sorotan mendunia dalam berbagai sektor kehidupan. Ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintahnya dan juga menjauhi segala larangannya hanya karena Allah semata, baik berupa kepercayaan, perkataan maupun perbuatan.

Sedangkan maksiat adalah suatu perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT dan seseorang yang melakukan maksiat mendapatkan dosa. Dalam beribadah kita harus bersungguh-sungguh serta totalitas dalam melakukan ibadah karena tak kering lidah kita saat mengucapkan” Hanya Kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”. Dalam beribadah kita perlu membuktikan bahwa totalitas dalam beribadah itu benar. Seorang muslim telah bersungguh-sungguh dalam mendeklerasikan dirinya dengan mengucapkan syahadatain dengan begitu kita telah total menghambakan diri kita hanya kepada Allah SWT. Maka dari itu sebagai sorang muslim kita harus totalitas kelelahan kita sebagai lelah yang lilah.

Sebagai seorang muslim kita perlu memastikan aktivits yang kita lakukan berdimensi ibadah dan juga menjauhi maksiat agar terhindar dari dosa , totalitas membutuhkan bukti serta totalitas membutuhkan implementasi, dengan begitu jika ibadah kita total maka kita perlu lebih keras lagi dalam membiasakan diri melakukan aktivitas yang bernilai ibadah dan menjauhi larangan Allah yang termasuk maksiat.

Ibadah merupakan suatu bentuk kepatuhan hamba,seseorang yang melakukan amal shaleh, berbuat baik maka akan mendapatkan pahala dan jaminannya akan masuk surga, sebaliknya orang yang berbuat maksiat maka akan mendapat dosa dan balasannya adalah siksa neraka. Tidak lepas dari semua itu kembali kepada diri kita sendiri, apakah ibadah kita

(5)

mendapat ridho Allah atau tidak, dengan begitu maka kita harus totalitas dalam melakukan ibadah supaya mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Begitu juga dengan maksiat baik melakukannya dengan sengaja maupun tidak sengaja, jika maksiat yang dilakukan itu dalam keadaan tidak sadar atau secara tidak sengaja maka, hal yang perlu kita lakukan adalah dengan meminta maaf dan beristrigfar karena manusia tidak lepas dari dosa.

Hal yang baik untuk dilakukan adalah dengan menjaga diri kita terhindar dari maksiat, tidak luput dari kesalahan yang dibuat seseorang harus segera bertaubat jika berbuat maksiat. Ketauhilah bahwasanya dosa dan maksiat adalah hal yang berbahaya bagi hati seperti racun yang apabila masuk kedalam tubuh kita maka bencana tidak lain dikarenakan maksiat.atau perbuatan tanganmu sendiri.

Dengan demikian, antara ibadah totalitas dengan maksiat totalitas harus lebih condong ke ibadah totalitas, artinya maksiat totalitas harus minoritas dan ibadah totalitas harus mayoritas, dengan begitu maka kita terhindar dari ancaman siksa neraka.

2. Rumusan Masalah 1. Apa itu ibadah totalitas?

2. Apa itu ma’shiyat totalitas ?

3. Bagaimana diskursus antara ibadah totalitas vs ma’shiyat totalitas?

4. Apakah dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak ibadah atau ma’shiyat?

3. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu ibadah totalitas dan juga ma’shiyat totalitas

2. Untuk mengingatkan bahwa maksiat atau dosa akan mendatangkan musibah bagi diri kita

3. Untuk mempelajari fikih ibadah diskursus antara ibadah totalitas vs ma’shiyat totalitas

(6)

BAB II

PEMBAHASAN A. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Secara harfiyah ibadah berasal dari bahasa Arab. Ia merupakan kata jadian yang muncul dari kata ‘abada (دبع ( yang terdiri dari huruf ‘ain )ع , ) ba’ )ب) dan dal () د . Dapat diartikan sebagai penyembahan, pengabdian, pemujaan. Dalam penggunaan sehari-hari kata ibadah sudah menjadi bagi an yang lumrah dalam bahasa Indonesia dan dipergunakan untuk semua agama. Dalam UUD 1945 telah ditetapkan bahwa semua warga Negara Indonesia berhak memeluk suatu agama dan menganut suatu kepercayaan dan melaksanakan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing- masing. Kata ini biasa juga diucapkan dengan menambah awalan per dan akhiran an sehingga menjadi “peribadatan”. Peribadatan berarti penyembahan, pengabdian dan pemujaan. Dr. Zakiah Daradjat mengemukakan pengertian ibadah ke dalam pengertian yang luas dan pengertian yang khusus. Dalam pengertian yang luas, ibadah dapat diartikan sebagai segala bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali dengan niat. Sedangkan dalam pengertian khusus, ibadah berarti suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh syari’at Islam, baik bentuk, cara, waktu, syarat dan rukunnya. Dalam pandangan Islam, ibadah hanya berhak diterima dan dinilai oleh Allah SWT dan hanya dilaksanakan untuk suatu pengabdian, penyembahan dan pemujaan hanya kepada Allah. Setiap suara hati, ucapan, dan perbuatan umat Islam dalam kehidupan sehari-harinya dapat dipandang sebagai ibadah dengan catatan didasari niat. Niat yang menjadi dasar suatu ibadah akan menentukan apakah ibadah itu diterima atau ditolak, dibalas dengan pahala (surga) ataukah dibalas dengan dosa (siksa neraka). Dengan demikian, sejak seorang muslim bangun tidur sampai ia tidur lagi dan bahkan tidur itu sendiri dapat menjadi ibadahnya kepada Allah jika ia memiliki pemahaman tentang makna ibadah dan cara menjadikan seluruh aktivitasnya sebagai ibadah.1

1 Sirajun Nasihin, Menata ibadah meniti shiratal mustaqiem, Akademia,

https://www.academia.edu/download/49404413/2._JURNAL_SIRAJUN-MENATA_IBADAH.pdf

(7)

2. Makna Totalitas Ibadah

Makna totalitas sendiri menurut KBBI adalah keutuhan, keseluruhan, kesemestaan. Dengan begitu, totalitas ibadah yaitu ketika kita beribadah totalitas kita hanya kepada Allah semata, bukan karena ingin mendapat pujian manusia atau yang lainnya. Seperti yang di dawuhkan ibnu athaillah dalam kitabnya Al-hikam, bait hikmah ke-67, yang berbunyi :

ِهِفاَص ْوَأ ّقَحِب َماَق اَمَف ُهْنَع ِةَب ْوُقُعْلا َد ْوُرُو ِهِتَعاَطِب ْعَفْدَيِل ْوَأ ُهْنِم ُه ْوُج ْرَي ئئْيَشِل ُهَدَبَع ْنَم

( “ Siapa yang beribadah lantaran mengharap sesuatu dari-Nya atau untuk

menangkal hukuman dari dirinya berarti belum menunaikan hak-hak sifat Allah,”)2 Barang siapa menyembah Allah lantaran mengharapkan sesuatu dari-Nya, seperti surga, atau beribadah kepada Allah, agar sebab ketaatannya Allah menolak siksaan neraka pada dirinya, maka dia belum menunaikan hak sifat-sifat Allah. Ibadah karena mengharap surga dan menghindar dari siksaan neraka itu bukan hak seorang hamba, akan tetapi hanya menuruti keinginan hawa nafsunya saja. Karena hak seorang hamba adalah menyembah Tuhannya karena kemulian tuhannya dan lantaran sifat kemuliaan dan keluhuran Tuhan-Nya.

Maka dari itu cukuplah balasan yang diberikan Allah kepadamu atas diberikannya pertolongan kepadamu untuk berbuat ketaatan, dan atas dikuasakannya kepadamu menjadi pelaku ketaatan. Seperti yang di katakan ibnu ‘Atha’illah dalam riwayat di salah satu kitabnya, yang berbunyi :

ًلْهَأ اَهَل َكْيِضَر ْنَأ ِةَعاّطلا ىَلَع َكاّيِا ِهِئاَزَج ْنِم ىَفَك

(“ Cukuplah sebagai balasan allah atas ketaatan ketika Dia meridhoimu sebagai pelaku ketaatan.”)

Kemampuan yang Allah berikan kepadamu untuk mampu berbuat ketaatan (Ibadah) itu sudah cukup menjadi balasan yang allah berikan kepadamu. Karena jika tidak ada pertolongan dari-Nya , maka engkau tak akan mampu melaksanakan ketaatan, karena

2 Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 107-108.

(8)

sifat dasarmu adalah berat dan malas dalam melaksanakan ketaatan. Dengan demikian, ketika Allah memberimu pertolongan melaksanakan ketaatan, maka, pertolongan itulah yang menjadi balasan ketaatanmu. Sesungguhnya engkau adalah hamba yang hina tidak layak melayani maha kuasa, maka kesempatan berdekatan dengan-Nya, yang diberikan agar kau melayaninya, itu adalah sebuah kenikmatan yang sungguh amat mulia bagimu.3

Ketaatan itu harus dibuktikan dengan amal sholeh yang sesuai dengan keimanan seorang muslim. Banyak yang mengaku muslim tetapi perilakunya tidak sesuai dengan Islam. Contohnya saat ini sikap bengis tanpa prikemanusiaan yang dilakukan muslim, menganggap sodara muslimnya sebagai hewan. Muslim dipukuli, dibantai, ditembak gas air mata, ditendang, diinjak-injak. Banyak yang mengaku muslim tapi banyak yang tidak mau diatur oleh Allah.

Akar Keimanan ibarat akar dari pohon, yang bisa membawa pertumbuhan baik bagi pohon. Semakin iman kuat terlihat dari perilakunya, implementasi perbuatannya.

Ibarat rumah, iman seperti pondasi, pondasi tidak boleh rapuh. Pembentukan Iman itu butuh proses, agar iman bisa menjadi landasan dan keyakinan seorang muslim.

Contohnya ketika hari kurban, ibadah kurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba. Sebab dengan berkurban maka dirinya telah mengalahkan kepentingan pribadinya demi pengabdiannya kepada Allah dan hanya orang-oran yang penuh kecintaan yang berkurban. Maka hal ini disebut dengan kepasrahan totalitas ibadah kurban. Saat beribadah kita harus ikhlas agar ibadah kita diterima oleh Allah.4

Ada banyak sekali manfaat beribadah yang sering kita lupakan Sering kita lupa bahwa dalam hidup ini bukan hanya hubungan antar manusia saja yang perlu dijaga namun hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa pun perlu untuk dijaga. Sibuknya dengan pekerjaan atau hal-hal lain membuat kita lupa untuk bisa meluangkan waktu melakukan ibadah. Berikut manfatnya :

1. Membantu kita mengerti akan tujuan hidup kita di dunia 2. Membantu kita berfikir jernih

3. Hati akan merasakan ketenangan dan kedamaian 4. Membantu kita mengontrol emosi

3 Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 105.

4 Syahruddin El-Fikri. 2014. Sejarah Ibadah. Hlmn 118

(9)

5. Membantu kita meraih kesuksesan di jalan Allah 6. Diberi kemudahan dalam menuntut ilmu

7. Mendapatkan kebahagiaan yang hakiki B. Ma’shiyat

1. Pengertian Ma’shiyat

Istilah ma’shiat dalam hukum pidana islam mengandung makna melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diharamkan oleh suatu hukum, sehingga istilah ma’shiyat hanya mencakup unsur perbuatan yang dilarang oleh hukum untuk dilakukan.5

Ma’shiyat merupakan Setiap perbuatan yang mengandung dosa. Ada kalanya perbuatan itu mengandung dosa yang besar dan ada kalanya mengandung dosa yang kecil, sehingga ma’shiyat itu dapat berbentuk.

Macam- macam ma’shiyat antara lain. Pertama disebut: “Ma’shiyat yang besar”

dan Kedua disebut : “ Ma’shiyat yang kecil”.

Ma’shiyat yang besar, sebagaimana yang tercermin pada surat Al-Jin ayat 23:

)اًدَبَأ اَهيِف َنيِدِلا َخ َمّنَهَج َراَن ُهَل ّنِإَف ُهَلوُسَرَو َ ّا ِصْعَي ْنَمَو

23 )

Dan siapa saja yang melakukan ma’shiyat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya

Adapun juga ma’shiyat yang kecil, seperti yang disebutkan pada hadits riwayat bukhori dan muslim dari Abi Hurairah;

* ُهَلوُسَرَو َ ّا ىَصَع ْدَقَف َةَوْعّدلا ِتْأَي ْمَل ْنَمَف ُنيِكاَسَمْلا ُكَرْتُيَو ُءاَيِنْغَ ْلا ِهْيَلِإ ىَعْدُي ِةَميِلَوْلا ُماَعَط ُماَعّطلا َْسْئِب

Makanan yang buruk ialah makanan perayaan ( pesta ) yang mana undangannya hanya orang-orang kaya saja dan orang-orang miskin tidak diundang. Orang yang tidak memenuhi undangan sesungguhnya dia telah melakukan maksiat kepada Allah dan RasulNya

Baik ma’shiyat yang besar maupun ma’shiyat yang kecil, kedua-duanya mengundang mushibah, karena apa? Karena keduanya mengandung dosa. Setiap perbuatan yang mengandung dosa akan mengundang mushibah, sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 49 yang berbunyi:

5 Dr. Mardani.2019. Hukum Pidana Islam. Halaman 3

(10)

ْمِهِبوُنُذ ِضْعَبِب ْمُهَبيِصُي ْنَأ ُ ّا ُديِرُي اَمّنَأ ْمَلْعاَف

maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka”.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah.

Rasulullah pernah menjelaskan ada lima belas perbuatan ma’shiyat yang akan mengundang mushibah itu;

ُءَلَبْلا اَهِب ّل َح ًةَل ْص َح َةَرَشَع َْسْم َخ ْيِتّمُا ْتَلَعَف َاذِا َمّلَسَو ِهْيَلَع ُ ّا ىّلَص ِ ّا َُلوُسَر لاق

Bersabda Rasulullah saw : Apabila ummatku memperbuat 15 macam ma’shiyat maka mereka akan ditimpa bala (mushibah)”

1. ًلَوُد ُمَنْغَمْلا َناَََكاَذِا (Bila kekuasaan dianggap rampasan oleh yang berkuasa)

2. . اًمَنْغَم ُةَناَمَلا َو ( Bila amanah dianggap jatah ) 3. اًمَرْغَم ُةاَكّزلاو (Bila zakat dianggap merugikan)

4. ُهَََت َج ْوَز ُلََُجّرلا َعاَََطَاَو (Bila suami tunduk pada kemauan isteri)

5. ُهَّمُا ّقَعَو (Bila seorang anak durhaka pada ibunya) 6. ُهَََََقَْيِدَص ّرََََبَو (Bila seorang ta’at (membeo) saja pada

temannya)

7. ُهاََََبَا اََََف َجَو (Bila seorang menjauh (sinis) saja kepada ayahnya)

8. ِدِجَسَمْلا ىِف ُتاَو ْصَل ا ِتَعَفَت ْراَو (Bila seorang membual (heboh) dalam mesjid)

9. ْمُهَلَذ ْرَا ِم ْوَََقْلا ُمْيِعَز َناَََكَو (Pimpinan suatu kaum terdiri dari orang yang tak berbudi)

10. ِهّرَش َةَف َخَم ُلُجّرْلا َمِرْكُاَو (Dimuliakan seseorang karena ditakuti kejahatannya)

11. ُرَََُمُخْلا ِتَبِر َََُش َو (Meraja lelanya orang yang meminum

minuman keras)

12. ُرََََْيِر َحْلا َْسِبُلَو (Dipakai sutra tentunya oleh si kaya (memamerkan kekayaannya)

13. ُتَنْيَقْلا ِتَذِخّتاَو (Ditonjolkannya penari-penari wanita)

14. ُفِزاَعَمْلاَو (Ditonjolkannya musik-musik ( berbau maksiat)

(11)

15. اَهَلّوَا ِةّمُ ْلا ِهِذه ُرِخآ َنَعَلَو ( Generasi baru mengutuk cara umat yang terdahulu (Sahabat, tabi’in)

Pertanyaan : Apakah hanya orang-orang yang berdosa saja yang akan ditimpa musibah itu ? Jawab : Tidak , justru para nabi dan orang-orang yang sholeh lebih banyak ditimpa musibah, sebagaimana sabda rasulullah :

( ىناربطلا) ُلَثْمَ ْلاَف ُلَثْمَلا ّمُث َنْْوُحِلاّصلا ّمُث ُءآَيِبْنَلا ًءَلَب ِساّنْلا ّدَشَا

Manusia yang paling banyak mendapat bala (mushibah) ialah para nabi, kemudian orang- orang yang sholih, kemudian orang yang setingkatnya

1. Perbedaan :

Kalau pendosa yang ditimpa musibah, maka itu dipandang sebagai hukuman.

Kalau para nabi dan orang-orang yang sholih yang ditimpa musibah, maka itu dipandang sebagai ujian yang akan menambah ketinggian derajatnya.

2. Ciri-ciri :

a. Jika pendosa menerima musibah, maka ia lupa diri dan lupa kepada Allah. Expresinya : meratap dan putus asa, dan semakin jauh dia dari Allah. Tak mau sholat, tidak mau bertaubat, dan tidak menyebut nama Allah.

b. Jika para nabi dan orang-orang yang sholih yang menerima mushibah, maka ia semakin introspeksi diri dan semakin dekat kepada Allah.

Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari : Ketika ia ditimpa mushibah, spontan mengucapkan “Innalillahi….” Dan ibadahnya semakin meningkat.

Maka dari itu kita sebagai

Konon kabarnya di rumah rasulullah pada suatu malam lampu mati, beliau mengucapkan

“Innalillahi…”

Diantara isteri beliau bertanya :”Apakah padam lampu itu juga mushibah?” Lalu nabi dalam suatu hadits menjelaskan pengertian musibah:

ٌةَبْيِصُم َوُهَف ُهَرْكَي اّمِم ُنِمْؤُمْلا َباَصَا اَم

( ىناربطلا)

َْ

Apa saja yang menimpa seorang mukmin, tidak menyenangkan hatinya, itu disebut musibah

(12)

2. Ma’shiyat Totalitas

ِسْفّنلا ِنَع ُءاَضّرلا ئةَوْهَشَو ئةَلْفَغَو ئةَيِصْعَم ّلُك ُل ْصُأ

(“ Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syahwat adalah pengumbaran nafsu.”) 6 Menurut Ibnu ‘Atha’illah as-sakandary, salah seorang tokoh sufi yang sangat masyhur di kalangan ulama tasawuf, dan kitab-kitab karangan nya banyak yang masyhur di kalangan para santri-santri di Indonesia, beliau berkata bahwa pangkal dari segala macam maksiat, lalai dari mengingat allah dan syahwat adalah rela menuruti hawa nafsu. Tidak itu saja para ulama’ ahli hakikat pun sudah bersepakat bahwa pangkal dari segala macam maksiat dan berpaling dari allah adalah kebiasaan diri yang suka menuruti keinginan nafsu.

Fathi Al-duraini, seorang ahli Ushul fiqh memberikan pengertian maksiat sebagai segala perbuatan yang sifatnya meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram.

Hal tersebut menyangkut apakah perbuatan itu berkaitan dengan hak-hak Allah maupun yang berkaitan dengan hak pribadi seseorang.

Karena itu maksiat dalam prespektif fiqh sebenarnya tidak terbatas dalam perbuatan zina atau mengkonsumsi minuman keras dan sejenisnya,ia juga mencakup misal pidana pencurian,penistaan,menuduh, mengkonsumsi sesuatu yang diharamkan,merampas harta orang lain, memberikan kesaksian palsu dan lain-lain.7 C. Apakah kita dalam melakukan aktivitas sehari-hari itu lebih banyak ibadah

atau ma’shiyat

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus berhati-hati dalam bersikap karena antara ibadah totalitas dan ma’shiyat totalitas itu harus ballance artinya harus lebih banyak ibadah daripada ma’shiyat, tetapi sebagai manusia kita tidak bisa luput dari dosa, tetapi sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang yang bertaubat, ma’shiyat hanya akan mendatangkan musibah karena musibah yang terjadi di dunia ini tidak lain disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri. Kebanyakan dari ma’shiyat adalah penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, dan lain sebagainya. Sifat tersebut harus dihindari dan

6 Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 59 7 Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ihtiar Baru Van Hove,2002. Hal 133

(13)

segera disadarkan bahwa roda kehidupa berputar,jika hari ini berada diatas maka besok- besok akan dibawah. 8

Kita perlu memastikan aktivitas yang kita lakukan berdimensi ibadah dan juga menjauhi maksiat agar terhindar dari dosa , totalitas membutuhkan bukti serta totalitas membutuhkan implementasi, dengan begitu jika ibadah kita total maka kita perlu lebih keras lagi dalam membiasakan diri melakukan aktivitas yang bernilai ibadah dan menjauhi larangan Allah yang termasuk ma’shiyat.

Ibadah merupakan suatu bentuk kepatuhan hamba,seseorang yang melakukan amal shaleh, berbuat baik maka akan mendapatkan pahala dan jaminannya akan masuk surga, sebaliknya orang yang berbuat maksiat maka akan mendapat dosa dan balasannya adalah siksa neraka. Tidak lepas dari kesalahan semua itu kembali kepada diri kita sendiri, apakah ibadah kita mendapat ridho Allah atau tidak, dengan begitu maka kita harus totalitas dalam melakukan ibadah supaya mendapatkan pahala sebanyak- banyaknya. Begitu juga dengan maksiat baik melakukannya dengan sengaja maupun tidak sengaja, jika maksiat yang dilakukan itu dalam keadaan tidak sadar atau secara tidak sengaja maka, hal yang perlu kita lakukan adalah dengan meminta maaf dan beristrigfar karena manusia tidak lepas dari dosa.

Hal yang perlu kita lakukan adalah dengan menjaga diri kita terhindar dari ma’shiyat dan perbuatan keji, tidak luput dari kesalahan yang dibuat seseorang harus segera bertaubat jika berbuadosa besar maupun kecil. Ketauhilah bahwasanya dosa dan maksiat adalah hal yang berbahaya bagi hati seperti racun yang apabila masuk kedalam tubuh kita maka bencana tidak lain dikarenakan maksiat.atau perbuatan tanganmu sendiri.

Ketika kita tidak sengaja berbuat dholim maka kita harus segera menyadari kesalahan kita dengan mengucap kalimat istigfar. Jika kita telah melakukan dosa besar ataupun dosa yang dilakukan diatas kesadaran diri sendiri maka kita harussegera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Antara Ibadah totalitas dengan ma’shiyat totalitas harus lebih banyak ibadah totalitas, dengan begitu maka sebaiknya waktu yang kita dapat sebaiknya digunakan sebaik mungkin untuk beribadah dengan totalitas agar mendapt ridho Allah SWT dan semua yang telah kita lakukan dalam ibadah akan mendapat balasan pahala dan masuk surga.

8 Amin syukur, zuhud diabad moderen ( Yogjakarta,Pustaka pelajar:2000)

(14)

D. Cara menghindari maksiat

Ada banyak hal yang bisa kita untuk menjaukan dari maksiat. Penasarankan? langsung aja yuk. Berikut merupakan tips menghindari maksiat yang bisa kita lakukan.

1. Merasa Malu Kepada Allah

Tips menghindari maksiat yang pertama yang bisa kita lakukan adalah menanamkan rasa malu kepada Allah SWT. Karena jika ukhti dan akhi menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah pasti ukhti dan akhi bisa menghindari diri dari perbuatan maksiat. kita pastinya akan malu bukan jika perbuatan maksiat kita didengar Allah? Rasa malu yang tanamkan dalam hati akan menyebabkan terbukanya mata hati dan membuat kita bisa melihat seolah-olah sedang berada di hadapan Allah.

2. Menjaga Mata

Saat kita berniat untuk menghindari kemaksiatan, jagalahmata. Hal ini dikarenakan kemaksiatan banyak yang berasal dari mata. Allah SWT juga selalu memerintahkan kita untuk menjaga mata dan pandangan kita dari sesuatu yang diharamkan Allah SWT.

3. Mensyukuri Nikmat yang Sudah Allah SWT Berikan

Mensyukuri nikmat yang sudah Allah SWT berikan bisa mencegah kita dari perbuatan maksiat yang mendatangkan dosa dan laknat Allah SWT. Perbuatan maksiat juga bisa menghilangkan nikmat. Oleh karena itu kita harus selalu

mensyukuri nikmat Allah SWT. Selain itu mensyukur nikmat Allah adalah satu hal yang mengajarkan mental kata, karena pada dasarya semua yang kita miliki hanya titipan.

4. Merasa Takut Kepada Allah

Dengan merasa takut kepada Allah SWT, akan membuat kita segan untuk melakukan perbuatan maksiat karena sadar bahwa azab Allah SWT sangat pedih dan juga ancaman neraka.

5. Cintailah Allah SWT Dengan Segenap Hati

Maksiat itu bisa muncul karena diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta kita kepada Allah SWT. Dengan mencintai Allah SWT dengan segenap hati akan membuat kita melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.

6. Menjaga Tangan dan Kaki

Kemaksiatan bisa ditimbulkan oleh tangan dan kaki jadi kita harus menjaga anggota tubuh kita ini dari perbuatan maksiat. Di zaman sekarang, kemaksiatan

(15)

tangan juga bisa dikarenakan tulisan kita di media sosial yang dapat menyakiti hati orang lain dan juga Kedua kaki merupakan bagian tubuh yang harus dipelihara dengan sebaik mungkin. Hal tersebut dikarenakan kaki dapat melangkah ke tempat yang diharamkan oleh Allah SWT.

7. Menjaga Kehormatan Diri

Perkara inilah yang akan bisa membuat diri kita merasa mulia dan rela

meninggalkan berbagai perbuatan maksiat. Jadi dengan menjaga kehormatan diri, kita otomatis akan menghindari maksiat. Salah satu cara wanita muslimah menjaga kehormatan diri adalah dengan menggunakan jilbab yang menutup aurat.

8. Sadar akan dampak buruk dari maksiat

Maksiat hanya akan merugikan diri. Jika kita melakukan perbuatan maksiat tentunya Allah SWT akan marah kepada kita dan melaknat kita juga. Pastinya kitasemua tidak ingin bukan dilaknat oleh Allah SWT? Naudzubillah jangan sampai kita sebgai seorang muslim dilaknat oleh Allah SWT.

9. Menjaga Lidah

Lidah memanglah tidak bertulang namun ternyata memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Lidah bisa menjadi lebih tajam dari sebuah pedang. Bahkan Rasulullah SAW menjadikan lidah sebagai anggota tubuh yang harus kita jaga hati-hati karena dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka.

10. Sadar Bahwa Kehidupan di Dunia Hanya Sementara

kita haruslah sadar bahwa kehidupan ukhti dan akhi di dunia ini tidaklah kekal dan hanya bersifat sementara. kita, harus mengerti kalau hidup ini hanyalah

sebagaimana tamu yang singgah, dan akan segera berpindah sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang hanya akan merugikan ukhti dan akhi seperti maksiat.

11. Menjauhi Sikap Berlebihan Dalam Segala Hal

Besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara seperti makanan, minuman dan pakaian. Waktu senggang dan lapang yang dimiliki juga bisa menjadi penyebab timbulnya

maksiat.Sebenarnya jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan. Sehingga apabila kita tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah hal-hal maksiat akan berpotensi lebih besar untuk dilakukan.

12. Kuatkan Keimanan Kepada Allah SWT

(16)

Iman yang kuat bisa membentengi diri dari perbuatan negatif seperti

melakukan maksiat. Iman yang kokoh juga akan membuat kesabaran meningkat. Jadi, kuatkanlah keimanan untuk menghindari perbuatan maksiat.

13. Menjaga Telinga

Tips menghindari maksiat selanjutnya yang bisa ukhti dan akhi lakukan adalah dengan menjaga telinga. Seperti yang ukhti dan akhi ketahui bahwa telinga berfungsi untuk mendengar. Namun ternyata bagian tubuh yang satu ini dapat membawa ke jurang kemaksiatan apabila tidak dipergunakan sesuai dengan syariat Islam.

BAB III

PENUTUP A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah kita paparkan diatas maka kesimpulan yang dapat kita ambil yakni sebagai seorang hamba maksiat merupakan suatu perkara yang hanya akan membuat sengsara karena banyak sekali dampak buruk dari maksiat. Dengan begitu sebaiknya kita menjauhi maksiatkarena maksiat hanya akan menyesatkan.

Orang yang menjauhi maksiat akan dimudahkan dalam melksanakan ketaatan, bersyukurlah bagi seorang hamba yang diberikan taufik untuk merasakan manisnya ketaatan agama islam. Semestinya merupakan hal yang wajar bila seorang Muslim merasakan ketenangan saat telah menunaikan ketaatan dan merasakan ketakutan setelah melakukan kemaksiatan. Dalam ranah dhahir, secara kasat mata, ketaatan adalah mutlak sebuah kabaikan. Sementara kemaksiatan –sekecil apapun bentuknya- tetaplah kesalahan.

Dengan demikian, antara ibadah totalitas dengan maksiat totalitas harus lebih condong ke ibadah totalitas, artinya maksiat totalitas harus minoritas dan ibadah totalitas harus mayoritas, dengan begitu maka kita terhindar dari ancaman siksa neraka. Selain itu dalam beribadah kita juga harus memastikan ibdah kita

(17)

mendapatkan ridho dari Allah SWT. Maka dari itu sudah seharusnya kita tulus dan ikhlas dalam melakukan ibadah. Juga kita harus menghindari maksiat, karena perbuatan maksiat berdampak buruk bagi diri kita terutama mendatangkan musibah, dengan begitu kita harus mengisi waktu luang kita dengan hal positif agar terhindar dari maksiat.

Sebagai mukmin yang beriman sudah seharusnya kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, seseorang yang melakukan amal shaleh, berbuat baik maka akan mendapatkan pahala dan jaminannya akan masuk surga, sebaliknya orang yang berbuat maksiat maka akan mendapat dosa dan balasannya adalah siksa neraka. Tidak lepas dari semua itu kembali kepada diri kita sendiri, apakah ibadah kita mendapat ridho Allah atau tidak, dengan begitu maka kita harus totalitas dalam melakukan ibadah supaya mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.

Begitu juga dengan maksiat baik melakukannya dengan sengaja maupun tidak sengaja, jika maksiat yang dilakukan itu dalam keadaan tidak sadar atau secara tidak sengaja maka, hal yang perlu kita lakukan adalah dengan meminta maaf dan beristrigfar karena manusia tidak lepas dari dosa.

B. KRITIK DAN SARAN

Demikian makalah yang dapat kita sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua, bagi siapa saja yang berkenan memberikan kritik dan saran kami ucapkan terimakasih atas partisipasinya dalam pembenahan ini supaya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Sirajun Nasihin, Menata ibadah meniti shiratal mustaqiem, Akademia,

https://www.academia.edu/download/49404413/2._JURNAL_SIRAJUN-MENATA_IBADAH.pdf

Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 107-108

(18)

Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 105.

Syahruddin El-Fikri. 2014. Sejarah Ibadah. Hlmn 118 Dr. Mardani.2019. Hukum Pidana Islam. Halaman 3

Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ihtiar Baru Van Hove,2002. Hal 133

Amin syukur, zuhud diabad moderen ( Yogjakarta,Pustaka pelajar:2000) Ibnu ‘Atha’illah, Al-Hikam, (Depok:Penerbit Sahifa, 2016), Hal: 59

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam kehidupan sehari-hari orang tua secara sadar atau tidak memberikan contoh yang kurang baik terhadap anaknya.misalnya meminta tolong dengan nada mengancam, tidak

energi dibutuhkan oleh manusia untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan untuk mempertahankan kehidupan?. 

Konsep matematika sebagai hasil aktivitas mengelompokkan, menghitung, serta menakar untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus mempermudah

Individu yang memiliki kesabaran tinggi cenderung tidak melakukan prokrastinasi, sebab apabila dalam kehidupan sehari-hari seseorang selalu bersikap sabar maka individu

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI. DISUSUN

Konsep matematika sebagai hasil aktivitas mengelompokkan, menghitung, serta menakar untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus mempermudah

Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati-hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-hati akan melakukan di dalam keadaan tersebut ,

Konsep matematika sebagai hasil aktivitas mengelompokkan, menghitung, serta menakar untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus mempermudah