• Tidak ada hasil yang ditemukan

07 - Layanan Perpustakaan

N/A
N/A
tgmpaser 2023

Academic year: 2024

Membagikan "07 - Layanan Perpustakaan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN

(2)

BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGUATAN JABATAN FUNGSIONAL

PUSTAKAWAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan.

Bahan ajar Diklat Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan ini diterbitkan ketiga kalinya oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

Terbitnya bahan ajar Diklat Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan dan sekaligus mampu meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan perpustakaan di tanah air.

Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Penguatan Jabatan Fungsional Pustakawan ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, Januari 2019

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI

(4)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI ………

i ii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A Latar Belakang ….……….. 1

B Deskripsi Singkat……….. 1

C Tujuan Pembelajaran Umum ………. 2

D Tujuan Pembelajaran Khusus ………..…………. 2

BAB II LAYANAN PERPUSTAKAAN .….……... 3

A Pengertian Layanan ………... 3

B Dasar Hukum Layanan Perpustakaan …………. 3

C Tujuan dan Fungsi Layanan ……….……. 4

D Trend Layanan Perpustakaan di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 7

E Latihan dan Praktik ... 12

F Rangkuman ... 14

G Evaluasi ... 15

BAB III LITERASI INFORMASI ………... 17

A Pengertian Literasi Informasi ………. 17

B Tujuan Literasi Informasi ... 19

C Manfaat Literasi Informasi ………... 20

D Komponen Literasi Informasi …... 21

E Metode Kegiatan Literasi Informasi ... 22

F Model-model Literasi Informasi ... 23

(5)

G Latihan dan Praktik ... 24

H Rangkuman ... 24

I Evaluasi ... 26

BAB IV UNSUR LAYANAN PERPUSTAKAAN ... 27

A Pengertian Layanan ………... 27

B Jenis Layanan ………... 27

C Unsur Layanan Perpustakaan ... 28

D Latihan dan Praktik ..……….. 30

E Rangkuman ……… 30

F Evaluasi ………. 30

BAB V SISTEM LAYANAN PERPUSTAKAAN ... 31

A Sistem Layanan ………... 31

B Latihan dan Praktik ……… 35

C Rangkuman ……… 35

D Evaluasi ……….. 35

BAB VI ETIKA LAYANAN PERPUSTAKAAN ... 37

A Pengertian Etika Layanan Perpustakaan ... 37

B Tujuan Etika Layanan Perpustakaan .………... 39

C Manfaat Penerapan Etika Layanan Perpustakaan .………... 40

D Penerapan Etika Layanan Perpustakaan ..…... 42

E Latihan dan Praktik ………. 46

F Rangkuman ………. 46

G Evaluasi ……… 48

(6)

BAB VII JENIS-JENIS LAYANAN PERPUSTAKAAN ………. 49

A Jenis-jenis Layanan Perpustakaan ……... 49

B Latihan dan Praktik ………. 64

C Rangkuman ………. 64

D Evaluasi …...………. 66

BAB VIII SISTEM PEMINJAMAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN ………..…………... 69

A Sistem Peminjaman ……….……... 69

B Latihan dan Praktik ………. 74

C Rangkuman ………. 75

D Evaluasi …...………. 75

BAB IX LAYANAN REFERENSI CEPAT A Pengertian Layanan Referensi Cepat (Quick Reference Service) ..……….……... 77 77 B Pertanyaan Referensi Cepat (Quick Reference Service) ..………...……….……... 77

C Kompetensi yang Diperlukan untuk Layanan Referensi Cepat ………...………….……... 78

D Latihan dan Praktik ………. 79

E Rangkuman ………. 80

F Evaluasi …...………. 81

BAB X PENELUSURAN INFORMASI SEDERHANA ……... 83

A Pengertian Penelusuran Informasi Sederhana .. B Sumber Informasi untuk Penelusuran Informasi Sederhana ……….... 83 85 C Strategi Penelusuran Informasi Sederhana ….... 86

(7)

D Latihan dan Praktik ………. 87

E Rangkuman ………. 88

F Evaluasi …...………. 89

BAB XI LAPORAN LAYANAN PERPUSTAKAAN 91 A Pengertian Laporan Layanan Perpustakaan ….. 91

B Tujuan dan Sasaran Laporan Layanan Perpustakaan ………... 91

C Latihan dan Praktik ………. 92

D Rangkuman ………. 92

E Evaluasi …...………. 93

BAB XII PENUTUP ……… 95

DAFTAR PUSTAKA ……… 97

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan sebagai penyedia informasi yang bersumber pada literatur, baik yang tercetak maupun yang terekam (book material atau non book material), harus mampu mendayagunakan koleksinya semaksimal mungkin. Pendayagunaan sumber informasi di perpustakaan sangat tergantung pada citra layanannya.

Artinya layanan di perpustakaan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu perpustakaan. Oleh karena itu esensi perpustakaan adalah layanan.

Penyelenggaraan layanan perpustakaan memerlukan berbagai pertimbangan karena ada berbagai jenis perpustakaan dan masing-masing perpustakaan berbeda fungsi dan tujuannya, maka kegiatan layanan perpustakaan harus dijelaskan melalui berbagai tahapan yang diatur dan disesuaikan dengan fungsi dan tujuan masing-masing perpustakaan.

Layanan perpustakaan bertujuan untuk memberi informasi guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta menunjang proses belajar-mengajar, menunjang program lembaga tertentu, melestarikan budaya bangsa, memperlancar tugas penelitian, serta sebagai tempat mendapatkan hiburan dan memperoleh informasi lainnya.

(10)
(11)

B. Deskripsi Singkat

Bahan ajar ini meliputi dan membekali peserta dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja tentang layanan perpustakaan yang terdiri dari penjelasan dan pelaksanaan layanan perpustakaan, literasi informasi, etika layanan, sistem peminjaman, layanan rujukan cepat dan penelusuran informasi sederhana, serta membuat laporan layanan perpustakaan.

C. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah selesai mengikuti pelajaran ini peserta mampu melaksanakan layanan perpustakaan secara prima.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus

1. Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, fungsi dan trend layanan perpustakaan di era teknologi informasi dan komunikasi.

2. Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat, metode dan model literasi informasi.

3. Peserta dapat menjelaskan unsur layanan perpustakaan.

4. Peserta dapat membedakan sistem layanan perpustakaan yang akan diterapkan.

5. Peserta dapat menerapkan etika layanan perpustakaan.

6. Peserta dapat mempraktikkan jenis-jenis layanan perpustakaan

7. Peserta dapat membedakan berbagai sistem peminjaman koleksi perpustakaan.

8. Peserta dapat mempraktikkan layanan referensi cepat.

(12)

9. Peserta dapat mempraktikkan penelusuran informasi sederhana.

10. Peserta dapat membuat laporan layanan perpustakaan.

(13)

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, fungsi dan trend layanan perpustakaan di era teknologi informasi dan komunikasi.

BAB II

LAYANAN PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Layanan

Layanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka (SKKNI Bidang Perpustakaan, 2012: 13).

Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka (UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, 2007: 10). Bimbingan serta jasa perpustakaan dan informasi yang diberikan kepada pemustaka meliputi penyediaan koleksi pepustakaan secara tepat dan akurat, sesuai dengan kebutuhan pemustaka secara prima. Banyak pakar perpustakaan mengatakan bahwa layanan perpustakaan merupakan ujung tombak dari layanan perpustakaan dan informasi sehingga layanan perpustakaan membentuk citra dari suatu perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan identik dengan layanan karena tidak ada pepustakaan jika tidak ada kegiatan layanan.

B. Dasar Hukum Layanan Perpustakaan

Layanan perpustakaan dan informasi merupakan salah satu layanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Oleh karena itu layanan perpustakaan dan informasi memiliki dasar hukum yang mengatur tentang

(14)

pelaksanaannya. Berikut tujuh dasar hukum layanan perpustakaan dan informasi:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

4. Keputusan Presiden RI No. 166 tahun 2000 tentang Perpustakaan Nasional RI, sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden RI No. 103 tahun 2001;

5. Keputusan Presiden RI No. 178 tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan RI no. 110 tahun 2001;

6. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81/1993 Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum;

7. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12.2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya;

C. Tujuan dan Fungsi Layanan

Tujuan perpustakaan memberikan layanan koleksi perpustakaan dan informasi kepada pemustaka adalah agar koleksi yang dimiliki perpustakaan dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh pemustaka. Oleh karena itu, secara umum layanan perpustakaan berfungsi sebagai:

(15)

1. Aktifitas menyediakan berbagai sumber informasi Layanan perpustakaan membantu pemustaka menemukan informasi yang dibutuhkannya yang tersimpan dalam berbagai sumber informasi, seperti:

buku, artikel, tesis, dan sejenisnya, informasi yang tersimpan dalam rekaman, seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya serta informasi yang tersimpan dalam dunia maya (internet).

2. Sarana pendidikan dan pembelajaran

Layanan perpustakaan merupakan sarana bagi pustakawan untuk memberikan pendidikan pemustaka, membantu pemustaka menjalani pendidikan non-formal dan informal dengan optimal melalui pemanfaatan koleksi perpustakaan.

3. Partner dalam penelitian

Layanan perpustakaan, khususnya layanan rujukan, menjadi partner peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan menyediakan dan menelusur berbagai sumber informasi yang menjadi acuan sebagai literatur yang diperlukan dalam penelitian.

Dengan demikian maka layanan perpustakaan berfungsi mempertemukan pemustaka dengan sumber informasi yang mereka minati dan butuhkan. Berikut penjelasan mengenai tujuan dan fungsi dari lima jenis perpustakaan, yaitu perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan umum dan perpustakaan nasional.

(16)

1. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan sekolah Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan sekolah adalah menyajikan informasi guna kepentingan pelaksanaan proses belajar mengajar, rekreasi bagi siswa-siswi, dengan mempergunakan koleksi perpustakaan yang ada di perpustakaan tersebut, serta bimbingan dan peningkatan minat baca. Kegiatan layanan di perpustakaan sekolah meliputi, peminjaman buku, melayani kebutuhan pelajaran dalam kelas dan menyediakan sumber informasi lainnya.

2. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan perguruan tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat di perguruan tinggi maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi. Tujuan dan fungsi layanan di perpustakaan perguruan tinggi adalah memenuhi keperluan informasi di lingkungan perguruan tinggi (mahasiswa dan dosen), menunjang kurikulum, mendukung pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, penelitian, dan kegiatan akademis lainnya.

3. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan khusus Perpustakaan khusus pada umumnya terdapat di instansi pemerintah maupun swasta, lembaga negara dan lembaga khusus lainnya. Istilah khusus tidak hanya menunjukkan pada kekhususan lembaga, tetapi juga menitikberatkan koleksinya pada disiplin ilmu tertentu.

Ciri utama perpustakaan khusus adalah memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu.

Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan khusus adalah memenuhi kebutuhan informasi lembaga induknya.

(17)

4. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan umum Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan dengan tujuan melayani masyarakat umum. Oleh karena itu di perpustakaan umum diselenggarakan berbagai jenis layanan, mulai dari layanan anak, layanan remaja dan layanan dewasa.

Termasuk perpustakaan umum adalah perpustakaan yang ada di propinsi, kabupaten/kota, kecamatan bahkan sampai perpustakaan desa. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi melalui bahan perpustakaan serta membantu meningkatkan kualitas kehidupannya.

5. Tujuan dan fungsi layanan Perpustakaan Nasional Tujuan layanan Perpustakaan Nasional adalah melaksanakan tugas pelestarian budaya suatu bangsa, menjadi gerbang budaya sebuah negara serta menjadi pusat rujukan dan perpustakaan deposit yang menyimpan semua terbitan di sebuah negara, baik tercetak, tertulis maupun terekam. Perpustakaan Nasional juga berfungsi:

a) Mengumpulkan terbitan negara lain mengenai negara yang bersangkutan.

b) Menyusun bibliografi nasional, yaitu daftar bibliografi yang terbit di negara tersebut.

c) Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan sebagai bagian dari pendidikan masyarakat.

(18)

D. Trend Layanan Perpustakaan di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi

Abad 21 ini, di masa kita semua hidup dan berkarya, hampir seluruh aspek kehidupan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Sebut saja jika kita ingin mengambil uang di bank maka kita dapat menggunakan anjungan tunai mandiri (ATM) yang menggunakan teknologi informasi. Jika kita membantu anak melanjutkan pendidikan dasarnya ke tingkat yang lebih tinggi maka kita harus masuk ke website dinas pendidikan dan melihat pergerakan ranking anak kita di sekolah yang dituju. Bahkan berbelanja pun dilakukan secara online. Pendek kata, semua aspek kehidupan kita, mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan hampir seluruh aktifitas kita pada masa ini berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian inheren masyarakat, bahkan menjadi gaya hidup masyarakat. Masyarakat yang berkembang pada masa ini digambarkan sebagai

‘masyarakat informasi’ (information society).

Pada masyarakat informasi, akses internet menjadi salah satu bagian dari gaya hidup. Berkembang berbagai transaksi elektonik dan layanan masyarakat lainnya secara elektronik, seperti: e-government sebagai salah satu layanan pemerintah kepada masyarakat, e-health berupa layanan bidang kesehatan, e-learning yaitu penyelenggaraan pendidikan berbasis teknologi elektronik yang cenderung dipakai sebagai salah satu metode pembelajaran jarak jauh (distant learning), dan e-library, yang sering dipertukarkan (interchangable) atau searti (synonymously) dengan istilah digital library. Digital library mengelola berbagai informasi sesuai dengan kebutuhan

(19)

informasi pemustakanya. Perpustakaan yang baik adalah yang dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya, yaitu dengan menyediakan berbagai layanan perpustakaan sesuai dengan perilaku pencarian informasi pemustakanya.

Berbicara tentang perilaku pencarian informasi, maka pada era globalisasi informasi ini, terjadi kecenderungan pada semua perpustakaan tradisional atau konvensional membangun perpustakaan berbasis teknologi informasi, yang dikenal dengan perpustakaan elektronik atau digital.

Fenomena ini merupakan dorongan dan tuntuan zaman yang tidak dapat diabaikan. Perpustakaan tradisional secara perlahan bergerak ke arah perpustakaan hibrid (hybrid library). Menurut Angelina Hutton dalam bukunya The Hybrid Library, perpustakaan hibrid adalah:

“A hybrid library is a library where 'new' electronic information resources and 'traditional' hardcopy resources co-exist and are brought together in an integrated information service, accessed via electronic gateways available both on-site, like a traditional library, and remotely via the Internet or local computer networks.” (Hutton, [2004].

http://hylife.unn.ac.uk/toolkit/The_hybrid_library.ht ml).

“Perpustakaan hibrid adalah perpustakaan yang menyediakan sumber-sumber informasi elektronik yang ‘baru’ dan sumber-sumber informasi

‘tradisional’ yang tercetak, keduanya menyediakan layanan perpustakaan dan informasi yang bersifat menyeluruh (integrated), dapat diakses melalui sarana elektronik seperti komputer yang terhubung dengan internet maupun jaringan komputer lokal.” (Hutton, [2004].

(20)

http://hylife.unn.ac.uk/toolkit/The_hybrid_library.ht ml).

Pengertian di atas menjelaskan bahwa layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi sangat dekat dengan konsep perpustakaan hibrid. Dengan demikian maka perpustakaan hibrid ini merupakan bentuk peralihan dari perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital/virtual.

Membangun perpustakaan digital memerlukan biaya besar sehingga perlu dipikirkan matang ketika hendak memulainya. Pada prinsipnya, perpustakaan digital sama dengan jenis perpustakaan tradisional atau konvensional, yang membedakan hanya pada jenis koleksi bahan perpustakaan yang dilayankan, yaitu dalam format digital atau berbasis non-cetak (paperless) sehingga memerlukan media atau alat ditribusi berbasis web untuk mendayagunakannya, agar dapat diakses oleh pemustaka yang berada di luar ruangan atau gedung perpustakaan tersebut. Dengan demikian, sifat transaksi informasi ini dikenal dengan istilah perpustakaan tanpa dinding (library without wall).

Perpustakaan hibrid maupun perpustakaan digital, sebagaimana juga perpustakaan konvensional, memiliki permasalahan yang berkaitan dengan pembajakan, keamanan materi atau isi bahan perpustakaan dan hal terkait dengan hak cipta sehingga mendorong pengelola perpustakaan untuk memperketat penegakan etika layanan perpustakaan digital, terutama di negara-negara berkembang, karena pada negara ini perhatian dan pemberlakuan undang-undang hak cipta belum sempurna ditegakkan. Oleh karena itu, konsep dan sosialisasi peraturan perpustakaan, teknologi pendukung serta

(21)

pendidikan pemustaka dan penguasaan literasi informasi oleh pustakawan dan pemustaka menjadi alat pengontrol masalah pembajakan hak cipta.

Perpustakaan digital memiliki tujuh elemen kunci, meliputi:

1) pengadaan pangkalan data elektronik (electronic databases acquisition)

2) identifikasi dan organisasi akses ke web material 3) konversi analog material ke format digital

4) Layanan berbasis web (web-based service), khususnya untuk layanan referens

5) Pengumpulan dan pengorganisasian rekaman digital (digital record)

6) Pembangunan layanan antar koleksi secara elektronik (on-demand electronic delivery)

7) Layanan literatur sesuai kebutuhan dan permintaan pemustaka (customized literature service) (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), 2003).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan jika akan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, yaitu:

1) Adanya kebutuhan pemustaka yang kuat untuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada pemberian layanan perpustakaan;

2) Dukungan manajemen puncak dan lembaga induk (bagi perpustakan khusus);

3) Kesinambungan dan kontinuitas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi;

4) Perawatan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi;

5) Sumber daya manusia pelaksana dan pendukung layanan perpustakan digital;

(22)

6) Infrastruktur lainnya, seperti: ketersediaan daya listrik yang memadai, gedung dan ruang layanan yang memadai, furnitur, interior design, jaringan komputer, dan sebagainya (Arif Surachman, [2009?]: 2-3).

Ketujuh hal tersebut akan menentukan sejauh mana penerapan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, khususnya di layanan, dapat berjalan dengan baik. Umumnya perpustakaan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi pada layanan:

1) Layanan sirkulasi, meliputi: layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pemustaka, administrasi keanggotaan, silang layan antar perpustakaan. Dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dimungkinkan adanya layanan mandiri (self-services) dalam layanan sirkulasi melalui fasilitas barcode RFID (Radio Frequency Identification), juga SMS, fax, dan internet.

2) Layanan referensi. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan pustakawan dan pemustaka menelusur berbagai sumber referensi elektronik dan bahan perpustakaan lainnya secara cepat dan tepat.

3) Layanan jurnal ilmiah dan majalah berkala lainnya.

Pemustaka sangat terbantu bila perpustakaan mampu menyediakan kemudahan dalam akses ke berbagai jurnal elektronik, baik yang diakses dari pangkalan data lokal, global maupun yang tersedia dalam format CD dan disk. Silang layan dan layanan penelusuran informasi pun dapat diberikan oleh pustakawan kepada pemustaka dengan bantuan teknologi informasi seperti internet.

(23)

4) Layanan multimedia dan audio-visual. Layanan ini dikenal pula dengan nama layanan “non book material

dimana pemustaka dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk kaset video, kaset audio, mikrofilm, mikrofis, compact disk, laser disk, DVD, home movie, home theatre, termasuk berbagai media interaktif yang dapat dimanfaatkan pemustaka untuk melakukan pembelajaran.

5) Layanan untuk pemustaka berkebutuhan khusus, misalnya pemustaka dengan keterbatasan pandangan, pendengaran, dan berbagai ketidakmampuan lainnya.

Layanan untuk segmen ini berupa layanan multimedia dan audio-visual berupa audible e-books, digital audio books, infoeyes (virtual reference), koleksi braille, dan lain sebagainya.

6) Layanan internet dan computer station. Perpustakaan dapat memberikan informasi dan layanan perpustakaan kepada pemustakanya melalui media web perpustakaan, akses internet, baik melalui computer station maupun WIFI atau access point, fasilitas web- conferencing untuk memberikan layanan secara online kepada pemustaka sebagai bagian dari layanan informasi dan referensi, serta OPAC atau online catalog.

E. Latihan dan Praktik

Praktikkan dan bahas dua kasus layanan di bawah ini.

Sebelumnya siapkan hal-hal berikut:

• Siapkan dua kelompok peserta;

• Masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang;

• Pilih kasus yang akan dibahas;

(24)

• Kelompok 1 mensimulasikan kasus layanan perpustakaan di bawah ini. Tunjuklah siapa yang akan menjadi pemustaka dan siapa yang akan menjadi pustakawan/tenaga teknis perpustakaan;

• Kelompok 2 membahas kasus yang disimulasikan. Hal yang dibahas adalah:

o Tuliskan kelebihan dan kekurangan dari layanan yang disimulasikan;

o Identifikasi hal penting apa saja yang terjadi dalam layanan yang disimulasikan;

o Pembahasan dikaitkan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja profesional pustakawan/tenaga teknis perpustakaan;

o Tuliskan kondisi layanan seharusnya;

o Berikan solusi atas permasalahan yang ada.

• Tentukan kelompok mana yang akan mepraktikkan kasus yang dipilih.

• Setiap kelompok harus melakukan simulasi dan pembahasan kasus sehingga setiap kelompok mengumpulkan paper hasil pembahasan kasus.

Kasus 1: Layanan Perpustakaan dengan Sistem Tertutup Pemustaka datang sambil melihat kiri dan kanan. Ia terlihat bingung. Ia menghampiri meja layanan (meja sirkulasi) dan memanggil pustakawan/tenaga teknis pepustakaan yang ia lihat. Pustakawan/tenaga teknis yang dipanggil sedang sibuk mengetik di depan komputer dan ia tidak mendengar panggilan pemustaka tersebut. Pemustaka terus memanggil namun pustakawan tetap tidak melihat ke arahnya.

Pemustaka merasa marah dan memanggil dengan suara keras. Pustakawan melihat kepada pemustaka sekilas. Ia bertanya kepada pemustaka: “Ada apa?” sambil terus melanjutkan pekerjaannya di depan komputer. Pemustaka

(25)

menanyakan cara meminjam buku. Bagaimana cara pustakawan menghadapi pemustaka yang telah terlanjur marah tersebut?

Kasus 2: Layanan Perpustakaan dengan Sistem Terbuka Sekelompok pemustaka datang ke perpustakaan secara bergerombol. Mereka terlihat ceria dan tertawa-tawa sehingga membuat suasana perpustakaan berisik. Mereka pergi ke rak buku untuk mencari buku. Namun ia tidak menemukan buku yang diinginkannya. Ia pergi ke pustakawan/tenaga teknis perpustakaan untuk bertanya.

Apa yang harus dilakukan pustakawan?

F. Rangkuman

• Layanan perpustakaan menurut SKKNI Bidang Perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka.

• Layanan perpustakaan menurut UU RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi kepada kebutuhan informasi pemustaka.

• Terdapat tujuh dasar hukum layanan perpustakaan dan informasi.

• Layanan perpustakaan berfungsi sebagai aktivitas menyediakan berbagai sumber informasi bagi pemustaka, sarana pendidikan dan pembelajaran seumur hidup bagi pemustaka, dan partner dalam penelitian.

• Lima jenis perpustakaan di Indonesia: perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, perpustakaan khusus dan perpustakaan nasional.

(26)

• Trend layanan perpustakaan di era teknologi informasi dan komunikasi adalah perpustakaan hibrid (hybrid library) dan perpustakaan digital (digital library).

• Perpustakaan dijital memiliki tujuh elemen kunci, yaitu:

pengadaan pangkalan data elektronik, identifikasi dan organisasi akses ke web, konversi dokumen hardcopy/analog ke format dijital, layanan berbasis web, pengumpulan dan pengorganisasian rekaman dijital, pembangunan layanan antar koleksi secara elektronik, dan layanan literatur sesuai kebutuhan dan permintaan pemustaka.

• Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan jika akan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, yaitu: adanya kebutuhan pemustaka yang kuat untuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada pemberian layanan perpustakaan, dukungan manajemen puncak, kesinambungan dan kontinuitas, perawatan dan pemeliharaan, sumber daya manusia, dan infrastruktur lainnya.

• Layanan perpustakaan yang umum menerapkan teknologi informasi dan komunikasi: layanan sirkulasi, layanan referens, layanan jurnal ilmiah, layanan multi- media dan audio visual, layanan untuk pemustaka berkebutuhan khusus serta layanan internet dan computer station.

G. Evaluasi

1) Jelaskan pengertian dari layanan perpustakaan menurut SKKNI Bidang Perpustakaan.

(27)

2) Bagaimanakah layanan perpustakaan dilakukan menurut UU RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan?

3) Sebutkan tiga dasar hukum penyelenggaraan layanan perpustakaan.

4) Sebutkan tiga fungsi layanan perpustakaan.

5) Sebutkan lima jenis perpustakaan di Indonesia.

6) Bagaimanakah trend layanan perpustakaan di era teknologi informasi dan komunikasi? Jelaskan!

7) Sebutkan tiga elemen kunci perpustakaan digital.

8) Sebutkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan jika perpustakaan kita akan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

9) Sebutkan tiga layanan perpustakaan yang banyak menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

(28)
(29)

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat, metode dan model literasi informasi.

BAB III

LITERASI INFORMASI

A. Pengertian Literasi Informasi

Literasi informasi berasal dari kata literasi dan informasi.

Kata literasi (literacy) berarti kemampuan membaca dan menulis. Kata literacy berasal dari bahasa latin: littera yang berarti letter, huruf atau aksara. Dengan demikian, literasi sering diterjemahkan sebagai melek-huruf. Sementara itu, lawan kata dari literacy adalah illiteracy yang artinya buta huruf. Dari sana lahir istilah keberaksaraan dan tuna-aksara untuk memperhalus istilah melek-huruf dan buta-huruf.

Huruf merupakan elemen pembentuk kata-kata dalam penulisan sebuah bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi, memberi dan menerima informasi dan pengetahuan. Jadi, literasi dapat disimpulkan sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol bahasa tulis untuk dapat memberi dan menerima informasi dan pengetahuan. Literate sendiri dapat juga diartikan sebagai educated yang artinya terdidik atau berpendidikan. Hal ini dikarenakan untuk menguasai bahasa tulis seseorang perlu mendapatkan pendidikan dari orang lain. Selain itu dengan menguasai bahasa tulis seseorang mampu mengakses berbagai pengetahuan dan informasi untuk memperkaya pengetahuannya (Arif Rifai Dwiyanto, 2007).

(30)

Dengan demikian literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali kebutuhan informasi, termasuk pemahaman tentang bagaimana perpustakaan yang terorganisir, mengenal sumber daya yang tersedia (format informasi dan sarana penelusuran terotomasi) dan pengetahuan terhadap teknik-teknik penelusuran yang biasa digunakan (SKKNI Bidang Perpustakaan, 2012: 13).

UNESCO juga memiliki pengertian literasi informasi yang tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya:

“Literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang dan menumbuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.”

http://www.nclis.gov/libinter/infolitcon&meet/post- infolitconf&meet/PragueDeclaration.pdf).

Pengertian literasi informasi dari UNESCO menekankan pentingnya mengintegrasikan keterampilan informasi ke dalam empat keterampilan dasar literasi yang telah dikenal, yaitu: membaca (reading), menulis (writing), berhitung (arithmatic), dan meneliti (research). Dengan bekal empat keterampilan dasar literasi tersebut, setiap orang diharapkan mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi di era saat ini.

Dengan demikian, merujuk pada definisi literasi informasi menurut UNESCO di atas, maka arti literasi informasi adalah

(31)

kemampuan seseorang mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasikan dan menggunakan informasi secara efektif untuk menjawab dan membantu menyelesaikan masalah atau isu sosial yang lebih luas (Listika, 2009: 14).

Pengertian literasi informasi adalah seperangkat keterampilan untuk memecahkan masalah, baik itu untuk kepentingan akademik maupun pribadi, termasuk lingkup tempat kerja, melalui proses pencarian, penemuan, dan pemanfaatan informasi dari beragam sumber serta mengomunikasikan pengetahuan baru ini dengan efisien, efektif serta beretika (3E) (Hanna Latuputty, 2012: 7).

Literasi informasi berarti juga kemampuan yang dibutuhkan dalam mengevaluasi secara kritis cakupan (isi) informasi dan menggunakannya secara efektif sesuai etika informasi serta memahami infrastruktur informasi yang mendasari pengiriman informasi mencakup hubungan dan pengaruh sosial, politik dan budaya (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan, 2012: 13).

B. Tujuan Literasi Informasi

Horton (2007) menyatakan bahwa literasi informasi memampukan seseorang untuk menafsirkan informasi sebagai pengguna informasi dan menjadi penghasil informasi bagi dirinya sendiri dan orang lain. Tujuan literasi informasi menurut Horton (2007) adalah:

1. Memampukan seseorang agar mampu mengakses dan memperoleh informasi mengenai kesehatan, lingkungan,

(32)

pendidikan, pekerjaan, dan berbagai hal lain yang diperlukan.

2. Memandu dalam membuat keputusan yang kritikal mengenai kehidupan.

3. Lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan dan pendidikan.

Setelah menguasai keterampilan literasi informasi, individu akan dapat:

1. Menentukan batas informasi yang diperlukan.

2. Mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien.

3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis.

4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan seseorang.

5. Menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

6. Mengerti masalah ekonomi, hukum, socsial, budaya dan masalah lainnya sehubungan dengan penggunaan informasi.

7. Mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal (ACRL, 2000: 1).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan literasi informasi adalah memampukan seseorang agar mampu mengakses, menentukan batas informasi, mengevaluasi informasi, memadukan informasi, dan menggunakan informasi secara efektif, etis, dan legal (repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf).

(33)

C. Manfaat Literasi Informasi

Kita memahami bersama bahwa kehidupan ini adalah suatu proses belajar secara terus-menerus (Gunawan ... [et al.], 2008: 2-3) menyatakan bahwa manfaat dari literasi informasi adalah agar seseorang dapat hidup sukses dalam masyarakat informasi, dan mendukung kita dalam persaingan di era globalisasi. Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi informasi bagi semua orang, baik pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Literasi informasi yang dimiliki setiap orang akan dapat memudahkan orang tersebut dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan (repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf).

Memiliki kemampuan literasi informasi akan menjadikan seseorang mudah dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan informasi.

Menurut Hancock (2004), manfaat literasi informasi adalah:

1. Untuk peserta didik

Siswa dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

(34)

2. Untuk masyarakat

Literasi informasi bagi masyarakat sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan dalam lingkungan pekerjaan. Mereka mengidentifikasi informasi yang paling berguna saat membuat keputusan misalnya saat mencari bisnis atau mengelola bisnis dan berbagi informasi dengan orang lain.

3. Untuk pekerja

Kemampuan dalam menghitung dan membaca belum cukup dalam dunia pekerjaan, karena pada saat ini terjadi ledakan informasi sehingga pekerja harus mampu menyortir dan mengevaluasi informasi yang diperoleh.

Bagi pekerja, dengan memiliki literasi informasi akan mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, memecahkan berbagai masalah terhadap pekerjaan yang dihadapi dan dalam membuat kebijakan (repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf).

D. Komponen Literasi Informasi

Ada beberapa literasi yang dapat mendukung literasi informasi, yaitu:

1. Literasi perpustakaan (library literacy). Literasi perpustakaan membantu seseorang menjadi pemustaka mandiri perpustakaan dan mampu untuk menetapkan, menempatkan, mengambil dan menemukan kembali informasi dari perpustakaan.

2. Literasi visual (visual literacy), diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan

(35)

gambar, termasuk kemampuan untuk berfpikir, belajar dan menjelaskan istilah yang digambarkan.

3. Literasi media (media literacy), didefenisikan sebagai kemampuan untuk memperoleh, menganalisis dan menghasilkan informasi untuk hasil yang spesifik.

4. Literasi komputer (computer literacy), secara umum diartikan akrab dengan perangkat komputer dan mampu menciptakan dan memanipulasi dokumen, serta akrab dengan email dan internet.

5. Literasi jaringan (network literacy), adalah kemampuan untuk menentukan lokasi akses dan menggunakan informasi dalam lingkungan jaringan pada tingkat nasional, regional dan internasional (Bhandary: 2003 dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf).

Kelima literasi tersebut menjadi komponen literasi informasi karena kelima bentuk literasi tersebut mendukung tercapainya tujuan literasi informasi. Kelima komponen tersebut sangat dibutuhkan dan pada akhirnya akan saling mendukung untuk tercapainya penguasaan kemampuan literasi informasi oleh seseorang.

E. Metode Kegiatan Literasi Informasi

Kegiatan literasi informasi sejatinya adalah aktifitas yang dilakukan untuk mendidik pemustaka agar memiliki keterampilan literasi informasi, terutama dalam aspek mengenali sumber-sumber informasi, cara mencari dan menelusur informasi di perpustakaan. Untuk lebih memahami topik ini, maka akan dibahas pengertian dari metode kegiatan literasi informasi. Menurut Kamus Besar

(36)

Bahasa Indonesia (KBBI, http://kbbi.web.id/metode), metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Metode juga berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian, metode kegiatan literasi informasi adalah cara kerja yang teratur dan bersistem yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan literasi informasi guna mencapai tujuan pendidikan literasi informasi untuk pustakawan dan pemustaka. Banyak metode untuk melaksanakan kegiatan literasi informasi, antara lain: metode ceramah, diskusi, demonstrasi, study tour, dan gabungan dari metode-metode tersebut.

F. Model-model Literasi Informasi

Perkembangan konsep dan pendidikan literasi informasi melahirkan berbagai model literasi informasi. Model literasi informasi adalah cara yang terpola agar seseorang memiliki keterampilan literasi informasi, antara lain: mampu mencari informasi secara tepat (Michelia, 2009: 7). Model literasi informasi dapat menggambarkan berbagai komponen dalam proses penguasaan keterampilan literasi informasi serta mampu memperlihatkan keterkaitan proses yang satu dengan lainnya sehingga dapat menjelaskan konsep literasi informasi secara keseluruhannya.

Model literasi informasi ini diterapkan di berbagai institusi, khususnya institusi di bidang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, juga tempat kerja. Berikut beberapa metode literasi informasi yang banyak diterapkan pada pendidikan dasar dan tinggi:

(37)

1. Model literasi informasi yang banyak digunakan pada pendidikan dasar (sekolah dasar, menengah dan atas):

a. Big6 (Eisenberg and Berkowitz, 1988)

b. PLUS Information Skills Model (Herring, 1996) c. Research Cycle Model (McKenzie, 1999)

2. Model literasi informasi yang banyak digunakan pada pendidikan tinggi:

a. Seven Faces of Information Literacy (Bruce, 1997) b. Seven Pillar Model (SCONUL, 1999)

c. Tujuh Langkah Literasi Informasi (Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, 2007)

d. Empowering 8.

G. Latihan dan Praktik

Anda diminta untuk melaksanakan kegiatan bimbingan pemustaka. Tentukanlah materi bimbingan pemustaka yang akan diberikan, buat sarana presentasinya dan presentasikan di hadapan peserta lainnya.

H. Rangkuman

1 Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan untuk memecahkan masalah, baik itu untuk kepentingan akademik maupun pribadi, termasuk lingkup tempat kerja, melalui proses pencarian, penemuan, dan pemanfaatan informasi dari beragam sumber serta mengomunikasikan pengetahuan baru ini dengan efisien, efektif serta beretika (3E).

(38)

2 Literasi informasi berarti juga kemampuan yang dibutuhkan dalam mengevaluasi secara kritis cakupan (isi) informasi dan menggunakannya secara efektif sesuai etika informasi serta memahami infrastruktur informasi yang mendasari pengiriman informasi mencakup hubungan dan pengaruh sosial, politik dan budaya.

3 Tujuan literasi informasi adalah memampukan seseorang agar mampu mengakses, menentukan batas informasi, mengevaluasi informasi, memadukan informasi, dan menggunakan informasi secara efektif, etis, dan legal.

4 Seseorang yang menguasai keterampilan literasi informasi akan dapat: menentukan batas informasi yang diperlukan, mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis, memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan seseorang, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu, mengerti masalah ekonomi, hukum, sosial, budaya dan masalah lainnya sehubungan dengan penggunaan informasi serta mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal.

5 Literasi lain yang mendukung penguasaan literasi informasi adalah: literasi perpustakaan, literasi visual, literasi media, literasi komputer, dan literasi jaringan.

6 Metode kegiatan literasi informasi adalah cara kerja yang teratur dan bersistem yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan literasi informasi guna mencapai tujuan pendidikan literasi informasi untuk pustakawan dan pemustaka.

7 Model literasi informasi adalah cara yang terpola agar seseorang memiliki keterampilan literasi informasi, antara lain: mampu mencari informasi secara tepat.

(39)

8 Model literasi informasi dapat menggambarkan berbagai komponen dalam proses penguasaan keterampilan literasi informasi serta mampu memperlihatkan keterkaitan proses yang satu dengan lainnya sehingga dapat menjelaskan konsep literasi informasi secara keseluruhannya.

9 Model literasi informasi yang banyak digunakan pada pendidikan dasar (sekolah dasar, menengah dan atas) adalah: Big6, PLUS Information Skills Model dan Research Cycle Model.

10 Model literasi informasi yang banyak digunakan pada pendidikan tinggi adalah: Seven Faces of Information Literacy, Seven Pillar Model, Tujuh Langkah Literasi Informasi dan Empowering 8.

I. Evaluasi

1 Jelaskan pengertian literasi informasi.

2 Tuliskan lima tujuan penguasaan literasi informasi.

3 Kemampuan apa saja yang dapat dimiliki seseorang yang telah menguasai keterampilan literasi informasi?

4 Sebutkan tiga literasi lain yang mendukung penguasaan literasi informasi.

5 Jelaskan pengertian metode kegiatan literasi informasi.

6 Jelaskan pengertian model literasi informasi.

7 Model literasi informasi apakah yang banyak digunakan pada pendidikan dasar?

8 Model literasi informasi apakah yang banyak digunakan pada pendidikan tinggi?

(40)
(41)

Indikator keberhasilan: Peserta dapat menjelaskan unsur-unsur layanan perpustakaan.

BAB IV

UNSUR LAYANAN PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Layanan

Layanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka (SKKNI Bidang Perpustakaan, 2012: 13).

Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka (UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, 2007: 10). Bimbingan serta jasa perpustakaan dan informasi yang diberikan kepada pemustaka meliputi penyediaan koleksi pepustakaan secara tepat dan akurat, sesuai dengan kebutuhan pemustaka secara prima. Banyak pakar perpustakaan mengatakan bahwa layanan perpustakaan merupakan ujung tombak dari layanan perpustakaan dan informasi sehingga layanan perpustakaan membentuk citra dari suatu perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan identik dengan layanan karena tidak ada pepustakaan jika tidak ada kegiatan layanan.

B. Jenis Layanan

Layanan perpustakaan terdiri dari dua jenis, yaitu: layanan teknis dan layanan pemustaka.

(42)

1. Layanan Teknis adalah layanan yang tidak langsung berhubungan dengan pemustaka. Layanan ini disebut juga technical services dengan pekerjaan meliputi:

a. Pengadaan koleksi perpustakaan;

b. Pengolahan koleksi perpustakaan;

c. Administrasi lainnya.

2. Layanan Pemustaka, merupakan layanan yang langsung berhubungan dengan pembaca atau pemakai jasa perpustakaan, yang pekerjaannya meliputi:

a. Layanan sirkulasi b. Layanan referensi

c. Layanan penelusuran informasi d. Layanan ekstensi

e. Layanan silang layan

f. Bimbingan pemustaka, dan lain-lain.

C. Unsur Layanan Perpustakaan

Unsur-unsur layanan adalah berbagai hal yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan layanan perpustakaan dan informasi. Terdapat lima unsur layanan perpustakaan yang mendukung terselenggaranya layanan perpustakaan dan informasi secara baik, yaitu:

1. Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan

Pustakawan dan tenaga teknis di bidang layanan merupakan unsur pertama dan utama dari layanan perpustakaan dan informasi. Ia merupakan penggerak dan penyelenggara berbagai kegiatan layanan perpustakaan sehingga ia berfungsi sebagai subjek (pelaku) layanan perpustakaan dan informasi. Jika mereka berkualitas dan kompeten di bidangnya maka

(43)

layanan perpustakaan akan berkualitas pula. Sebaliknya, jika mereka tidak berkualitas dan tidak kompeten maka layanan perpustakaan pun akan menjadi tidak berkualitas dan jauh dari layanan prima.

Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan harus memiliki berbagai kompetensi sebagai pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan di bidang layanan.

Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja profesional yang ramah, sigap membantu, rajin dan siap membantu pemustaka menemukan koleksi dan informasi yang mereka butuhkan.

2. Koleksi

Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan kegiatan layanan di perpustakaan.

Keberadaan koleksi harus dibina, dirawat, diatur secara tepat dan rapi sehingga memudahkan pustakawan dan pemustaka mencari dan menemukan kembali informasi yang terkandung dalam koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus disesuaikan dengan tujuan layanan pada siapa pemakainya. Koleksi dapat berupa buku, majalah, surat kabar, karya rekam, peta, lukisan, dan sebagainya.

3. Pemustaka

Pemustaka merupakan unsur penting kegiatan layanan perpustakaan dan informasi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda sehingga pustakawan harus mampu mengenali kebutuhan informasi setiap pemustaka. Pekerjaan yang tidak mudah sehingga pustakawan di bidang layanan harus memiliki kompetensi di bidang perpustakaan dan informasi, komunikasi efektif, juga penguasan teknologi informasi

(44)

dan komunikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Fasilitas, Sarana dan Prasarana Perpustakaan

Kegiatan layanan harus dilengkapi fasilitas yang memadai agar tujuan dan fungsi perpustakaan terpenuhi.

Sebagai sarana utama adalah tersedianya berbagai fungsi ruang yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pustakawan dan tenaga perpustakaan di bidang layanan, jumlah koleksi dan jumlah pemustaka. Selain itu diperlukan juga sarana dan prasarana perpustakaan, seperti furniture dan perlengkapan layanan lainnya, seperti rak buku, kursi, meja baca, AC, dan lain sebagainya.

5. Anggaran Rutin

Layanan perpustakaan memerlukan anggaran rutin yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai aktifitas layanan perpustakaan, seperti: penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana perpustakaan, bimbingan pemustaka, pameran, dan berbagai aktifitas layanan perpustakaan lainnya.

D. Latihan dan Praktik

Siapkanlah unsur-unsur layanan perpustakaan.

E. Rangkuman

1. Layanan perpustakaan terdiri dari dua jenis, yaitu:

layanan teknis dan layanan pemustaka.

(45)

2. Layanan teknis adalah layanan yang tidak langsung berhubungan dengan pemustaka. Layanan ini meliputi:

pengadaan koleksi perpustakaan, pengolahan koleksi perpustakaan dan administrasi lainnya.

3. Layanan pemustaka adalah layanan yang langsung berhubungan dengan pembaca atau pemustaka yang pekerjaannya meliputi: layanan sirkulasi, referensi, penelusuran informasi, ekstensi, silang layan dan bimbingan pemustaka.

4. Unsur-unsur layanan perpustakaan adalah: pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan, koleksi, pemustaka, fasilitas, sarana dan prasarana perpustakaan serta anggaran rutin.

F. Evaluasi

1. Sebutkan dua jenis layanan perpustakaan.

2. Jelaskan pengertian layanan teknis.

3. Jelaskan pengertian layanan pemustaka.

4. Sebutkan unsur-unsur layanan perpustakaan.

(46)
(47)

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat membedakan beragam sistem layanan perpustakaan..

BAB V

SISTEM LAYANAN PERPUSTAKAAN

A. Sistem Layanan

Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan teknis yang pada pelaksanaannya perlu adanya perencanaan dalam penyelenggaraannya. Layanan perpustakaan akan berjalan dengan baik apabila sistem layanan yang digunakan tepat dan sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

Ada tiga sistem layanan perpustakaan, yakni sistem layanan terbuka (open access), sistem layanan tertutup (close access), dan sistem layanan campuran (mixed access).

Ketiga sistem layanan ini ada hubungannya dengan cara bagaimana perpustakaan memberikan kesempatan kepada pemustaka untuk menemukan koleksi dan informasi yang mereka butuhkan. Masing-masing sistem tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut penjelasannya:

1. Sistem Layanan Terbuka (Open Access)

Sistem layanan ini memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk mencari dan menemukan secara langsung koleksi dan sumber informasi yang ia perlukan.

Tujuan sistem layanan terbuka adalah memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk mendapatkan

(48)

koleksi seluas-luasnya, tidak hanya sekedar membaca- baca, tetapi juga mengetahui berbagai alternatif pilihan koleksi yang ada di rak, yang kira-kira dapat mendukung penelitiannya atau memenuhi kebutuhan informasinya.

Sistem layanan terbuka biasanya diterapkan di perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi. Terdapat beberapa kelebihan dari sistem layanan terbuka, yaitu:

a. Pemustaka bebas memilih koleksi dari rak.

b. Pemustaka tidak harus menggunakan sarana temu kembali informasi, seperti katalog.

c. Pemustaka dapat mengganti koleksi yang tidak ada dengan koleksi lain yang memiliki kemiripan isi.

d. Pemustaka dapat membandingkan isi koleksi yang satu dengan koleksi lain sehingga ia lebih puas dalam mencari informasi.

e. Koleksi perpustakaan menjadi lebih bermanfaat dan lebih optimal didayagunakan.

f. Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan tidak harus mengambilkan koleksi untuk pemustaka.

Selain berbagai kelebihan tersebut, layanan perpustakaan dengan sistem terbuka juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Pemustaka tidak mengetahui aturan penjajaran koleksi di rak dan mereka cenderung mengembalikan koleksi seenaknya, tidak sesuai aturan penjajaran.

Hal ini menimbulkan kekacauan penyimpanan koleksi di rak sehingga koleksi tidak dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.

b. Kemungkinan koleksi hilang lebih besar.

(49)

c. Tidak semua pemustaka paham cara mencari koleksi di rak, terlebih jika koleksi perpustakaan berjumlah sangat banyak.

d. Pemustaka kurang merasa puas dalam mencari koleksi yang ia butuhkan, terlebih jika koleksi yang ia cari tidak ada.

e. Koleksi menjadi cepat rusak.

f. Pustakawan harus melakukan pembenahan susunan koleksi di rak secara terus-menerus.

2. Sistem Layanan Tertutup (Close Access)

Pada sistem layanan tertutup, pemustaka tidak boleh secara langsung mencari dan mengambil koleksi dari rak.

Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan yang akan mencarikan dan mengambilkan koleksi dari rak. Dengan menggunakan sistem ini, pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan akan lebih sibuk bekerja karena harus bergerak terus mencari koleksi yang diperlukan pemustaka di rak, terlebih pada saat pemustaka banyak berkunjung, misalnya saat menjelang ujian siswa dan mahasiswa. Pada saat-saat seperti itu, banyak sekali pemustaka yang mencari koleksi dan memerlukan bantuan pustakawan dan tenaga perpustakaan menelusur informasi yang mereka butuhkan. Penerapan sistem layanan tertutup mengharuskan pemustaka mencari dan mencatat data bibliografis serta nomor panggil koleksi yang ia butuhkan. Pencarian dan penelusuran data bibliografis tersebut dapat menggunakan berbagai sarana temu kembali, seperti:

katalog, indeks, bibliografi, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa keuntungan penerapan sistem layanan tertutup di perpustakaan:

(50)

a. Koleksi dapat tersusun rapi di rak karena hanya petugas yang mengambil koleksi.

b. Kemungkinan kehilangan koleksi kecil.

c. Koleksi tidak cepat rusak.

d. Penempatan kembali koleksi yang telah digunakan ke rak lebih tepat dan rapi.

e. Proses temu kembali koleksi lebih cepat dan efektif.

Adapun kekurangan dari sistem layanan tertutup adalah:

a. Pemustaka tidak bebas mencari koleksi dan informasi yang ia inginkan sehingga timbul ketidakpuasan dalam diri mereka.

b. Koleksi yang didapat kadang tidak sesuai dengan kebutuhan informasi pemustaka.

c. Katalog cepat rusak.

d. Tidak semua pemustaka paham cara mencari koleksi dan menelusur informasi dari sarana penelusuran yang disediakan perpustakaan sehingga mereka sangat membutuhkan bantuan pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dalam menggunakan sarana penelusuran informasi, seperti katalog.

e. Pemanfaatan dan pendayagunaan koleksi menjadi kurang optimal.

f. Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan menjadi sangat sibuk dan terikat dengan aktifitas mengambilkan koleksi.

3. Sistem Layanan Campuran (Mixed Access)

Pada sistem layanan campuran (mixed access) dapat menerapkan dua sistem layanan sekaligus, yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Perpustakaan yang menggunakan sistem layanan campuran biasanya

(51)

memberikan layanan secara tertutup untuk layanan referensi, seperti koleksi referensi, skripsi dan tesis, sedangkan untuk koleksi lainnya menggunakan sistem layanan terbuka. Sistem layanan campuran ini biasanya diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah. Kelebihan sistem layanan campuran adalah sebagai berikut:

a. Pemustaka dapat langsung menggunakan koleksi referensi dan koleksi umum secara bersamaan.

b. Tidak memerlukan ruang baca khusus koleksi referensi.

c. Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan tidak harus bergerak terus-menerus untuk mengambilkan koleksi yang diminta pemustaka.

Adapun kelemahan sistem layanan campuran adalah:

a. Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan sulit mengontrol pemustaka yang menggunakan koleksi referensi dan koleksi umum secara sekaligus.

b. Ruang koleksi referensi dan koleksi umum menjadi satu.

c. Perlu pengawasan terhadap pemustka secara lebih ketat.

B. Latihan dan Praktik

1. Praktikkan ketiga sistem layanan perpustakaan.

2. Identifikasi perbedaannya.

3. Tuliskan dan jelaskan perbedaan tersebut.

(52)

C. Rangkuman

1. Suatu sistem layanan perpustakaan dipilih berdasarkan pada kebutuhan pemustaka.

2. Terdapat tiga sistem layanan perpustakaan, yakni sistem layanan terbuka (open access), sistem layanan tertutup (close access), dan sistem layanan campuran (mixed access).

3. Masing-masing sistem tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan.

D. Evaluasi

1. Apakah yang menjadi dasar pemilihan sebuah sistem layanan untuk diterapkan di sebuah perpustakaan?

2. Jelaskan pengertian sistem layanan terbuka serta kelebihan dan kekurangannya.

3. Jelaskan pengertian sistem layanan tertutup serta kelebihan dan kekurangannya.

4. Jelaskan pengertian sistem layanan campuran serta kelebihan dan kekurangannya.

(53)

Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta dapat menerapkan etika layanan perpustakaan.

BAB VI

ETIKA LAYANAN PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Etika Layanan Perpustakaan

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa:

1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka (UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, 2007: 10).

2. Layanan perpustakaan adalah kegiatan memberikan bimbingan dan jasa perpustakaan dan informasi kepada pemustaka (SKKNI Bidang Perpustakaan, 2012: 13).

Pakar perpustakaan mengatakan bahwa layanan perpustakaan merupakan ujung tombak perpustakaan sehingga ia mampu membentuk citra suatu perpustakaan secara keseluruhannya. Dengan kata lain, perpustakaan identik dengan layanan karena tidak ada pepustakaan jika tidak ada kegiatan layanan. Pemberian layanan perpustakaan dan informasi saat ini tidak terbatas kepada layanan perpustakaan dan informasi secara fisik, misalnya gedung yang representatif dengan fasilitas dan sarana prasara layanan perpustakaan dan informasi yang lengkap (container focus), namun berkembang ke layanan perpustakaan dan informasi yang bersifat pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka secara prima (contain

(54)

focus) atau disebut juga layanan perpustakaan berorientasi pemustaka (user-oriented library service).

Layanan perpustakaan dan informasi berorientasi pemustaka meliputi lima unsur utama, yaitu:

1. Kinerja pustakawan layanan 2. Koleksi perpustakaan

3. Kemudahan dalam pencarian informasi 4. Fasilitas perpustakaan

5. Peraturan dan tata tertib perpustakaan

Kelima unsur tersebut mengandung komponen interaksi antara pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dengan pemustaka. Interaksi utama di antara mereka adalah komunikasi. Dalam pelaksanaan layanan publik, termasuk layanan perpustakaan, komunikasi adalah hal yang dilakukan terus-menerus dan sangat dinamis. Hal ini menjadikan pemberian layanan publik di perpustakaan tidak mudah, kompleks dan sangat dinamis. Melaksanakan layanan publik di perpustakaan mengharuskan pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan menghadapi berbagai jenis sifat manusia, budaya, dan latar belakang sosial yang bercampur menjadi satu dalam interaksi dengan pemustaka.

Setiap pemustaka ingin dan berusaha mendapatkan layanan terbaik dari pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Jika pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan tidak memiliki kompetensi di bidang layanan perpustakaan, maka dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi dalam pelaksanaan layanan perpustakaan:

pemustaka yang marah, terjadi banyak keluhan, pandangan negatif pemustaka terhadap layanan perpustakaan, minimal ia cemberut menerima layanan perpustakaan yang tidak berkualitas.

(55)

Memiliki kompetensi di bidang layanan perpustakaan menjadi hal sangat penting bagi pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Kompetensi di bidang layanan perpustakaan meliputi penguasaan dan penerapan tiga unsur, yaitu: pengetahuan di bidang layanan perpustakaan, berbagai keterampilan yang diperlukan agar dapat memberikan layanan perpustakaan secara prima, serta sikap profesional (perilaku) pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dalam memberikan layanan perpustakaan.

Sikap (perilaku) profesional pustakawan dan tenaga tekis perpustakaan dapat terwujud apabila mereka mengetahui dan menerapkan etika layanan perpustakaan.

Etika layanan perpustakaan adalah tingkah laku, perilaku serta tindakan pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan yang baik dan tepat dalam memberikan layanan perpustakaan sesuai dengan kode etik profesi pustakawan Indonesia atau disebut juga kode etik pustakawan Indonesia. Kode etik pustakawan Indonesia bersifat wajib dan berlaku bagi pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan di Indonesia, yaitu seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan perpustakaan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan pengetahuan kepustakawanan yang dimilikinya melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan (Rachman Hermawan, 2006: 99, 105).

B. Tujuan Etika Layanan Perpustakaan

Etika layanan perpustakaan mengacu kepada kode etik pustakawan Indonesia. Kode etik pustakawan Indonesia memiliki tujuh tujuan, yaitu untuk:

(56)

1. meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara;

2. menjaga martabat dan moral profesi pustakawan;

3. meningkatkan mutu profesi pustakawan;

4. menjadi pedoman pustakawan dalam bersikap dan berperilaku selama melaksanakan tugas;

5. meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan perpustakaan kepada masyarakat;

6. memelihara hubungan antar anggota profesi pustakawan;

7. memberikan dan melindungi hak pemustaka (Rachman Hermawan, 2006: 84-85, 99, 108).

C. Manfaat Penerapan Etika Layanan Perpustakaan

Penerapan etika layanan perpustakaan oleh pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan akan memberikan manfaat kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) perpustakaan. Berikut akan dijelaskan manfaat penerapan etika layanan perpustakaan bagi organisasi induk perpustakaan, bagi masyarakat (pemustaka) dan bagi pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan itu sendiri.

1. Manfaat penerapan etika layanan bagi organisasi induk perpustakaan:

a. Dasar formal dan rujukan pelaksanaan layanan perpustakaan bagi manajemen dalam organisasi induk

b. Menjadi standar kinerja pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan.

(57)

c. Menjadi sarana penghubung antara layanan yang diberikan oleh perpustakaan dengan kebutuhan masyarakat (pemustaka) yang harus dilayani.

d. Indikator bahwa pekerjaan dan profesi pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan adalah matang dan bertanggungjawab.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kredibilitas pustakawan (variabel X) terhadap kepuasan pemustaka (variabel Y) pada layanan referensi di Perpustakaan

Melalui pemanfaatan sistem teknologi informasi di perpustakaan, maka pustakawan dituntut harus bisa mengembangkan dan menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan

Adapun yang menjadi kendala dalam peningkatan kualitas layanan referensi dalam memenuhi kebutuhan pemustaka di perpustakaan Daerah Kabupaten Sinjai yaitu terkendala

Petugas memberi jawaban informasi yang diperlukan pemustaka melalui koleksi referensi dengan mengisi blangko pertanyaan dan jawaban yang disediakan (Form..

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa peranan pustakawan pada layanan referensi untuk aktif memberikan bantuan informasi mengenai koleksi- koleksi layanan

Salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan pemustaka yang semakin meningkat dan pengoptimalan layanan kepada pemustaka, maka pihak Universitas dan Perpustakaan telah

Selain itu, tentu perpustakaan perlu bersiap siaga dengan kebutuhan informasi pemustaka yang menuntut akan kecepatan layanan dan ketepatan informasi yang diberikan,

Melalui pemanfaatan sistem teknologi informasi di perpustakaan, maka pustakawan dituntut harus bisa mengembangkan dan menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan