LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh Selman Syukur NPM. 202391032
DosenPembimbing 1. Ns. Vevi suryenti,M.kep 2. Ns. Rahmi Dwi Yanti,M.Kep 3. Ns. Marta suri ,S.Kep, M.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR ISOLASI SOSIAL 1. Definisi
Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010) adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011).
2. Penyebab
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor pedisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari- hari terabaikan.Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia 2017, penyebab isolasi social diantaranya :
a. Keterlambatan perkembangan
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan c. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan d. Ketidaksesuaian nilai-nilai dan norma
e. Ketidak sesuaian perilaku social dengan norma f. Perubahan penampilan fisik
g. Perubahan status mental
h. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis: disfungsi berduka, pengendalian diri buruk)
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi isolasi sosial, yaitu:
1) Faktor Predisposisi 1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dala huungan sosial. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah. Menurut Stuart dan Sudden (1995) tahap perkembangan adalah sebagai berikut :
Tahap perkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku mandiri Masa pra sekolah Belajar menujukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan
hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan berkompromi Masa pra remaja Menjalani hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antar orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan
perasaan keterikatan denga budaya
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulakan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima esan yang salingbertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis
Faktor bilogis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada Pasienskizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulakn oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat tterjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atu tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
Menarik diri Ketergantungan Manipulasi Curiga Merasa sendiri
Dependensi Curiga Menyendiri
Otonomi Bekerjasama Interdependen 3. Rentang Respon
Adaptif maladaptif
Sumber : townsend (1998) dikutip dalam Fitria (2009)
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini yang termasuk sikap yang termasuk respon adaptif.
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan pa yang telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan persaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membuuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membian hubungan interpersonal.
2) Respon maladptif
Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain..
c. Manipulasi, seseorang yang menggangu oorang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
4. Pohon Masalah
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis isolasi sosial :
(Effect) (Core Problem)
(Cause)
5. Tanda dan Gejala
Menurut Standar Diagnos a Keperawatan Indonesia, 2017:
a. Data Subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan isolasi sosial mengatakan bahwa klien:
1) Subjektif mayor :
a) Merasa ingin sendirian
b) Merasa tidak aman di tempat umum 2) Subjektif minor :
a) Merasa berbeda dengan orang lain b) Merasa asik dengan pikiran sendiri
c) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas b. Data Objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan isolasi social mengatakan bahwa klien:
1) Objektif mayor a) Menarik diri
b) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan Risiko Perilaku Kekerasan, harga diri rendah,
halusinasi, waham
Isolasi Sosial
Predisposisi : faktor tumbuh kembang, faktor komunikasi dalam keluarga, faktor sosial budaya,
faktor biologis. Presipitasi : faktor eksternal, faktor internal
2) Objektif minor a) Afek datar b) Afek sedih c) Riwayat ditolak
d) Menunjukkan permusuhan
e) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain f) Kondisi difabel
g) Tindakan tidak berarti h) Tidak ada kontak mata i) Perkembangan terlambat j) Tidak bergairah/lesu
6. Gejala Klinis
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017:
a. Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi b. Depresi mayor dan schizophrenia
c. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyait d. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
e. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
f. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
g. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya)
7. Penatalaksanaan Medis a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya.
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari- hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.
8. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan dara atau informasi tentang klien agar dapat mengidentifikasi kesehatannya, kebutuhan keperawatan serta merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan klien. Pengkajian meliputi : Pengumpilan data, analisa data, diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data bertujuan untuk menilai status kesehatan klien dan kemungkinan masalah keperawatan yang memerlukan intervensi dari perawat.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif. Data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata, data ini didapatkan secara observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga , data ini didapat melalui wawancara kepada klien dan keluarga, pengumpulan data ini mencakup :
1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomer medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
Peran sesuai dengan jenis kelamin, konflik oerandan peran yang tidak sesuai muncul dari factor biologis.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya diri pada anak, teman sebaya merupakan factor lain yang mempengaruhi identitas. Ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktur social.
4) Faktor tumbuh kembang
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosisal berkembang sesuai dengan tumbuh kembang individu mulai dari dalam kandungan sampai dewasa lanjut.
Untuk mengembangkan hubungan social yang positif setiap tugas perkembangan harus dilalui dengan sukses. Bila salah satu tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan mengahambat tahap perkembangan berikutnya.
Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa bayi dan perkembangan pada masa dewasa dengan kemampuan saling ketergantungan.
5) Faktor sosial budaya
Nilai-nilai, norma-norma , adat dan kebiasaan yang ada dan sudah menjadi suatu budaya dalam masyarakat merupakan tantangan antara budaya dan keadaan social dengan nilai-nilai yang dianut.
6) Faktor Biologis
Faktor Biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan social. Organ tubuh yang jelas dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social adalah otak. Sebagai contoh : pada klien skizoprenia yang mengalami masalah dalam hubungan social terdapat struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan ukuran dan sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
Faktor Presipitasi 1) Faktor Ekstrenal
Contohnya adalah sterssor social budaya, yaitu sress yang di timbulkan oleh faktor social budaya yang antatra lain adalah keluarga.
2) Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sres terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan individu.
3) Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua system yang ada hubungannya dengan klien depresi berat di dapatkan pada system integumen klien tampak kotor, kulit lengket di karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan kondisi klien
4) Status Mental a) Penampilan
Biasanya pada pasien menarik diri klien tidak terlalu memperhatikan penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak seperti biasanya (tidak tepat).
b) Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan pasien berbicara dan volume di ukur dengan berapa keras pasien berbicara. Observasi frekuensi cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan di tekan, karakteristik gagap atau kata-kata bersambungan.
c) Aktifitas Motorik
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik pasien. Tingkat aktifitas : letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya dengan ansietas, mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif kompulsif.
d) Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri pasien tentang status emosional dan cerminan situasi kehidupan pasien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti
“bagaimana perasaan anda hari ini” apakah pasien menjawab bahwa ia merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira atau ansietas (cemas).
e) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada pasien yang dapat di observasi oleh perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah sebagai berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil sering terlihat pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak pada skizofrenia.
f) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perceptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah. Ilusi adalah persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. Halusinasi perintah adalah yang menyuruh pasien melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, dan melukai diri sendiri.
g) Interaksi selama wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana pasien berhubungan dengan perawat.
Apakah pasien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah tersinggung, berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif.
b. Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan mengelompokkan data menjadi data subjektif dan objektif, mencari kemungkinan penyebab dan dampaknya serta menentukan mmasalah keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetpkan bahwa diagnose keperawatan isolasi social adalah:
1) Isolasi Sosial
2) Risiko Perilaku Kekerasan 3) Harga Diri Rendah Situsional (SDKI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
No Hari/ Tanggal/
Jam Dx.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Isolasi Sosial
SP 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan tercapai dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1. Ekspresi wajah
bersahabat
2. Menunjukkan rasa senang,
3. Ada kontak mata 4. Mau berjabat tangan,
mau menjawab salam 5. Pasien mau duduk
berdampingan dengan perawat
6. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling
percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik 2. Sapa Pasien dengan ramah
baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap Pasien dan nama panggilan yang disukai Pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan 6. Jujur dan menempati janji 7. Tunjukkan sifat empati dari
menerima Pasien apa adanya
8. Beri perhatian kepada Pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar Pasien
1. Hubungan saling percaya merupakan landasan utama
untuk hubungan
selanjutnya
SP 1:
Pasien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial atau tidak berhubungan dengan orang lain.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan tercapai dengan kriteria hasil sebagai berikut : SLKI
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
1. Diri sendiri 2. Orang lain 3. Lingkungan
SIKI :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 2. Beri kesempatan kepada
pasien untuk
mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
3. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
4. Diskusikan bersama Pasien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta penyebab yang muncul 5. Berikan pujian terhadap
kemampuan Pasien dalam menggunakan perasaannya
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan faktor resipitasi yang dialami Pasien
SP 1:
Pasien dapat menyebutkan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan
SIKI :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan
Pasien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
tercapai dengan kriteria hasil :
SLKI
1. Pasien dapat
menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
2. Pasien dapat
menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3. Minat interaksi
meningkat
4. Verbalisasi isolasi menurun
5. Perilaku menarik diri menurun
keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Beri kesempatan Pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan perencanaan kegiatan di masa depan 4. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
hubungan yang sehat dengan orang lain
SP 2 :
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama, seorang perawat)
SP 3 :
Mengajarkan klien
berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan perawat dan klien lain ) SP 4 :
Mengajarkan klien
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan dapat tercapai dengan kriteria hasil :
SLKI : Pasien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
1. Pasien dengan perawat.
2. Pasien dengan dengan perawat lainnya.
3. Pasien dengan Pasien lainnya.
4. Pasien dengan keluarga kelompok masyarakat
1. Kaji kemampuan Pasien membina hubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu Pasien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap:
-K-P -K-P-P lain -K-P-P lan-K lain -K-P-Kel/Klp/Masy
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama Pasien dalam mengisi waktu
Mengevaluasi manfaat yang dirasakan Pasien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi
berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan 2 orang atau lebih / kelompok)
6. Motivasi Pasien untuk mengikuti kegiatan ruangan 7. Beri reinforcement atas
kegiatan Pasien dalam ruangan
SP 2, 3 dan 4:
Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan dapat tercapai dengan kriteria hasil :
SLKI :
1. Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat
2. Perasaan mudah
menerima atau
mengkomunikasikan perasaan meningkat 3. Responsif pada orang
lain meningkat
SIKI :
1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
2. Berikan umpan balik positif dalam perawatan
3. Brikan umpan balik pada setiap peningkatan kemampuan
4. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
Pasien harus bisa
mengutarakan kepada orang lain tentang perasaannya sehingga pasien tampak lebih mudah dalam berinteraksi
4. Perasaan tertarik pada orang lain meningkat
SP 5:
Diskusi menggunakan obat secara teratur
a.Evaluasi jadwal kegiatan harien klien untuk berkenalan dengan orang lain secara bertahap yang sudahdilatih b. Latih pasien
minum obat
secara teratur dengan prinsip 6 benar, disertai penjelasan tentang guna obat
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x15 menit diharapkan tujuan dapat tercapai dengan kriteria hasi:
SLKI
1. Mampu dan mau untuk meminum obat
5. Dapat menggunakan prinsip 6 benar pada pemberian obat
SIKI :
1. Dapat melakukan pemberian obat mandiri 2. Dapat melakukan
pemberian obat dengan 6 benar
Mencapai tingkat kesembuhan
maksimal dengan
Kemandirian
dan akibat berhenti minum obat
c.Susun jadwal minum obat secarateratur
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Keperawatan (SIKI) 1 Isolasi Sosial (D.0121)
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 20 menit diharapkan tujuan tercapai dengan kriteria hasil :
Keterlibatan Sosial (L.13115)
Promosi Sosialisasi (I. 13498) Observasi
1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain 2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
interdependen dengan orang lain
Penyebab : 1. Keterlambatan
perkembangan 2. Ketidakmampuan
menjalin hubungan yang memuaskan 3. Ketidaksesuaian minat
dengan tahap
perkembangan
4. Ketidaksesuaian dengan nilai-nilai dengan norma
5. Ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma
6. Perubahan penampilan fisik
7. Perubahan status mental
1. Minat interaksi meningkat (5) 2. Minat terhadap aktivitas
meningkat (5)
3. Verbalisasi Isolasi menurun (5) 4. Verbalisasi ketidakamanan di
tempat umum menurun
5. Perilaku menarik diri menurun (5)
6. Verbalisasi perasaan berbeda dengan orang lain menurun (5) 7. Kontak mata meningkat (5) 8. Tugas perkembangan sesuai
usia meningkat (5) Interaksi Sosial (L. 13115) 1. Perasaan nyaman dengan
situasi sosial meningkat (5) 2. Perasaan mudah menerima atau
mengomunikasikan perasaan meningkat (5)
Terapeutik
1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan 2. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan 3. Motivasi berpatisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok 4. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
orang lain
5. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
6. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan Edukasi
1. Anjurkan interaksi dengan orang lain secara bertahap 2. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
3. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
4. Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi Terapi Aktivitas (I.05186)
Observasi
1. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas 2. Identifikasi kemampuan berpatisipasi dalam aktivitas tertentu
8. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis.
Disfungsi berduka, pengendalian diri buruk)
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :
1. Merasa ingin sendirian
2. Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif : 1. Menarik diri 2. Tidak
berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain
atau lingkungan
Gejala dan Tanda Minor
3. Responsive pada orang lain meningkat (5)
4. Perasaan tertarik pada orang lain meningkat (5)
5. Minat melakukan kontak emosi meningkat (5)
6. Kooperatif dengan teman sebaya meningkat (5)
7. Ekspresi wajah responsive meningkat (5)
Terapeutik
1. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas
2. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan sosial
3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi dan perawatan) sesuai kebutuhan
4. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur dan aktif
5. Libatkan keterlibatan aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis. Tenis meja, permainan sederhana, teka-teki)
6. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri 7. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas Edukasi
1. Ajarkan cara melakukan aktivitas fisik yang dipilih 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan
Subjektif :
1. Merasa berbeda dengan orang lain
2. Merasa asyik dengan pikiran sendiri
3. Merasa tidak
mempunyai tujuan yang jelas Objektif :
4. Afek datar 5. Afek sedih 6. Riwayat ditolak 7. Menunjukkan
permusuhan
8. Tidak mampu
memenuhi harapan orang lain 9. Kondisi difabel
10. Tindakan tidak berarti 11. Tidak ada kontak mata 12. Perkembangan
terlambat
13. Tidak bergairah/lesu
Pemberian Obat Oral (I.03128) Observasi
1. Monitor efek terapeutik obat
2. Monitor efek local, efek sistemik dan efek samping obat Terapeutik
1. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)
2. Berikan obat oral sebelum makan atau setelah makan, sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian
2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat secara mandiri
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan. Tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, maka kontrak dengan klien dilaksanakan.
Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2006,).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien. Evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien, pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang sehat. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP :
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati,dkk,. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Jakarta Timur : CV. Trans Info Media Jakarta: EGC
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik Course).
SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI SIKI. 2018.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI SLKI. 2018.
Standar Luaran Keperawatan Indonesi. Jakarta: DPP PPNI
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta : Trans Info Media Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama