Teori Perilaku
Konsumen
Teori Perilaku Konsumen:
Kardinal
TEORI PERILAKU KONSUMEN
PENDEKATAN KARDINAL
PENDEKATAN
ORDINAL
Teori Perilaku Konsumen: Pendekatan Kardinal
Konsumen mengonsumsi barang/jasa untuk mendapatkan kepuasan (utility) Kepuasan konsumen dalam mengonsumsi barang/jasa dapat dihitung dengan
satuan util
Mempelajari perilaku konsumen dalam mengonsumsi satu macam barang
Istilah yang dipelajari: Total Utility (TU), Marginal Utility (MU)
Berlaku Hukum Gossen I
(law of diminishing marginal utility)
Total Utility (TU):
Kepuasan total yang
didapatkan oleh konsumen ketika mengonsumsi sejumlah
barang/jasa tertentu
Marginal Utility (MU):
Tambahan kepuasan yang didapatkan oleh konsumen ketika menambah 1
barang/jasa yang dikonsumsi
Simak Ceritanya:
Air Putih (Gelas)
Total Utility (TU)
0
1 2 3 4
0
100 150 175 175-
+10+50 +20 50
Marginal Utility (MU)
5
150 -25Uti l
Air Putih (Gelas)
1 2 3 4 5
0 25 50 100 150 175
-25
MU TU MU = 0
TU
maksimum
MU TU
Hukum Gossen 1
Law of Diminishing Marginal Utility
Util
Air Putih (Gelas)
1 2 3 4 5
0 25 50 75 100 125 150 175
-25
HUKUM GOSSEN 1:
“Ketika menambah terus konsumsi suatu barang/jasa, tambahan kepuasannya semakin lama semakin
menurun”
Law of Diminishing Marginal Utility
Kurva MU terus menurun setiap menambah barang/jasa yang
dikonsumsi
Teori Perilaku Konsumen:
Ordinal
Teori Perilaku Konsumen: Pendekatan Ordinal
Kepuasan konsumen dalam mengonsumsi barang/jasa tidak dapat dihitung
tetapi hanya bisa dibandingkan Mempelajari perilaku konsumen dalam mengonsumsi dua macam barang Istilah yang dipelajari:
Kurva Indiferensi atau Indifference Curve (IC),
Garis Anggaran atau Budget Line (BL) Konsumen berusaha mencapai kepuasan maksimum dengan budget yang
terbatas
Kurva
Indiferensi
Menggambarkan kombinasi
konsumsi 2 macam barang/jasa dengan
tingkat kepuasan yang sama
Garis Anggaran
Menggambarkan kombinasi
konsumsi 2 macam barang/jasa dengan anggaran yang sama
Garis Anggaran atau Budget Line (BL)
Menggambarkan kombinasi konsumsi 2 macam barang/jasa dengan anggaran yang sama Budget (I) = anggaran untuk dibelanjain tiket bioskop
dan popcorn
Budget (I) = (PX x QX) + (PY X QY)
dimana X adalah tiket bioskop dan Y adalah popcorn
Contoh Kasus:
Zero memiliki anggaran sebesar Rp250.000 untuk membeli tiket bioskop dan popcorn selama satu bulan.
Harga tiket bioskop (P
X) adalah Rp50.000, sementara harga popcorn (P
Y) adalah Rp25.000.
Budget (I) = (PX x QX) + (PY x QY) 250.000 = (50.000 x QX) + (25.000 x QY)
250.000 = 50.000QX + 25.000QY QY =
Kalau duit diabisin 0
buat beli tiket bioskop,
MAX bisa beli 5 tiket
QX =
5 QY = 10
Kalau duit diabisin buat beli popcorn,
MAX bisa beli 10 popcorn
QX = 0
Fungsi Budget Line (BL):
Garis Anggaran atau Budget Line (BL)
Menggambarkan kombinasi konsumsi 2 macam barang/jasa dengan anggaran yang sama
Budget (I) = (PX x QX) + (PY x QY) 250.000 = (50.000 x QX) + (25.000 x QY)
250.000 = 50.000QX + 25.000QY QY =
Kalau duit diabisin 0
buat beli tiket bioskop,
MAX bisa beli 5 tiket
QX =
5 QY = 10
Kalau duit diabisin buat beli popcorn,
MAX bisa beli 10 popcorn
QX = 0
Fungsi Budget Line (BL):
QX (Tiket Bioskop) QY
(Popcorn)
0 1 2 3 4 5
10
8
6
4
2
Kurva Indiferensi atau Indifference Curve (IC)
Menggambarkan kombinasi konsumsi 2 macam barang/jasa dengan kepuasan yang sama
QX (Tiket Bioskop) QY
(Popcorn)
0
IC1 IC2
QX (Tiket Bioskop) QY
(Popcorn)
IC
IC3 IC4
Kurva Indiferensi Indifference Curve (IC)
Peta Indiferensi Indifference Map
Keseimbangan Konsumen
Kondisi ketika konsumen bisa mencapai kepuasan maksimum dengan budget yang terbatas
QX (Tiket Bioskop) QY
(Popcorn)
0 1 3 4 5
10
IC1
IC2 IC3 4
2
A
B
C D
Teori Perilaku Konsumen
Pendekatan Kardinal Pendekatan Ordinal
Kepuasan konsumen dalam mengonsumsi barang/jasa tidak dapat dihitung
tetapi hanya bisa dibandingkan Mempelajari perilaku konsumen dalam mengonsumsi dua macam barang Istilah yang dipelajari:
Kurva Indiferensi atau Indifference Curve (IC),
Garis Anggaran atau Budget Line (BL) Konsumen berusaha mencapai kepuasan maksimum dengan budget yang
terbatas Konsumen mengonsumsi barang/jasa
untuk mendapatkan kepuasan (utility) Kepuasan konsumen dalam mengonsumsi barang/jasa dapat dihitung dengan
satuan util
Mempelajari perilaku konsumen dalam mengonsumsi satu macam barang
Istilah yang dipelajari: Total Utility (TU), Marginal Utility (MU)
Berlaku Hukum Gossen I
(law of diminishing marginal utility)
Teori Perilaku
Produsen
Teori Perilaku Produsen:
Jangka
Pendek
TEORI PERILAKU PRODUSEN
JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG
Teori Perilaku Produsen: Jangka Pendek
Mengasumsikan faktor produksi modal (K) bersifat tetap, sementara faktor produksi tenaga kerja (L) bersifat variable
Total Product (TP) = Q
Produk total yang diproduksi produsen dengan sejumlah tenaga kerja tertentu
Marginal Product (MP)=
Tambahan produk (return) yang
diproduksi produsen ketika menambah 1 tenaga kerja
Istilah yang dipelajari: Total Product (TP), Marginal Product (MP), Average
Product (AP)
Berlaku law of diminishing return Produsen membutuhkan input (faktor produksi) untuk memproduksi output (barang/jasa)
Average Product (AP)=
Rata-rata produk yang
dihasilkan/diproduksi oleh 1 tenaga kerja
Simak
Ceritanya:
T. Kerja (L)
Kop i
0
(Q)1 2 3 4
0
5 15 21 240
+5+1 +60 +
3 MP
5
24 0Kopi (Q)
T. Kerja (L)
1 2 3 4 5
0 5 15
-6
MP TP
MP = 0 TP
maksimum
MP TP
AP
0
5 7,57 6 4,8
6
18 -6 3Zero baru membuka usaha kedai kopi mendapatkan data seperti ini:
6 1821
24
Kopi (Q)
T. Kerja (L)
2 3 4 5
0 6
5 10 15 20 25
6 3
MP = AP AP
maksimum 1
Law of Diminishing Return
Kondisi: di jangka pendek, faktor produksi modal tetap, cuma bisa ngubah faktor
produksi tenaga kerja
Kalau nambah 1 tenaga kerja, MP gak bisa terus-terusan naik, pada suatu saat pasti MP
akan turun
Kopi (Q)
T. Kerja (L)
1 2 3 4 5
0 5 15
-6
6 1821
24
Kopi (Q)
T. Kerja (L)
2 3 4 5
0 6
5 10 15 20 25
6 3
1
MP naik di awal karena masih ada
spesialisasi tenaga kerja. MP kemudian turun karena sudah tidak ada spesialisasi tenaga
kerja
Law of diminishing return:
“Fenomena ketika menambah 1 tenaga kerja, marginal product (MP) atau return yang
dihasilkan tambahan tenaga kerja tadi menurun”
Teori Perilaku Produsen:
Jangka
Panjang
Teori Perilaku Produsen: Jangka Panjang
Istilah yang dipelajari:
Kurva isokuan atau isoquan dan kurva isocost
Produsen berusaha mencapai biaya seminimum mungkin untuk
memproduksi sejumlah output (barang/jasa) tertentu
Kurva Isoquan
Menggambarkan kombinasi 2
macam input (modal dan tenaga kerja) yang menghasilkan jumlah output yang sama
Mengasumsikan faktor produksi modal (K)
dan faktor produksi tenaga kerja (L) bersifat variable
Produsen membutuhkan input (faktor produksi) untuk memproduksi output (barang/jasa)
Kurva Isocost
Menggambarkan kombinasi 2
macam input (modal dan tenaga kerja) dengan biaya produksi yang sama
L K
0 1 2
Q1 = 100 3
6 9
6 A
B
C D
Q2 = 150
Kurva Isoquan
Menggambarkan kombinasi 2 macam input (modal dan tenaga kerja) yang menghasilkan jumlah output yang sama
Kurva Isocost
Menggambarkan kombinasi 2 macam input (modal dan tenaga kerja) dengan biaya produksi yang sama
L K
0 1 2
3
A
C
B 5
10
8 4
D
Isocost
1
Isocost
2
Isocost
3
9
7
Keseimbangan Produsen
Kondisi ketika produsen bisa memproduksi memproduksi sejumlah barang/jasa tertentu dengan biaya produksi seminimum mungkin
L K
0 1 2
Q1 = 100 2
A
C
B 5
10
8 4
D
Isocost
1
Isocost
2
Isocost
3
9
7
Skala Produksi: Kondisi Constant Return to Scale
Kondisi ketika produsen ekspansi dengan persentase kenaikan pertambahan output yang sama dengan persentase kenaikan input yang dibutuhkan