• Tidak ada hasil yang ditemukan

6c37071194e80ac3f6d0ff8d429608fa (1) - Copy

N/A
N/A
ardra fawwazi

Academic year: 2025

Membagikan "6c37071194e80ac3f6d0ff8d429608fa (1) - Copy"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh : Leonny Indah Yolanda

051703503125153

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JAKARTA

2021

(2)

ii

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN/ORISINNALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, (SKRIPSI) ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Satya Negara Indonesia maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing dan Tim Penguji 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasihkan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

(3)

iii

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

TANDA PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

NAMA : Leonny Indah Yolanda

Nim : 051703503125153

JUDUL : Komunikasi Interpersonal Pasangan Jarak Jauh Dalam Mempertahankan Rumah Tangga (studi kasus pada pasangan suami istri di Bekasi)

PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN : HUMAS

Telah disetujui oleh tim pembimbing untuk diajukan dalam sidang skripsi Jakarta, Agustus 2021 Menyetujui,

Mengetahui,

(4)

iv

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : Leonny Indah Yolanda

Nim : 051703503125153

JUDUL : Komunikasi Interpersonal Pasangan Jarak Jauh Dalam Mempertahankan Rumah Tangga (studi kasus pada pasangan suami istri di Bekasi)

PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN : HUMAS

JAKARTA, AGUSTUS 2021 Menyetujui

Ketua Penguji (Fitri Sarasati, S.Ikom, M.Sc) (...) Anggota Penguji I (Dr. Radita Gora Tayibnapis, S. Sos., M.M) (...) Anggota Penguji II (Risqi Inayah Dwijayanti, M.Ikom) (...)

Mengetahui,

(5)

v

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Nama : Leonny Indah Yolanda

NIM : 051703503125153

Program Studi : Ilmu Komunikasi Peminatan : Hubungan Masyarakat

Judul Skripsi : Komunikasi Interpersonal Pasangan Jarak Jauh Dalam Mempertahankan Rumah Tangga (studi kasus pada pasangan suami istri di Bekasi)

Jumlah Halaman : xii + 81 halaman

Bibliografi : 25 Buku, 12 jurnal, 1 Internet ABSTRAK

Pernikahan jarak jauh dijalani oleh pasangan suami istri dikarenakan pekerjaan pasangan yang mengharuskan pasangan tinggal berjauhan. Komunikasi interpersonal pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh memiliki kesulitan karena terhalang jarak dan waktu. Pasangan jarak jauh menggunakan media telepon internet sebagai alat komunikasi selama berjauhan. Kurangnya komunikasi antara pasangan menimbulkan permasalahan seperti ketidakpercayaan, kecurigaan dan kurang harmonisnya hubungan pasangan

Teori yang digunakan adalah teori Manajeme Koordinasi Makna, dimana teori ini menjelaskan bahwa komunikasi menjadi sebuah dasar dalam hubungan.

Teori ini juga menjelaskan bagaimana pasangan jarak jauh dapat memaknai setiap komunikasi yang dilakukan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus dengan paradigma konstruktivisme dengan memperhatikan dan menganalisa bagaimana komunikasi interpersonal pasangan jarak jauh dapat mempertahankan rumah tangganya

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa. Pasangan jarak jauh memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, pasangan melakukan berbagai cara agak komunikasi tetap berjalan walaupun berjauhan. Permasalahan yang dihadapi pasangan dapat diselesaikan dengan cara saling terbukan dan mengerti satu sama lain.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini, komunikasi interpersonal pada pasangan jarak jauh berjalan dengan cuku baik dan pasangan jarak jauh dapat mempertahankan rumah tangga.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Pasangan Jarak jauh Pembimbing I : Fitri Sarasati, S.Ikom, M.Sc

Pembimbing II : Achmad Budiman Sudarsono M.Ikom

(6)

vi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Name : Leonny Indah Yolanda

NIM : 051703503125153

Study Program : Communication Science Interest : Public Relations

Tittle of thesis : Interpersonal Communication of Long Distance Couples in Maintaining the Household (a case study on a married couple in Bekasi)

Number of page : xii + 81 pages

Bibliography : 25 Books, 12 journals, 1 Internet sources ABSTRACT

A married couple carries out a long-distance marriage due to the spouse's job, which requires the couple to live far apart. Interpersonal communication in couples who are in long-distance relationships has difficulties because they are hindered by distance and time. Long-distance couples use the internet as a means of communication while they are far apart. Lack of communication between partners causes distrust, suspicion, and lack of harmony in the couple's relationship.

The theory used is Coordinated Management of Meaning Theory, where this theory explains that communication becomes a basis in relationships. This theory also explains how long-distance couples can interpret every communication made.

In this study, the author uses a case study method with a constructivism paradigm by paying attention and analysing how long-distance couples' interpersonal communication can maintain their household.

The results of this study illustrate that. Long-distance couples have difficulties communicating; couples do various ways rather the communication continues even though they are far apart. Can solve the problem faced by couples by being open and understanding with each other.

The conclusion from the results of this study, interpersonal communication in long-distance couples runs quite well, and long-distance couples can maintain the household.

Keywords : interpersonal communication, long-distance couples Supervisor I : Fitri Sarasati, S.Ikom, M.Sc

Supervisor II : Achmad Budiman Sudarsono M.Ikom

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena kebaikan dan kemurahannya, serta anugerahnya sehingga sehingga skripsi yang berjudul KOMUNIKASI INTERPERSONAL PASANGAN JARAK JAUH DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGANYA dapat tercapai dan terselesaikan dengan baik.

Maksud dari di susunnya laporan ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, penulis tidak akan berhasil apabila berjalan sendiri. Namun dengan ada banyaknya yang membantu baik secara material maupun dukungan, skripsi ini berhasil di selesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada beberapa pihak yang mana atas bantuan, bimbingan serta doa nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pemnulis ingin berterimakasi sebesar-besarnya kepada:

1. Kepada Tuhan yang Maha Esa, karena kasih dan penyertaan nya laporan ini dapat selesai dengan baik.

2. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil.

3. Dra. Merry L. Panjaitan, MBA selaku Rektor Universitas Satya Negara Indonesia (USNI)

(8)

viii

4. Radita Gora Tayibnapis S.Sos, M.M selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

5. Sandra Olifia M.SI selaku ketua program studi Ilmu Komunikasi 6. Fitri Sarasati, S,Ikom, M.Sc Selaku dosen pembimbing 1 pada

penyusunan skripsi ini, yang memberi banyak sekali arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Achmad Budiman S. M.Ikom selaku dosen pembimbing 2 pada penyusunan skripsi ini, yang memberi masukan yang membangun juga membantu agar skripsi ini selesai dengan baik.

8. Keluarga besar, saudara yang membantu dukungan agar skripsi ini selesai dengan baik.

9. H-L, I-S, E-D yang sudah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

10. “Lambe Ikom” yang berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan skripsi ini dan menjadi sarjana bersama.

11. Teman – teman penulis seperjuangan FISIP USNI yang selalu mendukung dan membantu dalam penyelsaian laporan ini.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doa.

13. Andre Renaldy Sihombing yang selalu menemani, membantu juga mendoakan selama proses pengerjaan hingga skripsi ini selesai.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya kemampuan serta pengalaman penulis. Untuk itu saya mengharapkan

(9)

ix

kritik dan saran yang bersifat membangun serta bantuan sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik. Mohon maaf atas kesalahan kata dan kalimat yang ada di dalam penelitian ini.

Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat menjadi berkat dan memberikan manfaat kepada pembaca. Terimakasih, Tuhan Memberkati.

Bekasi, 08 April 2021

Leonny Indah Yolanda

(10)

x DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN/ORISINNALITAS ... ii

TANDA PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... iii

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Pertanyaan Masalah ... 7

1. 3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2. 1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Teori Manajemen Koordinasi Makna ... 8

2.2 Landasan Konseptual ... 8

2.2.1 Komunikasi ... 11

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 12

2.2.3 Unsur-Unsur Komunikasi ... 14

2.2.4 Komunikasi Antar Pribadi ... 15

2.2.4.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 15

2.2.4.2 Komponen Komunikasi Interpersonal ... 16

2.2.4.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 18

2.2.4.4 Bentuk Komunikasi Antarpribadi ... 19

2.2.4.5 Faktor - Faktor Komunikasi Antar Pribadi ... 20

2.2.4.6 Faktor Penghambat Komunikasi Antarpribadi... 21

2.2.4.7 Konflik dalam Hubungan ... 21

2.2.5 Hubungan Jarak Jauh ... 22

2.2.6 Pernikahan Jarak Jauh ... 23

2.2.6.1 Pengertian Pernikahan Jarak Jauh ... 23

2.2.6.2 Ciri-Ciri Pernikahan Jarak Jauh ... 23

(11)

xi

2.2.6.3 Faktor Penyebab Hubungan Jarak Jauh ... 23

2.2.6.4 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Jarak Jauh ... 24

2.2.7 Faktor Penyebab Miskomunikasi ... 25

2.3 Alur Pemikiran ... 27

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.1.1 Tempat Penelitian... 29

3.1.2 Waktu Penelitian ... 29

3.2 Desain Penelitian ... 30

3.2.1 Paradigma Penelitian ... 30

3.2.2 Pendekatan Penelitian ... 30

3.2.3 Metode Penelitian... 31

3.2.4 Sifat Penelitian ... 32

3.3 Subjek Penelitian ... 32

3.4 Informan Penelitian ... 33

3.5 Operasionalisasi Konsep ... 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.7 Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV ... 36

HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Subyek Penelitian ... 36

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian ... 36

4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian... 37

4.1.3 Data Diri Informan ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Hasil Wawancara ... 43

4.2.1.1 Perkenalan ... 43

4.2.1.2 Latar Belakang Hubungan... 45

4.2.1.3 Cara Pasangan Jarak Jauh Saling Mengenal ... 48

4.2.1.4 Media yang Digunakan Dalam Berkomunikasi ... 49

4.2.1.5 Komunikasi / Sharing Yang Dilakukan Pasangan Jarak Jauh ... 51

4.2.1.6 Sikap Suportif ... 53

4.2.1.7 Cara Pasangan Saling Meyakinkan ... 53

4.2.1.8 Keterbukaan Dalam Hubungan ... 55

(12)

xii

4.2.1.9 Pentingnya Komunikasi Bagi Pasangan Jarak Jauh ... 55

4.2.1.10 Perselisihan Pada Pasangan Jarak Jauh ... 58

4.2.1.11 Kekhawatiran Dalam Hubungan Pasangan Jarak Jauh ... 61

4.2.1.12 Keterbukaan Dan Sikap Percaya Dalam Hubungan ... 64

4.3 Pembahasan ... 67

BAB V ... 78

PENUTUP ... 78

5.2 Saran ... 80

5.2.1 Saran teoritis... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81

BIODATA ... 82

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN INFORMAN ( L )... 83

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN INFORMAN ( S ) ... 88

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN INFORMAN ( D ) ... 92

(13)

1

PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka tidak dapat menjalani hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Pada dasarnya manusia hidup berdampingan dan tidak sendirian, hal ini lah yang menjadikan manusia memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Salah satu hal yang di lakukan oleh manusia untuk tidak sendiri ialah menjalanu hubungan dengan lawan jenis. Karena sifat manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai.

Salah satu hal yang dapat mewujudkannya ialah dengan sebuah pernikahan. Pernikahan sejatinya mempersatukan mereka yang sebelumnya ada dua menjadi satu. Pada dasarnya, sebuah pernikahan dapat di artikan sebagai sebuah proses adanya ikatan sakral yang di jalani oleh orang-orang yang sudah matang dan siap secara psikologis. Bersatunya individu-individu dalam pernikahan merupaka sebuah penyatuan antara dua sifat dan kepribadian yang berbeda, latar belakang keluarga, lingkungan juga budaya yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah sistem untuk bersatunya dua keluarga yang berbeda secara keseluruhan menjadi satu dan sama. Santrock (2009 : 15)

Menciptakan sebuah pernikahan bahagia dan romantis untuk selalu bersama-sama seumur hidup tentu bukan hal yang mudah untuk di jalani oleh

(14)

pasangan suami-istri. Kebutuhan pasangan untuk saling melengkapi juga mencintai dan menerima pasangannya satu sama lain serta memiliki keturunan merupakan sebuah proses yang di tempuh melalui sebuah pernikahan. Hubungan seperti ini akan terasa mudah bagi pasangan suami-istri yang yang selalu bersama dan mempunyai waktu banyak untuk bertemu.

Namun, seiring dengan perkembangan dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, juga semakin sedikitnya lapangan pekerjaan, juga pemilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan suami membuat tidak sedikit pasangan suami-istri yang harus tinggal berjauhan di karenakan pekerjaan suami yang berada di luar kota/negri. Menurut Kaufmann (2000 : 1) Perpisahan yang di alami oleh pasangan jarak jauh ini di dasari oleh faktor pekerjaan dan pendidikan.

Pernikahan jarak jauh atau Long Distance Marriage merupakan sebuah hal yang sudah tidak jarang lagi, terlebih di Indonesia. Long Distance Marriage menggambarkan tentang situasi pasangan yang sudah menikah dan harus terpisah secara fisik, seperti salah satu pasangan (biasanya suami) pergi ke tempat lain untuk kepentingan tertentu, salah satunya bekerja.

Menjalani pernikahan jarak jauh merupakan sebuah permasalahan yang sulit jika di bandingkan dengan pasangan lain yang tinggal bersamaan yang memiliki waktu hampir setiap hari untuk bertemu secara langsung. Kondisi pasangan yang menjalani hubungan pernikahan jarak jauh, letak geografis yang berbeda, pertemuan serta komunikasi yang terbatas menjadikan hubungan pasangan menikah jarak jauh mengalami krisis pada kedekatannya. Selain

(15)

permasalahan komunikasi, pasangan jarak jauh juga dapat dihadapi dengan masalah perselingkuhan hingga perceraian. Seperti percakapan penulis dengan ketiga informan, bahwa masalah perselingkuhan terjadi pada rumah tangga informan.

Di kutip dari koran pelita.com, adanya tingkat perceraian tinggi pada pertengahan 2020 di Pengadilan Agama Cikarang Kabupaten Bekasi sudah mencapai 1285 pendaftar. Chalim Sobri mengatakan yang mendominasi memicu perceraian pada tahun itu ialah permasalahan ekonomi dan juga perselingkuhan.

Hal tersebut disebabkan karena perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga dengan mudahnya pasangan suami dan istri melakukan tindakan yang tidak terpuji dengan menggunakan teknologi media sosial sehingga terjadilah perceraian.

Dengan keadaan jarak jauh seperti ini biasanya pasangan menjaga keintimannya melalui alat komunikasi. Dukungan teknologi saat ini semakin berkembang, Dengan melakukan komunikasi dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon dapat memicu pertengkaran, Terjadinya kesalahpahaman dalam sebuah komunikasi dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan persepsi selama berlangsungnya komunikasi.

Pada pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh biasanya hanya dapat menghubungi pasangannya melalui SMS, telepon, video call juga melalui media sosial. Sesuai dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan.

(16)

Berkurangnya intensitas bertemu secara langsung kerap kali menimbulkan kecemburuan dan kecurigaan yang berlebihan. Munculnya kecurigaan ini berawal ketika melakukan panggilan kepada pasangan dan tidak di angkat dalam beberapa kali panggilan, pesan-pesan yang di kirimkan melalui sms atau WhatsApp hanya dibalas dengan kalimat singkat dan dibalas dengan waktu yang lama. Pada akhirnya timbulah kecurigaan dan tuduhan yang tidak di dasari apapun kepada pasangan hingga timbul ketidaknyamanan dalam hubungan. Hal-hal seperti ini merupakan masalah yang cukup banyak terjadi di kalangan pasangan menikah yang menjalani hubungan jarak jauh. Kemungkinan adanya sebuah ketidakpastian di dalam hubungan jarak jauh terjadi, adanya jarak kedekatan secara fisik menjadi suatu masalah utama dalam ketidakpastian suatu hubungan. Masalah-masalah tersebut bisa saja di hindari jika sadarnya sikap saling terbuka satu dengan lainnya, juga tidak melupakan memberikan segala informasi mengenai diri kita agar pasangan tersebut saling mengenal satu dengan yang lainnya.

Dalam hubungan Long Distance Marriage menyebabkan sebuah keintiman berkurang, hal ini menjadi sangat sulit untuk memperkuat sebuah keintiman di dalam rumah tangga. Terlebih kepada mereka pasangan yang belum memilki anak, maka permasalahan yang terjadi akan berbeda dengan mereka yang sudah memiliki anak. Kesulitan berprogram dalam memiliki anak pun menjadi tertunda karena jarak yang memisahkan.

Bungin (2006:266) menyatakan bahwa self disclosure merupakan sebuah proses pengungkapan diri. Jika terjadi komunikasi yang baik pada dua orang maka akan mendorong keterbukaan pada masing-masing individu untuk dapan

(17)

memberikan informasi mengenai diri mereka masing-masing. Keterbukaan di dalam hubungan yang di jalani secara jarak jauh diperlukan untuk mengurangi adanya konflik dalam rumah tangga.

Pada pra riset yang dilakukan oleh peneliti, kurangnya keterbukaan pada pasangan dapat menimbulkan permasalahan. Contohnya saja pada kasus H dan L yaitu narasumber dari penelitian ini. Kurangnya komunikasi dan keterbukaan di antara pasangan ini mengakibatkan timbulnya pertengkaran. Timbul kecurigaan ketika tidak adanya keterbukaan yang di lakukan pasangan ini. Contohnya ketika H sedang mendapatkan sinyal untuk berkomunikasi tetapi L justru tidak ada di tempat dan tidak menjawab pesan dan telepon dari suami, maka timbul kecurigaan pada hubungan ini.

Pada penelitian awal yang di lakukan oleh peneliti, pasangan yang melakukan pernikahan jarak jauh ini juga pernah melakukan kesalahan yang cukup fatal, yaitu perselingkuhan. Perselingkuhan ini di lakukan istri yang di tinggal bekerja dan hanya sendiri di rumah. Kesepian dan kurangnya perhatian menjadi salah satu penyebab utama terjadinya perselingkuhan ini, perselingkuhan yang terjadi juga di dasarkan pada rasa ingin di sayang dan di perhatikan secara langsung. Tidak adanya anak dan suami yang bekerja jauh menjadikan keinginan untuk mengenal laki-laki lain untuk sekedar menemani di kala kesepian menjadikan alasan terjadinya perselingkuhan.

Pada pasangan I dan S, juga E dan D terjadi permasalahan yang sama, perselingkuhan yang di lakukan pada istri menjadikan rumah tangga mereka

(18)

berada pada pertengkaran hebat, kalimat perpisahan juga terlontar dari kedua pasangan tersebut. Namun dengan mediasi pribadi yang di lakukan kedua pasangan tersebut, saling terbuka dan mengungkapkan apa yang di inginkan pada masing-masing dari pasangan tersebut, maka perpisahan dapat di hindarkan.

Menurut Devito (2011:64) self disclosure ini merupakan sebuah komunikasi mengenai pengungkapan diri sendiri yang biasanya di sembunyikan.

Informasi yang biasanya di sembunyikan akan di bagikan dengan sukarela untuk memberi informasi yang jelas mengenai dirinya. Melalui self disclosure seseorang akan mengenal dirinya sendiri juga akan mengenal pribadi orang lain. Maka ketika sudah saling mengenal satu dengan yang lainnya akan mampu menghadapi masalah yang ada, karena pasangan akan merasa kuat dan cukup karena mengetahui rahasia mengenai pasangannya.

Peneliti memilih masalah ini untuk di angkat karena tingginya angka perceraian yang disebabkan oleh pernikahan jarak jauh. Adanya permasalahan seperti belum adanya anak di dalam pernikahan, komunikasi yang tidak baik, turunnya tingkat kepercayaan, dan tingginya tingkat kecemburuan juga perselisihan yang terjadi karena pola asuh anak. Di dalam penelitian kali ini, penulis akan membahas bagaimana komunikasi interpersonal pasangan menikah yang menjalani hubungan pernikahan jarak jauh. Bagaimana pasangan tersebut menjalani kehidupannya sehari-hari dengan membiasakan tanpa adanya pasangan setiap harinya, bagaimana cara mereka menyelesaikan konflik di dalam rumah tangga dengan adanya jarak. Juga, bagaimana mereka dapat mempertahankan rumah tangga dalam situasi sulit sekalipun.

(19)

1. 2 Pertanyaan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah di pertanyaan masalah yaitu “Bagaimana komunikasi interpersonal pasangan jarak jauh dalam mempertahankan rumah tangga”.

1. 3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ialah “ Mengetahui komunikasi interpersonal pasangan jarak jauh dalam mempertahankan rumah tangga”.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teroitis, hasil penelitian ini dapat ikut partisipasi pada bidang pengetahuan pada perkembangan ilmu komunikasi lebih khusus pada komunikasi Antarpribadi, juga memberikan ilmu baru kepada semua pihak khususnya bagi pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh.

2. Manfaat Praktis

Pada penelitian ini, manfaat praktis dapat memberika informasi dan masukan bagi masyarakat serta pihak-pihak yang tertarik dengan masalah cara mengatasi konflik bagi pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh.

(20)

8

Landasan Teori adalah bagian dari penelitian yang berisi mengenai teori- teori penelitian yang berasal dari studi kepustakaan yang memiliki fungsi sebagai kerangka teori. Teori juga merupakan sebuah sistem konsep abstrak yang dapat mewujudkan adanya hubungan antar konsep yang nantinya akan membantu seseorang dalam memahami sebuah fenomena. Kerangka teoritis harus menunjukan pengertian tentah teori dan konsep yang lebih relevan dena permasalahan yang kita angkat dalam penelitian. Adapun teori yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah Teori Penetrasi Sosial.

2.1.1 Teori Manajemen Koordinasi Makna

Teori Manajemen Koordinasi Makna (Coordinated Management of Meaning CMM) yang dikembangkan oleh W. Barnett Pearce, Vernon Cronen mengatakan bahwa ini merupakan sebuah pendekatan komprehensif terhadap interaksi sosial yang memakai tata cara kompleks dari tindakan dan makna yang selaras dalam komunikasi. Teori ini membantu kita dalam memahami proses pemaknaan dan tindakan. Kunci pada teori ini adalah makna dan tindakan, interaksi, serta cerita. (Little john, 2009 : 255).

Teori Manajemen Koordinasi Makna ini berfokus pada diri dan hubungan dengan orang lain, serta mempelajari lebih dalam lagi bagaimana seorang individu memberikan makna/arti pada sebuah pesan.( West, 2008:115).

(21)

Teori Manajemen Koordinasi Makna juga menjadikan komunikasi sebagai fondasi atau dasar dari sebuah hubungan. Karena komunikasi merupaka inti dari teori ini dan dapat digunakan pada penelitian komunikasi dalam hubungan. (West, 2008:129)

Penerapan teori ini pada berbagai individu dan juga pada percakapan mereka sangat jelas. Adanya kepraktisan dalam melihat bagaimana orang mendapatkan makna, potensi konflik untuk terulang dan pengaruh diri seseorang terhadap proses komunikasi merupakan hal yang layak untuk dikagumi. Adanya teori ini membuat individu dapat memahami lebih mendalam menganai bagaimana individu saling menciptakan makna dalam sebuah hubungan dan teori ini membantu individu memahami pentingnya aturan dalam sebuah situasi sosial.

(West, 2008:131)

Teori ini mengasumsikan, manusia mengorganisasikan makna dengan cara hirearki. Hirearki ini juga berupa model bagaimana cara manusia memproses sebuah informasi. West 2012 dalam ( Nurhaipah 2019:36) Hirearki dikemukakan dalam 6 level yakni ;

1. Isi (content), merupakan rangkaian kata yang digunakan untuk berkomunikasi. Ketika individu mengemas sebuah pesan yang akan disampaikan pada proses komunikasi yang berlangsung antar individu tidak juga dapat menjadikan pesan tersebut dimaknai dengan cepat. Penggunaan kata dan kalimat dalam berkomunikasi akan harus dipiloh-pilih, karena dalam komunikasi yang berbeda akan berbeda juga artinya.

(22)

2. Tindak Tutur, dimana tindak tutur ini merajuk pada tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu seperti menghina, memuji, berjanji, mengancam, bertanya dan menyatakan.

3. Episode, pada tahap ini dapat mulai dilihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Tahap ini merujuk pada kegiatan komunikasi yang memiliki awal, pertengahan dan akhir yang jelas.

4. Hubungan, tahap ini dapat diartikan sebagai pengertian dan kesepakatan antara dua orang, dimana terdapat tuntunan dalam berpeilaku. Kontrak juga mengkomunikasikan batasan hubungan yang menyediakan parameter bagi sikap dan perilaku.

5. Naskah Kehidupan, dalam naskah kehidupan memperlihatkan mengenai kelompok lembaran dimasa lalu atau masa sekarang yang menciptakan sebuah sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain.

6. Pola Budaya, hubungan seseorang yang bersangkutan dengan kebudayaannya menjadi lebih relevan ketika menjelaskan dan mengartikan sebuah makna. Pola budaya akan menjadikan dinamika dalam hubungan, seperti hubungan pernikahan yang dilakukan pasangan berbeda budaya dan suku, akan memiliki makna yang berbeda jika budaya menilai hubungan pernikahan tersebut.

Penulis menggunakan teori ini karena, teori ini menjadikan komunikasi sebagai dasar atau fondasi dalam sebuah hubungan. Pada hubungan jarak jauh,

(23)

komunikasi merupakan dasar bagaimana pasangan dapat tetap saling berhubungan dan mengatahui keadaan pasangan dengan melakukan komunikasi. Teori ini juga menjelaskan bahwa bagaimana memaknai sebuah komunikasi. Seperti pada pasangan jarak jauh, dalam setiap percakapan dan pengiriman pesan pada pasangan dan pesan yang diterima oleh pasangan menciptakan sebuah makna dalam hubungan.

2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu yang sangat mendasar pada kehidupan manusia. Komunikasi juga telah menjadi sebuah pertanda untuk terbentuknya suatu masyarakat atau kelompok yang terintegritasi oleh informasi. yang mana para individu tersebut saling berbagi informasi di dalam masyarakat. Sehingga setiap interaksi yang dilakukan menggunakan berbagai macam alat komunikasi baik verbal maupun non verbal. Itulah yang kita sebut sebagai komunikasi.

Menurut Nurhadi (2017:1) Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi antara komunikator dan komunikan, jika dilihat melalui sudut pandang biologi komunikasi dari eksperimentasi adalah kecenderungan melakukan tindakan dengan cara individu yang terlibat dalam aspek kehidupan manusia. Komunikasi sendiri dapat di artikan sebagai bentuk komunikasi interaksi, yaitu berkomunikasi melalui proses reaksi – reaksi atau atau aksi-reaksi yang bergantian arahnya.

Dalam hal ini, komunikator menyampaikan pesan secara verbal maupun non

(24)

verbal secara baik kepada komunikan yang juga di respon oleh komunikan berupa verbal dan nonverbal secara timbal balik juga dinamis.

Dalam hal ini penulis memahami bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator kepada komunikan yang mempunyai tujuan tertentu yaitu untuk mengubah sikap dan tingkah laku, serta kondisi yang ada. Sebagai contoh dalam penelitian ini adalah, bagaimana komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh.

Dimana tidak semua pasangan mengerti akan pesan yang di sampaikan melalui media elektronik, sering terjadi kesalapahaman dalam komunikasi tersebut. Maka jika di kaitkan dengan masalah komunikasi, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berpola yang di lakukan antara pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh, bagaimana salah satu pasangan dapat memberikan pengertian yang tepat terhadap pasangan lainnya, sehingga mereka dapat mengerti satu sama lainnya.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi a. Tujuan Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi, setiap individu pasti memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada dasarnya tujuan komunikasi ialah agar orang lain yang berbicara dengan kita dapat mengerti juga memahami inti pesan yang disampaikan dan diharapkan adanya perubahan pandangan, sikap maupun perilaku. Menurut Onong Uchana Effendy ada beberapa tujuan orang

(25)

berkomunikasi yaitu Perubahan opini, Perubahan Sikap, Perubahan sosial, Perubahan perilaku (Effendy, 2006:8).

b. Fungsi Komunikasi

Menurut Nurhadi (2017:5) Fungi komunikasi merupakan kegiatan bertukar data, kebenaran dan ide, fungsi komunikasi juga mengenai persoalan pertukaran berita dan pesan. Berikut merupakan fungsi komunikasi :

a. Informasi : wadah untuk mengumpulkan, penyimpanan, pemrosesan, menyebarkan berita, data dan gambar, fakta, pesan juga opini agar dapat dimengerti, sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi : sebuah wadah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat menjalani fungsinya sebagai anggota masyarakat dengan baik dan efektif.

c. Motivasi : memotivasi individu agar dapat memastikan pilihan dan keiginannya, memotivasi kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama.

d. Perdebatan dan diskusi : bertukar fakta yang di butuhkan untuk memungkinkan adanya kesepakatan dan meniadakan perbedaan pendapat yang bersangkutan dengan publik.

e. Pendidikan : mendukung perkembangan zaman, membentuk sifat, juga terbentuknya keteampilan dan keahlian yang di butuhkan pada berbagai macam aspek kehidupan.

(26)

f. Memajukan hidup : mempublikasikan hasil budaya dan seni dengan maksud melestarikan peninggalan masa lalu.

g. Hiburan : penyebaran sinyal, simbol, suara dan imajinasi dari kajian drama, tari, kesenian, musi, olahraga, kesenangan, kelompok dan invidu.

h. Integrasi menyediakan bagi bangsa : Sekelompok masyarakat yang mendapatkan berbagai pesan yang mereka butuhkan untuk saling mengenal dan memahami keinginan orang lain.

Penulis beranggapan bahwa setiap pesan yang disampaikan memiliki fungsi diatas. Seperti pada penelitian ini, komunikasi memiliki tujuan dan fungsi komunikasi yaitu agar pasangan dapat menerima pesan yang di sampaikan dengan baik. Dengan keadaan jarak yang jauh dan keterbatasan waktu untuk bertemu, maka dengan berkomunikasi dengan baik dan secara terus-menerus akan dapat memperbaiki kondisi hubungan dengan baik.

2.2.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam berkomunikasi diperlukan unsur-unsur didalamnya, unsur- unsur yang di gunakan dalam berkomunikasi juga beragam, karena unsur yang di gunakan dalam berkomunikasi tergantung situasi dan siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Menurut Nurudin (2017:42) unsur-unsur komunikasi ialah:

1. Komunikator 2. Pesan

(27)

3. Media 4. Komunikan 5. Pengaruh 6. Umpan Balik

Unsur-unsur diatas merupakan unsur komunikasi yang di gunakan dalam komunikasi antarpribadi pasangan menikah yang menjalani hubungan jarak jauh.

2.2.4 Komunikasi Antar Pribadi

2.2.4.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi interpersonal merupakan sebuah hubungan yang berbeda, disebut seperti itu karena selalu di mulai dari proses yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu mengakibatkan individu mudah terpengaruh. Menurut Wiryanto (2004:32 ) Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang di lakukan langsung oleh dua orang atau lebih melalui cara tatap muka, baik yang secara terorganisasi maupun beramai – ramai.

Menurut Budyanta (2011:7) komunikasi antarpribadi terjadi jika individu menilai tentang reaksi orang lain melalui data psikologis. Sedangkan hubungan antarpribadi dibutuhkan paling sedikit dua orang berkomunikasi secara antarpribadi.

Komunikasi Interpersonal ialah komunikasi antara individu - individu yang memungkinkan setiap individu mengerti pesan orang lain secara langsung, baik verbal maupun non verbal. Komunikasi Antarpersonal juga diartikan sebagai

(28)

sebuah komunikasi antar dua atau lebih individu, yang saking berinteraksi dan memberikan feedback dengan yang lainnya.

2.2.4.2 Komponen Komunikasi Interpersonal

Beberapa komponen yang harus ada didalam komunikasi Antarpersonal menurut Suranto (2011:7), yaitu :

1. Sumber

Sumber disini dapat di katakan sebagai komunikator, yang merupakan seseorang yang memiliki kebutuhan berkomunikasi, yaitu keinginan untuk berbagi keadaan dalam diri sendiri pada orang lain.

Kebutuhan ini dilakukan untuk mendapatkan kebanggaan, juga agar dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.

2. Enconding

Ialah sebuah kegiatan internal yang di jalani oleh komunikator untuk mewujudkan pesan yang dapat di lihat pada pemilihan simbol- simbol verbal dan juga non verbal, kemudian disusun sesuai dengan tata bahasa dan di sertai dengan sifat (penerima pesan)

3. Pesan

Ialah hasil dari Econding. Pesan merupakan kumpulan simbol- simbol baik yang berupa verbal maupun non verbal, yang mewakili keadaan pemberi pesan untuk memberi pesan kepada pihak lain. Pesan itulah yang di sampaikan oleh komunikator untuk di sebar luaskan dan di terima oleh penerima pesan.

4. Saluran

(29)

Adalah sebuah wadah disampaikannya pesan dari komunikan ke komunikator. Dalam komunikasi Antar Personal ini, di gunakannya saluran atau media dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung.

5. Penerima

Penerima pesan atau yang biasa di sebut komunikan merupakan seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. pada komunikasi Antar Personal ini penerima pesan bersifat aktif. Penerima pesan bukan hanya menerima tetapi juga memberikan umpan balik. Maka pada saat komunikan memberikan umpan balik tersebut, komunikator dapat mengetahui keberhasilan dalam menyampaikan sebuah pesan, apakah pesan itu tersampaikan dengan baik atau tidak.

6. Decoding

Decoding merupakan sebuah proses pengartian pesan atau pemberian makna si komunikan ketika mandapatkan pesan dari komunikator.

7. Respon

Respon ini merupakan hasil dari decoding. Pada tahap decoding komunikan memaknai pesan dari komunikator, maka pada tahap respon merupakan sebuah keputusan yang di ambil oleh komunikan atas pesan yang telah di terimanya. Respon tersebut dapat bersifat positif, netral juga negatif.

8. Gangguan

(30)

Gangguan sering terjadi di dalam bagian-bagian manapun dari sistem komunikasi. Gangguan dapat berupa apapun yang menjadikan konsep awal yang telah di buat menjadi berantakan dari segi penyampaian pesan dan penerimaan pesan.

9. Konteks Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi pada keadaan tertentu, di dalam komunikasi ada 3 dimensi yaitu, waktu, ruang dan nilai. Pada konteks ruang menunjukkan lingkungan yang nyata dan pasti tempat terjadinya komunikasi, seperti di jalan, teras ,ruangan. Konteks waktu menunjuk mengenai kapan komunikasi itu berlangsung, misalnya: siang, sore, dan malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya, kondisi ini mempengaruhi bagaimana suasana komunikasi, seperti: keadaan rumah, adat istiadat, norma pergaulan, etika dan lainnya.

2.2.4.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan akhir dari komunikasi interpersonal adalah persamaan arti dari pesan yang disampaikan komunikator dengan pesan yang diterima komunikan.

Sari (2017:11-12) menyebutkan komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan yaitu:

1. Mengenali diri sendiri juga orang lain 2. Mengetahui Dunia Luar

3. mewujudkan dan meningkatkan hubungan menjadi bermakna 4. Merubah sikap dan tingkah laku

5. Bermain dan kesenangan

(31)

6. Untuk menolong ahli kejiwaan 2.2.4.4 Bentuk Komunikasi Antarpribadi

Berikut bentuk komunikasi Antarpribadi yang dapat dilakukan dalam proses komunikasi antarpersonal menurut Sari (2017 :10-11) :

1. Dialog : Merupakan sebuah percakapan yang di dalamnya mengandung arti untuk saling mengerti, memahami dan menciptakan kedamaian untuk bekerja sama dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Sharing : Sharing merupakan sebuah media dimana saling bertukar pengalaman diri, dalam proses ini terjadi sebuah percakapan yang di dalamnya lebih dari 2 orang yang saling bertukar pendapat dan pengalamannya.

3. Wawancara : Wawancara mempunyai tujuan untuk menggapai sesuatu dalam bentuk komunikasi. Pihak-pihak yang mengikuti wawancara ini mempunyai peran yang aktif dalam bertukar informasi. Dalam wawancara ini kedua belah pihak saling berbicara, mendengar dan menjawab satu dengan yang lainnya.

4. Konseling : Bentuk komunikasi ini digunakan bagi orang-orang yang membutuhkan dampingan dalam menyelesaikan masalah.

Mereka akan melakukan konsultasi untuk menemukan jalan agar dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.

(32)

2.2.4.5 Faktor - Faktor Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Hidayat (2012: 56) yang menjadi faktor untuk meningkatkan hubungan interpersonal, mulai dari seberapa berkualitas komunikasi itu . Faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi anatar lain:

1. Percaya (trust)

Faktor kepercayaan adalah faktor yang paling berpengaruh pada komunikasi Interpersonal. Jika antara pasangan menikah memiliki kepercayaan yang baik dan kuat, maka akan terbentuk rasa saling mengerti sehingga terbentuklah sikap saling terbuka, mengisi satu dengan yang lainnya, sikap pengertian dan tidak terjadinya kesalahpahaman. Di mulai dari masa perkenalan dan masa saling yakin satu dengan lainnya, kepercayaan merupakan salah satu faktor yang menentukan efektivitas komunikasi. Terlebih pada pasangan jarak jauh, kepercayaan merupakan sebuah modal penting dalam menjalakan sebuah hubungan, agar hubungan tetap terjaga baik dan harmonis.

2. Sikap suportif

Merupakan sebuah cara untuk mengurangi sikap preventiv dalam berkomunikasi yang bisa terjadi di karenakan faktor-faktor pribadi seperti takut, cemas, dan lainnya yang mengakibatkan komunikasi interpersonal itu menjadi tidak berhasil. Individu preventiv seperti ini lebih mementingakn dirinya untuk berlindung dari ancaman dalam berkomunikasi

3. Sikap terbuka

(33)

Pada sikap ini, di harapkan tidak ada hal-hal yang tertutup dalam berkomunikasi. Sehingga pada kasus pasangan LDR ini dapan menjadi hal penting untuk saling terbuka satu dengan yang lainnya. Sikap ini juga di harapkan menumbuhkan sikap saling terbuka dan di harapkan timbulnya sikap saling pengertian dan saling menghargai. Karena hal-hal tersebut penting untuk membangun kualitas hubungan interpersonal.

2.2.4.6 Faktor Penghambat Komunikasi Antarpribadi

Biasanya, kesalahan dalam komunikasi intepersonal dimulai dari ketidaksamaan makna pesan yang diterima oleh penerima pesan dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator dikarenakan kurang tepatnya komunikator dalam menyampaikan pesan. Berikut faktor-faktor penghambat dalam komunikasi interpersonal, antara lain sebagai berikut: Suranto (2011:86-87)

1. Kredibilitas komunikator rendah 2. Penggunaan media yang tidak tepat

3. Kurangnya memahami latar belakang sosial budaya 4. Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah 5. Kekurangan memahami lawan bicara

6. Perbedaan Bahasa 7. Berprasangka Buruk 2.2.4.7 Konflik dalam Hubungan

Menurut Sari (2017 : 37) Konflik merupakan ketidaksesuaian yang timbul di akibatkan oleh tidak selarasnya pikiran yang ada pada masing-masing pihak

(34)

yang ada di dalam hubungan interpersonal. Adanya konflik merupakan bagian dari hal yang wajar jika terjadi dalam sebuah hubungan. Adanya konflik dalam komunikasi tidak saja menandakan bahwa adanya masalah di dalam hubungan, tetapi konflik juga dapat menjadi tanda bahwa individu-individu saling terlibat satu dengan yang lainnya.

2.2.5 Hubungan Jarak Jauh

Hubungan jarak jauh atau biasa disebut dengan (LDR) adalah dimana sepasang kekasih (berpacaran atau menikah) di pisahkan oleh jarak yang tidak memungkinkan adanya pertemuan secara langsung dalam waktu tertentu, Hampton (2004:77). Hubungan jarak jauh atau biasa disebut dengan (LDR) dilakukan oleh mereka yang menjalani hubungan berbeda letak geografis, atau berbeda tempat tinggal. Pada umur dewasa, manusia bergerak mencari tempat dimana mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan mereka juga dimana mereka di terima. Kebutuhan hidup yang juga semakin meningkat membuat pilihan untuk bekerja di luar kota atau tempat yang jauh dari tempat asal kita menjadi pilihan agar dapat bertahan hidup dan menjadikan pasangan tersebut menjalani hubungan jarah jauh.

Jadi dapat di simpulkan bahwa hubungan jarak jauh merupakan proses yang di jalanin sebuah pasangan dalam menjalani hubungannya dengan perbedaan jarak dan juga tempat dan juga fisik dalam waktu tertentu

(35)

2.2.6 Pernikahan Jarak Jauh

2.2.6.1 Pengertian Pernikahan Jarak Jauh

Menurut Pistole 2010 (dalam Hendriani 2015) pernikahan jarak jauh sebuah ikatan pernikahan yang dipisahkan oleh jarak fisik, dimana salah satu pasangannya harus pergi ke tempat lain untuk sebuah kepentingan, sedangkan pasangan satunya tetap tinggal.

Menurut Bergen & McBride 2014 (dalam Hendriani 2015) pernikahan jarak jauh di gambarkan oleh pasangan menikah yang tidak tinggal pada tempat yang sama untuk waktu yang lama untuk sebuah kepentingan pekerjaan pasangannya.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan hubungan keromantisan antara pasangan terganggu karena terpisah secara fisik maupun waktu dan juga jarak yang berjauhan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan pernikahan jarak jauh ialah mereka pasangan suami-istri yang menjalani pernikahan berbeda tempat tinggal.

2.2.6.2 Ciri-Ciri Pernikahan Jarak Jauh

Berikut merupakan ciri-ciri pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh : a. Tidak selalu dapat bersama, karena terpisah jarak dan juga waktu.

b. Bertempat tinggal secara terpisah, dikarenakan salah satu pasangan memiliki kepentingan seperti pekerjaan di daerah yang berbeda.

c. Terbatasnya waktu untuk bertemu, dikarenakan waktu liburan dan cuti yang hanya sedikit.

2.2.6.3 Faktor Penyebab Hubungan Jarak Jauh

(36)

Menurut Kaufmann (2000:1) faktor yang menjadi penyebab pasangan menjalani hubungan jarak jauh yaitu, faktor pendidikan dan pekerjaan.

1. Pendidikan

Adanya keinginan individu dalam mencapai keinginan untuk memiliki pendidikan yang lebih tinggi juga menjadi faktor terjadinya hubungan jarak jauh, karena mereka akan di pisahkan oleh jarak.

2. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu penyebab terjadinya hubungan jarak jauh. Adanya kondisi mobilitas kerja juga sulitnya mendapatkan pekerjaan menjadikan mereka harus merelakan hubungan percintaannya dipisahkan oleh jarak agar mendapatkan pencapaian karir yang memuaskan.

Maka dari keterangan di atas, dapat di simpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya hubungan jarak jauh adalah pendidikan dan pekerjaan.

2.2.6.4 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Jarak Jauh

Dalam menjaga keharmonisan rumah tangga pada hubungan jarak jauh di perlukan kepercayaan, komunikasi, keterbukaan serta kejujuran. Dapat di katakan pada hubungan yang rawan akan perpisahan dan sulit untuk di pertahankan karena apabila kepercayaan, keterbukaan, komunikasi, kejujuran serta kesepakatan yang tidak di bentuk dari awal, maka saat dilaksanakan akan timbul permasalahan.

Ketika terjadi sebuah permasalahan, maka penyelesaian konflik dapat berlangsung lama dan sulit. Adanya jarak yang jauh juga sedikitnya kesempatan

(37)

untuk bertemu menjadikan komunikasi tidak berlangsung efektif. Berbeda dengan pasangan yang tinggal bersama dan mempunyai waktu bertemu setiap hari, mereka akan lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahnnya karena intensitas bertemu yang besar.

Berikut adalah 3 permasalahan umum menurut Wood (2004 : 318-319) yang memicu timbulnya konflik pada pasangan yang berhubungan jarak jauh :

a. The lack of daily sharing, kebersamaan dengan pasangan yang tidak konsisten waktunya, membuat kurangnya kesempatan untuk berbagi.

Sedangkan diketahui bahwa semakin intens kita berkomunikasi dengan pasangan maka semakin kita mengenal karakteristik pasangan kita.

b. Unrealistic expectations about time together, waktu yang terbatas menjadikan pasangan beranggapan bahwa setiap pertemuan yang mereka lakukan haruslah sempurna. Padahal permasalahan dan pertengkaran merupakan hal yang wajar dalam sebuah pernikahan.

c. Unequal effort that the two partners invest in maintaining, timbulnya kekecewaan pada salah satu pasangan yang di akibatkan ketidakseimbangan usaha yang di berikan masing-masing individu. Ketika salah satu individu berusaha membangun komunikasi yang rutin dan baik tetapi tidak di lakukan oleh pasangan lainnya. Hal seperti ini yang akan menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan salah satu pasangan, sehingga dapat menimpulkan rasa pesimis terhadap kelanjutan hubungan.

2.2.7 Faktor Penyebab Miskomunikasi

(38)

Pada saat ini banyak orang-orang yang semakin menggemari belajar mengenai ilmu komunikasi, karena banyak pertengkaran dan timbulnya konflik dikarenakan adanya salah pemahaman dan salah pengertian dalam menanggapi orang lain. Menurut Suryanto (2015:16) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya miskomunikasi adalah :

1. Ontologi dalam Komunikasi 2. Asumsi Ontologi Kontemporer

a) Komunikasi sebagai relitas sosial, b) Komunikasi sebagai proses kreatif,

c) Komunikasi sebagai proses pengembangan, d) Komunikasi sebagai sistem yang kompleks, e) Komunikasi sebagai fenomena konteksual, f) Komunikasi sebagai aktivitas yang bertujuan, g) Komunikasi sebagai realita interaktif,

h) Komunikasi sebagai proses yang teratur.

(39)

2.3 Alur Pemikiran

Bagan 1. Kerangka Pemikiran.

Komunikasi Interpersonal pasangan suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh, dimana didalam menjalani hubungan di butuhkan intensitas dalam memberi pesan juga memberi timbal balik pesan tersebut. Di dalam hubungan tersebut juga terdapat hambatan dalam menjalaninya seperti kurangnya waktu berkomunikasi, terbatasnya intensitas pertemuan, dan terjadinya miss

Pernikahan Jarak Jauh

Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi pasangan LDR dalam menjalani hubungannya

Isi pesan komunikasi

Feedback komunikasi

Hambatan komunikasi

Komunikasi Antar Pribadi Pasangan suami-istri dalam menjalani hubungan jarak jauh.

(40)

communication karena berbeda letak geografis dan bagaimana pasangan tersebut berupaya baik agar hubungan rumah tangga dapat bertahan.

(41)

29 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian di laksanakan di Perumahan Papan Mas, Tambun dan juga di PT. Tokyo Seimitsu Buhin Indonesia. Penelitian yang di lakukan di Perumahan Papan Mas pada sepasang suami istri yang tinggal tepisah karena suami bekerja di luar kota dan kembali setiap 3 bulan sekali.

Begitu juga penelitian di lakukan di PT. Tokyo Seimitsu Buhin Indonesia. Penelitian dilakukan pada karyawati yang juga tinggal terpisah dengan suami karena urusan pekerjaan yang berbeda kota dan kembali kerumah sekitar 2-3 bulan sekali.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung mulai dari Maret 2021 – Juli 2021.

(42)

3.2 Desain Penelitian 3.2.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan cara yang dasar dalam melaksanakan tindakan berpikir, melakukan anggapan serta melakukan nilai yang berkaitan dengan suatu yang secara khusus mengenai sebuah realitas. Menurut Kriyantono (2006:1) paradigma merupakan cara pandang kita dalam menafsirkan kejadian atau sikap seseorang.

Paradigma pada penelitian ini merupakan paradigma konstruktivisme.

Paradigma konstruktivis. Paradigma ini menyatakan bahwa adanya sebuah realitas pada bentuk yang beragam. Kontruksi mental di dasarkan pada pengalaman serta pada pihak yang bersangkutan. Menurut Creswell (2014:32) individu –individu di dalam penelitian ini menggunakan makna yang beragam.

Menurut Nurhadi (2017:34) Paradigma konstruktivisme cenderung ke arah komunikasi interpersonal yang menginginkan terjadinya komunikasi dua arah.

3.2.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang di gunakan peneliti dalam penelitian ialah pendekatan kualitatif. Menurut Mulyana (2018:7) Penelitian kualitatif memahami dan mengartikan fenomena berdasarkan makna-makna yang narasumber berikan pada hal tersebut. Secara dasar penelitian kualitatif di pahami dengan keinginan peneliti untuk mengetahui dan mendalami sebuah makna, konteks, dan suatu pendekatan holistic pada fenomena

(43)

Penelitian Kualitatif merupakan kumpulan metode untuk mengeksplorasi juga memahami arti dan makna yang diperoleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data-data yang penting dan spesifik dari informan, menganalisis data secara induktif mulai dari perihal yang khusus ke perihal yang umum, dan menerjemahkan arti dari sebuah data.

(Cresswel,2013:4-5) 3.2.3 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus (case study) yang merupakan suatu bagian dari metode kualitatif yang mendalami suatu kasus tertentu dengan lebih mendalam yang melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. studi kasus merupakan penjelasan mengenai bukan hanya individu, tetapi kelompok dan juga sebuah organisasi mengenai berbagai aspek. Mulyana (2018:247)

Menurut Mulyana (2018:247) Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian studi kasus berupa wawancara, penelaahan dokumen, pengamatan, survey, dan data apapun untuk menguraikan kasus secara khusus dan terperinci. Penelitian studi kasus ini menekankan peneliti untuk mempelajari dengan baik dan semaksimal mungkin mengenai seseorang atau kelompok juga sebuah kejadian agar peneliti dapat memberikan pandangan lengkapnya mengenai subjek dan objek yang di teliti.

(44)

3.2.4 Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan sifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan sebuah permasalahan yang ada berdasarkan data-data dengan menyajikan, menganalisis dan menginterpretasikan nya. Menurut Eriyanto (2011:47) analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Penelitian deskriptif ini bertujuan mempelajari masalah yang ada di dalam masyarakat dengan situasi tertentu, seperti sikap, pandangan, juga apa saja yang sedang terjadi dan menjadi pengaruh dari sebuah fenomena tersebut.

3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian sangat penting untuk penelitian.

Berikut adalah subyek dan obyek penelitian ini : 1. Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, informan adalah subyek penelitian karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas. Subjek penelitian ini adalah komunikasi interpersonal jarak jauh pada pasangan menikah.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ialah sebuah hal yang ingin diketahui oleh peneliti atau yang diteliti oleh subjek penelitian. Maka objek penelitian pada penelitian ini adalah pasangan suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh.

(45)

3.4 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan Teknik purposive sampling. Menurut Bungin (2006:156) Teknik Purposive sampling ini menggunakan cara seleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti dengan dasar dan tujuan tertentu.

Informan yang di teliti oleh penulis sama-sama sudah menjalani pernikahan dengan hubungan jarak jauh selama lebih dari 5 tahun. Alasan mengapa pasangan ini menjalani hubungan jarak jauh karena para suami yang harus bekerja berbeda wilayah dan pulang untuk libur/cuti setiap 2-3 bulan sekali.

Informan tersebut antara lain Ialah H dan L, pasangan ini sudah menikah hampir 7 tahun. Pasangan ini belum mempunyai keturunan dalam rumah tangganya. Pasangan ini menjalani pernikahan jarak jauh dari awal menjalani rumah tangga, yang di karenakan suami bekerja di luar kota (kalimantan).

Pasangan yang kedua I dan S, pasangan ini menjalani hubungan pernikahan selama 9 tahun. Pasangan ini memiliki 2 anak dalam pernikahannya, pasangan ini menjalani hubungan jarak jauh pada di awal 2 tahun pernikahan. Suami yang bekerja di luar kota (kalimantan) menyebabkan pasangan ini harus berjauhan. Pasangan ketiga ialah E dan D, pasangan ini sudah menjalani pernikahan selama 7 tahun. Pasangan ini sudah memiliki 1 anak perempuan dalam pernikahannya. Pasangan ini menjalani hubungan jarak jauh karena suami bekerja di luar kota (berpindah – pindah) karena bekerja pada bidang

(46)

kelautan. (hasil wawancara peneliti dengan pada narasumber pada tanggal 10 Juli 2021)

3.5 Operasionalisasi Konsep

Berdasarkan penelitian yang berjudul “komunikasi Interpersonal pasangan jarak jauh dalam mempertahankan rumah tangga”, operasionalisasi konsep dalam penelitian dalam penelitian yang penulis tulis ialah dimana pasangan suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Di dalam hubungan jarak jauh banyak permasalahan yang terjadi, seperti kurangnya komunikasi dan kurangnya intensitas pertemuan seperti pasangan pada umumnya. Terjadi juga krisis kepercayaan yang timbul akibat kecemburuan karena perbedaan letak geografis yang mengharuskan mereka pisah dan tidak dapat bertemu. Maka di cari cara agar bagaimana pasangan tersebut dapat mempertahankan rumah tangga pasangan tersebut.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Diperlukan beberapa teknik pengumpulan data untuk memperkuat penelitian, berikut teknik pengumpulan data menurut Bungin (2007 : 110) :

1. Wawancara : wawancara merupakan sebuah proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan. Materi wawancara yang di tanyakan kepada informan merupakan tema penelitian yang akan di teliti oleh peneliti.

(47)

2. Obervasi : merupakan sebuah cara pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan yang di bantu dengan panca indra sebagai pembantunya. Teknik ini menggunakan kemampuan seseorang menggunakan pengamatannya melalui hasil pancaindra mata serta di bantu dengan pancaindra lainnya.

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan sebuah proses pengumpulan data secara terstruktur dalam mengumpulkan data untuk mempermudah peneliti mendapatkan kesimpulan. Teknis analisis data yang peneliti gunakan dalam proposal ini ialah analisis data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa kegiatan dalam analisis data kualitatif dilakukan sampai datanya sudah jenuh secara terus menerus. Sugiyono (2015:337) kegiatan pada penelitian yang di lakukan secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyajian data, dan verification.

(48)

36 4.1 Subyek Penelitian

Pada bab ini peneliti menjabarkan gambaran umum mengenai subjek penelitian. Penelitian ini juga menjelaskan menganai profil keluarga yang telah di pilih oleh penulis sebagai objek dari penelitian ini.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi di lapangan serta informasi-informasi yang di dapat dari jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis pada saat wawancara. Penulis melakukan wawancara bersama ibu L, ibu D, ibu S.

4.1.1 Gambaran Umum Penelitian

Pada bab ini penulis menjabarkan hasil penelitian bagaimana pasangan suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh dalam mempertahankan rumah tangganya. Apa saja upaya yang di lakukan agar pernikahan dapat bertahan dalam tekanan permasalahan yang di hadapi. “kalau sudah menikah tapi tinggalnya jauhan cobaannya lebih berat loh hehe, banyak masalah-masalah yang kecil jadi besar karna jauhan itu” tutur informan L.

Keadaan ekonomi juga menjadi salah satu hal yang mendasari Pernikahan jarak jauh ini terjadi. Kemampuan yang di miliki oleh suami yang sesuai dengan pekerjaan yang mengharuskan bekerja di luar kota.

(49)

Adanya tuntutan ekonomi yang mengharuskan kepala rumah tangga tetap bekerja dan menghasilkan uang untuk keluarga menjadikan bekerja jauh dari keluarga sebagai pilihan yang harus di ambil, hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya hubungan jarak jauh dalam sebuah pernikahan.

Kesalahpahaman sering kali terjadi dalam komunikasi pasangan jarak jauh ini, kurangnya intensitas berkomunikasi, sulitnya mendapatkan jaringan dan juga kurangnya rasa kepercayaan antar satu dengan yang lainnya membuat timbulnya masalah-masalah yang dapat mengakibatkan timbulnya pertengkaran pada pasangan tersebut. “kalo kita gak pinter-pinter pake waktu dan perasaan pas ada waktu buat komunikasi sih kacau, berantakan dari awal pernikahan ini” informan D.

Maka peneliti menggunakan kesempatan ini untuk menyusun proposal melalui data yang sudah di lakukan selama proses pengumpulan data. hasil dari penelitian ini diuraikan dan disajikan dalam bentuk kutipan wawancara dengan informan.

Dalam proses pengumpulan data penulis melakukan observasi pada pasangan tersebut, juga melakukan proses wawancara pada istri guna memperoleh informasi juga data yang di perlukan pada penelitian ini.

4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di daerah Bekasi, lebih tepatnya di lakukan di dua tempat yakni PT. Tokyo Seimitsu Buhin Indonesia dan

(50)

juga di Perumahan Papanmas Tambun. Dua dari informan merupakan pekerja di perusahaan yang sama dengan penulis dan informan ketiga merupakan saudara penulis yang bertempat tinggal di daerah Bekasi.

Penulis memakai informan yang sama-sama bertempat tinggal di Bekasi. Informan tersebut memiliki kesamaan yakni menjalani pernikahan jarak jauh dan memilih tetap tinggal di Bekasi.

4.1.3 Data Diri Informan

Adapun berikut merukapan data-data informan yang di wawacarai oleh penulis untuk memberikan informasi yang di butuhkan oleh penulis.

Penulis memilih 3 pasangan yang menjadi sumber informasi dan pengumpulan data, yakni :

1. Informan Pertama a. Nama : H & L

b. Umur : 39 tahun dan 35 tahun c. Status : pasangan suami istri

pasangan ini belim memiliki keturunan dalam pernikahannya.

Penulis melakukan wawancara dengan informan di rumah informan tersebut, informan tersebut sangat kooperatif selama melakukan proses wawancara. Karakter informan tersebut sangat terbuka dan friendly dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh penulis terkait bagaimana narasumber dapat mempertahankan rumahtangganya dengan menjalani pernikahan jarak jauh.

(51)

2. Informan kedua a. Nama : I dan S

b. Umur : 44 dan 42 tahun c. Status : pasangan suami istri

Pasangan ini memiliki 2 orang anak dalam pernikahannya.

Penulis melakukan wawancara dengan informan melalui chat whatsapp, dikarenakan pada saat jadwal wawancara informan yang bersangkutan sedang dalam perawatan di Wisma Atlet dikarenakan terpapar covid-19. Narasumber sangat terbuka dalam menjawab setiap pertanyaan yang di berikan oleh penulis.

3. Informan ketiga a. Nama : E dan D

b. Umur : 41 tahun dan 39 tahun c. Status : pasangan suami istri

pasangan ini sudah di karuniai 1 orang putri salam rumahtangganya. Penelitian di lakukan menggunakan media chat, dikarenakan perbedaan jam kerja dengan narasumber juga pandemi yang menjadikan narasumber enggan untuk bertemu langsung dan memilih menggunakan media WhatsApp sebagai sarana wawancara dan pemberian informasi.

(52)

4.2 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan 3 orang informan yang sesuai dan cocok dengan permasalahan yang di angkat oleh penulis dalam penyusunan proposal ini. Narasumber tersebut mempunyai kesamaan yakni, mereka sudah menikan dengan rentang waktu 5 – 10 tahun.

Ketiga informan tersebut sama-sama menjalani hubungan pernikahan jarak jauh, dengan kondisi suami bekerja jauh di luar kota dan istri tetap tinggal dirumah yang mereka beli dan tempat asal mereka.

Suami yang bekerja di luar kota tidak dapat bertemu setiap hari dengan keluarga dikerenakan waktu kepulangan mereka bisa 2-3 bulan sekali.

Salah satu yang menjadi alasan mengapa pasangan tersebut menjalani rumah tangga dengan kondisi berjauhan karena faktor ekonomi.

Pekerjaan suami yang mengharuskan bekerja di luar kota dan meninggalkan istri juga keluarga dirumah menjadikan pasangan tersebut berbeda dengan pasangan rumah tangga lainnya.

Pada dua pasang informan menjalani hubungan jarak jauh mulai dari masi berpacaran dan satu pasangan lagi menjalaninya ketika sudah menikah. Pada dua pasang tersebut mengakatan sudah terbiasa dengan jarak maka tidak ada masalah ketika harus maju ke pernikahan, tetapi ternyata tidak seperti yang di bayangkan bahwa berpacaran dam menikah ialah 2 hal yang berbeda.

(53)

Menjalani hubungan pernikahan jarak jauh merupakan hal sulit yang di jalani oleh para informan, terlebih pekerjaan yang dijalani oleh suami merupakan pekerjaan “lapangan” yang tidak bisa setiap saat menggunakan telepon genggam atau mendapatkan signal karena lokasi pekerjaan yang tidak memungkinkan, seperti di tengah hutan atau di tengah laut.

Komunikasi merupakan hal penting yang harus di jaga pada saat menjalani hubungan ini, dengan keterbatasan waktu yang dimiliki untuk berkomunikasi, maka ketika ada waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi dimanfaatkan dengan baik. Banyak hal yang ingin diceritakan dan diungkapkan pada saat berkomunikasi tetapi sadar akan waktu dan akses yang terbatas maka terkadang tidak semua hal dapat dibicarakan pada saat itu juga.

Permasalahan yang di hadapi pada pasangan menikah yang menjalani hubungan jarak jauh tidak hanya waktu melainkan hal lain, seperti kurangnya mendapatkan rasa kasih sayang dan perhatian satu dengan yang lainnya, kecemburuan, kecurigaan juga kesepian karena tidak hadirnya salah satu pasangan secara fisik bersama mereka setiap hari.

Kurangnya kasih sayang juga perhatian menjadikan pernikahan tersebut cukup berat untuk dijalani pada awalnya, adanya teknologi pada zaman saat ini sedikit mempermudah pasangan jarak jauh untuk tetap menjalin komunikasi satu dengan lainnya. Bukan hanya dengan berbalas pesan saja, tetapi mereka bisa saling mendengarkan suara dan juga

(54)

melakukan VideoCall yaitu melakukan panggilan dengan saling melihat wajah pasangan.

Kesibukan suami dan kurangnya waktu untuk berkomunikasi membuat sebuah peluang terjadinya perselingkuhan. Pada penelitian awal yang dilakukan oleh penulis bahwa benar informan(istri) pernah melakukan perselingkuhan dalam pernikahan mereka. Melakukan hal tersebut dengan sadar, dengan alasan karena mereka kesepiah harus di tinggal dengan waktu yang lama dan tidak mendapatkan perhatian lebih seperti pasangan menikah lainnya.

Pertengkaran hebat juga terjadi dalam rumah tangga pasangan jarak jauh ini, mulai dari pertikaian yang besar hingga keluar kalimat akan mengkahiri pernikahanpun pernah terjadi. Perselingkuhan terjadi pada awal-awal pernikahan, dimana pada istri ingin merasakan indahnya awal- awal ber-rumah tangga tetapi harus langsung terpisah pada waktu yang lama. Kesepian, kesendirian, kebosanan menjadi alasan mengapa istri berani melakukan hal itu.

Bukan hal mudah untuk dapat menyelesaikan permasalahan itu, diperlukan sikap saling terbuka dan percaya satu dengan lainnya agar pernikahan tetap baik dan utuh. Terbuka pada pasangan perihal apa yang di inginkan satu dengan lainnya, apa yang sedang dipikirkan dan tidak berusaha menutupi merupakan cara yang perlu di lakukan pasangan menikah jarak jauh.

Gambar

FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN  INFORMAN L
FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN  INFORMAN S
FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN  INFORMAN D

Referensi

Dokumen terkait

Wacana keduanya dalam ranah praksis menghadapkan dunia pesantren pada realitas kontradiktif, pada satu sisi publik memahami radikalisme Islam tumbuh dari pesantren, sisi

Dalam memahami pengalaman, seseorang di sisi lain untuk menghasilkan pengalaman, memahami konteks sosial untuk membangun makna dalam pikiran dengan berperilaku tiga

Jelaskan mengapa Teori Sosial Budaya dalam penelitian tidak digunakan untuk melakukan eksperimen tetapi memahami sebuah peristiwa atau

Senada dengan teori simulasi Baudrillard yang berbicara tentang hiper-realitas, timbul keinginan untuk mengetahui kesamaan makna yang terkandung dalam fenomena antara

Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa, maka dapat diketahui bahwa teori mengetahui (epistemologi)nya pada.. dasarnya adalah

Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk mengurai makna dan realitas dari subjek penelitian yaitu gejala- gejala Islamophobia yang

Karena perubahan sosial merupakan dasar untuk memahami realitas pembangunan masyarakat, prinsip-prinsip umum, teori, dan kecenderungan dalam proses perubahan sosial dapat digunakan

Pembelajaran dapat dimulai dari jenis teks yang memuat topik yang sudah dikenal oleh peserta didik untuk membantu mereka memahami isi teks yang dibacanya dan kemudian mampu menghasilkan