• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstract - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "abstract - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

REALISASI PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN BERDISKUSI SISWA KELAS VIII SMPN 1 RAO

KABUPATEN PASAMAN

Irma Susanti, Asri Wahyuni Sari, Afrini Rahmi

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

Background research is still a lot of students in discussion activities speak less in accordance with the principle of language politeness, because the speech of satire, ridicule, or rebuttal that can offend other people. The student's speech also impressed the participants to agree with their opinions so that the discussion participants were not happy. This type of research is qualitative with descriptive method. The study population is all students of class VIII SMPN 1 Rao Pasaman District registered in 2017-2018 with the number of students 191 people. The class that used as the research sample is 2 classes, the class which is used as the research sample is adjusted to the condition when doing the research. Data collection is done by tapping technique. Data analysis is done by method of match and agih. Based on the analysis of discussion data obtained the results: 1) Deviation principle deviation on classroom discussion activities of students of grade VIII SMPN 1 Rao Pasaman District in the form of maximal deviations of wisdom, maxim of appreciation, maxim of generosity, maxim of simplicity, maxim of conspiracy and maxim of inference. Among the maxims, the maxim of the most distorted is the maxim of appreciation, wisdom and generosity and 2) The compliance of politeness in the class discussion activities of students of grade VIII SMPN 1 Rao Pasaman District in the form of maximization of maxim of wisdom, maxim of generosity, maxim of conspiracy, maximization of inferiority, and maxim of appreciation and no absence of maximizing simplicity. From the above maxims, the maxim of the most adhered is the maxim of wisdom.

Keywords: Deviation Principle, Compliance Principle

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik diantara alat-alat komunikasi lainnya, seperti simbol, tanda dan sebagainya. Berbahasa merupakan setuturan upaya sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk

mengungkapkan ide, perasaan, dan kesan pikiran yang dimiliki agar orang lain mengetahui apa maksud dan tujuan pembicara. Berbahasa yang dikenal dengan pertuturan pasti memerlukan mitra tutur atau lawan bicara. Tuturan

(2)

2 yang digunakan menunjukkan kesantunan seseorang dalam berbahasa.

Manusia perlu memperhatikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Menurut Zamzani,dkk. (2010: 2) kesantunan (politeness) merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain.. Kesantunan bertujuan agar manusia bisa menggunakan bahasa yang santun dan tidak melakukan kesalahan dalam berbahasa. Tuturan dalam bahasa Indonesia secara umum sudah dianggap santun jika penutur menggunakan kata- kata yang santun Selanjutnya terlihat dari tuturan tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara langsung, serta menghormati orang lain.

Kesantunan dalam berbahasa merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap masyarakat saat berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, norma-norma itu tampak dari perilaku verbal dan perilaku nonverbal. Perilaku verbal dalam fungsi imperatif misalnya, terlihat ketika penutur mengungkapkan

perintah, keharusan, atau larangan melakukan sesuatu kepada mitra tutur.

Perilaku nonverbal tampak dari bentuk mimik, gerak gerik tubuh, sikap atau perilaku yang mendukung pengungkapan kepribadian seseorang.

Bahasa yang digunakan seseorang ketika bertutur kepada orang lain dapat mencerminkan karakter dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut.

Prinsip kesantunan berbahasa dan faktor penentu tindak komunikatif semakin terabaikan di kalangan siswa dalam berkomunikasi sehari-hari, termasuk dalam berdiskusi. Tidak sedikit dari siswa mengabaikan hal ini dan tidak menekankan pada diri mereka untuk membiasakan bahasa yang santun dalam diskusi, salah satunya tidak memperhatikan etika berbahasa, dan didorong dengan tidak ada batasannya.

tuturan dikatakan santun atau tidak, sangat tergantung pada ukuran kesantunan masyarakat penutur bahasa yang dipakai. Menurut Chaer (2010: 10) secara singkat dan umum ada tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hesistancy), dan (3) kesamaan atau kesekawanan (equality

(3)

3 or camaraderie). Jadi, menurut Chaer (2010: 11) dengan singkat bisa dikatakan bahwa setuturan tuturan disebut santun kalau ia tidak terdengar m emaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur, dan lawan tutur itu menjadi senang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbicara siswa di muka umum atau di depan kelas. Adapun kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan berbicara yakni berdiskusi, bercerita, bertanya kepada guru, mengungkapkan gagasan, dan menanggapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran. Kegiatan berdiskusi merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi topik diskusi.

Permasalahan yang ditemukan pada siswa di sekolah dalam keterampilan berbicara salah satunya adalah diskusi. Kegiatan berdiskusi merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi topik diskusi. Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode diskusi terkadang muncul

penggunaan bahasa-bahasa yang kurang santun pada siswa dalam mengemukakan pendapatnya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran diperlukan materi cara berdiskusi yang santun dan pilihan kata yang tepat ketika berbicara kepada orang lain.

Saat siswa melakukan kegiatan berdiskusi dalam proses pembelajaran di kelas, beberapa di antaranya ada yang tidak memperhatikan kesantunan dalam berbahasa. Dalam berdiskusi, antara kelompok penyaji dan penanggap kurang saling menghargai. Oleh karena itu, melalui keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk melatih kesantunan berbahasa siswa ketika melakukan kegiatan berdiskusi atau berbicara kepada orang lain.

Kegiatan berdiskusi merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi topik diskusi. Di dalam kegiatan diskusi, moderator mengatur jalannya diskusi dengan menggunakan bahasa santun.

Penyaji memaparkan materi menggunakan bahasa yang santun pula.

Bahasa santun juga harus digunakan notulen untuk menulis pertanyaan, kritik, saran, ataupun pendapat peserta

(4)

4 diskusi. Notulen juga harus menggunakan bahasa yang santun ketika menyampaikan simpulan hasil diskusi.

Peserta diskusi harus mengajukan pertanyaan, menyampaikan kritik, saran, atau gagasan kepada penyaji dengan menggunakan bahasa santun. Dengan demikian, diskusi bisa digunakan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran sekaligus peningkatan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP N 1 Rao Kabupaten Pasaman, pada saat kegiatan diskusi kelas sering ditemui kesalahan- kesalahan dalam berbahasa siswa.

Dalam kegiatan diskusi masih ada yang memperhatikan aspek kesantunan berbahasa tetapi ada juga yang tidak.

Saat para siswa melakukan kegiatan berdiskusi dalam proses pembelajaran di kelas, beberapa diantaranya tidak memperhatikan kesantunan dalam berbahasa, seperti antara kelompok penyaji dan penanggap kurang saling menghargai. Beberapa di antaranya masih terlihat kesalahan dalam pemilihan kata dan cara berdiskusi yang santun ketika di dalam kelas. Tuturan yang dipakai terkadang berupa sindiran, ejekan, atau bantahan yang dapat menyinggung perasaan orang lain.

Tuturan siswa dalam berdiskusi terkesan memaksa peserta diskusi untuk setuju dengan pendapatnya sehingga peserta diskusi menjadi tidak senang, sehingga jika dihubungkan dengan teori prinsip kesantunan berbahasa, maka peserta diskusi tersebut melanggar maksim penghargaan. Maksim penghargaan dimana orang yang dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Melalui maksim ini diharapkan tuturan peserta diskusi tidak saling mengejek, mencaci atau saling merendahkan satu sama lain.

Berdasarkan hal yang sudah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang realisasi prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan berdiskusi siswa Kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman.

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan berdiskusi dan pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan berdiskusi siswa kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif.

Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa

(5)

5 metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sumber data penelitian yaitu terdiri dari dua kelas yang terdiri dari kelas VIII 1 dan VIII 7 dengan jumlah siswa 191 orang. sumber sekunder adalah dokumen yang menunjang serta dokumentasi. Dalam penelitian ini kelas yang dijadikan sampel adalah dua kelas yaitu kelas VIII2 dan VIII3. Pemilihan kelas yang dijadikan sampel penelitian disesuaikan dengan kondisi ketika melakukan penelitian

Teknik sadap terbagi menjadi dua yakni teknik SLC (simak libat cakap) dan SBLC (simak bebas libat cakap).

Pada penelitian ini menggunakan teknik SBLC (simak bebas libat cakap), karena peneliti tidak melibatkan diri dalam kegiatan percakapan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Peneliti hanya mengamati dan menyimak penggunaan bahasa yang diucapkan siswa ketika berdiskusi. Selain itu, digunakan pula teknik rekam dan teknik catat sebagai lanjutan dari teknik simak bebas libat cakap. Teknik perekaman digunakan untuk merekam percakapan pada

kegiatan diskusi siswa untuk memudahkan tahap pencatatan data.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) dengan segenap pengetahuannya mengenai teori-teori yang mendukung penelitian (Moleong, 2010: 121).

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan metode agih.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Sudaryanto (2003: 30) triangulasi adalah teknik penentuan keabsahan data dengan cara melakukan pengecekan atau pemeriksaan melalui cara lain, selain yang sudah dilakukan sebelumnya untuk memperoleh data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teori. Triangulasi teori ini dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan teori kesantunan berbahasa yang sudah ada dan relevan, baik teori yang terdapat dalam buku kesantunan berbahasa maupun laporan hasil penelitian.

(6)

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman.

Berikut ini akan dijelaskan tentang penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan berdiskusi siswa kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman yang terdiri dari enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim maksin kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian.

Penyimpangan Maksim Kebijaksanaan

Data Kelompok 1 kelas VIII.2

Peserta diskusi: “Saya ingin menambahkan, saya rasa ide dalam paragraf tersebut adalah ide pokok yang harus dikembangkan”

Konteks:

Peserta diskusi terlihat protektif terhadap pendapat yang mereka kemukakan dan terkesan merendahkan lawan tutur.

Penyimpangan maksim kebijaksanaan pada data kelompok 1 di atas, terlihat penyimpangan maksim kebijaksanaan dari Ends, yaitu terlihat dari maksud dan tujuan dari tuturan yang disampaikan oleh peserta diskusi.

Tuturan peserta diskusi menyimpang dari prinsip kesantunan karena dalam tuturan “Saya ingin menambahkan, saya rasa ide dalam paragraf tersebut adalah ide pokok yang harus dikembangkan”

terlihat peserta diskusi bermaksud untuk menolak pendapat dari hasil diskusi kelompok 1.

Penyimpangan Maksim Kedermawanan

Data kelompok 1 Kelas VIII.2

Peserta lain: “Betul, kesimpulan dari kelompok 1 saya rasa masih kurang.”

Konteks:

Pada saat diskusi, peserta menolak jawaban yang diberikan oleh Moderator. Data di atas menyimpang dari maksim kedermawanan karena tuturan pihak peserta diskusi menunjukkan sikap tidak menghormati hasil diskusi kelompok lain.

Penyimpangan maksim kedermawanan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan peserta mengacu pada tuturan peserta diskusi menyimpang dari segi Act Sequence, karena pesan yang disampaikan oleh peserta diskusi terkesan sombong.

Penyimpangan Maksim Penghargaan Data kelompok 1 kelas VIII.2

Moderator: “Terima kasih bagi teman- teman yang telah memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok kami”

Konteks:

Pada saat moderator menutup kegiatan diskusi kelompoknya, moderator mengucapkan terima kasih atas masukan kelompok lain. Kalimat Terima kasih atas masukan mempelihatkan ujaran moderator kurang menghargai pendapat orang lain.

Penyimpangan maksim penghargaan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan moderator diucapkan dengan suara keras. Tuturan moderator menyimpang dari segi Norm, karena pesan yang disampaikan oleh moderator melalui tuturan disampaikan dengan nada keras.

(7)

7 Penyimpangan Maksim Kesederhanaan

Data kelompok 1 kelas VIII.2

Moderator : “Apakah teman-teman ada tanggapan?

Konteks:

Ketika moderator menjawab pertanyaan dari peserta diskusi, moderator terlihat menonjolkan kelebihannya dengan agar peserta diskusi untuk menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh moderator.

Penyimpangan maksim kesederhanaan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan moderator mengacu pada pesan yang disampaikan oleh moderator. Tuturan moderator menyimpang dari segi Ends, karena pesan yang disampaikan oleh moderator menantang peserta diskusi.

Penyimpangan Maksim Permufakatan

Data kelompok 1 kelas VIII.2

Peserta diskusi: “Kalau masih kurang silahkan saudara lengkapi’

Konteks:

Moderator mempersilahkan peserta diskusi untuk bertanya, tetapi peserta diskusi justru menanyakan pada moderator tentang kesimpulan hasil diskusi yang mereka lakukan, berarti tidak sependapat dengan jawaban yang diberikan oleh moderator.

Penyimpangan maksim

permufakatan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan peserta diskusi memperlihatkan adanya ketidaksepakatan antara moderator dengan peserta diskusi. Tuturan peserta diskusi menyimpang dari segi participants, karena pesan yang disampaikan oleh peserta diskusi melalui tuturan memperlihatkan tuturan antara dua orang.

Penyimpangan Maksim Kesimpatian Data kelompok 4 kelas VIII.2

Peserta diskusi : Ya, lanjutkan saja karena kita ingin mendengarnya”

Konteks: Pada saat moderator selesai presentasi hasil diskusi, peserta diskusi menyatakan bahwa diskusi sebaiknya diteruskan. Tuturan ini mengandung diksi perintah, sehingga terlihat kurang sopan bagi moderator.

Penyimpangan maksim kesimpatian terdapat pada data kelompok 4 kelas VIII.2 karena tuturan peserta diskusi bernada memerintah moderator. Tuturan peserta diskusi menyimpang dari segi Key, karena pesan yang disampaikan oleh peserta diskusi diucapkan pada saat yang kurang tepat.

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan diskusi kelas siswa kelas VIII di SMPN 1 Rao Kabupdaten Pasaman berjumlah 41 data tuturan, yang terdiri dari penyimpangan prinsip kesantunan maksim kebijaksanaan sebanyak 7 tuturan, penmpangan maksim kedermawanan sebanyak 6 tuturan, penyimpangan maksim penghargaan sebanyak 8 tuturan, penyimpangan maksim kesederhanaan sebanyak 9 tuturan, penyimpangan maksim pemufakatan sebanyak 8 tuturan dan

(8)

8 penyimpangan maksim kesimpatian sebanyak 3 tuturan.

Pranowo (dalam Chaer, 2010: 69- 72) menyatakan bahwa ada beberapa faktor atau hal yang menyebabkan setuturan pertuturan itu menjadi tidak santun. Penyebab ketidaksantunan itu antara lain: 1) Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar, 2) Dorongan rasa emosi penutur, 3) Protektif terhadap pendapat, 4) Sengaja menuduh lawan tutur dan 5) Sengaja memojokkan mitra tutur.

Pematuhan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman.

Berikut ini akan dijelaskan tentang pemtatuhan prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan berdiskusi siswa kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman yang terdiri dari lima maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedernawanan, maksim penghargaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian.

Pematuhan Maksim Kebijaksanaan Data kelompok 1 kelas VIII.2

Moderator : “Terima kasih atas partisipasi rekan-rekan semua.”

Konteks:

Moderator menyampaikan terima kasih pada seluruh siswa yang mengikuti diskusi dan memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok 1.

Pematuhan maksim

kebijaksanaan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan moderator mengandung norma yang baik. Tuturan peserta diskusi dapat digolongkan pematuhan dari segi Norms, karena pesan yang disampaikan oleh moderator disampaikan sesuai

dengan norma yaitu mengucapkan terima kasih.

Pematuhan Maksim Kedermawanan Data kelompok 2 kelas VIII.2

Moderator : “Terima kasih, tapi kami rasa hasil diskusi kami masih belum sempurna

Konteks:

Moderator dengan sikap yang santun, tidak terkesan menyombongkan hasil diskusi kelompok mereka kepada peserta diskusi.

Pematuhan maksim

kedermawanan terdapat pada data kelompok 2 kelas VIII.2 karena tuturan moderator mengandung norma yang baik. Tuturan moderator dapat digolongkan pematuhan dari segi Ends, karena pesan yang disampaikan oleh moderator tidak menyombongkan hasil diskusi kelompok mereka.

Pematuhan Maksim Penghargaan Data kelompok 1 kelas VIII.2

Moderator: Terima kasih masukannya, nanti akan kami tambahkan pada kesimpulan

Konteks:

Pada saat pihak peserta diskusi dan moderator belum menemui kesepahaman, ada peserta yang memberikan penghargaan kepada moderator.

Pematuhan maksim

penghargaan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan moderator berarti menyampaikan pesan pada peserta diskusi. Tuturan moderator dapat digolongkan pematuhan dari segi Ends, karena moderator menyampaikan

(9)

9 pesan melalui tuturan pada peserta diskusi.

Pematuhan maksim penghargaan terdapat pada data kelompok 2 kelas VIII.2 karena tuturan moderator mengandung norma yang baik. Tuturan peserta diskusi dapat digolongkan pematuhan dari segi Norms, karena pesan yang disampaikan oleh moderator disampaikan sesuai dengan norma yaitu mengucapkan terima kasih.

Pematuhan Maksim Permufakatan Data kelompok 1 kelas VIII.2

Moderator : “Saya akan mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok kami.”

Konteks:

Moderator terlihat akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Moderator menyatakan yang akan dibacakan adalah hasil diskusi.

Pematuhan maksim

permufakatan terdapat pada data kelompok 1 kelas VIII.2 karena tuturan moderator dilakukan untuk memberi tahu peserta diskusi. Tuturan moderator dapat digolongkan pematuhan dari segi Ends, karena pesan yang disampaikan oleh moderator disampaikan sesuai dengan norma yaitu mengucapkan terima kasih.

Pematuhan Maksim Kesimpatian Data kelompok 2 kelas VIII.2

Peserta diskusi: “Saudara dari kelompok 1, kami tetap menghargai hasil diksusi kelompok 1 kok”

Konteks:

Pada saat ada peserta diskusi yang memberikan penghargaan terhadap hasil diskusi kelompok 2 yang sudah menampilkan hasil diskusi di depan kelas.

Pematuhan maksim kesimpatian terdapat pada data kelompok 2 kelas VIII.2 karena tuturan peserta diskusi bertujuan untuk memberi penghargaan.

Tuturan peserta diskusi dapat digolongkan pematuhan dari segi Endss, karena pesan yang disampaikan oleh peserta diskusi adalah tuturan yang bertujuan untuk memberi penghargaan terhadap hasil diskusi kelompok 2.

Pematuhan prinsip kesantunan berbahasa yang ditemukan dalam kegiatan diskusi kelas siswa kelas VIII di SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman yang terdiri dari tiga topik diskusi berjumlah 21 tuturan. Data pematuhan prinsip kesantunan tersebut berupa maksim kedermawanan, kebijaksanaan, permufakatan, penghargaan, dan kesimpatian.

Pranowo (2009: 110) menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat berhasil, yakni sebagai berikut: (1) Perhatikan situasinya, (2) Perhatikan mitra tuturnya, (3) Perhatikan pesan yang disampaikan, (4) Perhatikan tujuan yang hendak dicapai, (5) Perhatikan cara menyampaikan, (6) Perhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat, (7) Perhatikan ragam bahasa yang digunakan, (8) Perhatikan relevansi

(10)

10 tuturannya, (9) Jagalah martabat atau perasaan mitra tutur, (10) Hindari hal- hal yang kurang baik bagi mitra tutur (konfrontasi dengan mitra tutur), (11) Hindari pujian untuk diri sendiri, (12) Berikan keuntungan pada mitra tutur, (13) Berikan pujian pada mitra tutur, (14) Ungkapkan rasa simpati pada mitra tutur, (15) Ungkapkan hal-hal yang membuat mitra tutur menjadi senang dan (16) Buatlah kesepahaman dengan mitra tutur.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab IV dapat di simpulkan sebagai berikut ini

1. Penyimpangan prinsip kesantunan pada kegiatan diskusi kelas siswa kelas VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman berupa penyimpangan maksim kebijaksanaan, maksim

penghargaan, maksim

kedermawanan, maksim

kesederhanaan, maksim permufaatan dan maksim kesimpatian sebanyak 41 tuturan. Di antara maksim-maksim tersebut, maksim yang paling banyak disimpangkan adalah maksim kesederhanaan, penghargaan dan pemufakatan.

2. Pematuhan prinsip kesantunan pada kegiatan diskusi kelas siswa kelas

VIII SMPN 1 Rao Kabupaten Pasaman berupa pematuhan maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim

permufakatan, maksim kesimpatian, dan maksim penghargaan sebanyak 21 tuturan. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adnya pematuhan maksim kesederhanaan. Dari maksim- maksim di atas, maksim yang paling banyak dipatuhi adalah maksim kebijaksanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sudaryanto. 2003. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

Zamzani, dkk. 2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Sosial Bersemuka dan Non Bersemuka.

Laporan Penelitian Hibah Bersaing (Tahun Kedua). Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada

Referensi

Dokumen terkait

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan membaca cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berada pada