Dion Yera Setyo N 211510101062 Latar Belakang
Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam diterapkan oleh nenek moyang kita. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan menggunakan bahan–bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan jumlah populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat revolusi hijau di Indonesia yang memberikan hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Namun dengan perkembangan jaman, belakangan ini banyak ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat tercemarnya bahan–bahan sintesis tersebut.
Pupuk organik padat merupakan hasil dari penguraian bagian-bagian atau sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, tepung tulang, dan lain-lain. Pupuk organik mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, sehingga ke suburan tanah meningkat.
Manfaat lain dari peningkatan penggunaan bahan organik adalah dapat membantu mengatasi masalah pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah agroindustri. Namun, tanah tidak boleh dilihat sebagai tempat pembuangan sampah organik. Jika terlalu banyak pupuk nitrogen yang diterapkan, baik dalam bentuk bahan organik atau pupuk kimia, beberapa kelebihan nitrogen diubah menjadi nitrat, yang berbahaya bagi kesehatan manusia penggunaan yang tidak tepat dari bahan organik pupuk dapat menyebabkan nitrat menumpuk di air tanah, dan juga di tanaman jika diserap oleh akar tanaman.
Permasalahan
Permasalahan yang ada pada lahan sekitar tempat tinggal yakni terdapat lahan yang dipenuhi eceng gondok pada sawah dan saluran irigasi sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman dan menyebabkan kedangkalan ada saluran air. Batang dan daun eceng gondong yang mati kemudian membusuk menyebabkan tenggelamnya tumbuhan tersebut sehingga menumpung seiring berjalannya waktu. Kemudian penyebab tumbuhnya eceng gondok pada saluran irigasi disebabkan karena terbawa arus saat musim penghujan selain itu karena perairan tercemar pupuk kimia.
Solusi
Penyelesaian yang dapat dilakukan antara lain dengan cara mengumpulkan eceng gondok kemudian digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos dengan mencampurkan bahan lain. Pembuatan pupuk organik padat dilakukan melalui pengomposan dengan metode berkeley yaitu dengan mencampurkan bahan kompos secara langsung. Pengomposan dilakukan selama 21 hari. Kompos dibalik setiap tiga
Dion Yera Setyo N 211510101062
hari untuk mendapatkan kematangan yang merata. Pengomposan menggunakan EM4 sebagaistarter dekomposer.
Selanjutnya dilakukan evaluasi pembuatan pupuk padat. Evaluasi pembuatan pupuk organik padat mencakup analisis sifat fisika, kimia dan biologi pupuk organik padat. Selama proses pembuat kompos dilakukan pengamatan suhu, warna, aroma dan pH untuk menentukan kematangan kompos. Selanjutnya dilakukan analisis karakeristik kompos meliputi analisis kadar air, Bahan Organik, C-organik, N- tersedia, P-tersedia, K-tersedia, Ca, Mg, B, Fe, Mn, Cu, Zn, dan jumlah mikroorganisme potensial. Analisis contoh kompos dilakukan setelah kompos matang