LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISA KUALITAS MINYAK SAWIT ANALISA KADAR AIR PADA Crude Palm Oil (CPO)
DOSEN PENGAMPU : TRIAN ADIMARTA, S.TP., M.Sc.
OLEH :
ERKA DEVA KURNIA 3032023032
4 B
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERKEBUNAN JURUSAN PERTANIAN DAN BISNIS
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG 2025
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Salah satu tanaman dari golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Tanaman ini berasal dari kawasan Guinea di pesisir Afrika Barat dan kemudian diperkenalkan ke berbagai wilayah lain di Afrika, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Kelapa sawit tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis, dengan suhu antara 24ºC – 34ºC. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% - 40%
(Tambun, 2006).
Tanaman kelapa sawit sendiri menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit mentah Crude Palm Oil (CPO), yaitu minyak yang berasal dari mesokarp dan minyak inti kelapa sawit Palm Kernel Oil (PKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit. Crude Palm Oil (CPO), juga dikenal dengan minyak mentah kelapa sawit.Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak mentah dari kelapa sawit yang diperoleh melalui tahapan pensortiran, perontokan tandan buah, pemasakan dan pemerasan buah kelapa sawit.
Indonesia adalah negara yang menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) terbesar dengan total produksi mencapai 23 juta ton pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 24,5%. Tingginya produksi CPO harus diimbangi dengan kualitas minyak yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap nilai jual minyak.
Oleh karena itu, pengendalian mutu minyak sawit pada saat pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) mempunyai peranan yang sangat penting.
Untuk mendapatkan CPO sebagai hasil dari pengolahan yang baik maka sangat perlu diperhatikan dan diawasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pada saat pelaksanaan proses pengolahan. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk memperhatikan mutu CPO adalah banyak atau sedikitnya kadar air yang terdapat pada CPO.
Pada praktikum kali ini, uji yang dilakukan adalah uji kadar air dengan menggunakan metode oven dengan suhu 130º C selama ± 30 menit hingga menghasilkan berat konstan.
2. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan mampu melaksanakan proses praktikum analisa kadar air pada CPO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman hutan hujan tropis di daerah Afrika Barat, terutama di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, Angola, Sirea Lione, Togo, dan Kongo (Poku, 2002). Kelapa sawit termasuk dalam kingdom plantae, divisi magnoliophyte, kelas liliopsida, ordo arecales, famili arecaceae, dan genus elaeis. Kelapa sawit ditemukan oleh Nicholas Jacquin pada tahun 1763, sehingga kelapa sawit diberi nama Elaeis guineensisjacq.
Hampir semua bagian pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Batang pohon sawit dapat digunakan untuk pembuatan pulp, bahan kimia turunan, sumber energi, dan juga bahan konstruksi. Buah kelapa sawit mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dapat diolah menjadi minyak sawit yang bermanfaat untuk bidang pangan maupun non pangan. Bagian lainnya seperti sabut dan sludge, tandan kosong, cangkang, minyak inti sawit dan bungkilnyajuga dapat dimanfaatkan (Muchtadi, 1992).
Buah kelapa sawit tersusun atas beberapa bagian, yaitu:
a. Perikarp, meliputi:
a. Epikarpium, yaitu kulit buah yang keras dan licin
b. Mesokarpium, yaitu bagian buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi, menghasilkan minyak sawit kasar/Crude Palm Oil (CPO).
b. Biji, meliputi:
a. Endokarpium yaitu kulit biji/tempurung yang berwarna hitam dan keras b. Endosperm inti buah/kernel berwarna putih yang menghasilkan minyak inti sawit /Palm Kernel Oil (PKO).
2. Jenis Sawit
Berikut ini beberapa jenis sawit berdasarkan ketebalan cangkang.
Kelapa Sawit Dura
Sawit bernama latin Elaeis Guineensis ini memiliki cangkang buah yang tebal, berkisar dari 2 hingga 8 mm. Karena ketebalannya, sawit dura seringkali
disebut bisa memperpendek usia kerja mesin yang mengolahnya. Meskipun begitu, kelapa sawit dura mempunyai ukuran tandan buah yang besar dengan kandungan minyak sekitar 18% pada setiap tandannya. Selain itu, dura memiliki daging buah yang tipis, namun daging biji yang tebal. Dalam proses pemuliaan, sawit dura berperan sebagai indukan betina. Sebagai informasi, pemuliaan adalah metode yang digunakan untuk menciptakan jenis tanaman baru dengan sifat yang lebih unggul.
Sawit Pisifera
Beralih ke jenis berikutnya, yaitu pisifera atau Elaeis Oleifera. Sawit ini memiliki cangkang yang tipis atau bahkan tidak ada. Otomatis, ini akan berdampak pada sedikitnya daging biji yang bisa menghasilkan minyak inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Untuk ketinggian pohon, sawit pisifera cenderung pendek. Lebih lanjut, sawit ini menghasilkan bunga yang bersifat steril sehingga sangat jarang berbuah. Oleh karena itu, pisifera tidak bisa digunakan untuk tanaman komersial.
Jika dura berperan sebagai indukan betina dalam proses pemuliaan, maka indukan jantan diisi oleh sawit pisifera.
Sawit Unggul Tenera
Saat sawit dura (betina) dan pisifera (jantan) disilangkan, maka akan ada jenis sawit baru yang muncul. Sawit tersebut diberi nama tenera. Karena dihasilkan dari proses persilangan, sawit tenera membawa sejumlah keunggulan yang melengkapi kekurangan dari kedua induknya. Jika mengacu pada ciri-cirinya, tenera memiliki cangkang yang tipis, yaitu 0,5 sampai dengan 4 mm saja. Meski demikian, sawit unggul ini mempunyai daging yang tebal dengan persentase mencapai 90% per buah. Untuk kandungan minyak per tandannya, sawit tenera berada di angka 28% atau satu setengah kali lebih banyak dibandingkan jenis dura.
Tak cukup di situ, sawit dengan kode T atau DP ini umumnya memiliki ukuran buah yang cenderung lebih kecil dengan jumlah tandan buah yang banyak. Kelapa sawit ini biasa digunakan oleh perkebunan kelapa sawit berskala besar.
Berikut ini beberapa jenis sawit berdasarkan warnanya.
Nigrescens
Saat masih muda, sawit ini memiliki warna buah ungu kehitaman. Warna tersebut akan berubah menjadi jingga kehitaman setelah memasuki usia panen.
Virecens
Sawit jenis virescens memiliki warna hijau ketika baru berbuah. Seiring perkembangannya, warna hijau selain di bagian ujung akan berubah menjadi jingga kemerahan.
Albescens
Buah muda dari sawit albescens akan berwarna putih. Namun saat masak, warna tersebut akan beralih menjadi kekuningan dengan ujung buah ungu kehitaman.
3. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit (Crude Palam Oil, CPO) adalah minyak nabati yang diperoleh dengan metode ekstraksi dari buah kelapa sawit. Jenis kelapa sawit yang banyak dibudidayakan untuk produksi CPO umumnya berasal dari spesies Elaeis guineensis dan sedikit dari spesies Attalea maripa dan Elaeis oleifera (Anggraini, 2017).
Minyak kelapa sawit sendiri biasnya banyak digunakan sebagai bahan dasar unutk industri kosmetik, farmasi, pangan dan industry lainnya. Minyak kelapa sawit yang dikonsumsi sebagai minyak goreng yang tersedia dengan berbagai merek maupun yang tidak bermerek dikenal dengan minyak curah, dan masih mengandung soft stearin (minyak fraksi padat) (Kasmudjiastuti et al., 2018).
Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang memiliki komposisi tetap. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak kelapa sawit terdiri dari berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda.
Panjang rantai 14-20 atom karbon (Rofiqi et al., 2016).
Tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) yang dihasilkan dari bagian mesokarp dan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil, PKO) dari bagian kernel buah kelapa sawit. Dari kedua jenis minyak tersebut, mempunyai karakteristik yang berbeda, CPO mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang berimbang.
Asam lemak jenuh pada CPO antara lain 44% asam palmitat (C16H32O2), 5%
stearat dan sejumlah kecil asam miristat sedangkan asam lemak tidak jenuhnya adalah 40% asam lemak tidak jenuh tunggal berupa asam oleat dan 10% asam
lemak tidak jenuh ganda berupa asam linoleat dan linolenat. Sedangkan PKO mengandung asam laurat sekitar 50% (Sujadi et al., 2016).
4. Syarat Mutu CPO Berdasarkan SNI 01-2901-2006
Berdasarkan SNI 01-2901-2006 kandungan atau persentase kadar air pada CPO maksimal sebesar 0,5%.
BAB III METODE KERJA A. Waktu dan Tempat
Praktikum analisa kadar air pada Crude Palm Oil (CPO) dilaksanakan di Laboratorium Mutu 2, pada 4 Februari 2025.
B. Alat dan Bahan 1. Alat
Oven
Botol timbang
Petridish
Desikator
Timbangan analitik
Nampan
Pipet tetes
Erlenmeyer 2. Bahan
Minyak CPO ± 5 gram
Tisu
Kertas label C. Prosedur Kerja
Siapkan alat dan bahan
Preparasi botol timbang dan petridish ke dalam oven dengan suhu 103º C selama 15 menit Beri label lalu masukkan ke dalam desikator
selama 15 menit
Timbang wadah hingga berat konstan Masukkan sampel sebanyak ± 5 gram
Masukkan kembali ke dalam oven dengan suhu 130º C selama 30 menit
Masukkan kedalam desikator selama 15 menit Timbang wadah + sampel hingga berat konstan d
engan selisih penimbangan 0,05 gram
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan Crude Palm Oil (CPO)
Nama Produk Tekstur Warna Aroma % Kadar
Air Minyak CPO Sedikit kental Jingga
kemerah- merahan
Aroma busuk yeng menyengat
0,154 %
Perhitungan % Kadar Air CPO :
= Berat Awal−Berat Akhir Berat Sampel x 100
= 22,1391gram−22,1315gram 4,9178gram x 100
= 0,154 % B. Pembahasan
Pada praktikum analisa kadar air pada CPO menghasilkan beberapa karakteristik dari CPO yang dapat dilihat dengan menggunakan panca indera, baik itu dari segi tekstur, warna dan aroma.
1. Tekstur, dari segi tekstur CPO sendiri memiliki tekstur yang sedikit kental. Hal ini karena kandungan lemak jenuhnya yang cukup tinggi, terutama asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan asam stearate.
2. Warna, warna CPO sendiri memiliki warna jingga kemerah-merahan. Hal ini karena CPO memiliki kandungan alami yang disebut karotenoid, khusunya beta- karoten.
3. Aroma, CPO memiliki aroma yang tidak sedap karena kandungan senyawa tertentu yang dihasilkan pada saat proses pemanenan, pengolahan, dan ekstraksi.
Selain itu, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kandungan asam lemak bebas yang tinggi pada CPO juga dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan juga pada
saat proses penyimpanan dan transportasi, hal tersebut dapat memperburuk dari kualitas dan menambah bau yang tidak sedap pada minyak.
Kadar air merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui mutu dari suatu produk salah satu contohnya adalah mutu pada CPO.
Semakin rendah atau kecilnya persentase kadar air pada suatu produk maka produk tersebut akan memiliki kualitas yang baik, sebaliknya semakin tinggi persentase kadar air pada suatu produk maka produk tersebut kurang berkualitas. Kadar air juga digunakan sebagai penentu dari lamanya daya simpan CPO, semakin tinggi kadar airnya maka daya simpan CPO akan singkat, sebaliknya semakin kecil kadar air CPO maka daya simpan CPO akan panjang, karena semakin banyak air maka akan semakin banyak juga mikroorganisme yang terkandung di dalam minyak, sehingga dapat merusak dan mempersingkat daya simpan CPO.
Berdasarkan praktikum analisa kadar air pada minyak mentah kelapa sawit (CPO), diperoleh persentase hasil sebesar 0,154%. Dari hasil tersebut maka minyak kelapa sawit mentah yang dianalisa kadar airnya telah sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan berdasarkan SNI 01-2901-2006 yaitu sebesar 0,5%. Sehingga daya simpan CPO akan semakin panjang, selain itu semakin kecil persentase kadar air pada CPO maka semakin berkualitas juga produk minyak yang akan dihasilkan.
BAB V PENUTUP
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, mahasiswa mampu dan memahami bagaimana cara dalam melaksanakan analisa kadar air pada Crude Palm Oil (CPO).
DAFTAR PUSTAKA
Kasmudjiastuti, E., G. Griyanitasari., D. Rahmawati dan Sugihartono. 2018.
Sintesis dan karakterisasi minyak kelapa sawit untuk agensia peminyakan pada penyamakan kulit. Majalah Kulit, Karet dan Plastik. 34 (1): 19-26.
Muchtadi TR. 1992. Karakterisasi Komponen Intrinsik Utama Buah Sawit (Elais guineensis, Jacq) Dalam Rangka Optimalisasi Proses Ekstraksi Minyak dan Pemanfaatan Provitamin A. [Disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Poku K. 2002. Small-Scale palm oil processing in Afrika. FAO. Agricultural Services Bulletin.
Priwiratama, H., Prasetyo, A. E., Susanto, A. & Sujadi. (2017). Gejala, Faktor Pencetus dan Penanganan Cercak Daun Curvularia dan Antraknosa di Pembibitan Kelapa Sawit. Warta PPKS, 23(1), 25- 34.
Tambun, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Universitas Sumatera Utara.