• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aksiologi Sebagai Cabang Utama Filsafat Ilmu

N/A
N/A
Khilmi Zuhroni

Academic year: 2024

Membagikan "Aksiologi Sebagai Cabang Utama Filsafat Ilmu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGANTAR

CABANG UTAMA FILSAFAT

AKSIOLOGI

Disampaikan Oleh : KHILMI ZUHRONI

Pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Filsafat STKIP MUHAMMADIYAH SAMPIT

2020

(2)

2 A. PENDAHULUAN

Bagi sebagian orang, studi tentang ilmu Filsafat atau Filsafat Ilmu dipandang sebagai sesuatu yang kurang menarik karena dianggap tidak memiliki hubungan yang bersifat korespondensi dengan kehidupan sosial.

Studi Filsafat lebih banyak berorientasi pada asah nalar yang bersifat abstrak, sedangkan kehidupan sosial merupakan kenyataan- kenyataan hidup atau realitas faktual yang dialami dan dijalani oleh masyarakat. Pandangan-pandangan seumpama ini tidak jarang dapat melahirkan dua kutup gaya berfikir yang berbeda sehingga menimbulkan kesan bahwa antara studi filsafat dan studi-studi sosial lainnya berjalan dalam paradigma sendiri-sendiri.

Karena itu tulisan ini mencoba mengaitkan antara studi-studi yang bersifat abstrak, khususnya bahasan tentang aksiologi, dengan kajian- kajian kongkrit yang terkait langsung dengan kehidupan sosial sehingga keduanya saling menyokong dan menguatkan. Aksiologi merupakan salah satu bagian dari kajian filsafat ilmu yang membahas tentang kegunaan atau manfaat dari ilmu pengetahuan. Kajian terhadap ilmu pengetahuan telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan sosial manusia. Maju mundurnya suatu bangsa atau masyarakat tertentu sangat dipengaruhi oleh sejauh mana bangsa atau masyarakat itu menguasi ilmu pengetahuan.

Semakin sempurna ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka semakin modern pula kehidupan masyarakat yang bersangkutan, baik modernisasi ekonomi, politik, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun sosial budaya. Sebaliknya, rendahnya semangat mempelajari ilmu pengetahuan telah menjadi penyebab rendahnya kualitas masyarakat itu dan telah mendorong pula kehidupan mereka menjadi masyarakat yang miskin dan marginal.

Mengingat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia, maka para filosuf terdahulu telah berupaya membangun pola pikir yang logis dan sistematis berkenaan dengan kajian terhadap ilmu pengetahuan.

(3)

3

Kajian ini telah mendorong lahirnya filsafat ilmu, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas tentang ilmu itu sendiri. Menurut Prof Agus Sholahuddin, filsafat ilmu membahas tentang ilmu pengetahuan dan perkembangannya dari masa ke masa, baik bersifat teoritis, praktis, nilai maupun kebijaksanaan.

Agaknya, atas dasar inilah maka kemudian lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali dalam bidang ilmu sosial dengan berbagai cabang ilmu yang dimilikinya. Secara umum para ahli filsafat sepakat mengelompokkan studi filsafat ilmu pengetahuan itu menjadi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

Ontologi lebih memfokuskan pembahasannya di sekitar hakikat dari suatu ilmu pengetahuan, epistemologi menekankan pentingnya cara atau metodologi ilmu pengetahuan dan aksiologi lebih banyak membahas tentang aspek manfaat atau nilai guna dari ilmu itu sendiri.

Meskipun demikian, dalam kesempatan ini hanya menelaah satu aspek saja dari tiga aspek kajian filsafat ilmu, yaitu aksiologi yang berkenaan dengan kemanfaatan ilmu pengetahuan, khususnya bagi kehidupan sosial, yang meliputi arti ilmu pengetahuan, ukuran atau kriteria ilmu yang bermanfaat dan nilai praktis manfaat ilmu bagi kehidupan sosial.

Lebih jauh, kajian ini ingin menelusuri aksiologi ilmu. Kajian tentang kebermanfaatan ilmu (aksiologis) ini salah satunya bertujuan ingin memberikan dukungan terhadap proses kemajuan ilmu dakwah di antara ilmuilmu lainnya. Memang tidak mudah untuk menentukan kriteria/ ukuran suatu ilmu itu bermanfaat atau tidak. Namun demikian, tulisan ini mencoba memberikan kriteria kebermanfaatan itu secara sederhana.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu pengetahuan kita dapat sejak dari bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri. Apakah yang sebenarnya saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya hakiki yang membedakan ilmu dari

(4)

4

pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciriciri tertentu.

Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmuilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciriciri keilmuan yang sama. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?

Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidahkaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan- pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?

Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan satu dari pengetahuanpengetahuan yang lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (Ontologi)?

Bagaimana caranya mendapat pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan tersebut dipergunakan (Aksiologi). Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun, jadi aksiologi adalah nilai kegunaan ilmu.

Ketiga landasan ini saling berkaitan. Ontologi ilmu berkaitan dengan epistimologi ilmu dan epistemologi ilmu berkaitan dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Dengan demikian tatkala membahas ontologi maka hal ini harus dikaitkan dengan aksilogi dan epistemologi.

(5)

5 B. PEMBAHASAN

Secara etimologis, aksiologi berasal dari kata ’’axios’’ (Yunani) yang berarti ”nilai”, dan “logos” yang berarti ”teori”. Jadi aksiologis adalah teori tentang nilai. (Burhanuddin Salam, 1997). Menurut Jujun S. Sumantri

”aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh”.

Wibisono menyatakan “aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu dikembangkan.

Aksiologi adalah teori tentang nilai merupakan suatu bahan kajian yang menarik untuk dibahas. Karena di dalamnya terkandung nilai-nilai sebagai dasar normatif dalam penggunaan atau pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, diantaranya:

1. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”

(Burhanuddin Salam, 1997: 168).

2. Menurut Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian, yaitu : a. Moral conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. b. Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. c. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik yang akan melahirkan filsafat sosio politik.

4. Dalam Encylopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation yaitu :

(6)

6

a) Nilai. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika. Lewis menyebutkan sebagai alat untuk mencapaikan beberapa tujuan, sebagai nilai instrumental atau menjadi baik atau suatu menjadi menarik, sebagai nilai inheren atau kebaikan seperti estetis dari sebuah karya seni, sebagai nilai instrisik atau menjadi baik dalam dirinya sendiri, sebagai nilai kontributor atau nilai yang merupakan pengalaman yang memberikan kontribusi.

b) Nilai sebagai kata benda kongkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ini seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia dan sistem nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagai mana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.

c) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.

Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevaluasi.

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya di sekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan.

Di antara kegunaan ilmu pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai kemudahan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Aspek ini menjadi sangat penting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan, sebab suatu cabang ilmu yang tidak memiliki nilai aksiologis, maka cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kelangsungan hidup manusia.

Bahkan tidak menutup kemungkinan ilmu yang bersangkutan menjadi ancaman yang sangat berbahaya, baik bagi keberlangsungan kehidupan sosial maupun keseimbangan alam. Ketika kita mencoba mencermati arah pemikiran para ilmuan barat – meskipun tidak semua mereka sependapat – bahwa orientasi pemikiran keilmuan dalam bidang

(7)

7

apapun harus bersifat bebas nilai (free values). Sebab – menurut mereka – ilmu pengetahuan yang disandarkan kepada nilai-nilai tertentu akan mengandung bias dan bersifat tidak netral. Namun di sisi lain, sebagian mereka juga ikut merumuskan – terutama kaum pragmatisme dan penganut filsafat moral/ etika – bahwa setiap rumusan baru dalam dunia ilmu pengetahuan akan diakui kebenarannya ketika ia bersifat pragmatis (bernilai guna) bagi kehidupan sosial.

Ketika berpijak pada landasan aksiologis, maka sesungguhnya suatu pernyataan ilmiyah atau proposisi dapat dianggap benar bila ia mengandung unsur aksiologis di dalamnya, yaitu adanya nilai manfaat bagi kehidupan manusia. Bila ruh ilmu pengetahuan itu sendiri menginginkan adanya nilai manfaat dari ilmu, maka sesungguhnya pengamalan terhadap ilmu itu juga harus berlandaskan pada tata nilai yang ada.

Penghilangan terhadap unsur nilai manfaat (aksiologis) dari ilmu pengetahuan dapat bermakna telah memperlemah posisi ilmu itu sendiri dari sudut pandang filsafat ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan itu, dalam ajaran Islam disebutkan setiap upaya membangun kerangka keilmuan, maka unsur kebermanfaatannya harus menjadi prioritas utama.

C. KESIMPULAN

Aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu dikembangkan. Ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang 18 kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidaklah terlepas dari si ilmuwannya.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa teknologi,

(8)

8

maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu, masalah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan penerapan teknologi di masyarakat yaitu menciptakan hal positif.

Kadangkala teknologi berdampak negatif, misalnya masyarakat menolak atau mengklaim suatu teknologi bertentangan atau tidak sejalan dengan keinginan atau pandangan-pandangan yang telah ada sebelumnya, seperti rekayasa genetik (kloning manusia) yang dapat bertentangan dengan kodrat manusia atau ajaran agama.

Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada konteksnya , dan agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam, dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar pada hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan “melulu”

pada praxis, pada kemudah-mudahan material duniawi saja.

Dalam kenyataannya tidaklah mudah bagi ilmuwan untuk memikul tanggung jawab sosial di bahunya. Tetapi seorang ilmuwan yang dikaruniai kecerdasan intelektual dan memiliki nilai-nilai moral yang luhur akan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik demi kelangsungan kehidupan manusia di dunia ini.

(9)

9 D. DAFTAR PUSTAKA

Amsal, Bachtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Imam Barnadib, M.A. Ph. D. 1990. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Andi offset.

Ismaliani, 2008. Aksiologi. Online, http://www.geocities.com. Diakses 11 Agustus 2016.

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Jalius Jama. 2008. Filsafat Ilmu. Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Jujun , S. Suriassumantri. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Maqbul Halim, 2004. Kaitan Antara Etika dan Ilmu Pengetahuan. Online, http://www.geocities.com. Diakses 29 Juli 2016.

Wibisino, 2001. library.usu.ac.id

Agus Sholahuddin. “Filsafat IlmuPengetahuan”. Handout Mata Kuliah Filsafat Ilmu Untuk Mahasiswa Program S3. Unpublised. Malang: Universitas Merdeka, 2011.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 2007.

Endang Saifuddin Anshary. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu, 1987.

Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Filsafat, Ilmu pengetahuan dan Peradaban. Jakarta: Rajawali Pres, 2014.

Judistira K. Garna. Ilmu Sosial – Dasar – Konsep dan Posisi. Bandung:

Program Pasasarjana Universitas Padjadjaran, 1996.

Karim Syeikh, A. “Dakwah Sebagai Suatu Disiplin Ilmu”, Jurnal Ilmiah Al Bayan. Banda Aceh - Darussalam: Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, 2000.

Mulyadi Kartanegara. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam. Bandung: Mizan, 2003.

Shahih Muslim. Juz. II. Halaman 70. Hadist Nomor: 1631.

(10)

10

Sudarsono. Filsafat, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Yuyun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1999.

Zaprulkhan. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer. Editor. Nuran Hasanah. Jakarta: Rajawali Pres, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini meliputi pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu, sejarah perkembangan ilmu, dasar-dasar ilmu, sarana berfikir ilmiah, jenis pengetahuan dan

Dalam aksiologi diuraikan dua hal, yang pertama tentang kegunaan pengetahuan filsafat dan yang kedua tentang cara filsafat menyelesaikan masalah.. Ilmu merupakan

Ruang lingkup filsafat ilmu dalam bidang filsafat sebagai keseluruhan pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan, yaitu: pertama, membahas “sifat pengetahuan

Dari pembahasan tentang pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu, maka dapat kita ambil kesimpilan bahwa filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

Yang dimaksud struktur filsafat disini ialah cabang-cabang filsafat serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu.. Yang dibicarakan disini hanyalah cabang-cabang

Pendapat Para Tokoh Filsafat Mengenai Epistemologi Pengertian Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,

Fithriani, ‘Implikasi Aksiologi Dalam Filsafat Pendidikan’, Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 4.2 2019, 83–92 FithrianiPandangan Filsafat Pendidikan Islam