1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Konteks Penelitian
Fashion dapat dijadikan sebagai ekspresi diri dan komunikasi dari pemakainya memberikan implikasi bagi penggunaan fashion dalam kaitannya dengan bagaimana orang mengkomunikasikan nilai, status, kepribadian, identitas, dan perasaan kepada orang lain. Fashion menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Fashion yang dikenakan bukanlah sekedar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi. Dalam perkembangan selanjutnya fashion tidak hanya menyangkut soal busana dan aksesoris semacam perhiasan seperti kalung dan gelang, akan tetapi benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan unsur-unsur desain yang canggih dan unik menjadi alat yang dapat menunjukkan dan mendongkrak penampilan si pemakai.
Bahkan, di Indonesia saat ini fenomena thrifting sudah meledak dimana – mana. Kondisi fenomena thrifting di Indonesia sedikit berbeda dengan yang terjadi di luar negeri, dimana isu lingkungan bukan menjadi penyebab menyebarluasnya trend ini melainkan sebuah gaya hidup masyarakat. Sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke 4, Indonesia menjadi sasaran bagus untuk mengembangkan fashion thrifting untuk lebih luas lagi.
2
Menurut IBISWorld saat ini thiifting adalah bagian dari industri besar yang bernilai hingga US$ 14,4 miliar atau sekitar Rp 205,149 Triliun. Studi tentang preferensi konsumen juga menunjukkan bahwa kaum milenial bangga dengan menggunakan barang bekas karena mereka begitu menikmati proses untuk mendapatkannya, di indonesia thrifting saat ini sudah meningkat tajam.
Gafara (2019) dilansir dari situs ussfeed.com thrifting ini bukan aktifitas yang baru saja muncul dan langsung menjadi populer, akan tetapi sudah ada sejak tahun 1760-1840-an. Sementara Aviecin (2021:63) menyatakan dikenalinya thrift di indonesia diperkirakan sejak tahun 1997- 1998. Dikutip dari United Nations Climate Change News bahwasannya fashion menymbang 10% emisi gas. Dilansir dari data 2018 menyebutkan bahwa fashion menghasilkan 2,1 miliar ton CO2eq yang artinya mewakili 4% emisi karbon global. Dengan ancaman ini masyarakat juga tersadarkan bahwa dengan bukti berkembangnya fashion thrifting.
Fashion merupakan pelengkap hidup bagi. Dunia fashion nyatanya sangatlah dekat dengan kehidupan kita sehari – hari, dapat dikatakan setiap hari kita memakai baju dan sangat ingin tampil trendy dan stylish. Kebutuhan minat seseorang menurut gaya hidup juga tidak terlepas dari trend fashion thrifting yang saat ini sudah sangat berkembang. fashion ialah gaya berpakaian atau bisa disebut dandanan yang sedang populer dan mengikuti jaman Secara garis besar manusia memiliki kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan.
Dalam hal ini seperti fashion Thrifting, mungkin terdengar sudah mulai tidak asing bagi masyarakat, karena thrifting saat ini bukan perihal tentang pakaian bekas yang sudah tidak terpakai, akan tetapi thrifting ini sudah bisa dijadikan
3
sesuatu fashion yang membuat menarik para penggemarnya tersendiri. Biasanya thrifting ini di identifikasi kan dengan barang – barang bekas, Dengan kata lain, thrifting adalah bisnis jual beli barang bekas. Pada usaha thrifting ini bukan hanya barang-barang bekas dari brand ternama saja yang bisa diperjual belikan. untuk di Indonesia jenis thrifting yang sekarang paling diminati ialah fashion thrift.
Hal ini bisa dilihat dari maraknya toko barang thrift tersebut saat ini sudah memperluas penjualannya dalam menggunakan daring sosial media dari instagram, sampai tiktok pun sudah mulai marak bertaburan. akan tetapi thrifting ini juga digandrungi kalangan remaja sampai dewasa karena guna menghemat pengeluaran dalam membeli pakaian tersebut.
Pakaian – Pakaian thrifting ini selalu memiliki hal daya tarik dan daya jual tersendiri, namun dari selera si pemakai barang thrift tersebut lah yang mambuat barang thrifting ini terlihat ternilai bagi para konsumen nya. tidak hanya itu barang – barang thrifting ini juga kerap terlihat unik dan menarik.Thrifting juga menjadi salah satu bukti konkret yang membenarkan paradigma bawha “kalau mau keren tidak perlu mahal”, karena pada kenyataannya budaya ini yang menjadikan mahasiswa di lingkungan nya itu sendiri ingin mengikuti tren tetapi dengan finansial nya yang terbatas.
Fashion juga kini sudah mulai bergeser manfaatnya, kalau dahulu kita menggunakan pakaian untuk menutupi bagian tubuh kita, menghangatkan tubuh ketika udara sedang dingin, dan memberi kenyamanan disaat udara panas. Menurut Barnard (2009) disamping itu pakaian merupakan ekspresi identitas pribadi.
4
Berarti dengan mendefinisikan dan menggambarkan diri kita sendiri dengan yang kita pakai ini kebanyakan masyarakat kini memakai baju hanya berdasarkan merek atau brand tertentu agar terlihat lebih dimata orang lain. seseorang yang mengerti fashion atau digeluti dibidang fashion pasti akan membeli barang dengan merek dan model terbaru. Fashion, pakaian dan busana dapat dianggap sebagai salah satu makna yang digunakan oleh kelompok sosial dalam mengkomunikasikan identitas mereka sebagai kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya (Barnard, 2009).
Ekspresi diri menjadi sebuah prestasi positif bagi mahasiswa. Prestasi positif didefinisikan sebagai pengembangan potensi individu yang melibatkan kemampuan bekerja untuk mencapai tujuan dan keberhasilan (Norrish et al, 2013).
Kepuasan dari ketercapaian dan keberhasilan akan mendukung peningkatan harga diri seseorang karena memperkuat identitas sebagai aktor independen dalam menciptakan citra diri yang positif. Pada akhirnya, sebagai konsekuensi dari peningkatan harga diri maka ekspresi diri akan meningkatkan semangat hidup.
Ekspresi diri adalah bentuk atau pola pemikiran dan penyelesaian masalah (Kuhn, 2009). Ekspresi diri ialah proses holistik yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman individu tentang diri sendiri dan fenomena eksternal.
Gaya hidup sekarang ini tidak dapat dilepaskan dari masyarakat modern, terlebih untuk para mahasiswa yang ingin tampil lebih fashionable, tidak harus selalu berbelanja di pusat perbelanjaan yang terdapat barang – barang dengan merek tertentu, karena saat ini sudah ada sebuah alternatif dengan berbelanja pakaian bekas yang sangat mudah didapatkan. Tentunya tidak hanya dengan mengunjungi
5
sebuah toko yang ada, kini online shop thrift dengan barang yang berkualitas dan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
Bagi mahasiswa menggunakan gaya dan barang – barang branded dapat mencerminkan jati diri mereka. Tidak sedikit dari mahasiswa yang mempunyai idola dari segi fashion mereka, tentunya yang mereka ikuti tidak hanya dari fashion tetapi diikuti dari gaya hingga fashion yang diidolakan tersebut. Sebab gaya adalah bagian terpenting dari adanya gaya hidup. Ada salah satu pandangan yang berbunyi
“style is a way to say who you are without having you speak” gaya adalah cara untuk mengatakan siapa anda tanpa anda harus berbicara.
Gaya hidup secara sosiologis merujuk pada gaya hidup khas suatu kelompok tertentu (Featherstone,2001). Sementara dalam masyarakat modern, gaya hidup (lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisisosial seseorang (Chaney, 2004). Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya.
Gaya hidup juga bisa diartikan sebagai tontonan, yang berarti jika seseorang menggunakan pakaian yang modis dan juga berpenampilan menarik, gaya yang trendi pasti akan dijadikan pusat perhatian pada banyak orang dan dianggap ada oleh masyarakat. Namun sebaliknya, jika seseorang tidak berpenampilan menarik, berpenghasilan cukup dan bergaya biasa saja, akan dianggap tidak ada. Bahkan mungkin saja bagi mereka yang tidak berpenampilan modis, norak, tidak mengikuti trendi akan diabaikan hingga diremehkan. Inilah suatu bentuk dari fenomena sosial yang ada di masyarakat yang berupa anggapan seperti: anda bergaya juga anda yang
6
dianggap ada dan anda yang tidak bergaya juga tidak dianggap “tidak ada” (Chaney, 1992).
Generasi muda saat ini selalu ingin menunjukan status sosial nya dan juga gengsi. Terutama para mahasiswa yang selalu ingin tampil trendy karna ada nya suatu rangsangan pada gaya hidup saat ini. Sehingga mahasiswa pun mengikuti gaya fashion yang terbaru secara terus - menerus sesuai dengan kepopulerannya sesuai jaman.
Seiringnya dengan apa yang ingin dituju yaitu sebuah eksistensi diri mereka, tak banyak juga mahasiswa yang menampilkan sisi mewah nya dalam berpakaian sehingga mereka terlihat seperti terlalu memaksakan diri untuk membeli pakaian yang sedang trend pada saat ini dan tidak didukung oleh ekonomi yang mereka punya. Sehingga menemukan alternatif lain yaitu dengan membeli pakaian thrifting yang tidak kalah mewahnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Studi Dramaturgi, dimana studi ini menggali segala perilaku yang kita lakukan sehari – hari yaitu dengan cara yang sama seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama, jadi dramaturgi ini mempunyai 2 panggung yaitu panggung depan (Front Stage) dengan menunjukan gaya, penampilan dan tentunya perilaku saat dilihat oleh khayalak/penonton, dan untuk panggung belakang (Back Stage) yaitu tempat aktor mempersiapkan diri, atau berlatih untuk menampilkan peran nya didepan panggung dan cenderung menunjukan sifat aslinya dikehidupan sehari – hari terutama dilingkungan pribadi nya.
7
Erving Goffman, seorang sosiolog interaksionis dan penulis yang merupakan salah satu orang yang berpengaruh pada abad ke-20, memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial
“The Presentation of Self in Everyday Life”. Goffman memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat teateris. Yakni memusatkan kehidupan sosial terhadap serangkaian pertunjukan drama yang tentunya mirip dengan pertunjukan drama dipanggung terdapat aktor dan penonton.
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif dan impresif aktivitas manusia, yakni makna suatu kegiatan manusia terdapat dalam cara bagaimana mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang lain yang juga ekspresif. Maka dari itu perilaku manusia bersifat ekspresif yang berarti perilaku manusia juga bersifat dramati.
Fashion thrifting dikalangan mahasiswa sudah sangat melekat sebagai pakaian yang dipakai sehari – hari, dengan ada nya fashion thrifting dapat menaikan kepercayaan diri pemakainya. Tentunya pada mahasiswa FISIP Universitas Pasundan thrifting ini sudah banyak dikenal sebagai suatu trend fashion yang sangat menarik untuk diminati, dikarenakan dengan mudahnya untuk didapati dan tidak mengoceh uang jajan yang cukup banyak, para mahasiswa ini sudah terlihat trendy dan juga memiliki citra sendiri disaat memakai pakaian tersebut yang akan mengekspresikan dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Fashion Thrifting sebagai bentuk ekspresi diri dikalangan mahasiswa Fisip Universitas Pasundan
8
dengan menggunakan studi dramaturgi sebagai metode penelitian. Oleh karena itu peneliti menetapkan judul penelitian sebagai berikut “FASHION THRIFTING SEBAGAI BENTUK EKSPRESI DIRI DIKALANGAN MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS PASUNDAN (STUDI DRAMATURGI GAYA HIDUP
FASHION DI KALANGAN MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS
PASUNDAN)”.
1.2 Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada bagaimana Fashion thrifting dapat membentuk ekspresi diri di kalangan mahasiswa fisip Universitas Pasundan.
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penjelesan yang telah dipaparkan dalam fokus penelitian, maka peneliti mengajukan pertanyaan yang akan diteliti sebagai berikut:
1) Bagaimana bentuk proses ekspresi diri dari mahasiswa Fisip Universitas Pasundan?
2) Bagaimana ekspresi diri pada panggung depan (front stage) mahasiswa Fisip Universitas pasundan pada fashion thrifting?
9
3) Bagaimana ekspresi diri pada panggung belakang (back stage) mahasiswa Fisip Universitas Pasundan pada fashion thrifting?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dibuatnya penelitian ini ialah dengan maksud untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang terkait pada judul penelitian ini.
1) Mengetahui bentuk proses ekspresi diri mahasiswa Fisip Universitas Pasundan melalui fashion thrifting.
2) Mengetahui ekspresi diri pada panggung depan (front stage) mahasiswa Fisip Universitas Pasundan melalui fashion thrifting.
3) Mengetahui ekspresi diri pada panggung belakang (back stage) mahasiswa Fisip Universitas Pasundan melalui fashion thrifting.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan suatu ilmu. Berkaitan dengan judul penelitian, maka penelitian ini terbagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang secara umum mampu memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu Komunikasi.
10 1.3.2.1 Keguunaan Teoritis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat menunjukan bahwa fashion thtifting dapat menciptakan bentuk ekspresi diri mahsiswa di Fisip Universitas Pasundan dan kegunaan untuk kajian komunikasi interpersonal
2) Menjadi bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan, khususnya akademisi dan praktisi.
1.3.2.2. Kegunaan Praktis
1) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat diterpakan ilmu nya secara langsung pada bidang yang telah ditekuni sehingga dapat membedakan teori yang selama ini dipelajari diperkuliahan dan juga dengan praktek dilapangan.
2) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan sumber informasi dan juga bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk perkembangan permasalahan sejenis yang diteliti.
11
BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian literatur
2.1.1 Review Penelitian Sejenis
Review penelitian sejenis diperlukan dalam sebuah penelitian untuk mengidentifikasi penelitian/ serupa yang telah dilakukan sebelumnya, sehinga peneliti dapat mengetahui perbedaan perbedaan peneliti yang akan dilakukan dengan peneliti terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian yang digunakan dengan peneliti sebagai review penelitian sejenis:
1) RAW DENIM SEBAGAI EKSPRESI DIRI STUDI KASUS PADA KOMUNITAS INDONESIA DENIM GROUP (INDIGO)
Penelitian ini dilakukan oleh Fadhil Rahmandani jurusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Islam Indonesia pada tahun 2020.
Penelitian ini difokuskan pada r. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan obesrvasi secara langsung sehingga data tersebut dapat melengkapi penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian raw denim menjadi sebuah bentuk ekspresi yakni adanya “personalisasi” denim yang disebut crease dan fades mark yang dihasilkan berdasarkan kebiasaan sehari-hari pemakainya.
12
2) FASHION SEBAGAI BENTUK EKSPRESI DIRI DALAM KOMUNIKASI
Penelitian ini dilakukan oleh Tri Yulia Trisnawati Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang, dengan metode penelitian dan teori yang diambil adalah Kualitatif, Komunikasi verbal dan Komunikasi non- verbal. Dengan hasil penelitian bahwa Fashion terutama busana dalam kehidupan yang erat dengan image dan citra ini dipercaya untuk menjadi salah satu bentuk tanda komunikasi selalu yang bisa menyampaikan makna-makna yang disampaikan secara nonverbal. fashion saat ini telah mengalami perubahan nilai, yang awalnya dianalogikan pada aspek fungsional (use value), yakni sebagai pelindung tubuh dari cuaca, kini lebih memliki makna tanda (sign value), dimana busana dapat bermakna saat dikorelasikan dengan nilai-nilai sosial yang ada.
3) PERILAKU WARIA DIKOTA BANDUNG ( STUDI DRAMATURGI MENGENAI PERILAKU WARIA DIKOTA BANDUNG)
Penelitian ini dilakukan oleh Nafisah Almira Rahma Reyhan pada tahun 2020 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan, dengan memakai metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi dramaturgi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa panggung depan (front stage) dari waria hampir semuanya memerankan panggung depannya secara baik dan sempurna sesuai peran mereka dimasyarakat, mereka berperan layaknya aktor dan aktris dalam suatu pertunjukan drama panggung.
namun pada panggung belakang (back stage), waria memainkan sebuah peran yang utuh. Yang dapat disimpulkan bahwa waria memerankan
13
peran yang berbeda dipanggung depan dan belakang dan perilaku yang tumbuh pada dirinya adalah hasil dari cara dia bersosialisasi dilingkungan, baik dimasyarakat ataupun keluarga.
14
Table 2.1
Review Penelitian Sejenis Penelitian terdahulu 1 Penelitian terdahulu
2
Penelitian terdahulu 3 Penelitian yang dilakukan
Nama penelitian
Fadhil Rahmandani Tri Yuha Trisnawati Nafisah Alnira Rahma Reyhan
Muhamad Rifyal Akbar
Judul penelitian
RAW DENIM SEBAGIA EKSPRESI
DIRI STUDI KASUS PADA KOMUNITAS INDONESIA DENIM
FASHION SEBAGAI BENTUK EKSPRESI
DIRI DALAM KOMUNIKASI
PERILAKU WARIA DIKOTA BANDUNG
(STUDI DRAMATURGI
MENGENAI PERILAKU WARIA DIKOTA BANDUNG)
FASHION THRIFTING SEBAGAI BENTUK
EKSPRESI DIRI DIKALANGAN MAHASISWA FISIP
UNIVERSITAS PASUNDAN
Teori
Komunikasi verbal dan non verbal
Komunikasi verbal dan non verbal
Dramaturgi Dramaturgi
Metode Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
15 Perbedaan
dan
Persamaan
Perbedaan penelitian ini menggunakan subjek yang berbeda yaitu anggota
komunitas denim, dan untuk teori memakai Komunikasi Verbal dan non Verbal Penelitian ini
membahas tentang raw denim sebagai ekspresi diri. hasil penelitiannya ialah “personalisasi”
denim yang disebut crease dan fades mark yang dihasilkan berdasarkan kebiasaan sehari-hari
pemakainya.
Persamaannya dalam penelitian yaitu menggunakan metode Kualitatif, dan
menjadikan raw denim sebagai ekspresi diri.
Perbedaan penelitian ini menggunakan subjek mahasiswa perempuan, dengan teori komunikasi verbal dan non verbal dengan hasil
penelitian bahwa fashion telah
mengalami perubahan nilai yang
dianalogikan pada askpek fungsional (use value), yakni sebagai pelindung tubuh dari cuaca, dan kini lebih memiliki makna (sign value).
Persamaan nya penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan juga konteks penelitian nya yaitu fashion sebagai bentuk ekspresi diri.
Perbedaan penelitian ini menggunakan
masyarakat sebagai subjeknya, penelitian ini Dengan hasil penelitian bahwa waria memerankan panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) secara baik dan sempurna sesuai peran mereka
dimasyarakat.
Persamaan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan juga memakai teori dramaturgi
Penelitian ini
menggunakan subjek mahasiswa fisip Universitas Pasundan.
Membahas tentang fashion thfrifting sebagai bentuk ekspresi diri dikalangan
mahasiswa fisip universitas pasundan dengan menggunakan teori dramaturgi. Lalu menggunakan metode penelitian kualitatif.
16 2.2 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang sipakai sebagai landasan penelitian yang di dapatkan pada tinjauan Pustaka.
2.2.1. Komunikasi
2.2.1.1.Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan satu kesatuan yang penting bagi manusia sebagai proses sosial yang terjadi antar makhluk hidup. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa terlepas dari rasa ingin tahu dan ingin mengenal lingkungan sekitarnya.
Di dunia ini tidak ada yang benar-benar bisa dilakukan dengan sendirinya, semua makhluk hidup saling berdampingan untuk bisa memenuhi semua yang diperlukan hal ini tentunya bisa terus berjalan karena adanya komunikasi. Melalui proses komunikasi yang terjadi manusia dapat saling memahami perilaku satu sama lain.
Secara etimologi komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata latin yaitu communis yang berarti “sama”, artinya komunikasi memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu untuk saling bertukar informasi. Orang yang membentuk makna yang sama Ketika berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.
17
Menurut Dedy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, komunikasi adalah:
Proses penyampaian pesan dalam bentuk lambing, yang memiliki makna sebagai panduan pemikiran serta perasaan ide, informasi, gagasan, harapan, imbauan, kepercayaan dan lain sebagainya, yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun secara tidak langsung dengan tujuan merubah sikap. (2000, h.41)
Pengertian lain dari komunikasi juga dikemukakan oleh Shanon and Weaver yang dikutip oleh Hafied Cangara dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi adalah:
Bentuk interaksi manusia, yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan Bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi, muka, lukisan, seni, dan teknologi. (1998, h.20)
Jika dilihat dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang memiliki makna serta gagasan juga dapat mengubah perilaku seseorang. Melalui proses komunikasi ini setiap orang bisa melakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi juga tidak terbatas pada Bahasa verbal tetapi ekspresi juga. Ekspresi menjadi penanda Ketika seseorang berkomunikasi dalam menyatakan sesuatu atau bisa disebut juga dengan komunikasi non verbal.
18 2.2.1.2.Unsur-unsur Komunikasi
Ketika melakukan komunikasi setiap orang tentunya berharap akan sesuai dengan tujuan. Artinya ketika berkomunikasi ada tujuan dan pencapaian yang ingin terwujud bersama, untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan salah satunya unsur-unsur komunikasi. Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yangmenyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisaterjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Menurut Laswell dalam buku Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi SuatuPengantar, cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab-pertanyaan " Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect."
1. Sumber ( source )
Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker,encoder, atau originator.Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.Sumber bisa saja berupa individu, kelompok, organisasi perusahaan bahkan Negara.
2. Pesan (message )
Merupakan seperangkat symbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan atau maksud dari sumber untuk menyampaikan pesanya kepada penerima.
19 3. Saluran ( channel)
Merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesanya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dari cara penyajian pesan.
4. Penerima ( receiver)
Nama lain dari penerima adalah destination, communication, decoder, audience,listener dan interpreter dimana penerima merupakan orang yang menerima pesan dari sumber.
5. Efek (effect )
Merupakan yang terjadi pada penerima setelah 1a menerima pesantersebut. (Laswell,2007)
Unsur Komunikasi itu selalu ada disaat manusia sedang berkomunikasi dimulai dari siapa yang menyampaikan pesan, apa isi pesannya, melalui media atau saluran apa, kepada siapa dan menimbulkan efek.
2.2.1.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu memili fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Komunikasi dengan diri sendiri berfungsi mengembangkan kreativitas imajinasi, memahai dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan.
20
Menurut Harold D. Lasswell dalam Nurudin (2008,15), fungsi-fungsi komunikasi ialah sebagai berikut.
1) Surveilance of the part environment (fungsi pengawasan). Fungsi ini dijalankan oleh para diplomat etase dan koresponden luar negri sebagai usaha menjaga lingkungan.
2) Corrrelation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi). Yakni menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya, fungsi ini diperankan oleh para ediot, wartawan dan juga juru bicara.
3) Transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial). Yakni menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi, fungsi ini ialah para pendidik formal atau informal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai, dan juga tentunya generasi ke generasi.
Menurut Charles R. Wright menambahkan fungsi lain yaitu entertainnment (hiburan) yaitu menunjukan kepada tindakan-tindakan komuikatif yang terutama dimaksudkan untuk menghibur.
2.2.1.4.Tujuan Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi, tujuan komunikasi ialah:
1) Perubahan sosial dan pertisipasi sosial.
21
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta dalam pilihan suara pada pemilu atau ikut serta dalam berperilaku sehat dan sebagainya.
2) Perubahan sikap.
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan sikap masyarakat akan positif terhadap pola hidup sehat.
3) Perubahan pendapat.
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan, misalnya dalam informasi mengenai pemilu. Terutama informasi mengenai kebijakan pemerintah yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap agar pendapat masyarakat dapat terbentuk untuk mendukung kebijakan tersebut.
4) Perubahan perilaku.
Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya kegiatan memberikan informasi mengenai hidup sehat tujuannya adalah supaya masyarakat mengikuti pola hidup sehat dan perilaku masyarakat akan
22
positif terhadap pola hidup sehat atau mengikuti perilaku hidup sehat.
(1992, h.10)
Begitu besarnya pengaruh komunikasi bagi perkembangan informasi. pesan dapat mengubah sikap atau perilaku seseorang, opini, persepsi, pendapat, gagasan.
2.2.1.5.Prinsip Komunikasi
Deddy mulyana mengungkapkan bahwa prinsip komunikasi terdapat 12 yaitu:
a) Komunikasi adalah proses simbolik.
b) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi c) Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan.
d) Komunikasi berlangsung dalam berbag ai tingkat Kesenjangan e) Komunikasi terjadi dalam konteks rang dan waktu
f) Komunikasi melibatkan predakasi peseta komunikasi.
g) Komunikasi bersifat sistemik
h) Komunikasibersifatnonkonsekuensial
i) Komunikasi bersifat prosensual, dinamis, dan transaksional j) Komunikasi bersifat irreversible (yang tidak dapat diubah).
k) Komunikasi bukan panasea (obat mujarab). (2015.h.91-27)
2.2.1.6.Komunikasi Interpersonal
Meskipun komunikasi interpersonal ini merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Sebagaimana layaknya konsep-
23
konsep dalam ilmu sosial lainnnya, komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan pengertian.
Menurut Joseph A.Devito mendefinisikan bahwa:
Komunikasi interpersonal (antarpribadi) sebagai proses pengiriman pesan-pesan antara dua orang atau lebih diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek da umpan balik seketika.
Pengertian ini sesuai dengan pendapat Hafied Cangara yang menyataka bahwa komunikasi interpersonal adalah "suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka". Sedangkan menurut Wiranto dikatakan bahwa “komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara terorganisir maupun dalam keluarga"
Menurut Onong Uchjana Effendy Umpan balik dalam Komunikasi interpersonal dapat langsung diketahui karena komunikasi dilakukan dengan tatap muka (face to face communication) dan tanggapan komunikan segera diketahui.
Menurut Agus M. Hardjana mengakatan komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Menurut Deddy Mulyana komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
24
menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud komunikasi interpersonal (antarpribadi) adalah suatu proses komunikasi yang biasanya terjadi antara dua orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka, komunikasi ini jenis ini sangat efektif karena dapat langsung diketahui respon dari komunikan. Komunikasi interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam rangka menjalin hubungan dalam proses kehidupan.
Mengacu beberapa contoh definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Perlu ditarik benang merah dari beberapa definisi yang telah diurakan tersebut.
Menurut Suranto Aw (2011) terdapat unsur hakikat yang senantiasa muncul baik tersurat maupun tersirat dalam definisi-definisi itu. Diantaranya:
1. Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah suatu proses, kata lain dari proses, ada yang menyebut sebagai sebuah transaksi dan interaksi, mengenaigagasan, ide, pesan, simbol, informasi, atau message.
2. Pesan tersebut tidak ada dengan sendirinya, melainkan diciptakan dan dikirimkan oleh seorang komunikator, atau sumber informasi.
Komunikator ini mengirimkan pesan kepada komunikan atau penerima informasi (receiver).
3. Komunikasi interpersonal dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
4. Penyampaian pesan dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis.
25
5. Komunikasi interpersonal tatap muka memungkinkan balikan atau respon dapat diketahui dengan segera (instant feedback). Artinya penerima pesan dapat dengan segera member tanggapan atas pesan- pesan yang telah diterima dari sumber.
Secara sederhana dapat dikemukakan suatu asumsi bahwa proses komunikasi interpersonal akan terjadi apabila ada pengirim menyampaikan informas berupa lambang verbal maupun nonverbal kepada penerima dengan menggunakan medium suara (human voice), maupun dengan medium tulisan.
Suranto AN (2011) mengatakan dalam terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara intergratif saling berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri. Diantaranya:
1. Sumber/komunikator 2. Encoding
3. Pesan 4. Saluran
5. Penerima/komunikan 6. Decoding
7. Respon 8. Gangguan 9. Noise
2.2.1.7 Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi terbagi menjadi dua yakni komunikasi verbal dan nonverbal.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
26
atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatukomunitas. Sedangkan, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan.
Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Komunikasi nonverbal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari komunikasi verbal. Pesan-pesan non- verbal seringkali mengikuti proses komunikasi verbal. Menurut Leathers komunikasi nonverbal diklasifikasikan menjadi 3 bagian,yaitu: pesan nonver-bal visual (meliputi kinetik atau gerak tubuh, proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, artifaktual seperti pakaian, kosmetik), pesan non-verbal auditif (meliputi paraliguistik), dan pesan nonverbal nonvisual nonauditif atau tidak berupa kata-kata, tidak terlihat dan tidak terdengar (meliputi sentuhan dan penciuman) (Rakhmat, 2000).
Fungsi komunikasi pada umumnya menurut Deddy Mulyana (2010) dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1) Fungsi Komunikasi Sosial
27
Komunkasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri, konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
2) Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan nonverbal.
3) Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapkan kata-kata dan menampilkan perlaku yang bersifat simbolik.
4) Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu menginformasilkan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.
Sedangkkan menurut Pearson (2009) Komunikasi nonverbal memiliki fungsi sebagai berikut :
28 1) Repitisi
Repitisi atau pengulangan terjadi pada ketika verbal memiliki arti yang sama dengan nonverbal. Yaitu untuk mengulangi kembali maksud yang disampaikan dari komunikasi verbal. Seperti menganggukan kepala ketika mengatakan “Ya,” atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “Tidak,”
2) Aksentuasi
Aksentuasi atau tekanan adalah penggunaan isyarat nonverbal untuk memperkuat makna verbal. Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato.
3) Komplemen
Di sini komunikasi nonverbal memilii fungsi untuk melengkapi pesn verbal.
Tetapi komplemen berbeda dengan subtitusi. Verbal dan kode nonverbal saling menambahkan makna satu sama lain. Nada suara, gestur dan gerakan tubuh dapat mengindikasikan perasaan seseorang yang melengkapi pesan verbal.
4) Kontradiksi
Kontradiksi dapat terjadi ketika pesan verbal dan nonverbal bertentangan.
Seringkali fungsi ini terjadi secara tidak sengaja. Fungsi kontradiksi ini biasanya digunakan pada saat menyindir atau humor. Pesan verbalnya menyatakan satu makna, tetapi bahasa nonverbalnya menyatakan perasaan yang dirasakan sebenarnya. Seperti misalnya memuji prestasi sang teman sambil mencibirkan bibir.
5) Subtitusi
29
Komunikasi nonverbal disini memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan pada saat seseorang tidak menggunakan bahasa verbal. Pada beberapa kejadian, pesan nonverbal yang dimaksudkan dalam fungsi sangat jelas.
Misalnya, seseorang memuji sesuatu hanya dengan mengacungkan jempol tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
6) Regulasi
Pada fungsi ini komunikasi nonverbal bertugas untuk memonitor dan mengontrol ketika berintraksi dengan seseorang. Contohnya seperti pada saat memberikan kontak mata berbicara dengan seseorang.
Fashion merupakan pesan artifaktual yang ditampakkan melalui penampilan tubuh. Pakaian akan tampak begitu orang lain berhadapan. Bahkan ketika keduanya belum saling menyapa sekalipun. Menurut Kefgan dan Touchie,
“Pakaian menyampaikan pesan, pakaian terlihat sebelum suara terdengar.. dan pakaian selalu berhubungan dengan perilaku tertentu” (Rahmat,2000). Hal ini seringkali dialami dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita seringkali menilai orang dari penampilan fisiknya, terutama yang diperlihatkan dari bagaimana cara dia berbusana.
2.2.1.8 Interaksi Simbolik
Ide bahwa kenyataan sosial muncul melalui proses interaksi sangat penting dalam interaksionisme simbolik. Seperti namanya sendiri menunjukan teori interaksionisme itu berhubungan dengan teori simbol dimana interaksi terjadi. Bagi Blumer, keistimewaan pendekatan kaum interaksionisme simbolik lah manusia
30
dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling beraksi pada setiap tindakan itu menurut mode stimulus-respon.
Seseorang tidak langung memberikan respon pada tindakan orang lain, akan tetapi didasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu. Blumer menjelaskan yang kemudian dikutip oleh Poloma (2000), bahwa:
“Dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna, dari tindakan-tindakan orang lain.”
Interaksionisme simbolik merupakan aliran dalam sosiologi yang menentang sosiologi tradisional. Aliran ini juga menunjang dan mewarnai kegiatan penelitian kualitatif. Dasar pandangan interaksionisme simbolik adalah asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh lewat interpretasi. Obyek, situasi, orang, dan peristiwa, tidak memiliki maknanya sendiri. Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi interprestasi dari orang yang terlibat. Interpretasi bukanlah kerja otonom dan juga tidak ditentukan oleh suatu kekuatan khusus manusia ataupun yang lain.
Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik ini menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antarmanusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain. Interaksi antarindividu, diantarai oleh penggunaan simbol- simbol, interpretasi, atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Pada teori ini dijelaskan bahwa tindakan manusia
31
tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam”
(sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer, proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Lebih jauh Blumer menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Interaksionisme simbolis cenderung sependapat dengan perihal kausal proses interaksi social.
Dalam artian, makna tersebut tidak tumbuh dengan sendirinya namun mucul berkat proses dan kesadaran manusia. Kecenderungan interaksionime simbolis ini muncul dari gagasan dasar dari Mead yang menyatakan bahwa interaksionis simbol memusatkan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses mental yang terisolasi. Jadi sebuah simbol tidak dibentuk melalui paksaan mental merupakan timbul berkat ekspresionis dan kapasitas berpikir manusia.
Pada tahapan selanjutnya, pokok perhatian interaksionisme simbolik mengacu pada dampak makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia.
Dalam tahapan ini Mead memberikan gagasan mengenai perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah proses berpikir yang melibatkan makna dan simbol. Perilaku terbuka adalah perilaku actual yang dilakukan oleh aktor. Di
32
lain sisi, seorang aktor juga akan memikirkan bagaimana dampak yang akan terjadi sesuai dengan tindakan. Tindakan yang dihasilkan dari pemaknaan simbol dan makna yang merupakan karakteristik khusus dalam tindakan sosial itu sendiri dan proses sosialisasi.
Dalam interaksionisme simbolis, seseorang memberikan informasi hasil dari pemaknaan simbol dari perspektifnya kepada orang lain. Dan orang-orang penerima informasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai informasi yang disampaikan aktor pertama. Dengan kata lain aktor akan terlibat dalam proses saling mempengaruhi sebuah tindakan sosial. Untuk dapat melihat adanya interaksi sosial yaitu dengan melihat individu berkomunikasi dengan komunitasnya dan akan mengeluarkan bahasa-bahasa, kebiasaan atau simbol- simbol baru yang menjadi objek penelitian para peneliti budaya. Interaksi tersebut dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu komunitas terdapat suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu tren yang akan dipertahankan, dihilangkan, atau diperbaharui maknanya itu yang terus melekat pada suatu komunitas, interaksi simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu masalah atau kejadian.
2.2.2 Fashion
Pada hakekatnya, sebagaian besar fashion dimasa lalu berasal dari kelas atas dan mengalir ke kelas-kelas dibawah nya. Orang biasa selalu berharap meningkakan posisi sosial mereka dengan mengikuti fashion orang-orang yang memiliki hak. Hal ini sampai saat ini masih terjadi.
33
Barnard menyatakan, bahwa dilihat dari sisi etimologi maka kata fashion ini berhubungan erat dengan sebuah kata dari bahasa Latin, yaitu factio yang memiliki arti “membuat”. Oleh karena itu, fashion merupakan sebuah aktivitas yang sedang dilakukan oleh seseorang. Sedangkan menurut Alex Thio,”fashion is a great though bried enthusiasm among relatively large number of people for particular innovation”. Dari sini kita bisa tahu bahwa fashion bisa mencakup segala sesuatu yang diikuti oleh banyak orang dan kemudian kemudian menjadi trend. Dalam paradigma fashion juga dikenal dengan unsur novelty atau kebaruan, karena yang cenderung bergerak dan selalu berubah setiap waktu adalah busana, maka fashion sering diidentikkan dengan busana.
Fashion bisa mengekspresikan sesuatu yang tidak terucap secara verbal, maka fashion juga seringkali digunalan untuk menunjukan identitas personal dari individu yang bersangkutan. Hanya dengan mengenakan jenis pakaian tertentu maka, orang lain akan bisa menilai kepribadian dan citra dirinya. Jadi fashion adalah sebuah bentuk ekspresi diri yang mempresentasikan identitas seseorang.
Disamping itu fashion memiliki fungsi kegunaan lainnya, yaitu:
1. Fashion sebagai komunikasi
Fashion dan pakaian adalah bentuk komunikasi nonverbal karena tidak menggunakan kata-kata lisan atau tertulis. Dalam The Language of Clothes, Lurie menunjukkan keyakinannya bahwa disana ada analogi langsung. Ada banyak bahasa busana yang berbeda, yang masing memiliki kosa kata dan tata bahasanya masing-masing.
34 2. Fashion sebagai kelas sosial
Fashion dan pakaian merupakan bagian dari proses yang didalamnya dikontruksi pengalaman kelompok-kelompok sosial atas tatanan sosial.
Status sosial seseorang tidak bisa lepas dari yang namanya status ekonomi.
Menurut Roach dan Eicher, menghias seseorang bisa mereflesikan hubungan dengan sistem produksi yang merupakan karakteristik ekonomi tertentu dimana orang itu tinggal atau bersosialisasi. Dan juga aspek pakaian dan fashion bisa digambarkan sebagai penandaan ekonomi.
Para remaja mengidentifikasikan budaya yang mereka anut melalui bagaimana cara mereka berpakaian. Merujuk kepada teori fashion system dari Roland Barthes, Fashion adalah sebuah sistem tanda (sign). Cara kita berpakaian merupakan sebuah tanda untuk menunjukan siapa diri kita dan nilai budaya yang kita anut.
2.2.2.1 Perkembangan Fashion
Fashion berubah dari waktu kewaktu secara konstan. Proses perubahan tersebut terkadang mengalami istilah out of fashion atau ketinggalan jaman, dengan terjadinya perubahan tersebut busana yang out of fashion pada suatu saat nantinya akan muncul kembali tetapi dengan modifikasi yang terkini.
1. Awal Abad 20
Perkembangan fashion dimulai di Paris dan London. Pada tahun 1900 akhir abad 19, industri pakaian telah meluas memenuhi kebutuhan dan gaya hidup serba praktis. Sepanjang tahun 1910 busana-busana yang
35
lembut dan feminim mulai berkembang pesat. Peragaan busana dipelopori oleh desainer asal Paris, Jeanne Pawuin.
2. Masa Peperangan
Periode antara masa peperangan dan juga sering disebut sebagai masa kejayaan busana Prancis. Gaya bangsawan ala kerajaan sudah ditinggalkan dan digantikan dengan Haute conture. Tahun 1920 setelah perang dunia I, fashion mengalamiperubahan yang radikal. Para wanita lebih beralih pada penampilan yang lebih casual. Busana lebih disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
3. Pertengahan Abad 20
Perang dunia II menciptakan banyak perubahan-perubahan dalam industri mode setelah perang. Reputasi Paris sebagai pusat mode semakin populer seiring dengan tekstil sintetis. Gaya busana tahun 1950 lebih progresif dan mengandung semangat gaya masa lampau. Antara 1960- 1969 orang-orang muda mulai menentukan industri mode. Mode tidak hanya untuk orang-orang kaya. Gaya dan busana pada waktu itu adalah sederhana, rapi, dan muda. Bahan-bahan sintetis mulai digunakan secara luas pada tahun 1960.
4. Akhir Abad 20
Perkembangan fashion yang terus meningkat. Inspirasi didapatkan pada tahun-tahun sebelumnya. Gaya busana tahun 60, 70, 80-an menjadi sangat populer di pertengahan 2007. Awal tahun 2000 masih terlihat gaya busana yang minimalis berkembangan menjadi feminim dan dinamis.
36
Pertengahan 2000 gaya busana menonjolkan sisi yang lebih feminin. Para perancang mulai mengadakan percobaan dengan gaya tunic, dan juga bermacam-macam gaya berbusana. Untuk busana pria juga terdapat adanya sedikit sentuhan feminin.
2.2.3 Thrifting
Thrifting mengacu pada tindakan berbelanja di sebuah toko yang menjual barang belas, pasar loak, atau toko dari organisasi amal, biasanya dengan maksud untuk menemukan barang-barang yang unik dan juga menarik tentunya dengan harga yang murah.
Pengertian yang lebih luas menyatakan thrifting yakni tentang mendaur ulang barang-barang yang dimiliki, menemukan kegunaan baru pada barang-barang vintage atau antik yang telah tidak terpakai lagi. Thrifting merupakan kumpulan barang-barang yang dimiliki seseorang yang sudah tidak terpakai, dengan kemudian di jualnya lalu bisa dipakai oleh orang lain. Ketika seseorang mengunjui toko barang bekas, toko second hand, dan juga toko barang vintage yang berbeda- beda dengan harapan ingin membeli beberapa item pakaian murah dan tidak biasa dan barang-barang lainnya. Seseorang biasanya melakukan hal seperti ini dengan kerabatnya.
Thrifting juga sangat mengacu pada kebiasaan berbelanja dengan terkendali atau disiplin, yaitu dengan cara membeli barang ditoko-toko khusus yang sangat murah, membeli barang-barang pre-owned, dan sangat menyukai untuk barang- barang antik (vintage). Ada sebuah keistimewaan tersendiri dalam thrifting alias
37
berburu barang-barang bekas. Karena, dalam thrifting bisa menemukan sesuatu barang yang luar biasa seperti barang dengan brand yang besar asli dan otentik atau dari desainer ternama.
Memiliki beberapa barang vintage yang keren atau mengoleksi pakaian yang istimewa memberi kepuasan tersendiri. Bagian yang terbaiknya adalah, tidak ada orang lain yang memiliki selain dirinya sendiri. Ada beberapa alasan yang membuat orang-orang ingin memakai pakaian thrifting diantara lain sebagai berikut:
1. Ikut membantu menyelamatkan bumi dengan membeli baju preloved.
Thrifting merupakan salah satu gerakan daur ulang (recycle) yang paling mudah. Ada baju nggak terpakai? Selain disumbangkan, kamu bisa menjualnya kembali. Melalui proses daur ulang yang tidak disengaja ini, kamu telah mengurangi limbah pakaian yang harus dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir. Sedikit fakta tentang limbah pakaian, seperempat (25%) orang dewasa di Indonesia telah membuang lebih dari sepuluh macam pakaian dalam satu tahun terakhir. Selain mengurangi limbah pakaian, dengan thrift shopping, kamu juga turut mengurangi polusi lingkungan akibat produksi pakaian serta sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi pakaian baru.
2. Harga murah.
Harga pakaian yang dijual dit thtift shop memang tergolong murah.
Kalau dengan kisaran harga Rp100.000,00. Jika beli baru, belum tentu kita bisa mendapatkan baju dengan model yang berbeda dengan harga
38
yang tergolong murah. Apalagi jika diadakan diskon besar-besaran diakhir bulan. Biasamya, untuk pakaian yang sudah lama dipajang dan tak ada yang membeli, sudah dipastikan harga dapat lebih murah lagi.
3. Modelnya unik dan tidak ada duanya.
Baju thrifting biasanya merupakan baju yang diproduksi bertahun- tahun lalu yang sudah tidak digunakan oleh pemiliknhya. Baju-baju ini juga sudah melewati tahap seleksi, yang dimana masih layak untuk dipakai dan tentunya masih sangat menarik. Baju yang dijual biasanya memiliki corak atau warna tertentu yang membuat pemiliknya menjadi pusat perhatian. Selain itu, baju-baju yang dijual di thrift store juga hanya ada satu-satunya.
4. Jadi incaran banyak orang, koleksi yang tersedia di thrift store juga cepat berganti.
Saat ini, orang-orang berlomba-lomba mencari style mereka sendiri.
Dengan menggunakan pakaian yang modelnya tidak pasaran atau motifnya sudah ramai. Online thrift shop jadi salah satu pilihan terbaik untuk kita yang senang berburu pakaian bekas. Karena permintaan pasar yang cukup tinggi, biasanya toko-toko online ini sangat rajin mengunggah paling sedikit hanya seminggu sekali. Para pemilik toko juga ingin selalu punya stok dan memperhatikan pelanggan mereka.
Jadi, jangan perlu khawatir kalau stok pakaian yang ada di toko belum ada yang sesuai dengan selera.
39
5. Dengan thrifting, dapat mengeskplorasi diri untuk mencari gaya yang tepat.
Ketika asyik mencari baju yang bener-bener ‘pas’ untuk kita, kita berfokus pada mode atau fashion yang cocok untuk kita. Seperti curhatan Jacklyn Janeksela, katanya, saat berfokus pada fashion, dan bukannya ukuran (baju), aku bisa mengeksplorasi diriku dan merasakan kebebasan. Saat akhirnya menemukan sehelai kain yang ‘klik’, kita baru saja menemukan gaya yang sesuai untuk kita. Kita tidak perlu memedulikan komentar orang lain atas apa yang kita pakai. Yang penting, kita nyaman, senang, dan pede memakainya.
6. Thrifting juga membuat kita mengasah kreativitas melewati usaha meserasikan pakaian.
Saat berbelanja baju thrifting , kadang kita menemukan pakaian yang menarik dan tentunya juga modelnya unik. Namun, pemakai biasanya menyortir pakaian yang sudah lama tersimpan dilemari. Setelah itu berangkat untuk mencari pakaian yang cocok dengan baju-bajulama dilemari. Cara ini bikin thrifting lebih efektif dan efisien. Tidak perlu berlama-lama bongkar tumpukan baju bekas
7. Thrifting itu menyenangkan seperti berburu harta karun.
Mencari pakaian preloved yang benar-benar sesuai dengan keinginan kita memang membuat kesenangan tersendiri. Kita menjelajahi toko dengan penuh hati-hati. Karena tidak boleh ada yang terlewat karena barang bagua sering kali tersembunti. Rasanya, menyenangkan jika
40
usaha kita menjelajah seharian terbayar saat menemukan pakaian yang bagus. Terlebih pakaian tersebut merupakan merek ternama yang sudah tidak diproduksi lagi akan tetapi dengan kualitas terjamin.
Dalam melakukan kagiatan thrifting ada beberapa hal yang harus diperhatikan demi mendapati hasil belanja yang sesuai keinginan. Mencari preloved juga ada tips and triknya, diantara lain :
1. Riset tempat
Kegiatan thrifting tidak hanya dapat dilakukan dimanapun, akan tetapi harus melakukan riset sebelumnya. Setiap tempat menyediakan barang yang berbeda dengan kebutuhan yang berbeda juga. Ada baiknya melakukan riset sebelum datang ketempat tujuan. Ada beberapa tempat yang dapat menjadikan rekomendasi thrifting di Kota Bandung adalah Pasar Cimol Gedebage, Pasar Tegalega, Pasar Jumat Citarum dan Pasar Induk Caringin.
2. Riset harga
Selain tempat, yang perlu diperhatikan dalam kegiatan thrifting adalah mengetahui kisaran harga barang. Jangan sampai saat berbelanja uang yang kamu bawa kurang. Sebagaian besar penjajah pakaian thrifting ini hanya menerima uang tunai. Perhatikan juga harga yang ditawarkan, sepadan atau tidak dengan kualitas dan kondisi barang.
3. Lihat kualitas barang
Saat melakukan thrifting yang harus diperhatikan adalah barang yang dibeli. Apakah masih layak untuk dipakai atau tidak, mengingat barang
41
yang dibeli adalah barang bekas. Sebagian barang yang dijajakan memang tidak layang pakai. Jadi perlu untuk lebih memperlihatkan kondisi barang secara rinci.
4. Lakukan eksperimen
Saat thrifting jangan lupa berekperimen dengan perpaduan barang, dari atasan hingga bawahan. Mengingat banyaknya dan keunikan barang, melakukan eksperimen dengan selera sendiri yang menjadi sebuah tantangan. Karena harganya terbilang murah, membeli banyak barang dan melakukan eksperimen fashion juga dapat dilakukan. Yang mungkin saja dapat kombinasi fashion yang macthing, baik dengan pakaian yang sudah dimiliki maupun yang terdapat ditempat thrifting.
5. Membersihkan
Setelah selesai berbelanja tentunya perlu diperhatikan membersihkan pakaian yang sudah dibeli, mengingat barang yang telah dibeli adalah barang bekas. Langkah paling baik yaitu dengan memakai cairan antiseptik agar lebih bersih.
2.2.4 Brand
Brand atau merek adalah suatu symbol, nama, tanda, desain, atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, lembaga, oerganisasi, pada barang atau jasa yang memiliki untuk membedakan. Brand atau merek yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu brand oleh masyarakat.
42
Sama halnya dengan sebuah pakaian tidak jauh dari sebuah brand atau merek sebagai sebuah simbol atau citra seseorang untuk melihat sebagai sebuah identitas yang mendeskripsikan who you are. Mengangkat sebuah isu yaitu mengenai fashion yang tidak luput dari adanya sebuah brand.
Menurut Aaker (1991) yang dikutip oleh A.B. Susanto dan Himawan Wijarnako dalam bukunya Power Branding, Merek adalah:
Nama dan atau symbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu, serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing. (2004, h.6)
2.3 Kerangka Teoritis 2.3.1 Teori Dramaturgi
Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori Interaksionisme Simbolik. Dramaturgi muncul untuk memenuhi kebutuhan akan pemeliharaan keutuhan diri dan menjadi tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu menetapkan arti kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada.
Istilah dramaturgi dipopulerkan oleh Erving Goffman, salah satu sosiolog yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959, Goffman
43
memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat penampilat teateris. Yakni memusatkan perhatian atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan drama yang mirip dengan pertunjukan yang ada di panggung, ada aktor dan juga penonton. Tugas aktor hanya mempersiapkan dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran yang ia mainkan, sedangkan makna itu tercipta, masyarakatlah (penonton) yang memberi interpretasi. Individu tidak lagi bebas dalam menentukan makna tetapi konteks yang lebih luas menentukan makna, karyanya melukiskan bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol.
Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan penafsiran
“konsep-diri”, dimana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang) . Sedangkan menurut Goffman, konsep-diri lebih bersifat temporere, yang dalam artian bahwa diri bersifat jangka pendek, bermain peran, karena selalu dituntut oleh peran-peran sosial yang berlainan, yang interaksinya dalam masyarakat langsung dalam episode-episode pendek.
Dramaturgi merupakan sebuah istilah teater yang awalnya dipopulerkan oleh Aristoteles. Aristoteles menggambarkan dramaturgi sebagai sebuah ungkapan dalam artian seni. Hal ini berbeda dengan Erving Goffman yang mendalami dramaturgi dari segi sosiologi (Nurhadi,2015). Melalui teori dramaturgi yang dikembangkan oleh Goffman ini nantinya akan menggali berbagai perilaku dalam interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari yang menampilkan dirinya
44
sendiri dengan karakter orang lain dengan berusaha menampilkan sebagai sebuah drama sehingga adanya manipulasi dalam menunjukan dirinya.
Teori dramaturgi merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi sosial akan dimakna sama dengan pertunjukan drama. Manusia berperan sebagai seorang aktor. Dalam sebuah peran yang ditampilkannya, manusia sebagai aktor akan berusaha mencapai tujuannya dengan mengembangkan perilaku-perilaku yang dapat menunjang dan mendukung perannya. Identitas yang ditampilkan dapat berubah dan tidak stabil. Hal ini bergantung pada siapa manusia tersebut melakukan interaksi. Seorang aktor pun dalam drama kehidupannya harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukannya seperti halnya setting, kostum, penggunaan kata (dialog), serta tindakan-tindakan nonverbal lainnya. Sehingga sang aktor dapat meningkatkan kesan yang baik pada lawan interaksinya.
Dramaturgi merupakan sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia.
Dalam teori dramatugi Erving Goffman, sebuah peran yang ditampilkan seorang aktor menjadi dua bagian. Goffman menyebutnya sebagai bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Pada bagian depan (front) mencakup setting, penampilan diri (appearance), dan peralatan mengekspresikan diri. Sedangkan pada bagian belakang (back) tediri atas the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan dalam menunjukan acting seorang aktor dalam penampilan diri yang ada pada bagian depan (front).
Dalam teori ini, Goffman menggunakan kata “pertunjukan” untuk merujuk pada argumennya. Teori ini berintikan pandangan bahwa dalam interaksi manusia, setiap orang ingin mengelola pesan yang diharapkan dapat tumbuh pada orang
45
lain terhadapnya. Panggung pertunjukkan ini terbagi dua yaitu bagian depan (front) dan bagian belakang (back) panggung.
2.3.1.1Wilayah Pertunjukan
Goffman melihat ada perbedaan aktin yang besar saat aktor berada di atas panggung depan (front Stage) dan panggung belakang (Back Stage) drama kehidupan. Kondisi akting di panggung depan adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada didalam pertunjukan. Saat itu kita berusaha memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton mehami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan membuat drama yang berhasil. Sedangkan di panggung belakang adalah keadaan tidak ada penonton, sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa memperdulikan plot perilaku yang harus kita bawakan.
Agar lebih memahami konsep dramarturgi, berikut analogi nya. Ada seorang pegawai sebuah toko “indomaret” yang senantiasa berpakaian rapi, menyambut pelanggan dengan ramah, santun, bersikap formal dengan perkataan yang diatur mulai dari saat pelanggan masuk hingga pelanggan didepan kasir, mereka menanyakan “apakah ada kartu member”, atau menawarkan beragam produk namun, disaat istirahat pada siang hari pegawai tersebut bisa bersikap lebih santai, bersenda-gurau dengan bahasa gaul temannya atau bersikap tidak formal lainnya (meroko, dan sejenisnya). Saat pegawai terkait menyambut pelanggan, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut pelanggan dan memberikan pelayanan kepada pelanggan tersebut.
46
Oleh karenanya, perilaku pegawai adalah perilaku yang sudah digariskan atau diatur sedemikian rupa melalui skenarionya oleh pihak manajemen atau atasannya.
Ketika istirahat makan siang, pegawai bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak kedua dari pertunjukan tersebut (back stage). Sebenarnya, ini juga merupakan skenario yang disiapkan oleh manajemen, yakni bagaimana pegawai tersebut dapat menyegarkan diri untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya (saat kembali bekerja ketika waktu istirahat selesai). Seorang pegawai toko Indomaret yang dijelaskan di atas, mempunyai dua macam karakteristik, yakni karakteristik panggung depan dan panggung belakang.
Ketika berada atau tampil di panggung depan dan dilihat oleh audiens (pembeli), mereka menampilkan karakteristik yang berbeda pada saat ada di panggung belakang (waktu istirahat). Sebagaimana seorang aktor dalam suatu drama atau lakon, saat di depan audiens atau panggung depan, mereka harus bisa untuk menjadi pribadi yang lain atau karakter yang berbeda, dengan menggunakan setting, front personal (gaya dan penampilan), manajemen kesan, dan jarak peran.
Sedangkan ketika di panggung belakang, mereka bisa memunculkan karakter asli diri mereka tanpa disembunyikan. Menurut pandangan Goffman adanya pembagian dalam pertunjukan teater dalam bermain peran pada ruang identitas yang sedang berinteraksi antara lain:
1. Panggung Depan (front stage)
Merujuk pada peristiwa sosial yang menunjukan bahwa individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Mereka memainkan perannya diatas panggung sandirwara dihadapan khalayak penonton.
47
Sebaliknya wilayah belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah depan ibarat panggung sandiriwara bagian depan (front stage) yang ditonton oleh khalayak penonton. Front stage (panggung depan) bagian yang disajikan dengan pertujukan yang tujuannya untuk mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian: front pribadi (personal front) dan setting front pribadi terdiri dari alat-alat yang dianggap khalayak sebagai pelengkap yang dibawa aktor kedalam setting, misalnya seperti seorang juru masak diharapkan mengenakan celemek agar selalu dipakai ketika memasak.
Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh sang aktor.
Misalnya, berbicara sopan, pengucapan istilah-istilah yang asing, intonasi, postur tubuh, ekspresi wajah, pakaian,dan sebagainya.
Setting merupakan situasi fisik yang harus ada ketika aktor melakukan sebuah pertunjukan, misalnya seorang ojek online memerlukan kendaraannya. Front personal terbagi menjadi dua, yaitu penampilan berbagai jenis barang yang mengenalakan status aktor, dan gaya mengenalkan peran macam apa yang telah dimainkan aktor dalam situasi tertentu.
Fokus Goffman tidak hanya individu, melainkan juga tim dan kelompok. Selain membawakan peran dan juga karakter secara individu aktor-aktor sosial juga berusaha mengelola kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu keluarga, tempat bekerja, partai politik, atau
48
organisasi lain yang, mereka wakili. Semua anggota dalam menciptakan perlengkapan pertunjukan dengan matang dan jalannya pertunjukan, memainkan pemain inti yang layak, melakukan pertunjukan seefisien mungkin.
Bagian depan yang dimaksudkan oleh Goffman (1959) disini merupakan hal yang ditampilkan dan diperlihatkan kepada “penonton”.
Dengan kata lain, bagian depan ini berisikan apa yang dengan sengaja diperlihatkan oleh seseorang kepada para penonton. Bagian depan ini kemudian masih terbagi lagi menjadi: setting, peralatan untuk mengekspresikan diri, dan penampilan diri.
2. Setting
Layaknya dalam sebuah pertunjukkan drama, setting disini mengacu pada perabotan, dekorasi, tataletak, dan benda-benda yang tersedia untuk mendukung kemampuan berakting sang aktor. Setting seringkali berada dalam posisi tidak bergerak. Jadi, untuk mendapatkan setting yang mendukung, aktor dituntut membawa dirinya disetting yang sesuai untuk dapat memainkan perannya dan segera meninggalkan perannya saat meninggalkan setting tersebut.
3. Peralatan untuk mengekspresikan diri
Istilah ini mengacu pada hal-hal yang melekat pada sang aktor sehingga dapat membuat para penonton tersebut cepat mengidentifikasi aktor tersebut. Hal-hal ini meliputi: jabatan, cara berpakaian, jenis kelamin, usia.