Baharuddin, 2014, Alih kode dan campur kode dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas XI di SMAN 1 Salomekko Kabupaten Bone. Pengawasan oleh H.M. Gagasan Said D.M. dan Munirah) Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena alih kode dan campur kode dalam interaksi belajar mengajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone, baik yang mengandung alih kode maupun kode. -mencampur atau tidak.
Latar Belakang
Pergantian penggunaan dua bahasa atau lebih disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang biasa disebut alih kode. Alih kode dan campur kode banyak dijumpai dalam kegiatan pendidikan, termasuk di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone yang sering menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Ragam Bahasa
Tergantung pada penuturnya, yang dimaksud dengan siapa yang menggunakan bahasa tersebut, di mana mereka tinggal, apa kedudukan sosialnya dalam masyarakat, jenis kelaminnya, dan kapan bahasa tersebut digunakan. Menurut penggunaan artinya bahasa itu digunakan menurut tujuan, bidang, cara dan alat, serta situasi formal.
Sikap Bahasa
Sikap berbahasa merupakan suatu sistem kepercayaan yang relatif bertahan lama, sebagian mengenai bahasa, mengenai objek-objek bahasa yang mempengaruhi seseorang untuk merespons dengan cara tertentu yang disukainya. Namun berhasil atau tidaknya hal tersebut tetap bergantung pada motivasi belajar siswa, yang sangat ditentukan oleh sikap siswa terhadap bahasa yang dipelajarinya.
Bahasa dalam Konteks Sosial
Dalam penggunaannya, bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor kebahasaan saja, tetapi juga oleh faktor nonlinguistik. Faktor nonlinguistik yang mempengaruhi penggunaan bahasa antara lain faktor sosial dan faktor situasional.
Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri-ciri dan variasi bahasa yang berbeda, serta hubungan antar ahli bahasa dan ciri-ciri fungsional variasi bahasa dalam suatu komunitas bahasa (Kridalaksana 1993:94). Melihat definisi-definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan sosiologi dan objek penelitiannya adalah hubungan antara bahasa dan faktor sosial dalam suatu masyarakat tutur.
Situasi, Peristiwa, dan Tindak Tutur
Hymes mengingatkan kita bahwa suatu jenis tindak tutur dapat terjadi dalam peristiwa tutur yang berbeda, dan suatu jenis tindak tutur dapat terjadi dalam situasi tutur yang berbeda. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian serangkaian tindak tutur (bahasa Inggris: Speech Act), yang disusun untuk mencapai suatu tujuan. Dalam peristiwa tutur kita lebih melihat pada tujuan peristiwa tersebut, namun dalam tindak tutur kita lebih melihat pada makna atau makna dari tindakan yang ada dalam tuturan tersebut.
Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terkandung dalam satu proses, yaitu proses komunikasi. Austin mendefinisikan tindak tutur yang dilakukan dengan kalimat performatif sebagai tiga peristiwa tindakan yang terjadi secara bersamaan, yaitu (1) tindak lokusi (bahasa Inggris: locutionary act); 2) tindak tutur ilokusi (bahasa Inggris: illocutionary act); dan (3) tindak tutur perlokusi. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berhubungan dengan tuturan orang lain dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku nonlinguistik orang lain tersebut.
Kontak Bahasa dan Kedwibahasaan
Keterbatasan ini menyiratkan pengertian bahwa seorang bilingual adalah orang yang menguasai dua bahasa dengan sama baiknya. Konsep bilingualisme (Bahasa Inggris: Bilingualism) diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam interaksi dengan orang lain secara bergantian. Bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau dua sistem kode atau dialek oleh seorang penutur dalam interaksinya dengan orang lain.
Chaer dan Agustina berpendapat bahwa bahasa merupakan identitas kelompok yang menawarkan kemungkinan untuk menjelaskan bahwa suatu masyarakat penutur bilingual menggunakan dua bahasa sebagai alat komunikasinya. Mackey dan Fishman menyatakan dalam Chaer dan Agustina bahwa bilingualisme dalam sosiolinguistik secara umum diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam interaksi bergantian dengan orang lain. Bloomfield menyatakan dalam Chaer dan Agustina bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baik.
Pemilihan Bahasa dan Wujudnya
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah kebiasaan dan praktik seorang penutur menggunakan bahasa secara bergantian dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Faktor pilihan bahasa partisipan meliputi kemampuan berbahasa, pilihan bahasa yang disukai, usia, pendidikan, pekerjaan, etnis, keintiman, dan lain-lain. Aspek yang berkaitan dengan faktor situasional adalah lokasi atau setting, derajat formalitas, dan kehadiran pembicara.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahasa bilingual atau multilingual disebabkan oleh kurangnya faktor utama. Ketiga jenis pilihan bahasa tersebut dipandang sebagai titik-titik pada suatu kontinum dari pilihan bahasa dalam skala yang relatif besar hingga pilihan bahasa dalam skala yang relatif lebih kecil. Mengingat perlunya membedakan pemilihan bahasa dalam alih kode dan campur kode, maka penulis menguraikan keduanya.
Kode
Ohoiwutun (1996:72) menyatakan bahwa terjadinya alih kode dan campur kode disebabkan oleh kemampuan anggota masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, campur kode adalah (1) interferensi, (2) penggunaan satuan kebahasaan dari suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya kebahasaan atau keanekaragaman bahasa tersebut, termasuk penggunaan kata, frasa, klausa, idiom. , salam, dan sebagainya (Depdikbud, 2005:168). Ciri-ciri fenomena campur kode adalah unsur-unsur bahasa atau variannya yang dimasukkan ke dalam bahasa lain sudah tidak mempunyai fungsinya lagi.
Gejala lain dari campur kode adalah unsur kebahasaan yang dimasukkan ke dalam bahasa lain sudah tidak mempunyai fungsinya lagi (Suwito, 1985:75). Thenlander yang dikutip Suwito (1985:76) mengatakan bahwa unsur kebahasaan yang terlibat dalam peristiwa campur kode hanya sebatas pada tataran klausa. Alih kode dan campur kode merupakan dua peristiwa yang lazim terjadi pada masyarakat bilingual.
Penelitian yang Relevan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam buletin Salam terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) macam-macam alih kode dan campur kode, (2) jenis-jenis alih kode dan campur kode, dan (3) faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam novel karya Pandir Kelana. Penelitian ini juga mencakup monolog yang mengandung alih kode dan campur kode.
Dari hasil penelitian diperoleh berbagai bentuk alih kode dan campur kode berupa (1) Bahasa Indonesia (BI) ke Bahasa Jawa (BJ), (2) Bahasa Indonesia (BI) ke Bahasa Belanda (BB), ( 3) Bahasa Indonesia (BI ) ke Bahasa Inggris (BIng) dan (4) Bahasa Indonesia (BI) ke Bahasa Jepang (BJp). Nuraeni (2009) yang mengkaji alih kode dan campur kode dalam khutbah Jumat di Kabupaten Selayar. Hasil penelitian menunjukkan banyak contoh alih kode dan campur kode (dari bahasa Indonesia ke bahasa Selajar dan ke bahasa Arab) dalam khutbah Jumat.
Kerangka Pikir
Hal ini dipengaruhi oleh keadaan penutur (jamaah) yang ingin menghibur dan menekankan maksud (isi) khotbah yang disampaikan. Alih kode dan campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis dan bahasa Inggris bisa saja terjadi tanpa disadari oleh para guru di kabupaten Bone. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kami menyelidiki peristiwa alih kode dan campur kode dalam interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran di kelas XI di SMAN 1 Salomekko Kabupaten Bone.
METODE PENELITIAN
Batasan Istilah
Peristiwa alih kode adalah suatu perubahan (peralihan) ekstrem antarbahasa, antarbahasa atau gaya bahasa berbeda yang terjadi dalam satu bahasa dalam penggunaan dua bahasa atau lebih oleh siswa dalam interaksi kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko, Kabupaten Bone, seperti alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis, bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya. Campur kode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dengan cara menyisipkan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain secara konsisten, seperti menyisipkan unsur kata campur, menyisipkan unsur kalimat, dan menyisipkan unsur kalimat/kalimat. Faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode dalam interaksi lintas kelas
Faktor penyebab terjadinya campur kode dalam interaksi antar kelas
Fokus Penelitian
Data dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, terdapat tiga bentuk alih kode bahasa Indonesia dan Bugis dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone. Alih kode yang ditemukan pada interaksi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone adalah alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Bugis. Data ini menunjukkan jenis alih kode yang terjadi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone.
Faktor penyebab terjadinya alih kode dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone. Manifestasi data alih kode dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone. Alih kode terjadi pada kegiatan interaksi pembelajaran pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone secara umum.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Pembahasan yang dimaksud dalam penelitian ini tidak lepas dari uraian hasil analisis data, antara lain: (a) bentuk data alih kode yang muncul dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone; (b) data berupa kode campur aduk yang muncul pada interaksi pembelajaran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone; c) faktor penyebab terjadinya alih kode dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone; dan (d) faktor penyebab terjadinya campur kode dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko Kabupaten Bone. Dalam proses interaksi siswa di dalam kelas Bentuk data alih kode digambarkan dalam bentuk tabel frekuensi berupa tabel jenis alih kode yang paling dominan dalam interaksi pembelajaran siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salomekko, Kabupaten Bone.
Secara umum penyebab terjadinya alih kode adalah (1) penutur atau penutur; (2) pendengar atau lawan bicara; (3) perubahan situasi dengan kehadiran orang ketiga; (4) perubahan dari formal ke informal; (5) topik pembicaraan. Secara umum penyebab terjadinya alih kode adalah (1) pembicara, (2) pendengar atau lawan bicara, (3) adanya perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga, (4) adanya perubahan dari formal ke informal, ( 5) ) perubahan topik pembicaraan. Bentuk alih kode yang digunakan dalam interaksi antar kelas yaitu (1) penyisipan berupa kata dan (2) penyisipan unsur berupa kalimat.
SIMPULAN DAN SARAN
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian, disarankan agar siswa menggunakan kode linguistik komunikatif dengan memperhatikan kesesuaian situasi dan kaidah bahasa/kode yang digunakan. Kedua, disarankan juga agar siswa menggunakan kode bahasa yang sesuai dengan situasi berbicara dengan memperhatikan apakah tuturan dan situasi tersebut formal atau tidak. Bagi peneliti tingkat lanjut, penting untuk menggali berbagai bahasa secara mendalam, khususnya alih kode bahasa dan campur kode dalam interaksi antar siswa, sehingga mereka dapat mengetahui lebih mendalam tentang alih kode dan campur kode. dalam interaksi khususnya dalam kegiatan pendidikan. .
The development of the sociology of language and its social implications in sociolinguistics Newsletter III.