• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisa pengaruh return on asset (roa) dan return on

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "analisa pengaruh return on asset (roa) dan return on"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PT. BANK NTB

SYARIAH

(STUDI KASUS PT. BANK NTB SYARIAH TAHUN 2018-2021)

Oleh

LALU RENALDY NIM. 180502007

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(2)

ANALISA PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PT. BANK NTB

SYARIAH

(STUDI KASUS PT. BANK NTB SYARIAH TAHUN 2018-2021) Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh

LALU RENALDY NIM. 180502007

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(3)

i

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

(7)

v MOTTO

“Sesungguhnya Allah Tidak Akan Mengubah Keadaan Suatu Kaum, Kecuali Mereka Mengubah Keadaan Mereka Sendiri”

(Q.S Ar Ra’ad 11)

“Allah SWT. senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya yang lain.”

(HR. Muslim)

Rely On By Your Self”

(8)

vi

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Baiq Suharti dan Bapakku Lalu Aknan Jayadi serta kedua saudaraku Rendy dan Imam, tentu untuk keluargaku, sahabatku, almamaterku, semua guru dan dosenku”.

(9)

vii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahhirrobbil’alamiin, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Pertumbuhan Laba PT. Bank NTB Syariah (Studi Kasus PT. Bank NTB Syariah Tahun 2018-2021). Shalawat serta salam terus tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Sang pembawa rahmat kepada kehidupan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang yaitu nikmatnya Iman dan Islam. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk mememenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan Pendidikan Strata-1 Program Studi Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Mataram. Penyelesaian skripsi ini tidak semata-mata dari pihak penulis saja, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua penulis Bapak Lalu Aknan Jayadi dan Ibu Baiq Suaharti, serta kedua saudara laki-laki Lalu Rendy Jayadi, S.H dan Lalu Imam Setiawan. Tentunya untuk keluarga yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas semua do’a dan dukungannya.

2. Untuk Ibu Baiq Ari Yusrini, M,M. dan Bapak Rusman Azizoma, M.Acc selaku dosen pembimbing proposal dan skripsi penulis.

3. Kepada Rektor Universitas Islam Negeri Mataram Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. yang telah memberikan tempat bagi bagi penulis menuntut ilmu hingga menyelesaikannya dengan baik.

4. Dekan fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Bapak Dr. Riduan Mas’ud M.Ag. yang telah memberikan fasilitas, akses dan kemudahan bagi penulis menulis proposal skripsi ini.

5. Untuk seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan seluruh staff dan pegawai. Terutama terima kasih kepada dosen program studi Perbankan Syariah yang telah mengajarkan penulis ilmu yang sangat luar biasa selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.

6. Tak lupa untuk teman-teman yang selalu berjuang bersama, menjadi sahabat dan tempat berbagi segala hal, terimakasih pada sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Untuk sahabat seperjuangan kelas A Perbankan Syariah yang telah saling merangkul dan memberikan support yang luar biasa.

(10)

viii

7. Untuk support system terkasih Baiq Tanty Dwi Wulandari dan Baiq Inka Apriana. Terimaksih karena selalu memberikan inspirasi dan kebahagiaan selama menyusun skripsi.

8. Serta semua pihak lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangannya. Kekurangan dalam penulisan baik pemilihan diksi, kata, tanda baca, atau kesalahan penulisan juga isi yang kurang dipahami mohon untuk dimaklumi. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermaanfat bagi pembaca ataupun pihak lain yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Mataram, 2022

Lalu Renaldy

(11)

ix DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined.

NOTA DINAS PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xiiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

B. Penelitian Terdahulu ... 18

C. Kerangka Berfikir... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Instrumen atau Alat dan Bahan Penelitian ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian... 26

(12)

x

G. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Uji ... 32

B. Pembahasan ... 40

BAB V PENUTUP ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rumus Roa ... 10

Gambar 2. 2 Rumus Laba Bersih ... 10

Gambar 2. 3 Rumus Roe ... 14

Gambar 2. 4 Rumus Pertumbuhan Laba ... 17

Gambar 2. 5 Kerangka Berfikir ... 22

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah ... 4

Tabel 1. 2 Tabel Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah ... 5

Tabel 2. 1 Skala Predikat dan Nilai Kredit Roa ... 9

Tabel 2. 2 Skala Predikat dan Nilai Kredit Roe ... 13

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu ... 18

Tabel 3. 1 Interval Koefisien dan Tingkat Hubungan ... 31

Tabel 4. 1 Laporan Triwulan ... 32

Tabel 4. 2 Laporan 6 Bulanan ... 32

Tabel 4. 3 Laporan Tahunan ... 33

Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Data ... 34

Tabel 4. 5 Hasil Uji Multikoliniearitas dengan nilai VIF ... 35

Tabel 4. 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White ... 35

Tabel 4. 7 Hasil Uji Autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-Watson ... 36

Tabel 4. 8 Hasil Uji Linier Berganda ... 37

Tabel 4. 9 Hasil Uji T-test ... 38

Tabel 4. 10 Hasil Uji F-test ... 39

Tabel 4. 11 Tingkat Koefisien Determinasi ... 40

(15)

xiii ABSTRAK

Analisa Pengaruh Return On Asset (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Pertumbuhan Laba PT. Bank NTB Syariah

(Studi Kasus PT. Bank NTB Syariah Tahun 2018-2021) Oleh :

Lalu Renaldy 180502007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Asset dan Return On Equity terhadap Pertumbuhan Laba . Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengambilan data yang didapatkan dari website resmi Bank NTB Syariah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat analisis yaitu E-views. Berdasarkan dari hasil pengujian t-test didapatkan nilai Probability dari X1 Return On Asset (ROA) sebesar 0,0000 yang berarti bahwa nilai probability tersebut kurang dari 0,05, sehingga bisa dikatakan bahwa Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan, dan memiliki nilai koefisien sebesar 4.710385, sehingga dapat dikatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA) (XI) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

Berdasarkan dari hasil pengujian t-test didapatkan nilai Probability dari X2 Return On Equity (ROE) sebesar 0,0051 yang berarti bahwa nilai probability tersebut kurang dari 0,05, sehingga bisa dikatakan bahwa Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan, dan memiliki nilai koefisien sebesar - 0.379687, sehingga dapat dikatakan bahwa (Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

Kata Kunci : Return On Asset, Return On Equity, Pertumbuhan Laba

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan sektor ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan sejauh mana kedua aspek tersebut diperkuat pertama sektor rill, kedua sektor moneter. Menurut UU No 21 Tahun 2008 Bank Syariah ialah bank yang menjalankan semua kegiatan usahanya melalui mekanisme prinsip syariah, dalam menjalankan fungsi sebagai pemeran pada sektor rill, perbankan syariah di Indonesia dituntut untuk selalu memberikan inovasi dalam pengembangan produk-produk perbankan. Kegiatan perbankan syariah dipandang penting dalam rantai kehidupan masyarakat dimana sebagai wadah pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan layanan prima melalui mekanisme syariah, sarana mobilitas dana masyarakat yang belum terserap oleh sistem perbankan yang ada, sebagai salah satu cara penguatan sistem ketahanan perbankan nasional1

Perkembangan industri perbankan syariah khususnya di Indonesia mendapat respon baik oleh para pengguna jasa perbankan syariah, terlebih di provinsi-provinsi yang mayoritas penduduknya menganut agama islam, salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat resmi beroperasi secara penuh sebagai Bank NTB Syariah. Bank NTB Syariah merupakan Bank Pembangunan Daerah (BPD) kedua yang melakukan konversi setelah sebelumnya Bank Aceh berhasil konversi menjadi Bank Aceh Syariah pada tahun 2017 setahun sebelum konversi nya Bank NTB. Esensi dari perubahan merupakan lonjakan kondisi yang lebih baik dari situasi sebelumnya, sehingga konversi Bank NTB Syariah ini diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian daerah serta mampu menjadi pilihan bagi masyarakat NTB dalam memilih jasa perbankan tanpa harus memikirkan perihal riba. Proses transisi yang dilakukan Bank NTB Syariah pasti memiliki motivasi yang besar serta hambatan dan tantangannya, mulai dari proses perencanaan, proses perubahan, serta proses mengaplikasikan nya pada tahap awal. Proses perubahan besar yang dilakukan Bank NTB Syariah dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor positif yang mendukung organisasi tersebut menjadi lebih berkembang maupun faktor lain yang menjadi batu sandungan bagi organisasi untuk mundur. Konversi Bank Pembangunan Daerah Nusa

1 Ayank Narita Dyatama dan Imamudin Yuliadi, “Determinan Jumlah Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 16, Nomor, 1, April 2015, hlm. 73-83.

(17)

2

Tenggara Barat menjadi Bank NTB Syariah merupakan wujud inovasi besar untuk meningkatkan perekonomian berbasis syariah.2

Inovasi transformasi hukum formal yang banyak dibahas adalah peralihan dari perbankan konvensional ke perbankan syariah, penerapan kebijakan transformasi didasari oleh i’tikad manajemen melalui prinsip- prinsip syariah dan tata kelola perusahaan (corporate governance), struktur kinerja, operasional produk, keuangan dan sumber daya manusia.

Permasalahan yang timbul setelah transisi terlihat dari pada proses alokasi dana konsumtif yang mengharuskan bank menggunakan akad-akad syariah seperti, Murabahah, Musyarakah Mutanaqisah, Salam, dan Ijarah dan juga inovasi efisiensi operasional produk yang tepat sesuai harapan nasabah, ini akan berdampak signifikan terhadap kinerja perbankan syariah pasca transisi.3 Salah satu proses real dari peralihan perbankan konvensional menjadi perbankan syariah di Indonesia adalah munculnya Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tugas dan fungsinya dijalankan melalui proses dan mekanisme syariah, sebagaimana bentuknya Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang kepemilikan saham terbesar nya dimiliki oleh Pemerintah daerah baik Provinsi maupun kota dan kabupaten. Sama halnya dengan bank-bank lainnya BPD selaku institusi keuangan memiliki fungsi untuk mengelola dana nasabah dan pemegang saham melalui operasional perbankan yang terdiri dari produk simpanan, kredit, investasi dan bentuk layanan lainnya.

Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat (Bank NTB Syariah) adalah Bank milik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama-sama dengan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Nusa Tenggara Barat. Bank NTB Syariah didirikan dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Juli 1964. Pendirian serta mulainya beroperasi ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No.06 Tahun 1963 tentang Pendirian BPD NTB.

Kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No.08 Tahun 1984 tentang BPD NTB. Setelah beberapa tahun terjadi perubahan kembali dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No.01 Tahun 1993 tentang BPD NTB dan Perubahan Bentuk Hukum BPD NTB dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat pada tanggal 19 Maret 1999.

2 Andi, Radyum, dan Putri, “Manajemen Proses Konversi Perbankan Konvensional Menjadi Perbankan Syariah Studi Kasus Bank NTB Syariah”, Jurnal TAMBORA, Vol. 4, Nomor, 2A, Juli 2020, hlm. 1-9.

3 Syamsul, Hafas, dan Muhammad Adnan, “Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Di Indonesia”, Journal of Sharia Economics, Vol. 1, Nomor, 1, Juni 2020, hlm. 37-57.

(18)

3

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 13 Juni 2016 mengeluarkan keputusan bahwa PT Bank NTB berkonversi menjadi Bank NTB Syariah :

a. Pembentukan tim manajemen projek dan tim pengarah konversi b. Melakukan kajian bisnis dan rekrut konsultan pendamping

c. Persiapan teknologi informasi serta kerjasama dengan konsultan independen pada bidang SDM

d. Melakukan pelatihan konsultan dan kerjasama dengan ICD e. Merancang kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) f. Penyusunan rencana perusahaan dan rapat koordinasi tim g. Proses rencana kerja serta sosialisasi terkait konversi bank

Proses konversi membutuhkan waktu selama dua tahun dan pada 24 September 2018 Bank NTB resmi bertransformasi menjadi PT Bank NTB Syariah yang proses dan tata kelola sesuai dengan prinsip syariah, melalui Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor : Kep-145/D.03/2018 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah PT Bank NTB Syariah menetapkan bahwa memberikan izin kepada PT Bank NTB Syariah yang berkedudukan di Mataram untuk melakukan perubahan kegiatan usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah dengan nama PT Bank NTB Syariah.4

Sejalan dengan transformasi perbankan yang dilakukan oleh Bank NTB Syariah, menurut peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang No 21 Tahun 2008 menerangkan dan menetapkan bahwa Unit Usaha Syariah (UUS) yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional (BUK) harus melakukan spin-off selambat lambatnya kurun waktu 15 tahun sejak peraturan diterbitkan yakni dengan kata lain, aturan ini berlaku sampai dengan 2023 sehingga sebelum berakhirnya tahun tersebut Unit Usaha Syariah yang berada pada Bank Umum Konvensional harus melakukan spin- off. Pada pasal 16 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Unit Usaha Syariah yang hendak melakukan spin-off harus memiliki izin dari Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 59/POJK.03/2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan Unit Usaha Syariah diatur pada poin ke-2, pemisahan UUS dapat dilakukan dengan cara pertama, mendirikan BUS baru atau kedua, mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang sudah ada. Dikutip dari laman KNEKS, pandemic covid-19 semakin

4 Bank NTB Syariah, “Sejarah Bank NTB Syariah”, dalam https://www.bankntbsyariah.co.id/Perusahaan/tentangBankNTBSyariah/sejarah-bank-ntb-syarah diakses tanggal 04 Februari 2022, pukul 17:40 WITA.

(19)

4

mempersulit persiapan UUS untuk melakukan spin-off, tekanan ekonomi yang muncul dalam mempersiapkan spin-off akibat pandemic yakni dengan melakukan pencadangan disebabkan dari restrukturisasi kredit yang berpotensi pada rasio Non-Performing Financing setelah masa relaksasi berakhir.

Sampai dengan tahun 2021, Bank NTB mencatat beberapa pencapaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Tabel Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah KILAS KINERJA BANK NTB

2017 2018 2019 2020 2021

Aset Rp.8.864.392 Rp.7.038.647 Rp.8.640.305 Rp.10.419.759 Rp.11.215.180 Ekuitas Rp.1.273.169 Rp.1.335.445 Rp.1.400.359 Rp.1.397.091 Rp. 1.455.370 Liabilitas Rp.7.591.223 Rp.5.703.202 Rp.7.239.946 Rp.9.022.667 Rp. 9.759.810 DPK Rp.7.190.648 Rp.4.921.381 Rp.6.816.359 Rp.7.409.916 Rp. 8.143.058 Laba Bersih Rp.146.514 Rp.151.904 Rp.163.249 Rp.130.166 Rp. 138. 349 Pembiayaan Rp.5.397.824 Rp.4.868.692 Rp.5.582.097 Rp.6.410.884 Rp. 7.406.836

Sumber: Laporan Keuangan Bank NTB

Berdasarkan tabel 1, kinerja keuangan Bank NTB dapat dikatakan tumbuh dengan baik walaupun beberapa sektor mengalami penurunan persentase kinerja, pada sisi aset mengalami peningkatan 22,79% dari tahun 2018 sampai 2019, pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 26,59%, dan pada sisi ekuitas mengalami peningkatan 4.86% pada tahun 2019 namun mengalami penurunan 0,23% pada tahun 2020, sedangkan pada sisi DPK menunjukan progresif yang cukup baik dengan kenaikan 38,50% pada tahun 2019 dan diikuti 8,69 pada tahun berikutnya.

Bank NTB resmi beroperasi menjadi Bank Umum Syariah pada 24 September 2018. Jika dibandingkan dengan laporan keuangan Bank NTB pada bulan Agustus 2018 (laporan keuangan terakhir bank NTB sebelum konversi) dan laporan Bank NTB Syariah bulan Desember 2018 (3 bulan setelah konversi), terjadi penurunan asset sebesar Rp 1,7 trilliun, penurunan DPK sebesar Rp 2 triliun, dan penurunan pembiayaan sebesar Rp 227 miliar.

Hal ini terjadi karena adaptasi nasabah dalam menerima produk dan jasa

(20)

5

dengan skema syariah, serta tidak diperpanjangnya spesial rate yang diberikan kepada beberapa deposan.

Tabel 1. 2 Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah KILAS KINERJA BANK NTB

Uraian 2021 2020 2019 2018

Npf/Npl Gross 1,18% 1,26% 1,36% 1,63%

NPL/Npl Nett 0,63% 0,77% 0,61% 0,57%

Return On Asset (ROA) 1,64% 1,74% 2,56% 1,92%

Return On Equity (ROE) 10,04% 9,54% 12,05% 8,92%

Net Imbalan (NI) 4,80% 4,38% 5,51% 6,61%

Net Operating Margin (NOM)

1,16% 1,22% 2,18% 2,20%

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

82,56% 81,39% 76,83% 86,86%

Financing to Deposit Ratio (FDR)

90,96% 86,53% 81.89% 98,93%

Capital Adequacy Ratio (CAR)

29,53% 31,60% 35,47% 35,42%

(dalam jutaan rupiah) Sumber : www.bankntbsyariah.co.id

Kinerja positif yang dicapai Bank NTB Syariah pada 2019 menjadi modal kuat bank daerah itu untuk meningkatkan kinerja pada 2020.

Berdasarkan catatan manajemen secara umum, kinerja Bank NTB Syariah berada di atas rata-rata industri perbankan syariah nasional. Rasio-rasio keuangan menunjukkan hasil yang positif dibandingkan tahun 2018 misalya NPF 1,36 persen, ROA 2,56 persen, ROE 12,05 persen, CAR 35,47 persen, BOPO 76,83 persen, NI 5,51 persen dan FDR 81,89 persen. Capaian ini menunjukkan bahwa secara umum Bank NTB Syariah berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB).

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa lebih lanjut berbagai komponen indeks yang terkait dengan ketahanan bank melalui kinerja, ROA dan ROE. Selanjutnya komponen- komponen tersebut akan mengalami dampak mempengaruhi atau tidak mempengaruhi dari komponen pertumbuhan laba, maka pembahasan penelitian didasarkan pada kinerja dan pengaruh ROA terhadap pertumbuhan

(21)

6

laba, kinerja dan pengaruh ROE terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu, evaluasi kinerja pertumbuhan laba ini menjadi bahan kajian yang menarik.

Riset, khususnya di Bank NTB Syariah yang baru dalam beberapa tahun terakhir, model struktur organisasinya telah berubah dari konvensional menjadi syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba ?

2. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba ?

3. Apakah ROA dan ROE secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan dan manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba.

b. Untuk mengetahui pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba.

c. Untuk mengetahui ROA dan ROE secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba.

2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:

a. Manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan keilmuan tentang potensi produktivitas kinerja bagi konsumen/nasabah PT. Bank NTB Syariah.

b. Manfaat bagi perusahaan yakni dapat memberikan informasi relevan mengenai perkembangan kinerja perbankan dilihat dari ROA, ROE dan Pertumbuhan Laba.

c. Manfaat bagi masyarakat umum yakni memberikan informasi edukasi mengenai arah pembangunan pembiayaan pada PT. Bank NTB Syariah.

(22)

7 D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yaitu, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Pertumbuhan Laba.

1. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Cerminan dalam pengelolaan return on asset, yakni dengan pertumbuhan tingkat rasio ROA yang dimana akan mengindikasikan bahwa kecil kemungkinan perbankan dalam keadaan bermasalah.

Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011, standar terbaik Return On Asset (ROA) adalah melebihi dari nilai 1,5%.5 Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perhitungan ROA, yakni:

2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum, tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

Tingkat rasio menurut peraturan Bank Indonesia sekitar 12%, ROE yang tinggi dapat menjadi indikator bahwa modal suatu perusahaan telah dikelola dengan baik, sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan bagi pemegang saham.6 Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perhitungan ROE, yakni:

5 Evi, Winarni dan Nina, “Analisis Pengaruh BOPO, NPL, Nim dan LDR terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Di Indonesia Periode 2012-2017”, Jurnal Keunis Majalah Ilmiah, Vol. 7, Nomor, 1, Januari 2019, hlm. 38.

6 Munira, Mira, Endang Dan Shinta, “Pengaruh ROE dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan Kertas Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal JABE, Vol. 4, Nomor, 3, 2018, hlm. 191.

(23)

8 3. Pertumbuhan Laba

Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. “Laba (Income – juga disebut Earnings atau Profit) merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam istilah keuangan”. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos pos dalam laporan merinci bagaimana laba di dapat. Laba merupakan dasar ukuran kinerja bagi kemampuan manajemen dalam mengoperasikan harta perusahaan. Laba harus direncanakan dengan baik agar manajemen dapat mencapainya secara efektif.

Secara formal, perhitungan perubahan laba relatif adalah:

Keterangan:

Y = Pertumbuhan laba

Yt = Laba bersih tahun berjalan Yt-1 = Laba bersih tahn sebelumnya

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka

1. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal untuk mendanai aktiva dikeluarkan dari analisis. Return On Asset (ROA) adalah rasio keuntungan bersih pajak yang berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan.7 Rasio ini sering juga disebut sebagai Return On Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukkan produktifitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari seluruh perusahaan.8

Tabel 2. 1

Skala Predikat dan Nilai Kredit ROA

No Predikat Rasio Nilai Kredit

1 2 3 4

Sehat

Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat

1,22% 1,5%

0,99%

0,77%

0%

81 – 100 66 51 0 Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tahun 2011

7 Nana, Tenny dan Aditiya, “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga, Financing To Deposits Ratio (FDR) Dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, Nomor 1, April 2015, hlm. 70.

8 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 201.

(25)

10

Return On Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika Return On Asset (ROA) negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan atau rugi. ROA digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya.9

Return On Asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efesiensi secara keseluruhan. Jika semakin besar dan tinggi rasionya maka perusahaan mempunyai peluang dalam meningkatkan pertumbuhan sehingga dapat efektif menghasilkan laba.10 Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Rumus ROA

Return On Asset (ROA) merupakan indikator untuk membantu menemukan kestabilan keuangan dan profitabilitas suatu perusahaan.

Indikator ROA terdiri dari laba bersih dan total aset sebagai komponen perhitungan. Sehingga, perhitungan ROA tersebut dapat memperlihatkan sebuah efesiensi suatu perusahaan dalam menggunakan seluruh aset dan juga termasuk hutang-hutang pada perusahaan tersebut.

Menurut Henry Simamora laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian yang dihasilkan dari selisih antara pendapatan dan keuntungan dengan beban dan kerugian selama periode waktu tertentu.

Bahwa laba bersih dapat diukur dengan rumus:

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak

Gambar 2. 2 Rumus Laba Bersih

9 Yudiartini, Dewa dan Ida Bagus, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol. 14, Nomor 2, 2016, hlm.

1183-1209.

10 Nur Ahmadi Bi Rahmani, “Pengaruh Roa (Return On Asset), Roe (Return On Equity), Npm (Net Profit Margin), Gpm (Gross Profit Margin) Dan EPS (Earning Per Share) Tehadap Harga Saham Dan Pertumbuhan Laba Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018”, Jurnal Human Falah, Vol. 7, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 105-106.

(26)

11

Berdasarkan pengertian laba bersih diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih merupakan hasil dari selisih antara pendapatan usaha maupun non usaha yang dikurangi dengan biaya non produksi dan pajak penghasilan.11

Menurut Jusup, aset merupakan sumber – sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasa dinyatakan dalam satuan uang. Jenis sumber – sumber ekonomi atau lazim disebut aset perusahaan bisa bermacam – macam. Ada aset yang berupa barang berwujud seperti kas, persediaan barang dagangan, tanah, gedung, dan mesin. Ada pula yang tidak berwujud seperti misalnya tagihan kepada pelanggan yang dalam akuntansi disebut piutang, serts berbagai bentuk pembayaran di muka (uang muka) atas jasa tertentu yang baru akan diterima di masa yang akan datang seperti premi asuransi dibayar di muka. Untuk memudahkan pembaca laporan biasanya aset dicantumkan dalam laporan posisi keuangan dengan susunan yang telah ditetapkan.12

ROA menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efesiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aset perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien pengguna aset perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aset yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.13 Oleh karena itu, bagi manajemen atau pihak-pihak lain, rentabilitas yang lebih penting daripada keuntungan yang besar. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam satu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan.14 Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena dapat memberikan keuntungan (return) yang besar bagi investor. Return On Asset kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis didalam suatu perusahaan multidivisional. Indikator profitabilitas yang

11 Henry Simamora, Pengantar Akuntansi II, (Jakarta: Bumi Akrasa, 2013).

12 Rini Nur Rahayu dan Bambang Suryono, “Pengaruh Total Aset, Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Kap Terhadap Auditdelay”, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 5, Nomor 5, Mei 2016, hlm. 3.

13 Sudana dan Utama Made, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Pratek, (Jakarta : Erlangga, 2015).

14 Anggi dan Mukaram,”Pengaruh Roa, Roe dan Npm Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, Vol. 4, Nomor 1, April 2018, hlm. 6.

(27)

12

berdasarkan Return On Asset (ROA) mempuyai keunggulan sebagai berikut:

1. Merupakan indikator pengukuran yang komprehensif untuk melihat keadaan suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang ada. Mudah dihitung, dipahami dan sangat berarti dalam nilai absolute.

2. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Kekurangan Return On Asset (ROA) sebagai berikut:

1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan Return On Asset (ROA) membuat manajer divisi memiliki kecendrungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional Return On Asset (ROA), meskipun sebenernya project-project tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

2. Manajemen cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.

3. Sebuah project dalam Return On Asset (ROA) dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran dan penggunaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.

2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal).15 Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang bisa dipakai untuk mengukur kinerja keuangan bank. Rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income.16 Tingkat rasio menurut peraturan Bank Indonesia sekitar 12%, ROE yang tinggi dapat menjadi indikator bahwa modal suatu perusahaan telah dikelola dengan baik, sehingga mampu menghasilkan tingkat keuntungan bagi pemegang saham. Dengan menggunakan ROE , kemampuan bank dalam

15 Rosydalina dan Yurnita, “Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Financial Distress Pada Bank Umum Syariah”, Jurnal Fidusia, Vol. 4, Nomor 2, November 2021, hlm. 161.

16 Kasmir, Manajmemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 298.

(28)

13

memperoleh laba tidak diukur menurut besar kecilnya jumlah laba yang dicapai, akan tetapi jumlah laba tersebut harus dibandingkan dengan julah dana yang telah digunakan dalam menghasilkan laba tersebut.17 Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan, yang dianggap sebagai modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen, dan cadangan-cadangan lain.

Hasil pengembalian ekuitas atau Return On Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya.18

Tabel 2. 2

Skala Predikat dan Nilai Kredit ROE

No Predikat Rasio Nilai Kredit

1 2 3 4

Sehat

Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat

>12,5% 20%

5%

0,%

81 – 100 66 51 0 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tahun 2011

Return On Equity (ROE) diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas semua dana yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham tersebut karena berharap di kemudian hari mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya yang besar. Dan hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat dilakukan perdagangan yang disebabkan karena permintaan akan saham tersebut meningkat.

Return On Equity (ROE) merupakan laba bersih terhadap equitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang

17 A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm.

118.

18 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 204.

(29)

14

saham biasa. Adapun rumus untuk menghitung Return On Equity (ROE) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 3 Rumus ROE

Return On Equity (ROE) merupakan indikator untuk membantu menemukan kestabilan keuangan dan profitabilitas suatu perusahaan.

Indikator Return On Equity terdiri dari laba bersih dan ekuitas sebagai komponen perhitungan. Perhitungan Return On Equity tidak melibatkan sebuah hutang terhadap perhitungan pada efisiensi tersebut, sehingga perusahaan dengan hutang yang besar akan terlepas dari indikator ini.

Pengertian modal kerja menurut Wijaya & Tjun merupakan total dana yang tertanam dalam bentuk aset lancar yang selalu berputar dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan. Modal kerja bertambah apabila pendapatan bertambah. Hal itu menunjukkan, jika perusahaan ingin modal kerjanya bertambah, maka perusahaan harus meningkatkan jumlah pendapatannya. Apabila modal kerja perusahaan kurang, maka kegiatan operasional perusahaan tidak dapat berjalan secara optimal, apabila modal kerja berlebihan berarti banyaknya dana yang menganggur pada perusahaan hal itu membuktikan bahwa pihak manajemen tidak dapat menggunakan modal kerjanya dengan baik sehingga perusahaan tidak memerlukan hutang hal tersebut dapat mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun.19

Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. ROE yang semakin tinggi akan mencerminkan perusahaan yang berhasil menghasilkan keuntungan dari modal sendiri.20 Dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dapat menggunakan modal dari pemegang saham secara efektif dan efisien untuk memperoleh laba. Dengan adanya peningakatan laba bersih maka nilai ROE akan meningkat pula sehingga para investor tertarik untuk membeli saham tersebut yang akhirnya harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur

19 Nindy Yufila Sari dan Purwohandoko, “Pengaruh Modal Kerja, Leverage, Likuiditas, dan Firm Size Terhadap Profitabilitas Sektor Industri Barang dan Konsumsi”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 7, Nomor 3, 2019, hlm. 742.

20 Nafis Dwi dan Ismi Fathia, “Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Riset Bisnis dan Investasi, Vol. 7, Nomor 2, Agustus 2021, hlm. 60.

(30)

15

kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.

Return On Equity memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability).

2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (asset management).

3. Utang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage).

Kekurangan Return On Equity sebagai berikut:

1. Return On Equity (ROE) tidak mempertimbangkan resiko.

2. Return On Equity (ROE) tidak mempertimbangkan jumlah modal yang diinvestasikan.

Tingkat Return On Equity (ROE) suatu perusahaan belum tentu memberikan nilai tambah yang besar pula terhadap investor, karena nilai pengembalian investasi tergantung pada besar modal yang diinvestasikan.

3. Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba ialah selisih dari laba yang didapat pada suatu periode dengan laba yang didapat pada periode dahulu dibagi laba yang didapat pada periode dahulu. Laba menjadi alat ukur penilaian kinerja dari suatu usaha pada periode tertentu, perolehan laba yang tinggi menerangkan bahwa kinerja manajemen perusahaan baik. Secara operasional laba bersumber dari penghasilan atas penjualan yang terealisasi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan. Dalam arti singkat, laba adalah selisih lebih penerimaan yang diperoleh atas biaya dalam satu periode waktu.

Setiap perusahaan merencanakan untuk dapat memperoleh laba yang tinggi sesuai dengan target pada perencanaanya setiap tahun, sehingga diharapkan laba perusahaan dapat bertumbuh. Pertumbuhan laba ialah penambahan atau pengurangan perolehan laba saat ini dibandingkan perolehan laba tahun sebelumnya. Penggunaan laba sebagai alat ukur atas kenaikan aktiva bergantung pada akurasi pengukuran pendapatan dan biaya.21

Pertumbuhan laba dapat digunakan dalam memproyeksi bagaimana pertumbuhan laba kedepannya, oleh beberapa pihak seperti manajemen perusahaan, investor, kreditur maupun pemerintah. Berdasarkan

21 Shinta Estininghadi, “Pengaruh Current Ratio, Debt Equity Ratio, Tota Asset Turn Over Dan Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba”, Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, Vol.

2, Nomor 1, Oktober 2019, hlm. 84.

(31)

16

penjelasan diatas dapat disimpulkan, pertumbuhan laba merupakan selisih dari laba perusaahan pada satu periode dibandingkan laba pada periode sebelumnya, dan akan digunakan dalam memprediksi terhadap perolehan laba pada periode berikutnya. Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan, yaitu memperoleh laba yang besar, karena laba merupakan ukuran efisiensi suatu perusahaan. Adapun jenis-jenis laba yaitu:

1. Laba Kotor (Gross Profit) adalah laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh.

2. Laba Bersih (Net Profit) adalah laba yang telah dikurangi biaya- biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.

Konsep Mencapai Laba yang Besar, perusahaan dapat melakukan beberapa langkah untuk dapat mencapai laba yang besar dari kegiatan operasionalnya yaitu sebagai berikut:

1. Meminimalkan biaya-biaya operasional maupun non-opersasional tetapi tetap menjaga harga jual serta volume dari penjualan yang ada.

2. Menetapkan harga jual dengan baik berdasarkan laba yang telah ditetapkan pada awal perencanaan.

3. Meningkatkan volume penjualan perusahaan setinggi mungkin, yang nantinya diharapkan dapat memaksimalkan laba yang di peroleh perusahaan.

Berdasarkan langkah-langkah untuk meperoleh laba yang besar diatas, ketiga langkah tersebut harus dilakukan secara bersamaan tidak terpisah-pisah karena setiap langkah saling memiliki hubungan erat atau keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba antara lain22: 1. Besarnya perusahaan, semakin besar suatu perusahaan, maka

ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Ukuran perusahaan, skala perusahaan menjadi tolak ukur akurasi pertumbuhan laba dengan besarnya skala perusahaan maka pertumbuhan laba di proyeksi akan tinggi pula.

3. Umur perusahaan, perusahaan baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

22 Napitupulu, “Determinasi Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research, Vol. 3, Nomor 2, 2019, hlm. 115.

(32)

17

4. Umur perusahaan, bagi perusahaan baru keterbatasan keahlian dan pengalaman menyebabkan proyeksi untuk meningkatkan laba tidak maksimal.

5. Tingkat hutang yang tinggi, tingginya utang menyebabkan pihak manajer memanipulasi laba yang berdampak mengurangnya akurasi pertumbuhan laba.

6. Tingginya jumlah penjualan masa lalu, dampak ini memberikan peluang penjualan yang tinggi pada masa datang sehingga meningkat pula pertumbuhan laba.

7. Perubahan laba sebelumnya, besarnya selisih perolehan laba pada masa lalu menjadikan adanya ketidakpastian perolehan laba pada masa akan datang.

Selanjutnya analisis untuk pertumbuhan laba ada dua yaitu:

1. Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung.

2. Analisis tehnikal sering digunakan oleh investor dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Penggunaan indikator untuk menghitung pertumbuhan laba adalah.

Gambar 2. 4 Rumus Pertumbuhan Laba

Keterangan:

Y = pertumbuhan laba

Yt = laba bersih tahun berjalan Yt-1 = laba bersih tahn sebelumnya

(33)

18 B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk memberikan informasi tentang penelitian karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti. Adapun sajian pustaka yang relevan berkaitan dengan judul penelitian yang penulis ajukan, diantaranya adalah:

Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Tahun Penelitian

Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Safitri dan

Mukaram

2018 Pengaruh ROA, ROE,dan NPM terhadap

Pertumbuhan

Laba pada

Perusahaan Sektor Industri Barang

Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Hasil penelitian menerangkan ROA pada pertumbuhan laba negatif signifikan yang berarti jika terjadi penurunan pada

ROA maka

pertumbuhan laba akan meningkat.

ROE pada

pertumbuhan laba tidak signifikan yang artinya ROE yang mengalami peningkatan tidak meningkatkan pertumbuhan laba.

Serta pengaruh

NPM pada

pertumbuhan laba signifikan dan positif, yang berarti peningkatan NPM akan diringi dengan pertumbuhan laba.

2 Estininghadi 2019 Pengaruh

Current Ratio, Debt Equity Ratio, Total Assets Turn Over dan Net Profit Margin

Menjelaskan

adanya pengaruh signifikan serta terjadi hubungan positif terhadap pertumbuhan laba oleh variabel debt

(34)

19

terhadap Pertumbuhan Laba

to equity ratio dan total asset turn over, sedangkan pada variabel current ratio memiliki hubungan negatif tidak signifikan dan net profit margin memiliki hubungan positif tidak signifikan

berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba.

3 widiyanti 2019 Pengaruh Net Profit Margin,

Return On

Assets dan Debt To Equity Ratio terhadap

Pertumbuhan

Laba pada

Perusahaan LQ- 45

Hasil dari

penelitian

menunjukan return on assets dan net profit margin positif dan signifikan pada pertumbuhan laba perusahaan LQ-45, sedangkan debtto equity ratio berpengaruh

negatif tidak signifikan pada pertumbuhan laba pada perusahaan LQ-45.

4 Salju et al. 2018 Penggunaan Rasio Keuangan dalam

Memprediksi Pertumbuhan

Laba pada

Distributor Prima Palopo

Dari hasil analisis menerangkan baik secara berbarengan maupun masing- masing variabel debt to equity ratio, working capital to total asset ratio, total asset turnover, dan net profit margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

(35)

20

pertumbuhan laba.

5 Raka et al. 2018 Pengaruh Rasio Keuangan

Terhadap Pertumbuhan

Laba Pada

Perusahaan Batubara Di Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini menerangkan bahwa gross profit margin

berpengaruh

signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba, net profit margin tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba, return on asset berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba, dan return on equity berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

6 Wahyuni et al

2017 Pengaruh Quick Ratio, Debt To Equity Ratio, Inventory

Turnover dan Net Profit Margin terhadap Pertumbuhan

Laba pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2015

Penelitian ini menerangkan quick ratio, debt to equity ratio, dan inventory turnover terhadap pertumbuhan laba tidak memiliki pengaruh

signifikan

sedangkan net profit margin terhadap

pertumbuhan laba berpengaruh positif signifikan. Namun secara simultan quick ratio, debt to equity ratio, inventory turnover dan net profit margin positif signifikan

berpengaruh terhadap

(36)

21

pertumbuhan laba.

7 Erawati &

Widayanto

2016 Pengaruh Working

Capital to Total Asset,

Operating Income to Total Liabilities, Total Asset Turnover, Return on Asset dan Return on Equity terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Hasil menunjukan WCTA dan TAT secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba, sedangkan OITL, ROA dan ROE signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Secara bersamaan kelima variabel yang ada signifikan terhadap pertumbuhan laba.

8 Hapsari 2007 Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada periode 2001 sampai dengan 2005

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Total Assets Turnover , Net Profit Margin, dan Gross Profit Marginberpengaruh positif signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Current Liabilities To Inventory tidak berpengaruh

signifikan positif terhadap

pertumbuhan laba.

Working Capital to Total Asset dan Operating Income to Total Assets tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba.

(37)

22 9 Heikal,

Khaddafi, dan Ummah

2014 Influence

Analysis of Return on Assets (ROA), Return

on Equity

(ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), and current ratio (CR), Against Corporate Profit

Growth In

Automotive In Indonesia Stock Exchange”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return on Assets,Return on Equity, dan Net Profit Margin berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan, Debt to Equity dan Current ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap

pertumbuhan laba

C. Kerangka Berfikir

Pada bagian ini, penulis mengajukan kerangka penelitian yang diambil berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian sebelumnya. Maka kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 5 Kerangka Berfikir

Return On Asset

(ROA)

Return On Equity

(ROE)

Pertumbuhan Laba

(38)

23

Keterangan : Garis putus-putus menggambarkan ROA dan ROE secara Bersama-sama mempengaruhi Pertumbuhan Laba.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari hypo yang berarti kurang dan “thesis” yang berarti pendapat. Ada juga yang mengatakan hipotesis adalah pendapat yang baru setengah benar. Sehingga kalau didefinisikan, maka hipotesis adalah pendapat atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang diajukan, dimana kebenarannya perlu dibuktikan.23

Dari kerangka berfikir di atas, ada beberapa pengembangan hipotesis yang didasari oleh penelitian yang mengangkat laporan keuangan perbankan sebagai objek penelitian pada periode sebelum dan sesudah konversi, antara lain sebagai berikut:

1. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

H01 : tidak ada pengaruh Return On Asset (ROA) yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

Ha1 : terdapat pengaruh Return On Asset (ROA) yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

2. Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

H01 : tidak ada pengaruh Return On Equity (ROE) yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

Ha1 : terdapat Return On Equity (ROE) pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

3. Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

H01 : tidak ada pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT.

Bank NTB Syariah

Ha1 : terdapat pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) yang signifikan terhadap Pertumbuhan Laba pada PT. Bank NTB Syariah

23 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publising, 2013), hlm. 97-98.

(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menjelaskan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data laporan keuangan bulanan Bank NTB Syariah.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sehingga dalam penelitian ini diambil populasi data nilai laporan keuangan bulanan Bank NTB Syariah periode tahun 2018 hingga 2021.24

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin, mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu.25

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan bulanan dari periode tahun 2018 hingga 2021.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok sekaligus merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Waktu penelitian yang dilakukan penulis, yaitu mulai bulan Januari-April 2022.

24 Azeria Ra Bionda dan Nera Marinda M, “Pengaruh Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Asset, Dan Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Kalbisocio, Vol. 4, Nomor 1, Februari 2017, hlm.

12.

25 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 81.

(40)

25 D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas dua variabel, yaitu dua variabel bebas (independent variable) atau variabel yang tidak bergantung pada variabel lainnya (X1 dan X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya (Y).

1. Variabel independen

Variabel Independen adalah identik dengan variabel bebas, penjelas atau independent/explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai variabel prediktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen.26 Berdasarkan definisi tersebut, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel Bebas (X1), yaitu Return On Asset (ROA) 2) Variabel Bebas (X2), yaitu Return On Equity (ROE) 2. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.27 Dari definisi tersebut, maka variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba (Y).

E. Instrumen atau Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data deret waktu (time series). Data time series adalah data yang dikumpulkan dan diamati atas rentang waktu tertentu. Data time series dapat berupa data harian, mingguan, bulanan, triwulan ataupun tahunan. Dalam penelitian ini data time series yang digunakan adalah data bulanan yang dimbil dari website resmi Bank NTB Syariah.

Dalam penelitian ini, alat bantu statistik yang digunakan untuk mengolah data adalah aplikasi E-views. Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini dibantu dengan alat bantu statistik, yaitu analisis regresi linear berganda. Regresi linear berganda dilakukan untuk melihat sejauh mana variabel independent (variabel bebas) mempengaruhi variabel dependent (variabel terikat).

26 Sri Muliawati, “Faktor-Faktor Penentu Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, (Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2015), hlm. 51.

27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 39.

(41)

26

F. Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Dalam teknik pengumpulan data, tentu saja dibutuhkan data yang berupa fakta yang valid sebagai informasi. Berdasarkan sumbernya, data dalam teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber dan bersifat mentah atau belum diolah. Data primer belum mampu memberikan informasi dalam pengambilan keputusan sehingga perlu diolah lebih lanjut.

2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain.28

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu berupa data bulanan laporan keuangan PT. Bank NTB Syariah tahun 2018 sampai 2021 setelah terjadi proses konversi menjadi PT. Bank NTB Syariah.29

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi tidak terdapat dalam penelitian ini atau data yang dihasilkan berdistribusi normal. Apabila hal tersebut tidak ditemukan maka asumsi klasik regresi telah terpenuhi.

Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Sebelum data diuji dengan analisis regresi linier, terlebih dahulu akan diuji dengan uji normalitas, dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.Sementara dalam penelitian uji normalitas data digunakan uji normalitas data denganuji statistic Kolmogorov- Smirnov. Pengambilan keputusannya digunakan pedoman jika nilai

28 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Selemba Empat, 2014), hlm. 104.

29 Restu Fahdiansyah, “Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Sesudah Konversi ke Bank Syariah (Studi Pada Bank NTB Syariah)”, Jurnal Akuntansi dan Audit Syariah, Vol. 2, Nomor 1, Juni 2021, hlm. 38.

(42)

27

Sig. < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Begitu sebaliknya, jika nilai Sig. > 0,05 maka distribusi data adalah normal.30 b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Selain itu untuk uji ini juga untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Multikolinearitas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas atau lebih bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga di luar model. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, Nugroho menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas.

VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Sarwoko mengemukakan, beberapa alternatif perbaikan karena adanya multikolinearitas yaitu: (1) membiarkan saja;

(2) menghapus variabel yang berlebihan; (3) transformasi variabel multikolinearitas dan (4) menambah ukuran sampel.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas mempunyai tujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Apablia variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap maka ada homokesdatisitas dan apabila berbeda model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai homokesdatisitas dan bukan heterokesdatisitas.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heterokesdatisitas dapat dilakukan berbagai uji. Uji yang dapat dilakukan adalah dengan metode grafik, uji Glejser, uji Goldfeld-Quant, uji Bruesch-Pagan-

30 Stefan Yudhanto dan Siti Aisjah, “Pengaruh Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Earning Per Share Terhadap Kebijakan Deviden (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Feb, Vol. 1, Nomor 2, Tahun 2012, hlm. 7.

Gambar

Tabel 1. 1 Tabel Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah  KILAS KINERJA BANK NTB
Tabel 1. 2 Ikhtisar Laporan Keuangan Bank NTB Syariah  KILAS KINERJA BANK NTB
Tabel 2. 3  Penelitian Terdahulu
Gambar 2. 5 Kerangka Berfikir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham baik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh informasi arus kas, laba kotor, ukuran perusahaan, Return On Asset (ROA), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap return

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividend payout Ratio

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM), EARNING PER SHARE (EPS), NILAI TUKAR RUPIAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, probabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) serta Return On Equity

PENGARUH RETURN ON ASSET ROA DAN RETURN ON EQUITY ROE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PT ASTRA OTOPARTS TBK Siti Maemunah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Dendi Maulana Nur

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Debt to Equity Ratio DER, Return On Equity ROE, Return On Asset ROA terhadap harga saham pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi Bangunan

Sedangkan secara simultan menunjukan Current Ratio CR, Debt to Equity Ratio DER, Return On Equity ROE dan Return on Asset ROA, terbukti memilih pengaruh secara bersama-sama terdadap