• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Metode Teks al-Qur’an dan Relevansinya dalam Kajian Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Metode Teks al-Qur’an dan Relevansinya dalam Kajian Ilmiah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Kedua, pembacaan pra-kanonisasi Al-Qur'an menawarkan perspektif baru terhadap komposisi Al-Qur'an dan keberadaan materi tekstual lain dalam Al-Qur'an, yang awalnya dipandang remeh oleh para sarjana Barat awal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah metode analisis teks Al-Qur’an yang ditawarkan oleh Neuwirth. Jawaban atas pertanyaan ini kemudian mengarah pada pentingnya tawaran Neuwirth bagi keilmuan Al-Qur'an.

Hasil penelitian ini adalah: Pertama, kajian berdasarkan huruf dimulai dari kesadaran akan komposisi Al-Quran. Di kalangan sarjana Barat awal, komposisi ini menjadi sasaran kritik Al-Qur'an daripada menggunakannya sebagai titik awal analisis. Tawaran Neuwirth, sebagai perpaduan pendekatan sastra-historis, menurut penulis berhasil menghidupkan al-Qur’an, memberi warna pada kajian berbasis huruf dan intertekstualitas.

Selain itu, dengan bacaan tersebut, Neuwirth telah membantah pandangan para sarjana Barat awal mengenai Al-Qur'an di atas. Bacaan pra-kanonisasi inilah yang kemudian dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan reposisi Al-Qur'an dan dialog antar kitab suci.

Konsonan

Vokal

Ta marbutah

Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydid)

Huruf Kapital

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan dan Kegunaan Penelitian
  • Telaah Pustaka
  • Metodologi Penelitian
  • Sistematika Pembahasan

Perhatian terhadap struktur Al-Qur'an ditinjau dari hubungan makna kata memunculkan tema naz}m al-Qur'an. Al-Razi juga menghasilkan karya tafsir yang menekankan pada komposisi Al-Qur'an. Kajian ini termasuk dalam pendekatan sastra terhadap Al-Qur’an yang mulai marak di kalangan sarjana Barat, khususnya sejak tahun 1980.

The new interest is devoted to the Qur'an as a textual corpus regardless of its scriptural prehistory. The literary structures of the Qur'an are not decorative elements in it that can be dispensed with;. Boullata (ed.), Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an (Richmond: Curzon Press, 2000), pp.

13 Nasr Hamid Abu Zaid, Rimendimi i Kuranit: Drejt një Hermeneutikë Humaniste (Amsterdam: Humanistics University Press, 2004), hlm. Buku tersebut misalnya, Abrew Rippin (red.), Approaches to the History of the Interpretation of the Qur'an (Oxford: Clarendon Press, 1988); G.R. Boullata (red.), Literary Stuctures of Religious Meaning in the Qur’an (Richmond: Curzon Press, 2000); Jane D.

Jane Dammen McAuliffe (ed.), Sahabat Cambridge untuk Al-Qur'an (Cambridge: Cambridge University Press, 2006);. Dengan adanya tren baru ini, bukan berarti pendekatan polemik terhadap Al-Qur'an hilang sama sekali. 196.; Neal Robinson, Menemukan Al-Qur'an: Pendekatan Kontemporer terhadap Teks Terselubung (London: SCM Press, 1996), hal.

Kajian Neuwirth memang menandai pergeseran penting kajian Al-Qur'an oleh para sarjana Barat. Dengan pembacaan pra-kanonik, Neuwirth menawarkan warna, cita rasa dan pendekatan baru dalam memandang Al-Qur'an secara umum. 17 Neuwirth, “Structure and the Emergence”, dalam Andrew Rippin (ed.), The Blackwell Companion to the Qur'an (Oxford: Blackwell Publishing, 2006), hal.

Apa metode analisis teks Alquran yang ditawarkan oleh Angelika Neuwirth dan pentingnya bagi kajian Alquran? Tesis ini memang telah menggambarkan kanonisasi Al-Qur'an dan konsekuensi logisnya di hadapan Neuwirth.

PENUTUP

Kesimpulan

Sementara itu, para cendekiawan Muslim praktis tidak menggunakan interteks sebagai bahan pemahaman Al-Qur'an, kecuali melalui sejarah Israiliyat yang kedudukannya juga dibahas dalam keilmuan Al-Qur'an Muslim. Kedua, konsep Al-Qur’an Neuwirth berangkat dari pembedaannya antara al-Qur’an sebelum kanonisasi, yaitu Al-Qur’an yang ada pada masa Nabi, dan al-Qur’an setelah kanonisasi, yaitu. Al-Qur'an yang dikodifikasikan sebagai mushaf. Dengan ini Neuwirth ingin menunjukkan dan mempertegas posisi Al-Quran yang pertama, karena menurutnya kanonisasi mengubur Al-Quran pra-kanonisasi di tengah kesibukan Al-Quran pasca-kanonisasi.

Neuwirth menghadirkan Zaman Kuno Akhir sebagai konteks Al-Qur'an dan mengklaim Al-Qur'an sebagai bagian dari tradisi masa ini. Hal ini menempatkan Al-Qur'an di antara teks-teks lain di sekitarnya sebagai upaya untuk mendalami Al-Qur'an pada saat kelahirannya. Ia mengkritik para cendekiawan Muslim yang terlalu fokus pada pasca-kanonisasi Al-Qur'an dan bahkan melekatkan judul sejarah luar padanya, sehingga menghilangkan bentuk pertama Al-Qur'an.

Para sarjana Barat mendapat kritik dari Neuwirth karena kesimpulan mereka yang menyimpang mengenai Al-Qur'an karena paradigma pasca-kanonisasi yang mereka melekatkan pada Al-Qur'an, bukan kelisanannya. Ketiga, dengan tujuan menghidupkan Al-Qur'an, Neuwirth menawarkan pembacaan Al-Qur'an pra-kanonik. Namun penulis juga menyadari bahwa hanya inilah cara untuk mengetahui kedudukan surat-surat dan kronologi Al-Qur'an.

Selain inti tekstualnya, surat tersebut juga dianalisis referensialitasnya dengan teks lain untuk mengetahui bagaimana surat tersebut berdialog dengan teks lain (intertekstualitas), dengan tujuan untuk memantapkan gambaran Al-Quran sebelum kanonisasinya. Mengenai hal pertama, Neuwirth menolak gagasan bahwa Al-Qur'an adalah teks yang sewenang-wenang dan tidak koheren. Terkait yang kedua, Neuwirth menawarkan paradigma penafsiran berbasis surat-surat yang sangat rasional dan historis, yang tidak sekadar bertolak dari narasi grand theological yang kerap menjauhkan Al-Qur’an dari bentuk aslinya.

Kajian Neuwirth memberikan tawaran untuk mereposisi Al-Qur'an, agar membaca Al-Qur'an lebih orisinalitasnya. Lebih lanjut, melalui kajian intertekstualnya yang menunjukkan adanya dialog yang sangat erat antara Al-Qur’an dengan teks kitab suci lainnya, ia telah membuka pintu dialog antar kitab suci, yang tidak hanya berhenti pada toleransi saja, namun kesadaran bahwa masing-masing kitab suci ini memiliki sejarah yang sama pada Zaman Kuno Akhir.

Saran-saran

Blois, Francois de, “Islam in Its Arabian Context” deur Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai en Michael Marx (red.), The Qur’an in Context: Historical and Literary Investigations into the Qur’anic Milieu, Londen: E.J. Buck, Christopher, “Discovering” deur Andrew Rippin (red.), the Blackwell Companion to the Qur'an, Oxford: Blackwell Publishing, 2006. Firestone, Reuven, “The Qur‟an and the Bible: Some Modern Studies of Their Relationship ” deur John C.

Reeves, Bible and the Qur'an: Essays in Scriptural Intertextuality, Atlanta: Society of Biblical Literature, 2003. Hanafi, Hasan, "Method of Thematic Interpretation of the Qur'an" deur Stefan Wild, The Qur'an as Text, Londen : E.J. Structure and the Emergence of Community” deur Andrew Rippin (red.), The Blackwell Companion to the Qur’an, Oxford: Blackwell Publishing, 2006.

Qur'anic Reading of the Psalms" deur Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai en Michael Marx (red.), The Qur'an in Context: Historical and Literary Investigations into the Qur'anic Milieu, Londen: E.J. Neuwirth, Angelika en Nicolai Sinai, "Inleiding" deur Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai en Michael Marx (red.), The Qur’an in Context: Historical and Literary Investigations into the Qur’anic Milieu, Londen: E.J. Western Scholarship and the Qur‟an” deur Jane Dammen McAuliffe (red.), The Cambridge Companion to the Qur’an, Cambridge: Cambridge University Press, 2006.

Syriac in the Qur'an: Classical Muslim Theories" af Gabriel Said Reynolds, The Qur'an in Its Historical Context, New York: Routledge, 2008. Sells, Michael, "A Literary Approach to the Hymnic Suras of the Qur'an: Spirit, Gender, and Aural Intertextuality” af Issa J. Sinai, Nicolai, “The Qur‟an as Process” af Angelika Neuwirth, Nicolai Sinai og Michael Marx (red.), The Qur'an in Context: Historical and Literary Investigations into the Qur'anic Milieu, London: E.J.

Sonn, Tamara, “Introducing” dalam Andrew Rippin (ed.), the Blackwell Companion to the Qur'an, Oxford: Blackwell Publishing, 2006. Zebiri, Kate, “Towards a Rhetorical Criticism of the Qur‟an”, Journal of Qur 'Anic Studies, Vol.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Qur`ān memiliki implementasi metode yang berbeda bahkan sama antara yang satu dengan yang lain serta memiliki sisi kelebihan kelemahan masing-masing. Rumusan

Menurut K.H Munhammir Malik “sesungguhnya setiap sesuatu memiliki hati (qalbun), mempunya inti”.. Barangsiapa yang membacanya maka dia seakan-akan telah membaca Al-Qur‟an

Sehingga kalau al-Qur`an diterjemahkan ke dalam bahasa lain, tanpa diikuti oleh penafsiran terhadap teks yang sangat rawan terhadap penafsiran, yakni teks-teks

adalah merealisir tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan memberi petunjuk kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mereka selamat di dunia dan

PERDAMAIAN DALAM PERSEPEKTIF AL QUR’AN KAJIAN ATAS PENAFSIRAN MUFASIR NUSANTARA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S Ag ) Oleh Agus

Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah Dia jika kamu orang-orang yang benar".

Maksud dari ayat ini adalah, andai mereka benar-benar beriman kepada Allah Swt, para Rasul dan Al- Qur‟an, pasti mereka tidak akan mengerjakan apa yang telah mereka perbuat itu,

1) Menjadikan petunjuk al-Qur‟an bersifat parsial. Al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat dengan ayat yang lain membentuk satu pengertian yang