• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analisis Pelaksanaan Pendelegasian Kewenangan Klinis Perawat di Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Analisis Pelaksanaan Pendelegasian Kewenangan Klinis Perawat di Rumah Sakit"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2684-8996

DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i2.6714

2798

ANALISIS PELAKSANAAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN KLINIS PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Sitti Rahmatiah1, Takdir Tahir2, Kadek Ayu Erika3 Universitas Hasanuddin Makassar1,2,3

takdirtahir@unhas.ac.id2 ABSTRAK

Literature review ini bertujuan meringkas hasil-hasil penelitian mengenai pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit. Pencarian literatur menggunakan lima database PubMed, ProQuest, ScienceDirect, Google Scholar dan Wiley pada rentang 2013-2023. Sembilan studi dimasukan dalam tinjauan, dimana keefektifan pelaksanaan pendelagasian kewenangan perawat dapat terhambat oleh tiga faktor: 1) standar praktik dan kebijakan (kejelasan standar pendelegasian, kejelasan tugas perawat, pengawasan yang transparan); 2) delegasi (ketakutan delegator terhadap tanggung jawab, tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, pengakuan atas upaya delegasi, pendidikan dan kesempatan belajar, keahlian, tidak adanya insentif positif, komunikasi dan keterbukaan informasi, kepercayaan); 3) hambatan situasional (kurangnya sumber daya, beban kerja dan kelelahan, tugas penting yang sulit didelegasikan). Simpulan, terdapat tiga faktor penghambat keefektifan pendelegasian, yaitu: standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

Kata Kunci: Delegasi, Kewenangan Klinis, Implementasi, Perawat, Rumah Sakit

ABSTRACT

This literature review aims to summarize the results of research regarding the implementation of delegation of clinical authority to nurses in hospitals. Literature search using five databases PubMed, ProQuest, ScienceDirect, Google Scholar and Wiley in the period 2013-2023. Nine studies were included in the review, where the effectiveness of the implementation of delegation of nursing authority could be hampered by three factors: 1) practice standards and policies (clarity of delegation standards, clarity of nurses' duties, transparent supervision); 2) delegation (delegator's fear of responsibility, burdensome delegation tasks, accountability, recognition of the delegate's efforts, education and learning opportunities, expertise, lack of positive incentives, communication and openness of information, trust); 3) situational obstacles (lack of resources, workload and fatigue, important tasks that are difficult to delegate).

In conclusion, there are three factors inhibiting the effectiveness of delegation, namely:

practice standards and policies, delegation, and situational obstacles.

Keywords: Delegation, Clinical Authority, Implementation, Nurse, Hospital PENDAHULUAN

Pendelegasian merupakan tindakan mempercayakan tugas secara individu dalam setiap posisi tugas dalam bentuk kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban. Pendelegasian ditetapkan dalam satu uraian tugas formil dalam organisasi (Muttaqin, 2018).

Pendelegasian dilakukan secara berjenjang yang dalam penerapannya terbagi atas 2 (dua), yaitu pendelegasian terencana dan insidental (Pardede et al., 2020).

Pendelegasian memungkinkan seorang delegasi melakukan aktivitas, keterampilan, atau prosedur keperawatan tertentu di luar tugas utamanya dan tetap bertanggung jawab atas

(2)

2799

tugas utamanya (American Nurses Association, 2019). Pendelegasian diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja perawat dalam penyelenggaraan praktik keperawatan.

Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit di mana perawat secara berkelompok menjalankan praktik keperawatan dalam bentuk Asuhan Keperawatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan disebutkan selain sebagai pemberi asuhan keperawatan, seorang perawat juga melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang (Presiden RI, 2014). Dengan demikian, dapat disimpulkan pendelegasian merupakan bagian tugas perawat dalam menjalankan praktik keperawatan dalam bentuk pendelegasian wewenang.

Pendelegasian merupakan konsekuensi dari semakin besarnya organisasi dan menjadi bagian dari pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Pendelegasian merupakan elemen utama dalam fungsi pengorganisasian dan pengarahan dalam manajemen keperawatan dan merupakan strategi yang sangat direkomendasikan untuk staf keperawatan untuk mengoptimalkan penyelesaian tugas perawat. Pendelegasian bukan lagi sebuah pilihan untuk dilaksanakan akan tetapi telah menjadi kebutuhan untuk mencapai tujuan organisasi (Atta et al., 2019). Pendelegasian merupakan tugas kompleks yang membutuhkan pemikiran klinis kritis pada kondisi tertentu dan tidak biasa. Proses pendelegasian harus melalui beberapa tahapan, dimulai dengan keputusan yang dibuat di tingkat administrasi organisasi dan meluas ke staf yang bertanggung jawab untuk mendelegasian, mengawasi proses, dan melakukan tanggung jawab (American Nurses Association, 2019). Mekanisme delegasi keperawatan yang efektif dapat menjamin kualitas pendelegasian keperawatan dan mempengaruhi hasil klinis.

Memiliki visi yang jelas tentang pendelegasian sangat membantu perawat delegasi (Pohan & Faozah, 2019). Seorang perawat profesional yang mendelegasikan tugasnya kepada anggota tim yang lain harus bertanggung jawab atas keputusannya untuk mendelegasikan dan tetap mempertahankan akuntabilitas untuk hasilnya dengan mempertimbangkan kemampuan dan kualifikasi anggota tim yang akan menerima pendelegasian (Nursing & Midwifery Council, 2018).

Penting untuk dipahami dan diketahui bahwasanya setiap Negara atau yuridiksi memiliki undang-undang dan aturan/regulasi yang berbeda-beda tentang pendelegasian (American Nurses Association, 2019). Seorang perawat harus memahami ruang lingkup praktik dan standar professional yang berlaku di negaranya, serta kebijakan delegasi dilingkungan kerjanya.

Karena sifat dan konteks perawatan yang dinamis, seorang perawat harus memiliki pemahaman yang berkelanjutan dan komperhensif tentang peran yang dimainkannya dalam asuhan keperawatan saat ini. Kegagalan untuk mendelegasikan aktivitas perawatan dengan aman dan tepat dapat mengakibatkan hasil buruk dalam perawatan pasien. Pendelegasian asuhan keperawatan yang tidak efektif berpotensi mempengaruhi pengukuran kualitas, kepuasan, hingga penggantian biaya. Dengan penekanan pada kualitas dan keselamatan, hubungan antara pendelegasian, keselamatan, dan hasil perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana (Pardede et al., 2020; Wagner, 2018). Hal ini tidak lain bertujuan untuk tetap menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan dan mutu profesi tenaga keperawatan.

Pada rentang 10 terakhir, sejumlah penelitian mengenai implementasi pendelegasian kewenangan klinis perawat sudah dilakukan, namun hasil yang dilaporkan bervariasi dan belum ditemukan rangkuman dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Inilah yang mendorong peneliti untuk membuat sebuah literature review yang

(3)

2800

bertujuan untuk meringkas hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.

METODE PENELITIAN

Tinjauan ini merupakan literature review mengacu pada metode penyusunan integrative literature review melalui tujuh tahapan yaitu: identifikasi masalah;

pertanyaan tinjauan, kriteria inklusi dan eksklusi; menyusun strategi pencarian; seleksi studi; ekstraksi data; analisis data dan sintesis hasil. Pertanyaan tinjauan ini adalah:

bagaimana implementasi pendelegasian kewenangan klinis perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan? Kami mengadaptasi akronim PICO dari Poeira & Zangão (2022), menggunakan PIO (P = populasi  perawat; I/E = intervensi, faktor atau variable  pendelegasian; O = hasil  implementasi pendelegasian kewenangan klinis).

Kriteria inklusi yang dimasukkan adalah: (1) artikel yang diterbitkan 10 tahun terakhir (2013-2023); (2) studi yang menggunakan sampel perawat disemua pengaturan layanan kesehatan; (3) studi dari semua negara dengan teks Bahasa Inggris dan Indonesia. Studi dieksklusi jika: (1) studi jenis review; (2) studi duplikat; (3) tidak sesuai judul dan abstrak; dan tidak sesuai pertanyaan tinjauan.

Pencarian artikel yang sesuai menggunakan tiga tahapan yaitu: (1) pencarian komprehensif pada database PubMed untuk mengidentifikasi bukti pada subjek dan mengidentifikasi istilah yang paling sering digunakan untuk pengembangan strategi pencarian lebih lanjut; (2) pencarian menyeluruh pada database PuBmed, EBSCO, Cochrane, ScienceDirect; mesin pencarian Google Scholar; satu website publisher (Wiley Online Library); dan (3) menelusuri referensi dari artikel yang diidentifikasi dan artikel serupa yang ada pada database. Pencarian artikel dilakukan selama satu minggu mulai tanggal 16 hingga 23 Mei 2023, menggunakan istilah sesuai kata kunci yang telah ditetapkan.

Tabel 1.

Hasil Pencarian artikel berdasarkan kata kunci

Basis Data Kata Kunci Hasil Tanggal Akses

PuBmed “((Implementation) AND (Delegation) AND (Clinical Authority) AND (Nurse OR Nursing) AND

(Hospital))

2677 16-23 Mei 2023

ProQuest (implementation) AND (delegation) AND clinical authority AND (nursing) AND hospital

1205 16-23 Mei 2023

ScienceDirect implementation AND delegation AND clinical authority AND nursing AND hospital

720 16-23 Mei 2023

Wiley Online Library

implementation AND “delegation” AND “clinical authority” AND “nursing” AND hospital

1043 16-23 Mei 2023

Google Scholar pelaksanaan DAN pendelegasian DAN kewenangan klinis DAN perawat DAN rumah sakit

1670 16-23 Mei 2023

Seleksi Studi

Pemilihan studi dalam tinjauan ini dilakukan melalui: (1) penyaringan awal judul, abstrak, tahun terbit, sampel dan bahasa artikel oleh penulis pertama (SR); (2) artikel yang terkumpul dimasukkan dalam aplikasi mendeley untuk mengidentifikasi duplikat (SR); dan (3) hasil skrining artikel dikonsultasikan kepada penulis kedua dan ketiga (TT dan KA) untuk menentukan artikel yang akan diinklusi. Perbedaan pendapat dalam inklusi artikel didiskusikan oleh semua penulis hingga mencapai konsensus.

(4)

2801 Gambar 1.

Tahapan Seleksi Artikel

Dari hasil pencarian artikel pada database PubMed diperoleh 2.677 artikel, ProQuest 1.205, ScienceDirect 720, Wiley Online Library 1.043, dan Google Scholar 1.670, sehingga pada pencarian awal diidentifikasi 7.361 artikel. Sebanyak 7.135 artikel dikeluarkan dari pencarian, termasuk di bawah tahun 2013 (n=3.824); Sampel bukan perawat (n=469); dan bukan teks bahasa Inggris dan Indonesia (n=119); bukan full text (n=2.696). Selanjutnya mengeksklusi artikel duplikat (n=53); dan yang tidak sesuai judul dan abstrak (n=173). Dari 27 artikel yang dinilai kelayakannya, 17 artikel dikeluarkan karena tidak sesuai pertanyaan, sehingga tersisa 10 artikel yang dimasukan dalam tinjauan ini (gambar 1).

HASIL PENELITIAN

Hasil seleksi artikel diperoleh sebelah studi yang relevan dengan tujuan yaitu pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Dua studi dilakukan di Indonesia dan satu studi masing-masing dilakukan di Amerika Serikat; Australia; Kairo; Belanda; Riyadh; Israel; Korea. Empat studi menggunakan desain descriptive, empat studi cross sectional study; dua studi pre- /posttest design; dengan jumlah sampel keseluruhan berkisar antara 34-833 perawat yang bekerja di rumah sakit (tabel 2)

Tabel 2.

Ringkasan Studi

No Author, Year, Country

Tujuan Metode

1. (Walker et al., Menilai - Desain: An Ditemukan bahwa pendelegasian Artikel Diidentifikasi

(n=7.361)

Artikel Diskrining (n=253)

Artikel yang dinilai kelayakannya (n=27)

Eksklusi:

Duplikat (n=53)

Tidak sesuai judul dan abstrak (n=173)

PubMed (n=2.677)

Proquest (n=1.205)

ScienceDirect (n=720)

Eksklusi:

Tidak sesuai pertanyaan (n=17) IdentificationScreeningEligibilityIncluded

Artikel Inklusi (n=10)

Eksklusi:

Lebih dari 10 tahun (n=3.824)

Sampel bukan perawat (n=496)

Bukan bahasa Inggris dan Indonesia (n=119)

Bukan full text (n=2.696) Wiley

(n=1043)

Google Scholar (n=1670)

(5)

2802

2021).

Transparent teamwork: The practice of supervision and delegation within the multi-tiered nursing tea.

Victoria, Australia

pelaksanaan supervisi dan pendelegasian dalam praktik keperawatan berjenjang

Explanatory Descriptive Research Design

- Sampel: 34 perawat yang terdiri dari Nurse Leader (20), RN/EN (74), Nursing Assistant (10) - Setting: Surgical and

specialty wards of a tertiary hospital in Victoria Australia

dalam konteks tim keperawatan multi-tier (berjenjang) memerlukan penilaian yang kompleks dan proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh banyak faktor.

2. (Atta et al., 2019). Barriers Of Effective Delegation As Perceived By Nursing Staff In A University Hospital;

Kairo

Menilai hambatan delegasi yang efektif seperti yang dirasakan oleh staf perawat

- Desain: Descriptive exploratory

- Sampel: 300 staf perawat (nurse supervisors, head nurses, and staff nurses)

- Setting: Rumah Sakit Universitas

Temuan utama mengungkapkan bahwa delegasi yang membebani, ketakutan delegator terhadap tanggung jawab atau akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan kurangnya sumber daya yang memadai merupakan hambatan yang paling menonjol dari delegasi yang efektif

3. (Hidayat et al., 2021). The factor of affecting head nurse’s delegation: A cross sectional study; Jakarta, Indonesia

Untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pendelegasian kepala perawat seperti yang dirasakan oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Militer

- Desain: A cross sectional study - Sampel: 277 perawat - Setting: Rumah Sakit

Militer

Faktor yang berhubungan dengan persepsi perawat delegasi kepala perawat adalah usia (P= 0,045), tingkat pendidikan (P=0,002), fungsi manajemen (P=0,020), fungsi perencanaan (P=0,043), fungsi tenaga kerja (P=0,002), fungsi kontrol (P=0,019), gaya kepemimpinan (P=0,02) dan komunikasi (P=0,030).

Tingkat pendidikan muncul sebagai variabel yang paling dominan.

4. (Benjamins et al., 2015).

Feasibility and Impact of Doctor-Nurse Task

Delegation in Preventive Child Health Care in the Netherlands, a Controlled Before-After Study; Belanda

Menguji kelayakan pelaksanaan pendelegasian tugas dokter- perawat

- Desain: A Controlled Before-After Study

- Sampel: Tim

Perawat Kesehatan Anak

- Setting: Preventive Child Health Care

Perawat di daerah percobaan menunjukkan peningkatan keterampilan skrining medis. Tidak ada perbedaan dalam perubahan yang dirasakan dalam kompetensi keperawatan umum. Dalam kelompok eksperimen, 69% dari semua anak ditugaskan ke perawat.

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan persentase temuan abnormal atau rujukan dalam tim eksperimen dibandingkan dengan tim kontrol, kecuali pinggul. Wawancara menunjukkan bahwa baik dokter maupun perawat berpikir positif tentang metode kerja baru, namun membuat beberapa rekomendasi untuk perbaikan.

5. (Salem &

Hakami, 2016).

Nurse Manager’s Attitudes and Preparedness towards Effective Delegation in Saudi

Hospitals;

Riyadh

Menilai sikap Manajer Perawat dan kesiapan mereka untuk delegasi yang efektif.

- Desain: A

quantitative, Cross- sectional descriptive correlation design with a selft-reporting questionnaire - Sampel: 397 perawat

yang bekerja unit rawat inap umum, bangsal bedah dan spesialis, dan unit perawatan kritis pada King Saud Medical City (238) dan King Khalid University Hospitale (159) - Setting: Rumah Sakit

Mayoritas peserta tidak yakin tentang sikap mereka terhadap delegasi dan sampai batas tertentu siap untuk delegasi yang efektif, tetapi membutuhkan peningkatan keterampilan mereka untuk mendelegasikan secara efektif.

(6)

2803

Pemerintah (King Saud Medical City &

King Khalid

University Hospital) 6. (Kerzman et al.,

2015). Attitudes toward expanding nurses’

authority; Israel

Menguji sikap perawat terhadap perluasan kewenangan perawat dan hubungan antara aspek sikap dan kepuasan kerja, karakteristik profesional, dan demografi.

- Desain: : A Cross- Sectional study - Sampel: 833 perawat

yang bekerja di 89 departemen

- Setting: Public Medical Centers

Perawat melaporkan sikap positif terhadap perluasan otoritas perawat dan sikap moderat untuk interpretasi tes diagnostik dalam situasi tertentu.

Hasil analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa kepuasan perawat dari otonomi profesional dan hubungan kerja adalah faktor yang paling berpengaruh dalam menjelaskan sikap mereka terhadap perluasan kewenangan perawat.

Selain itu, perawat profesional muda cenderung lebih positif terhadap perubahan kewenangan perawat.

7. (Yoon et al., 2016).

Confidence in delegation and leadership of registered nurses in long- term-care hospitals;

Korea

Mengidentifikasi hubungan antara kepercayaan delegasi perawat terdaftar dan kepemimpinan di rumah sakit

- Desain: : Descriptive correlational design Sampel: 199 perawat terdaftar (RN) dari 13 rumah sakit perawatan jangka panjan

- Setting: 13 Long- term-care hospitals

Keyakinan dalam delegasi secara signifikan selaras dengan current- unit clinical experience, length of total clinical-nursing experience, delegation-training experience and leadership.

8. (Wagner, 2018).

Improving Patient Care Outcomes Through Better Delegation- Communication Between Nurses and Assistive Personnel;

Amerika Serikat

Mengeksplorasi dampak peningkatan komunikasi delegasi antara perawat dan personel

pembantu yang tidak berlisensi pada tingkat cedera tekanan, jatuh, kepuasan pasien, dan praktik delegasi.

- Desain: A single- group pre-/posttest design

- Sampel: 51

Registered nurses (RN) dan 19 Unlicensed Assistive Personel (UAP) di unit rawat inap perawatan akut - Setting: Rumah Sakit

Pendidikan

Ditemukan kecenderungan perawat untuk menunda keputusan untuk mendelegasikan. Namun, kemampuan perawat untuk menjelaskan penilaian kinerja, memfasilitasi komunikasi yang lebih jelas, dan mencari umpan balik meningkat.

9. (Selpi et al., 2020).

Hubungan Pendelegasian dan Supervisi dengan Semangat Kerja Perawat;

Kendari, Indonesia

Untuk mengetahui hubungan pendelegasian dan supervisi dengan semangat kerja perawat di RS

- Desain: Cross Sectional Study - Sampel: 48 perawat - Setting: Rumah Sakit

Umum Daerah

Ada hubungan pendelegasian dengan semangat kerja perawat (ρ value = 0,001) dan ada hubungan supervisi dengan semangat kerja perawat (ρ value = 0,001).

10. (Crevacore et al., 2022).

Factors impacting delegation decision making by registered nurses to assistants in nursing in the acute care setting: A mixed method study

Untuk

mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perawat untuk mendelegasikan kepada asisten keperawatan di lingkungan perawatan akut.

- Desain: mixed- method explanatory sequential design - Sampel: 100 perawat - Setting: Rumah Sakit

Secara keseluruhan, sekitar setengahnya memiliki 'sikap agak negatif' (n = 45, 45%); dan separuh lainnya memiliki 'sikap agak positif' (n = 48 , 48%) terhadap delegasi.

(7)

2804

Dari hasil review diperoleh bahwa keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan tiga faktor utama yakni standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

Gambar 2.

Faktor Pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit

Standar praktik dan kebijakan

Pada tinjauan ini, empat studi melaporkan bahwa keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan standar praktik dan kebijakan pendelegasian. Sebuah studi descriptive explanatory di Kairo yang melibatkan 300 perawat (nurse supervisors, head nurses, and staff nurses) melaporkan bahwa kejelasan standar dan kebijakan pendelegasian mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian (68,6%). Dua studi melaporkan bahwa kejelasan tugas dan tanggung jawab mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian dengan prevalensi yang bervariasi, yaitu Amerika Serikat 45 % dan Indonesia 52,1%. Tiga studi yang dilakukan di Australia, Kairo, dan Indonesia melaporkan bahwa pengawasan dan penilaian aktivitas pendelegasian yang transparan juga berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan pendelegasian.

Delegasi

Dari sembilan artikel yang direview, delapan studi melaporkan bahwa faktor delegasi itu sendiri sangat berpengaruh pada pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat. Lima studi menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian. Enam studi menunjukkan bahwa pendidikan, keahlian, dan kesempatan belajar menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian. Ketakutan delegator terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan pengakuan atas upaya delegasi dikemukakan sebagai faktor yang menghambat keefektifan pelaksanaan pendelegasian. Selain itu, empat studi melaporkan bahwa komunikasi dan keterbukaan informasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis di rumah sakit.

Faktor Pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit

Standar Praktik dan Kebijakan:

- Kejelasan standar dan kebijakan pendelegasian

- Kejelasan tugas dan tanggung jawab perawat

- Pengawasan dan penilaian yang transparan

Delegasi:

- Ketakutan delegator terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani

- Akuntabilitas

- Pengakuan atas upaya delegasi - Pendidikan dan Kesempatan belajar - Keahlian

- Tidak adanya insentif positif - Komunikasi dan keterbukaan

informasi - Kepercayaan

Hambatan Situasional:

-Kurangnya sumber daya yang memadai -Beban kerja dan

kelelahan

-Tugas penting yang sulit didelegasikan

(8)

2805 Hambatan situasional

Tiga studi dalam tinjauan ini melaporkan bahwa hambatan situasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat. Sebuah studi yang dilakukan di Kairo melaporkan kurangnya sumber daya merupakan salah satu hambatan situasional pada pelaksanaan pendelegasian. Sebuah penelitian cross sectional di Israel juga melaporkan aspek lain yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian ialah beban kerja dan kelelahan akibat kurangnya sumber daya. Terdapat tugas yang sulit untuk dilimpahkan kepada perawat juga merupakan salah satu hambatan yang dilaporkan dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan di Korea.

PEMBAHASAN

Literature review ini bertujuan untuk meringkas hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit. Nurses Association dan National Council of State Boards of Nursing. American Nurses Association (ANA) mendefinisikan pendelegasian sebagai transfer tanggung jawab untuk kinerja suatu aktivitas dari satu individu ke individu lain sambil tetap mempertahankan akuntabilitas untuk hasilnya. Pendelegasian memungkinkan seorang delegasi melakukan aktivitas, keterampilan atau prosedur keperawatan tertentu di luar tugas utamanya dan tetap bertanggung jawab atas tugas utamanya (American Nurses Association, 2019). Pada tinjauan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

Standar praktik dan kebijakan

Pada tinjauan ini, empat studi melaporkan bahwa keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan standar praktik dan kebijakan pendelegasian. Sebuah studi descriptive explanatory di Kairo yang melibatkan 300 perawat (nurse supervisors, head nurses, and staff nurses) melaporkan bahwa kejelasan standar praktik pendelegasian mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian. Temuan ini sejalan dengan Pedoman National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) yang menekankan pentingnya pengembangan kebijakan dan prosedur pendelegasian untuk memastikan praktik yang efektif (American Nurses Association, 2019).

Tiga studi yang dilakukan di Australia, Kairo, dan Indonesia melaporkan bahwa pengawasan (Selpi et al., 2020; Walker et al., 2021) dan penilaian aktivitas pendelegasian yang transparan (Atta et al., 2019) juga berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan pendelegasian. Hasil ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam konsil keperawatan yaitu wajib untuk memastikan bahwa setiap orang yang didelegasikan tugas dalam pengawasan dan didukung secara memadai sehingga mereka dapat memberikan perawatan yang aman dan penuh kasih sayang, serta memastikan bahwa hasil tugas apa pun yang didelegasikan kepada orang lain sesuai dengan standar yang dipersyaratkan (Nursing & Midwifery Council, 2018).

Delegasi

Sembilan studi dalam tinjauan ini melaporkan bahwa faktor delegasi itu sendiri sangat berpengaruh pada pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat,

(9)

2806

termasuk: kurangnnya kepercayaan, pendidikan, keahlian, dan kesempatan belajar, ketakutan delegator terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan pengakuan atas upaya delegasi, komunikasi dan keterbukaan informasi.

Pada tinjauan ini, lima dari Sembilan melaporkan bahwa kurangnnya kepercayaan menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian (Kerzman et al., 2015;

Salem & Hakami, 2016; Selpi et al., 2020; Wagner, 2018; Walker et al., 2021; Yoon et al., 2016). Dalam konteks yang sama, (Khadim et al., 2018) disebutkan bahwa kurangnya kepercayaan dapat menghambat pendelegasian.

Enam studi di Australia (Crevacore et al., 2022; Walker et al., 2021); Indonesia (Hidayat et al., 2021); Belanda (Benjamins et al., 2015); Riyadh (Salem & Hakami, 2016); Korea (Yoon et al., 2016) menunjukkan bahwa pendidikan, keahlian, dan kesempatan belajar menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian.

Hasil review ini sejalan dengan studi sebelumnya dimana peningkatan pelatihan dan kompetensi perawat dalam pelaksanaan tugas delegasi sangat dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang aman (Dudley et al., 2021). Tidak memiliki keterampilan dan pengalaman yang memadai untuk proses pendelegasian juga merupakan penghambat pendelegasian. Ketakutan delegator terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan pengakuan atas upaya delegasi dikemukakan oleh Atta et al (2019) sebagai faktor yang menghambat keefektifan pelaksanaan pendelegasian.

Selain itu, empat studi melaporkan bahwa komunikasi dan keterbukaan informasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis di rumah sakit (Salem & Hakami, 2016; Selpi et al., 2020; Wagner, 2018; Walker et al., 2021). Hasil review menunjukkan bahwa hampir semua studi melaporkan bahwa faktor delegasi sebagai faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian perawat di rumah sakit.

Hambatan situasional

Pada hasil review tiga studi melaporkan bahwa hambatan situasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis, termasuk: kurangnya sumber daya, beban kerja dan kelelahan, dan terdapat tugas yang sulit untuk dilimpahkan perawat. Dalam review ini menunjukkan bahwa perawat setuju bahwa kurangnya sumber daya yang memadai untuk melaksanakan tugas yang didelegasikan secara efektif dan beberapa tugas yang sangat penting sulit didelegasikan adalah hambatan pendelegasian.

Sebuah studi yang dilakukan di Kairo melaporkan kurangnya sumber daya merupakan salah satu hambatan situasional pada pelaksanaan pendelegasian (Atta et al., 2019). Sebuah penelitian cross sectional di Israel juga melaporkan aspek lain yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian ialah beban kerja dan kelelahan akibat kurangnya sumber daya (Kerzman et al., 2015). Terdapat tugas yang sulit untuk dilimpahkan kepada perawat juga merupakan salah satu hambatan yang dilaporkan dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan di Korea (Yoon et al., 2016)

Temuan penelitian ini cocok dengan studi sebelumnya yang menyebutkan bahwa kurangnya sumber daya yang memadai merupakan hambatan untuk pendelegasian (Motacki & M. Burke, 2017). Hasil review saat ini menunjukkan bahwa hambatan situasional menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit.

(10)

2807 SIMPULAN

Berdasarkan hasil review pada 10 artikel disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yang memperngaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit, yaitu: standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association. (2019). National Guidelines for Nursing Delegation.

https://www.nursingworld.org/~4962ca

Atta, S. M., Ezz, N., & Fekry, E. (2019). Barriers of Effective Delegation as Perceived by Nursing Staff in a University Hospital. International Journal of Novel Research in Healthcare and Nursing, 6(3), 899–907. www.noveltyjournals.com Baddar, F., Salem, O. A., & Hakami, A. A. (2016). Nurse Manager's attitudes and

preparedness towards effective delegation in Saudi Hospitals. Health Science Journal, 10(2), 1-9. www.hsj.gr/archive

Benjamins, S. J., Damen, M. L. W., & Van Stel, H. F. (2015). Feasibility and Impact of Doctor-Nurse Task Delegation in Preventive Child Health Care in the Netherlands, a Controlled Before-After Study. PLoS ONE, 10(10), 1–18.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0139187

Crevacore, C., Coventry, L., Duffield, C., & Jacob, E. (2022). Factors Impacting Delegation Decision Making by Registered Nurses to Assistants in Nursing in The Acute Care Setting: a Mixed Method Study. International Journal of Nursing Studies, Volume 136. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2022.104366

Dudley, N., Miller, J., Breslin, M. Lou, Chapman, S. A., & Spetz, J. (2021). The Impact of Nurse Delegation Regulations on the Provision of Home Care Services: A Four-State Case Study. Medical Care Research and Review, 78(1_suppl), 47S- 56S. https://doi.org/10.1177/1077558720960902

Gillen, P., & Graffin, S. (2010). Nursing Delegation in the United Kingdom. OJIN: The

Online Journal of Issues in Nursing, 15(2).

https://doi.org/10.3912/ojin.vol15no02man06

Hidayat, A. T., Hariyati, R. T. S., & Nuraini, T. (2021). The Factor of Affecting Head Nurse’s Delegation: A Cross Sectional Study. Enfermeria Clinica, 31, S117–

S121. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.12.004

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kerzman, H., Van Dijk, D., Eizenberg, L., Khaikin, R., Phridman, S., Siman-Tov, M.,

& Goldberg, S. (2015). Attitudes Toward Expanding Nurses’ Authority. Israel Journal of Health Policy Research, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s13584-015- 0005-z

Khadim, H. A., Ali, A., Ijaz, M. S., & Rooman, N. (2018). Nurse Manager’s Attitudes and Preparedness Towards Effective Delegation in a Tertiary Care Public Hospital Lahore. National Journal of Health Sciences, 3(3), 99–106.

https://doi.org/10.21089/njhs.33.0099

Motacki, K., & M. Burke, K. (2017). Nursing Delegation and Management of Patient Care Third Edition (Third Edit). Elsevier.

Muttaqin, G. F. (2018). Pengaruh Pendelegasian Wewenang terhadap Kinerja

(11)

2808

Organisasi. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 11(2).

http://dx.doi.org/10.35448/jrat.v11i2.4255

Nursing & Midwifery Council. (2018). The Code: Professional Standards of Practice and Behaviour for Nurses, Midwives and Nursing Associates. Nursing &

Midwifery Council United Kingdom. https://doi.org/10.4324/9781315135496-8 Pardede, M. J., Fitriani, A. D., & Hadi, A. J. (2020). Analisis Implementasi Manajemen

Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Mitra Sejati Medan. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 3(2), 93-99.

https://doi.org/10.56338/mppki.v3i2.1077

Poeira, A. F., & Zangão, M. O. (2022). Construct of the Association between Sleep Quality and Perinatal Depression: A Literature Review. Healthcare (Switzerland), 10(7), 1–11. https://doi.org/10.3390/healthcare10071156

Pohan, V. Y., & Faozah, H. S. (2019). Gambaran Penerapan Model Delegasi Keperawatan Relactor (MDK’R’) pada Perawat Kepala Ruang. Urecol, 189–196.

http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/602

Presiden RI. (2014). Undang-Undang RI No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

Departemen Kesehatan RI.

Selpi, Narmi, & Narmawan. (2020). Hubungan Pendelegasian dan Supervisi dengan Semangat Kerja Perawat. Jurnal Keperawatan, 03(03), 17–22.

https://doi.org/10.46233/jk.v3i03.243

Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan (Cetakan 20). EGC.

Tompkins, F. (2016). Delegation in Correctional Nursing Practice. Journal of

Correctional Health Care, 22(3), 218–224.

https://doi.org/10.1177/1078345816654229

Wagner, E. A. (2018). Improving patient Care Outcomes Through Better Delegation- Communication Between Nurses and Assistive Personnel. Journal of Nursing Care Quality, 33(2), 187–193. https://doi.org/10.1097/NCQ.0000000000000282 Walker, F. A., Ball, M., Cleary, S., & Pisani, H. (2021). Transparent Teamwork: the

Practice of Supervision and Delegation Within the Multi-Tiered Nursing Team. In Nursing Inquiry, 28(4). https://doi.org/10.1111/nin.12413

Whittemore, R., Chao, A., Jang, M., Minges, K. E., & Park, C. (2014). Methods for Knowledge Synthesis: An Overview. Heart and Lung: Journal of Acute and Critical Care, 43(5), 453–461. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2014.05.014

Yoon, J., Kim, M., & Shin, J. (2016). Confidence in Delegation and Leadership of Registered Nurses in Long-Term-Care Hospitals. Journal of Nursing Management, 24(5), 676–685. https://doi.org/10.1111/jonm.12372

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Dalam penelitian ini dibahas model penjadwalan perawat di rumah sakit yang meminimumkan total deviasi (penyimpangan) hari kerja setiap perawat dengan

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan kebijakan rumah sakit, status pendidikan dan status ekonomi dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan tinggi keperawatan di

Penerapan ketentuan tentang kewenangan klinis dalam tindakan pembedahan di Rumah Sakit dilakukan melalui proses kredensial (credentialing) berupa proses evaluasi oleh suatu rumah

tindakan sesuai dengan surat penugasan klinis yang ia punyai, dan hal ini sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan oleh rumah sakit yang ada dipanduan pengisian

Perawat berpendapat bahwa akreditasi mendorong perawat untuk lebih memperhatikan upaya keselamatan pasien di rumah sakit, diantaranya penerapan standar opeasional

Kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan atau Kebidanan seorang Perawat di Rumah Sakit berakhir bila penugasan klinis (clinical privilege)  Perawat yang bersangkutan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta 138 rumah sakit yang diperbarui pada tahun 2022 adalah Standar Akreditasi Rumah Sakit STARKES, yang mensyaratkan untuk

PEMBAHASAN Hasil telaah mendapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan supervisi klinik oleh perawat manajer di rumah sakit yaitu faktor internal dan faktor eksternal