• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis penerapan just in time purchasing - IBS Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis penerapan just in time purchasing - IBS Repository"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

Judul Disertasi : Analisis Penerapan Just-in-Time Purchasing Terhadap Efisiensi Biaya Pembelian Bahan Baku (Studi Kasus Pada PT. Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Analisis Penerapan Just-in-Time Purchasing Terhadap Efisiensi Biaya Pembelian Bahan Baku (Studi Kasus Pada PT. Asahimas Flat Glass Tbk.)”.

  • Latar Belakang
  • Identifikasi Masalah
  • Pembatasan Masalah
  • Perumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Sistematika Penelitian

Hal ini didukung dengan pengadaan bahan baku yang just in time untuk mencapai efisiensi biaya pengadaan bahan baku yang diterima perusahaan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan just-in-time purchase terhadap efektivitas biaya pembelian bahan baku pada PT.

Tinjauan Pustaka

  • Definisi Just-In-Time
  • Definisi Just-In-Time Purchasing
  • Definisi Just-In-Time Manufacturing
  • Tujuan Just-In-Time
  • Prinsip-prinsip Just-In-Time
  • Manfaat Just-In-Time
  • Faktor Penghambat Aplikasi Just-In-Time
  • Definisi Job Order Costing
  • Definisi Biaya
  • Klasifikasi Biaya
  • Sistem Perhitungan Biaya
  • Biaya Standar Bahan Baku
  • Definisi Biaya Produksi
  • Efisiensi Biaya Produksi

Kriteria sistem just-in-time adalah produksi berdasarkan jenis, waktu dan jumlah sesuai keinginan pelanggan. Penjelasan tujuan penggunaan dan pengembangan konsep sistem Just-In-Time pada perusahaan dapat dirangkum sebagai berikut (Carter, 2002): 1.

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menyoroti munculnya ide Just-In-Time (JIT) yang berproduksi hanya jika ada permintaan, berdampak pada pengurangan sampah secara besar-besaran, yaitu berupa peningkatan kualitas dan penurunan biaya produksi. Riyanto (2011) melakukan penelitian tentang Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Manufaktur Just In Time pada Unit Perakitan dengan fasilitas PT. Tumbel (2008) melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Just-in-Time untuk meningkatkan efisiensi biaya bahan baku di fasilitas penelitian PT.

Penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan sistem just in time memberikan dampak yang signifikan terhadap efektivitas biaya bahan baku, terbukti dengan penggunaan kebijakan tradisional, dimana perusahaan menghadapi kelebihan persediaan bahan baku karena bahan baku yang ada terlalu banyak atau terlalu sedikit. . sesuai dengan kebutuhan atau penggunaan konsumen. , dan perusahaan belum menentukan. Supriatna (2012) melakukan penelitian tentang Penerapan Sistem Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya Produksi dengan tujuan Perusahaan Manufaktur Kerajinan M-02. Penelitian ini menyatakan bahwa dengan penerapan just-in-time, efisiensi biaya produksi pada Pabrik Kerajinan Tangan M-02 lebih tinggi dibandingkan dengan tidak diterapkannya just-in-time.

Hal ini disebabkan karena dihilangkannya biaya-biaya produksi seperti biaya pemesanan, penyimpanan dan pengerjaan ulang terhadap produk cacat/reject, serta adanya perbedaan yang signifikan antara tidak diterapkannya sistem Just-In-Time dengan penerapan sistem Just-In-Time pada Pabrik Kerajinan Tangan M-02. perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tidak menerapkan dan menerapkan sistem Just-in-time ditinjau dari efisiensi biaya produksi perusahaan, dimana efisiensi biaya produksi perusahaan jika menerapkan Just-in-time lebih tinggi dibandingkan jika menerapkan sistem Just-in-time. perusahaan tidak menerapkan just-in-time.

Tabel 2. 5         Penelitian Terdahulu  Peneliti &
Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu Peneliti &

Rerangka Pemikiran

Objek Penelitian

  • Sifat Penelitian

Asahimas Flat Glass Tbk merupakan pionir industri kaca di Indonesia dan salah satu perusahaan manufaktur besar di Indonesia yang bergerak di bidang kaca otomotif dan kaca lembaran yang sebagian besar diproduksi oleh Asahi Glass Co., Ltd. Peneliti merencanakan wawancara langsung dan praktik kerja lapangan akan dilakukan mulai tanggal 18 Maret 2013 hingga 17 April 2013. Wawancara langsung ini dilakukan untuk mendapatkan data penelitian dan praktik kerja lapangan untuk memahami kehidupan kerja dan jalannya proses produksi kaca serta menjalin hubungan jaringan di dalamnya. Hal ini memudahkan untuk mengakses data dan informasi terkait yang dibutuhkan.

Menurut Sekaran dkk, penelitian studi kasus adalah penelitian yang memberikan analisis mendalam terhadap situasi dan kondisi yang muncul dalam suatu organisasi.

Metode Pengumpulan Data

  • Jenis Data
  • Tehnik Pengumpulan Data
  • Metode Analisis Aspek Kualitatif
  • Metode Analisis Aspek Kuantitatif

Gambaran Umum Objek Penelitian

  • Sejarah Singkat Perusahaan
  • Struktur Organisasi PT. Asahimas Flat Glass Tbk
  • Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan PT. Asahimas Flat Glass Tbk
  • Proses Produksi Kaca Secara Umum Pada PT. Asahimas Flat Glass Tbk
  • Kegiatan PT. Asahimas Flat Glass Tbk
  • Bahan Baku yang Dipakai PT. Asahimas Flat Glass Tbk
  • Wilayah Kerja PT. Asahimas Flat Glass Tbk

Awalnya pabrik ini berstatus PMA atau sering disebut Penanaman Modal Asing yang merupakan hasil kerjasama antara PT Rodamas asal Indonesia dengan Asahi Glass Co. Ltd dari Jepang. Proses Fourcault merupakan teknik pembuatan kaca dimana kaca lembaran dibuat dengan cara menarik lelehan kaca ke atas. Tahap ini merupakan tahap awal, dimana bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan kaca dicampurkan dalam mixer dengan perbandingan tertentu, tergantung hasil yang diinginkan oleh pihak perusahaan atau pihak pemesan kaca2.

Bahan baku kaca batch (kombinasi bahan baku alami seperti pasir silika, dolomit, feldspar, soda ash, natrium sulfat, AlO4 dan pewarna kaca) dan limbah kaca (pecahan atau pecahan kaca yang telah disortir) yang telah dicampur. Di kawasan ini, kaca lembaran merupakan produk hilir yang digunakan untuk konstruksi bangunan seperti panel kaca untuk gedung bertingkat dan keperluan arsitektur, baik interior maupun eksterior, serta digunakan juga sebagai bahan baku kaca spion dan kaca pengaman mobil. Ini adalah kaca Indoflot berwarna, yang proses pewarnaannya melibatkan penambahan sedikit logam pewarna seperti kobalt, besi, selenium, dll ke dalam bahan baku kaca.

Soda ash (Na2SO3) merupakan bahan baku kimia yang digunakan oleh perusahaan soda ash untuk menurunkan titik leleh sehingga memudahkan pembersihan. Feldspar (AlO4) merupakan bahan baku yang diperoleh dari penambangan, digunakan sekitar 32.500 ton per tahun, yang berfungsi meningkatkan elastisitas dan kekuatan kaca terhadap lingkungan.

Deskripsi Data

  • Biaya Produksi Perusahaan
  • Data Perusahaan

Perusahaan lebih memilih safety stock karena tidak ingin mengambil risiko yang terlalu besar karena perusahaan tidak menyediakan bahan baku atau tidak mencapai rasio yang ditentukan dalam produksi, sehingga dapat menyebabkan terganggunya proses produksi dan mengganggu target dan kuantitas penjualan. dan kualitas produk kaca. Safety stock suatu perusahaan merupakan tambahan persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk melindungi dan menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang dibutuhkan sehingga dapat menimbulkan biaya persediaan. Biaya stockout dapat disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula atau karena keterlambatan pemesanan bahan baku.

Pengukuran safety stock yang ditentukan oleh perusahaan dapat didasarkan pada dari mana bahan baku tersebut berasal, kebutuhan bahan baku dalam satu kali pemesanan, dan hambatan dalam pengiriman bahan baku tersebut, sehingga dapat ditentukan safety stock yang dapat mengurangi hambatan produksi tersebut. dapat menyebabkan kekurangan persediaan. biaya atau biaya kekurangan bahan baku untuk keperluan produksi. Oleh karena itu, perusahaan memperhitungkan bahwa setiap pembelian bahan baku harus memastikan tidak ada risiko bulanan yang timbul. Biasanya pada saat pembelian bahan baku, perusahaan melakukan CIF (Cost, Insurance and Freight) dengan penjual, yaitu penyerahan barang dan pengalihan resiko dari penjual ke pembeli terjadi pada saat barang dimuat. di atas kapal.

Seperti terlihat pada Tabel 4.1 menjelaskan bahwa pasir silika mempunyai perbandingan harga bahan baku dan biaya pengiriman sebesar 55:45, sehingga rata-rata biaya pengiriman sebesar Rp. Dengan perhitungan yang sama, tabel tersebut menjelaskan biaya pengiriman masing-masing bahan baku yaitu dolomit Rp 100.000/ton (30%), feldspar Rp.

Analisis dan Pembahasan

  • Faktor yang Dapat Mendukung Perusahaan untuk Menerapkan Sistem Just-In-
  • Analisis Hasil Transformasi Sistem Pembelian Bahan Baku Setelah Menerapkan

Selain efisiensi dalam pembelian bahan baku dan mengurangi biaya limbah, penerapan sistem pembelian just-in-time pada perusahaan juga dapat memberikan manfaat bagi hubungan perusahaan dengan pemasok. Produk jadi yang dihasilkan berbeda (warna) hanya berbeda pada komposisi bahan baku (pewarna) yang berbeda dalam jumlah yang relatif sedikit, sehingga tidak mempengaruhi jumlah bahan baku yang dominan. Berdasarkan tabel 4.8, perusahaan menyampaikan pesanan pembelian bahan baku satu kali dalam sebulan atau 12 kali dalam setahun.

Berikut tabel perhitungan pembelian bahan baku dengan sistem produksi tradisional menurut buku Horngren tahun 2012. Pembeli melakukan pemesanan relatif lebih sedikit dengan kenaikan harga bahan baku menjadi Rp ton dengan total pembelian tahunan sebanyak 56.465 ton. Perhitungan transformasi dari sistem pembelian tradisional ke sistem pembelian just-in-time untuk pembelian bahan baku diharapkan dapat menghasilkan pengurangan biaya yang berujung pada efektivitas biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Terdapat perbedaan biaya yang ditanggung perusahaan jika menggunakan sistem pembelian just-in-time pada saat pembelian bahan baku. Dengan menggunakan sistem ini, perusahaan dapat mengurangi biaya (cost reduction) dan mencapai efisiensi biaya yang diharapkan dalam pembelian bahan baku. Perusahaan yang menggunakan sistem pengadaan just in time pada saat pembelian bahan dinilai mampu mengefisienkan biaya pengadaan bahan baku.

Perubahan hasil yang positif ini berarti perusahaan dapat menyederhanakan biaya dalam pembelian bahan baku dengan cara

Table tersebut menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem just-in-time  purchasing  maka perusahaan dapat meminimalisir adanya pergudangan yang dapat  memicu biaya non value added  yang berlebih seperti perawatan, barang cacat karena  terlalu lama digudang
Table tersebut menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem just-in-time purchasing maka perusahaan dapat meminimalisir adanya pergudangan yang dapat memicu biaya non value added yang berlebih seperti perawatan, barang cacat karena terlalu lama digudang

Argumentasi Mengenai Analisis Dan Pembahasan

  • Argumentasi Faktor yang Dapat Mendukung Perusahaan Menerapkan Sistem
  • Argumentasi Efisiensi Biaya Pembelian Bahan Baku PT. Asahimas Flat Glass
  • Argumentasi Analisis Hasil Transformasi Sistem Pembelian Bahan Baku Setelah

Peneliti menghitung rata-rata biaya pengadaan pemesanan bahan baku ketika perusahaan melakukan pembelian bahan baku sebulan sekali (pengadaan non just in time) dan kemudian bertransformasi dengan menerapkan sistem pengadaan just in time. Setelah peneliti melakukan transformasi pengadaan bahan baku dengan menerapkan sistem pengadaan just in time, peneliti menemukan adanya selisih efisiensi sebesar Rp. Pembelian bahan baku Kaca Lembaran Asahima menggunakan sistem dan metode pembelian bahan baku tradisional.

Asahimas Flat Glass dapat menekan biaya produksi (menguntungkan) dalam pembelian bahan baku dengan menggunakan sistem pembelian just-in-time dari Rp pada tahun 2012. Asahimas Flat Glass menerapkan sistem pembelian just-in-time sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya produksi. biaya pembelian bahan baku sebesar Rp pada tahun 2012. Metode pembelian bahan baku dengan menggunakan pembelian bahan baku just in time diharapkan dapat menekan biaya produksi.

Asahimas Flat Glass dapat menekan biaya produksi bila pembelian bahan baku dengan Rp pada tahun 2012. Asahimas Flat Glass dapat melakukan pengukuran dan mempelajari kendala serta resiko yang timbul akibat perubahan cara pembelian bahan baku menjadi just-in-time purchase.

95

Kesimpulan

Jumlah gedung, gedung dan apartemen yang akan dibangun pada tahun 2013 dan 2 tahun ke depan juga akan menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengukur jumlah produksi dan jumlah produksi dari tahun sebelumnya. Perusahaan mengupayakan zero cacat pada hasil produksinya, hal ini menjadi tolak ukur bahwa kualitas sangatlah penting. Kualitas yang baik dimulai dari bahan baku hingga finishing yang baik, sehingga perusahaan menghasilkan barang jadi sesuai spesifikasi keinginan pelanggan.

Untuk mengefisienkan biaya khususnya pada pembelian bahan baku, PT Asahimas Flat Glass Tbk. Cara ini dapat mengurangi biaya pemeliharaan gudang serta risiko bahan baku menjadi rusak atau cacat akibat terlalu lama disimpan di gudang (tanpa nilai tambah). Selain mengefisienkan biaya pembelian bahan baku, sistem pembelian just-in-time yang diterapkan perusahaan juga terus mendukung kualitas hasil produksi dan meningkatkan tingkat zero cacat produk perusahaan.

Namun sistem produksi just-in-time masih dapat dievaluasi oleh perusahaan atas kekurangannya, seperti risiko keterlambatan pengiriman pasokan bahan baku ke perusahaan yang dapat menyebabkan terhentinya produksi kaca (risiko pasokan dan produksi). dan dapat mengakibatkan menurunnya kepuasan pelanggan karena permintaan pelanggan tidak terpenuhi. Hal ini dapat dikaji dan dikaji oleh perusahaan dengan melakukan penilaian risiko dalam pembelian bahan baku agar risiko yang timbul dapat diminimalisir oleh perusahaan dan.

Saran

Melakukan penelitian yang berfokus pada penerapan sistem pembelian just-in-time pada perusahaan dengan industri manufaktur lain yang berbeda dengan tujuan untuk menerapkan efisiensi biaya pembelian bahan baku baik pada pembelian JIT maupun manufaktur JIT, sehingga dapat diketahui kemampuan baik dan buruknya. terlihat dan risiko yang timbul dalam penerapan sistem pembelian just-in-time.

Gambar

Tabel 2. 5         Penelitian Terdahulu  Peneliti &
Table tersebut menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem just-in-time  purchasing  maka perusahaan dapat meminimalisir adanya pergudangan yang dapat  memicu biaya non value added  yang berlebih seperti perawatan, barang cacat karena  terlalu lama digudang

Referensi

Dokumen terkait

Metode just-in-time biasa disebut sebagai sistem produksi tepat waktu dengan mengacu pada produksi tanpa persediaan.. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi dan budaya perusahaan

Karena dengan menerapkan sistem pembelian Just In Time (Just In Time Purchasing) perusahaan dapat mengurangi biaya yang tidak bernilai tambah akibat kelebihan

Komunika Karya Anteronusa layak untuk menerapkan sistem produksi Just In Time, diperlukan gambaran tentang proses produksi yang saat ini diterapkan oleh perusahaan dengan

Konsep JIT menekankan pada pembelian bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan proses padat produksi, diusahakan untuk tidak kurang atau lebih pada saat

Manfaat Penerapan Just In Time Produksi Tjiptono dan Diana (2001) menyebutkan bahwa beberapa manfaat yang dapat diper- oleh perusahaan yang menerapkan sistem Just In

• Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan- perusahaan Jepang yang pada

Melakukan proses perhitungan untuk mencari tingkat efisiensi biaya antara kebijakan Just In Time dan kebijakan konvensional (biaya pembelian bahan baku, biaya pemesan-

Maka dari itulah timbul yang namanya Konsep  Just  Just In In Time Time adalah suatu konsep di adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk