ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 15 JuniZAlT
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
niversitas Sanata Dharma
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
For the one who has conquered the mind, the mind is the best of friends. But for one who has failed to do so, his very mind will be his greatest enemy.
Bhagavad Gita, Chapter 6-6
Kupersembahkan untuk:
Papa dan Mama tercinta, Kakak dan seluruh keluarga besar,
t
uNrVpnsrrAs
sANATA DHARMAFAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
-
PROGRAM STUDI AKUNTNASIYang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN,TU,ST-IN- TIME
PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal l5 Juni 2071 adalahhasil karya saya. Dengan
ini
saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsiini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan fulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan
orang lain tanpa menrberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan
ini
saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ljazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.Yogyakarta,3|
luh20l7
Yang membuat pemyataan,
: Kadek Shindyana Primawardhani Agusta
Nornor Mahasisr.va : 132114192
Derni pengembangan ihnu pengetahuan. saya memberikan kepada Pcrpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN
"TU^ST-INT- TIME
PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak
untuk
menyimpan,mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta tzin dari saya untuk memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakrlta
Pada tanggal 3
i
.Iuli 2017Yang rnenyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kontribusi berupa masukan-masukan yang berguna pada saat penulis mengerjakan skripsi.
5. Nicko Kornelius Putra, M.Si., yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Ignatius Aryono Putranto, M.Acc., Ak. yang telah memberikan
masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 7. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.
viii
9. Bapak Putu Eka Yastika selaku Administrasi ISO, Ibu Eny Diah selaku
Kepala Quality Assurance, Bapak Eko Rahadian selaku Kepala Produksi, dan seluruh karyawan PT Indohamafish Jembrana. Terimakasih kepada PT Indohamafish Jembrana yang telah berkenan memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.
10.Mama dan Papa, yang selalu sabar membimbing, memberikan kasih
sayang, menghibur disaat putus asa, dan mendukung segala keputusan saya. Saya ada di dunia ini karena cinta kalian.
11.Kakak, Gede Kharisma Primawardhana Agusta, yang telah menjadi kakak
yang luar biasa yang senantiasa memberi semangat dan dukungan lewat candaan yang sangat menghibur saya.
12. Keluarga besar Mama dan Papa, untuk segala bentuk dukungan,
semangat, motivasi, hiburan dan doa kalian.
13.Paman dan Bibi yang telah menyayangi dan mengurus saya selama saya berada di Yogyakarta.
14.Kakak-kakak kos yang telah lulus lebih dulu, Veronica Anggri Puspita dan Maharani Pratiwi, yang telah memberikan semangat dan senantiasa menjaga saya selama kita tinggal di kos yang sama, hingga sampai saat ini kalian masih memberikan saya dukungan untuk segera menyelesaikan studi.
15.Complices (Katarina Vivi Denniati, Restianti Ismail Tandi, Alvionita Patricia, Melchior Eugenndori Gare, Thomas Andika Permana, David Julian Nggebu, dan Evan Dika Pratama), persahabatan terindah kita sejak duduk di bangku semester satu hingga kini tidak akan pernah saya lupakan. Terimakasih sekali lagi atas segala yang telah kita lewati bersama, suka duka kita, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, hingga kini kita menghadapi skripsi kita masing-masing.
17. Teman-teman kelas D Akuntansi 2013 yang selalu berbagi talva, cancla,
dan kenangan indah kebersamaan
kita,
serta masukan-masukarl yang berarti <lalam pcnulisan sklipsi ini.18. Teman-teman Kelas MPAT I, terimakasih atas masukan, dinamika, clan
kebersamaannya selama ini.
i9. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013 yang selalu berbagi ilmu yang benlanfaat.
20. Serla semua pihak yang suclith membantu selarna penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahlva skripsi ini rlasih ada kekurangan, oleh kareua itu
penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini clapat bemrantaat bagi pembaca.
Yogyakarta,3I Juh2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN………...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..vi
HALAMAN KATA PENGANTAR………..vii
HALAMAN DAFTAR ISI………..x
HALAMAN DAFTAR TABEL………..…….xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR………..xiv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………xv
ABSTRAK………..………..xvi
ABSTRACT……….xvii
BAB I PENDAHULUAN………...1
A. Latar Belakang Masalah……….1
B. Rumusan Masalah………..…3
C. Tujuan Penelitian………...………4
D. Manfaat Penelitian……….4
E. Sistematika Penulisan……….…5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….….6
A. Studi Kelayakan……….6
B. Pengertian Just-in-time……….…….7
C. Perbandingan Sistem Just-in-time dan Tradisional…………..12
D. Tujuan Just-in-tiime ………14
xi
F. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) ……….16
G. Biaya Persediaan Bahan Baku.………19
H. Just-in-time Purchasing ………..21
I. Jidoka ………..22
J. Budaya Organisasi………...23
K. Penelitian Terdahulu………24
BAB III METODE PENELITIAN………..26
A. Jenis Penelitian……….26
B. Tempat dan Waktu Penelitian………..26
C. Subjek dan Objek Penelitian………26
D. Jenis dan Sumber Data……….27
E. Teknik Pengumpulan Data………...…27
F. Teknik Analisis Data………28
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………..35 A. Deskripsi Perusahaan………...……35
1. Sejarah………35
2. Profil Perusahaan………...…36
3. Struktur Organisasi………39
4. Karyawan………...40
5. Layout ………41
B. Deskripsi Produk………..42
1. Jenis dan Merek………..42
2. Produksi………..44
3. Area Pemasaran………..52
C. Budaya Organisasi………...…53
1. Disiplin………...…53
2. Kerja Keras………54
3. Kreatif………54
xii
D. Dampak Lingkungan………55
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN………..56
A. Deskripsi Data……….…….56
1. Pemasok……….……57
2. Persediaan……….…….61
3. Tata Letak……….…….64
4. Penjadwalan……….……..67
5. Pemberdayaan Karyawan………...67
6. Produksi………..69
7. Kualitas………..……69
8. Jidoka ………70
9. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) …………...…71
B. Analisis dan Pembahasan……….90
BAB VI PENUTUP………109
A. Kesimpulan………109
B. Keterbatasan Penelitian………..…109
C. Saran………...110
DAFTAR PUSTAKA………..112
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Perbedaan Metode Just-in-time dan Tradisional………12
TABEL 3.1 Analisis Kemungkinan Penerapan Just-in-time (belum terisi)……...31
TABEL 5.1 Ukuran Kaleng Setiap Kemasan………72
TABEL 5.2 Kapasitas Mesin Precooking ……….72
TABEL 5.3 Kapasitas Mesin Sauce & Oil Filling ………73
TABEL 5.4 Kapasitas Mesin Seamer ………...74
TABEL 5.5 Kapasitas Mesin Retort ……….74
TABEL 5.6 Waktu Proses Ukuran Kemasan 125 gram……….75
TABEL 5.7 Waktu Proses Ukuran Kemasan 155 gram……….78
TABEL 5.8 Waktu Proses Ukuran Kemasan 425 gram……….81
TABEL 5.9 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 125 gram………...84
TABEL 5.10 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 155 gram……….85
TABEL 5.11 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 425 gram……….86
TABEL 5.12 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 125 gram………..88
TABEL 5.13 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 155 gram………..88
TABEL 5.14 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 425 gram………..88
TABEL 5.15 Persentase Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) …………...89
TABEL 5.16 Analisis Kemungkinan Penerapan Just-in-time (telah terisi)……...91
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 Lokasi PT Indohamafish………35
GAMBAR 4.2 Jarak dari Kota Denpasar ke PT Indohamafish……….37
GAMBAR 4.3 Struktur Organisasi………39
GAMBAR 4.4 Tata Letak Perusahaan………...41
GAMBAR 4.5 Macam-macam Merek Produk………..42
GAMBAR 5.1 Bangunan Pabrik PT Indohamafish………..56
GAMBAR 5.2 Persediaan Kaleng yang Akan Digunakan untuk Memproduksi Kemasan Ukuran 425 gram………...59
GAMBAR 5.3 Gudang Penyimpanan Kaleng………..62
GAMBAR 5.4 Tata Letak Perusahaan dan Mesin………65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian………116
LAMPIRAN 2 Produksi Ikan Kaleng Tahun 2016………..121
LAMPIRAN 3 Layout Perusahaan………...134
xvi
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)
Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penerapan metode just-in-time pada proses produksi ikan kaleng. Penelitian dilakukan di PT Indohamafish yang bergerak di bidang industri pengalengan ikan. Pabrik akan berproduksi sesuai dengan ketersediaan bahan baku ikan.
Metode just-in-time biasa disebut sebagai sistem produksi tepat waktu dengan mengacu pada produksi tanpa persediaan. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi dan budaya perusahaan dari segi pemasok, persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan karyawan, produksi, kualitas, persentase manufacturing cycle effectiveness (MCE), dan penggunaan jidoka. Pengumpulan data dan informasi menggunakan tiga cara, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan analisis, diketahui bahwa perusahaan belum layak menerapkan metode just-in-time. Ketidaklayakan disebabkan oleh persediaan bahan baku yang selalu ada di gudang. Hal ini dikarenakan tidak mengikuti jadwal produksi dan pembelian persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah yang besar. Kecuali hal tersebut, perusahaan juga menghasilkan produk dalam ukuran lot besar, serta penataan letak gudang penyimpanan kaleng yang berada di luar kawasan bangunan pabrik.
Kata kunci: just-in-time, proses produksi, syarat just-in-time, kondisi perusahaan,
xvii
ABSTRACT
ANALYSIS OF JUST-IN-TIME APPLICATION FEASIBILITY IN THE PRODUCTION PROCESS OF FISH CANNED
(Case Study at PT Indohamafish Jembrana)
Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
This study aims to analyze the feasibility of applying just-in-time method in the process of canned fish production. The research was conducted at PT Indohamafish which is engaged in fish canning industry. The plant will operate in accordance with the availability of fish raw materials.
The just-in-time method is commonly referred to as a timely production system with reference to production without inventory. The analysis is based on the company's condition and culture in terms of supplier, inventory, layout, scheduling, employee empowerment, production, quality, percentage of manufacturing cycle effectiveness (MCE), and use of “jidoka”. The collection of data and information using three ways, namely observation, interviews, and documentation.
Based on the analysis, it is known that the company is not yet feasible to apply the just-in-time method. The inadequacy is caused by the raw material inventory that is always in the warehouse. This is caused by the production schedule and the purchase of raw material inventory in large quantities. Except that, the company also operates in large lot production, as well as the location of can warehouse is outside the factory building area.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dalam dunia bisnis akan menuntut setiap perusahaan untuk
memiliki keunggulan tersendiri agar mampu bersaing dengan perusahaan lain
pada level yang sama. Level yang sama dalam artian adalah perusahaan yang
sejenis, seperti halnya antar perusahaan manufaktur dengan barang hasil
produksi yang manfaatnya sama. Kesamaan manfaat dari barang hasil
produksi inilah yang akan mendorong perusahaan untuk lebih memajukan
produknya dalam hal kualitas dan harga yang terjangkau agar lebih terlihat
baik di mata pelanggan. Kotler dan Keller (2009:19) mengatakan, konsumen
menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, atau fitur inovatif
terbaik.
Pada umumnya, perusahaan akan menarik hati para pelanggan untuk
mendapatkan laba setinggi-tingginya dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Namun tidak hanya dari segi kualitas dan harga yang relatif bersahabat dengan
konsumen, tetapi dalam proses yang menghasilkan barang untuk konsumen
tersebut, perusahaan juga dapat mengoptimalkan produksi sehingga dengan
biaya yang relatif rendah dapat menghasilkan barang produksi yang bernilai
tinggi di mata konsumen. Seperti halnya sistem produksi just-in-time yang
hanya memproduksi barang tepat pada saat bahan baku tersedia. Bahan baku
diproses langsung ketika datang tanpa melewati proses penyimpanan. Produk
dalam antrian, dan produk cacat tidak memberi nilai tambah, dianggap
pemborosan. Aktivitas apapun yang tidak memberi nilai tambah dari suatu
produk dari sisi pandang pelanggan merupakan pemborosan, Heizer dan
Render (2005: 259).
Ohno (1978: 4) berpendapat just-in-time berarti bahwa dalam suatu
rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba
pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah
yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk mencapai produksi yang tepat waktu
dan sesuai dengan permintaan pasar, diperlukan suatu metode agar
kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan dapat mencapai tujuan tersebut.
Dengan menerapkan metode just-in-time ini, maka diharapkan perusahaan
dalam proses produksinya akan memiliki biaya yang rendah, harga jual yang
murah, kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman
kepada pelanggan, Putra dan Idayati (2014: 2).
Di negara asalnya, Jepang, metode just-in-time diperkenalkan pertama
kali pada produksi mobil perusahaan Toyota, oleh Taichi Ohno. Maka, metode
just-in-time juga dikenal dengan sistem produksi Toyota (Toyota Production
System/TPS). Selain just-in-time, juga diperkenalkan Jidoka, yang berarti
otomatisasi (mengubah proses manual, yang semulanya dikerjakan oleh
manusia, menjadi proses mesin) dan otonomisasi (mengubah proses manual,
yang semulanya dikerjakan oleh manusia, menjadi proses mesin dengan
menambah pengendalian terhadap barang produksi yang cacat secara
mengurangi variabilitas. Variabilitas adalah segala penyimpangan yang
berasal dari proses optimal yang mengirimkan produk sempurna secara tepat
waktu setiap saat, Heizer dan Render (2005:259).
Penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Penerapan Just-In-Time pada Proses Produksi Ikan Kaleng: Studi Kasus Pada PT Indohamafish
Jembrana” akan menguraikan mengenai kelayakan penerapan metode
just-in-time pada proses produksi ikan kaleng perusahaan yang bersangkutan. Pada
umumnya, metode just-in-time digunakan pada perusahaaan perakitan seperti
alat elektronik dan pembuatan kendaraan bermotor. Namun dengan penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui apakah metode just-in-time dapat diterapkan di
industri pengalengan makanan dan dapat membantu mengurangi masalah
persediaan (bahan baku maupun barang jadi) yang menjadi salah satu kunci
utama dari just-in-time, seperti pada penelitian Perdana (2006) yang
menunjukkan PT Garudafood menjalankan metode just-in-time untuk
mengatasi kelebihan persediaan bahan baku yang terlalu lama disimpan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perusahaan
yang dijadikan lokasi penelitian, maupun para akademisi untuk dijadikan
literatur dan referensi pada penelitian berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah metode just-in-time dapat
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kelayakan penerapan metode just-in-time pada
proses produksi ikan kaleng.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah
koleksi literatur perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan, khususnya pada bagian
produksi untuk mengetahui kelayakan penerapan just-in-time pada proses
produksi ikan kaleng.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada para
akademisi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam penelitian
dimasa yang akan datang, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi,
khususnya di bidang akuntansi mengenai just-in-time, khususnya pada
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi enam bab. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan mengenai pustaka teori dan penelitian
terdahulu sebagai acuan dalam penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, sumber data dan
teknik pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan
sebagai sumber data dalam penelitian.
Bab V Pembahasan dan Analisis Data
Bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian berupa
pembahasan berdasarkan analisis data.
Bab VI Penutup
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian,
keterbatasan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Kelayakan
Bentuk studi kelayakan disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan,
misalnya untuk apa studi kelayakan itu dibuat. Studi kelayakan yang akan
dilakukan secara benar akan menghasilkan laporan yang komperhensif
mengenai kelayakan suatu proyek/bisnis yang akan didirikan dan
dikembangkan serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan
keuntungan atau kerugian, (Subagyo, 2007: 4).
Subagyo (2007: 15) juga menjelaskan, jika suatu kelayakan
merekomendasikan bahwa proyek yang akan dikerjakan tidak layak,
sebaiknya proyek tersebut dihentikan. Apabila ingin dilanjutkan, harus
melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang dinilai belum atau tidak
layak. Di sinilah fungsi studi kelayakan bagi suatu investasi, yaitu untuk
mendeteksi keadaan proyek sebelum melaksanakan investasi serta
memproyeksi dan mengestimasi keadaan proyek di masa yang akan datang.
Adapun manfaat studi kelayakan bagi penganalisa, yaitu memberikan
pengetahuan tentang cara berpikir secara sistematis dalam menghadapi suatu
masalah dan mencari jawabannya, menerapkan berbagai disiplin ilmu yang
telah dipelajari sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam
pengukuran, penilaian, maupun pengambilan keputusan, dan sebagai
B. Pengertian Just-in-time
Ohno (1978: 4) berpendapat just-in-time berarti bahwa dalam suatu
rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba
pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah
yang diperlukan. Sedangkan Carter (2009: 348) menguraikan just-in-time
(JIT) merupakan filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui
eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di
lokasi kerja pada saat dibutuhkan dan tepat waktu. Produk sebaiknya
diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan yang menginginkannya dengan tepat
waktu. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan kebutuhan akan
tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Carter juga menjelaskan, aspek
yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan
barang dalam proses (work in process–WIP) dan bahan baku. Kebanyakan
tulisan mengenai JIT berkonsentrasi pada satu aspek ini, yang disebut dengan
produksi tanpa persediaan (stockless production), produksi ramping (lean
production), atau produksi dengan persediaan nihil (zero inventory
production/ZIP).
Heizer dan Render (2005) memperkenalkan aplikasi JIT dengan para
pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, kualitas, dan pemberdayaan
1. Pemasok
Kemitraan JIT (JIT partnership) ada ketika pemasok dan pembeli
bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan
pemborosan dan menekan biaya. Ada empat sasaran kemitraan JIT
menurut Heizer dan Render (2005: 262), yaitu:
a. Penghilangan aktivitas yang tidak perlu
Jika ada pemasok yang baik, maka aktivitas penerimaan dan inspeksi
berikutnya tidak diperlukan.
b. Penghapusan persediaan di pabrik
Bagian atau komponen harus dikirimkan dalam lot kecil secara
langsung ke departemen yang akan menggunakannya ketika
dibutuhkan.
c. Penghapusan persediaan yang transit
Departemen pembelian modern saat ini menunjukkan pengurangan
persediaan dalam transit dengan cara memberikan harapan kepada para
pemasok dan calon pemasok untuk mengambil lokasi di dekat
bangunan pabrik dan melakukan pengiriman kecil yang sering.
d. Penghilangan para pemasok yang lemah
Ketika sebuah perusahaan mengurangi sejumlah pemasok, maka
berarti meningkatkan komitmen jangka panjang. Demi memperoleh
kualitas dan keandalan yang terus meningkat, penjual dan pembeli
2. Tata Letak JIT
Tata letak JIT (JIT layout) mengurangi bentuk lain pemborosan,
yaitu pergerakan dan perpindahan. Sebuah lini perakitan harus dirancang
dengan titik penyerahan didekat lini perakitan tersebut, sehingga material
tidak perlu dikirimkan terlebih dahulu ke departemen penerimaan di
tempat lain dalam pabrik, kemudian dipindahkan lagi. Penataan letak yang
baik akan mengurangi jarak, sehingga dapat menghemat ruang dan
menghapuskan area potensial untuk persediaan yang tidak dikehendaki.
Penataan letak yang baik juga akan mengurangi bergeraknya orang dan
material.Penanganan bahan baku tidak dipusatkan melainkan tersebar
dibeberapa titik pelayanan yang dekat dengan setiap sel manufaktur.
3. Persediaan
Heizer dan Render (2005: 266) menjelaskan, persediaan just-in-time
(just-in-timeinventory) adalah persediaan minimum yang diperlukan untuk
menjaga agar suatu sistem dapat berjalan dengan sempurna. Putra dan
Idayati (2014) menjelaskan, bahwa hanya dibutuhkan tempat yang kecil
untuk persediaan. Dengan persediaan just-in-time, barang tiba hanya pada
saat diperlukan dengan jumlah yang tepat. Kunci menuju JIT adalah
menghasilkan produk yang baik dalam ukuran lot kecil. Mengurangi
ukuran lot bisa menjadi bantuan utama dalam mengurangi persediaan dan
biaya persediaan. Pembelian persediaan dilakukan dalam jumlah yang
kecil, namun dengan frekuensi pemesaanan yang tinggi, Saputra et al.
4. Penjadwalan
Penjadwalan yang lebih baik meningkatkan kemampuan untuk
memenuhi pesanan pelanggan, menurunkan persediaan dengan
menjadikan ukuran lot yang lebih kecil, dan mengurangi barang setengah
jadi. Jadwal bertingkat (level schedules) memproses lot kecil yang sering,
dan bukan beberapa lot yang besar. Persediaan dipindahkan hanya pada
saat dibutuhkan, maka hal ini dikenal sebagai “sistem tarik”. Jepang
menyebut sistem ini sebagai kanban. Kanban adalah kata dalam bahasa
Jepang yang berarti kartu. Kegunaan kartu kanban adalah untuk
memberikan isyarat akan kebutuhan kontainer berikutnya. Penjadwalan
yang tepat akan membuat produk siap sedia dan berjalan berantai sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan agar tidak terjadi oversupply dan produksi
hanya dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah pesanan pelanggan
(Lean Manufacturing-Lean Service, Konsep Kanban, 2016).
5. Kualitas
Heizer dan Render mengatakan hubungan antara JIT dan kualitas
sangat kuat. Keterkaitannya terdapat dalam tiga cara. Pertama, JIT
memotong biaya perolehan kualitas yang baik. Penghematan terjadi karena
sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan, dan biaya kerusakan terkubur
dalam persediaan.
Kedua, JIT meningkatkan kualitas karena JIT menyusutkan antrian
dalam lead time, maka JIT mempertahankan bukti kesalahan tetap segar
kualitas yang lebih baik berarti lebih sedikit penyangga yang diperlukan.
Oleh karena itu, bisa terdapat sistem JIT yang lebih baik, yang lebih
mudah dilaksanakan. Jika terdapat kualitas yang konsisten, maka JIT
memungkinkan perusahaan untuk mengurangi semua biaya yang
berhubungan dengan persediaan. Dalam menjaga kualitas barang hasil
produksi, bahan baku yang siap diproses tidak disimpan, tetapi langsung
diproses untuk menghindari dari kerusakan saat disimpan, dan termasuk
untuk meniadakan biaya penyimpanan.
6. Pemberdayaan Karyawan
Karyawan yang diberdayakan dapat membawa keterlibatan mereka
untuk menghadapi permasalahan operasional harian yang merupakan
filosofi just-in-time. Supriyono (2002: 68) memaparkan pada JIT produksi,
seluruh karyawan pada bagian produksi dituntut untuk mampu
mengoperasikan seluruh mesin yang ada. Perusahaan tidak hanya
memberikan pelatihan dan melakukan pelatihan secara bersilang, tetapi
juga dapat mengambil keuntungan yang berasal dari investasi dengan
memperkaya pekerjaan. Sebuah artikel dari Lean Manufacturing-Lean
Service yang berjudul “Sekilas tentang Just-in-time” menjelaskan, bahwa
karyawan cenderung bertahan dalam satu perusahaan dalam waktu yang
lama. Hal ini membuka peluang bagi mereka untuk meningkatkan skill dan
kemampuan sambil menawarkan banyak keuntungan kepada perusahaan.
melibatkan kombinasi dari berbagai talent dan sharing pengetahuan, skill
problem solving, ide, dan pencapaian dari suatu tujuan.
C. Perbandingan Sistem Just-in-time dan Tradisional
Perbandingan antara pemanufakturan just-in-time dengan
pemanufakturan tradisional menurut Supriyono (2002: 68) adalah sebagai
[image:30.595.87.513.198.635.2]berikut:
Tabel 2.1: Perbedaan Metode Just-in-time dan Tradisional
No Faktor Pembeda Just-In-Time Tradisional
1 Karakteristik Pull-through system Push-through system
2 Kuantitas persediaan Sedikit Banyak
3 Struktur manufaktur Sel manufaktur Struktur departemen
4 Kualifikasi tenaga kerja Multidisiplin Spesialis
5 Kebijakan kualitas Pengendalian mutu Toleransi produk
cacat
6 Fasilitas jasa Tersebar Terpusat
1. Karakteristik
Karakteristik pada sistem tradisional melakukan aktivitas pembuatan
produk berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting) yang
diperkirakan akan terjadi pada periode mendatang. Dengan dasar ini, maka
bagian produksi akan memiliki jadwal produksi yang sudah pasti. Jika
barang yang diproduksi belum dapat didistribusikan ke pasar, maka barang
tersebut akan disimpan di gudang. Dengan demikian, sistem tradisional ini
mendorong (push) aktivitas penjualan dan pemasaran. Sistem just-in-time
produksi hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti. Jadi
aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan pasar.
2. Kuantitas Persediaan
Kuantitas Persediaan merupakan salah satu pengaruh sistem
just-in-time bagi perusahaan adalah mengurangi kuantitas persediaan secara
signifikan. Jadi kuantitas persediaan dalam sistem just-in-time tetap ada
namun jumlahnya sangat sedikit (insignificant). Dalam sistem tradisional,
perusahaan melakukan proses produksi tanpa memperhatikan struktur dan
kondisi permintaan.
3. Stuktur Manufaktur
Struktur manufaktur, dalam sistem ini manufaktur tradisional,
mesin-mesin produksi yang sejenis disatukan dalam sebuah departemen.
Just-in-time menggunakan struktur sel manufaktur (manufacturing cell). Mesin
yang diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam
sebuah sel manufaktur.
4. Kualifikasi Tenaga Kerja
Dalam sistem konvensional, tenaga kerja biasanya berspesialisasi
dalam satu bidang keahlian tertentu. Para karyawan dilatih untuk
melaksanakan sebuah pekerjaan khusus, misalnya mengoperasikan sebuah
mesin. Tugas yang dibebankan kepada mereka relatif tidak berubah dari
waktu ke waktu. Mereka menjadi tenaga kerja spesialis. Dalam sistem
produksi dituntut untuk mampu mengoperasikan seluruh mesin yang ada
dalam sebuah sel (multidiciplinary).
5. Kebijakan Kualitas
Dalam sistem just-in-time, perusahaan memproduksi barang dalam
jumlah terbatas, yaitu sebanyak yang diminta oleh pasar/pelanggan dan
tidak memiliki kelebihan produksi sama sekali. Kualitas barang yang
dihasilkan harus sempurna, dan tidak ada toleransi sama sekali terhadap
produk cacat.
6. Fasilitas Jasa
Sebagian besar aktivitas untuk membuat produk tertentu tidak lagi
menggunakan fasilitas bersama. Dengan demikian, departemen jasa yang
semula dipusatkan dan melayani kebutuhan dalam rangka menghasilkan
berbagai jenis produk, sekarang mengalami perubahan yaitu tersebar di
berbagai sel manufaktur. Sebagai contoh, just-in-time menghendaki bahwa
pasokan bahan baku dilakukan secara tepat. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan tersebut jelas penanganan bahan baku tidak dapat lagi
dipusatkan, namun disebar di beberapa titik pelayanan yang dekat dengan
setiap sel manufaktur.
D. Tujuan Just-In-Time
Tujuan just-in-time menurut Heizer dan Render (2005: 259) adalah
mengurangi pemborosan dan mengurangi variabilitas. Produk yang disimpan,
dan produk cacat tidak memberi nilai tambah, dianggap pemborosan. Aktivitas
apapun yang tidak memberi nilai tambah dari suatu produk dari sisi pandang
pelanggan merupakan pemborosan. Variabilitas adalah segala penyimpangan
yang berasal dari proses optimal yang mengirimkan produk sempurna secara
tepat waktu setiap saat. Semakin sedikit variabilitas, semakin sedikit
pemborosan. Hilangnya variabilitas memungkinkan material yang baik
dipindahkan secara just-in-time pada saat digunakan.
E. Just-in-time dan Lean Production
Kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa
merupakan kegiatan untuk menambah kegunaan dari masukan (input) menjadi
keluaran (output), Assauri, (2008: 1). Heizer dan Render (2009: 19)
menjelaskan, produksi yang tinggi dapat mencerminkan bahwa lebih banyak
orang yang bekerja dan tingkat ketenagakerjaan tinggi (tingkat pengangguran
rendah), tetapi belum tentu mencerminkan tingginya produktivitas.
Produktivitas merupakan perbandingan antara output (barang maupun jasa)
dibagi dengan input (sumber daya seperti tenaga kerja dan modal). Supriyono
(2002: 68) menjelaskan just-in-time production hanya memproduksi jika ada
permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti, aktivitas produksi ditarik (pull)
oleh permintaan pasar. Konsep “tarik” merupakan isyarat untuk dilakukannya
proses produksi. Ini juga berlaku untuk para pemasok, menarik material
dengan ukuran lot kecilpada saat diperlukan, maka tumpukan persediaan dapat
Jacobs and Chase (2014: 3) menjelaskan, lean production atau produksi
ramping merupakan suatu fokus terhadap penghapusan sebanyak mungkin
pemborosan. Dasar pemikiran perampingan berasal dari konsep just-in-time
yang dipelopori Negeri Matahari Terbit, Jepang, oleh Taichi Ohno. Dalam
konteks produk ramping, nilai pelanggan (customer value) didefinisikan
sebagai sesuatu yang membuat pelanggan bersedia untuk membayar. Aktivitas
bernilai tambah mentransformasikan bahan baku dan informasi menjadi
sesuatu yang diinginkan pelanggan. Aktivitas tak bernilai tambah akan
menghabiskan sumber daya dan secara tidak langsung berkontribusi terhadap
hasil akhir yang diinginkan pelanggan. Dengan demikian, pemborosan
merupakan sesuatu yang tidak bernilai tambah berdasarkan perspektif
pelanggan. Lean production memasok pelanggan sesuai dengan keinginan
pelanggan ketika pelanggan menginginkannya secara berkelanjutan, Heizer
dan Render (2005: 258).
F. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Salah satu metode yang dapat mengukur efektivitas pada proses produksi
yaitu manufacturing cycle effectiveness (MCE). Mulyadi (2007: 278) cycle
effectiveness adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar nilai suatu
aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan customer. Saftiana et al. (2007)
mendefinisikan MCE adalah persentase value added activities yang ada dalam
aktivitas proses produksi yang digunakan oleh perusahaan untuk
Saftiana et al. (2007) juga mengatakan, MCE dihitung dengan
memanfaatkan data cycle time yang telah dikumpulkan. Cycle time ini terdiri
dari aktivitas bernilai tambah (value added activities)dan aktivitas tak bernilai
tambah (non value added activities). Value added activities yaitu waktu proses
(processing time) dan non value added activities terdiri dari waktu inspeksi
(inspection time), waktu pemindahan (moving time), waktu tunggu (waiting
time), dan waktu penyimpanan (storage time).
1. Waktu Proses (Processing Time)
Saftiana et al. (2007) menjabarkan waktu proses merupakan waktu yang
diperlukan dari setiap tahap yang ditempuh oleh bahan baku, produk
dalam proses hingga menjadi barang jadi. Tidak semua waktu yang
ditempuh bahan baku hingga menjadi barang jadi adalah waktu proses.
2. Waktu Inspeksi (Inspection Time)
Mulyadi (2001) dalam Saftiana et al. (2007) menjabarkan waktu inspeksi
merupakan waktu yang dikonsumsi oleh aktivitas yang bertujuan untuk
menjaga seluruh produk yang diproses tersebut agar dapat dihasilkan
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan menurut Hansen dan
Mowen (2009: 240), waktu inspeksi adalah waktu dan sumber daya yang
digunakan untuk memastikan bahwa produk memenuhi spesifikasinya.
Inspeksi dilakukan dengan tujuan menghindarkan barang cacat untuk
3. Waktu Pemindahan (Moving Time)
Hansen dan Mowen (2009: 239) menjelaskan bahwa waktu pemindahan
adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk
memindahkan bahan baku, produk dalam proses, dan produk jadi dari satu
departemen ke departemen lainnya.
4. Waktu Tunggu (Waiting Time)
Hansen dan Mowen (2009: 239) menjelaskan bahwa waktu tunggu adalah
aktivitas dimana bahan baku atau barang dalam proses menggunakan
waktu dan sumber daya untuk menunggu proses berikutnya.
5. Waktu Penyimpanan (Storage Time)
Saftiana et al. (2007) berpendapat bahwa waktu penyimpanan merupakan
aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya, selama produk dan
bahan baku disimpan sebagai persediaan.
Proses produksi yang ideal akan menghasilkan cycle time sama dengan
processing time. Jika proses pembuatan produk menghasilkan cycle
effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat
dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer produk
tersebut tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas bukan penambah
nilai. Sebaliknya, jika proses pembuatan produk menghasilkan cycle
effectiveness kurang dari 100%, berarti proses pengolahan produk masih
mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer, Saftiana et al.
G. Biaya Persediaan Bahan Baku
Putra dan Idayati (2014: 9), mengatakan efisiensi biaya adalah tidak
membuang waktu dan tenaga, tepat sesuai dengan rencana dan tujuan. Cara
meningkatkan efisiensi biaya yaitu dapat dilakukan melakukan dengan melalui
sistem perencanaan yang lebih baik, alat-alat produksi dan berbagai masukan
yang tersedia yang lebih baik dengan berhubungan kerja dan kinerja yang
lebih baik pula dengan menggunakan kebijakan-kebijakan diberbagai bidang
yang tepat. Assauri (2008: 171) menjelaskan, persediaan bahan baku (raw
material stock) adalah persediaan dari barang-barang berwujud yang
digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan
bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Handoko (1999:
336) mengatakan biaya persediaan terdiri dari:
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang terlibat secara langsung dengan
kuantitas persediaan. Biaya-biaya yang termasuk biaya penyimpanan
adalah:
a. Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, pemanas, pendingin);
b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternative pendapatan
atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan);
c. Biaya keusangan;
d. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan;
f. Biaya pajak persediaan;
g. Biaya kerugian akibat pencurian, kerusakan, dan perampokan;
h. Biaya penanganan persediaan.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (order cost atau procurement cost)
Setiap kali suatu barang dipesan, perusahaan menanggung biaya
pemesanan (order cost atau procurement cost). Biaya pemesanan atau
pembelian meliputi:
a. Biaya pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;
b. Upah;
c. Biaya telepon;
d. Pengeluaran surat-menyurat;
e. Biaya pengepakan dan penimbangan;
f. Biaya inspeksi penerimaan;
g. Biaya pengiriman ke gudang.
3. Biaya penyiapan (setup)
Apabila barang-barang tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik
perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi
barang yang dimaksud. Biaya-biaya terdiri dari:
a. Biaya mesin menganggur;
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c. Biaya scheduling;
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost)
Diantara semua biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan,
shortage cost adalah biaya yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini akan
timbul ketika persediaan tidak mencukupi adanya permintaan. Biaya-biaya
yang termasuk didalamnya adalah:
a. Kehilangan penjualan;
b. Kehilangan pelanggan;
c. Biaya pemesanan khusus;
d. Biaya ekspedisi;
e. Selisih harga;
f. Terganggunya operasi dan tambahan pengeluaran kegiatan manajerial.
H. Just-In-TimePurchasing
Pembelian just-in-time (just-in-time purchasing) menurut Hansen dan
Mowen (2009: G-9) merupakan metode pembelian yang mensyaratkan
pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat saat akan
digunakan dalam produksi. Pembelian just-in-time adalah sistem pembelian
penjadwalan pengadaan barang atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat
dilakukan pengiriman atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk memenuhi
permintaan, Putra dan Idayati (2014: 8). Just-in-time purchasing menekankan
pada pengurangan jumlah pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku,
Carter (2009: 353). Just-in-time purchasing telah dikembangkan dengan baik
merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan jumlah yang
diperkirakan akan dibutuhkan selama tiga atau enam bulan ke depan.
I. Jidoka
Artikel dari Landingpress berjudul “Jidoka” (2013) menjelaskan jidoka
merupakan salah satu pilar terpenting dalam sistem produksi Toyota atau
just-in-time. Jidoka dalam bahasa Jepang artinya adalah otomatisasi dan
otonomasi. Otomatisasi adalah mengubah proses manual yang dikerjakan oleh
manusia menjadi proses mesin. Dalam hal ini, yang diotomatisasi hanyalah
operasionalnya, tanpa adanya umpan balik yang dapat mendeteksi kesalahan
dan tidak ada sistem pemberhentian proses bila terjadi kesalahan. Sedangkan
otonomasi adalah mengubah proses manual menjadi proses mesin dengan
menambah pengendalian terhadap produk cacat secara otomatis. Selain
melibatkan beberapa jenis sistem otomatisasi dalam proses mesin, juga
melibatkan pengendalian mutu yang dapat menghentikan proses bila terjadi
cacat atau kesalahan pada proses produksi.
Pengertian jidoka jika dilihat dari sudut pandang sistem produksi Toyota
adalah suatu alat atau sistem yang digunakan untuk mengetahui atau
mendeteksi ketidaknormalan proses dan bisa dikatakan sebagai alat yang
berwenang untuk menghentikan proses produksi jika sesuatu yang abnormal.
Pada mulanya, jidoka dimulai dari sebuah mesin tenun yang dapat otomatis
produksi cacat yang terkirim ke proses berikutnya. Landingpress juga
memaparkan tujuan dari jidoka, yaitu:
1. Menjamin hasil produksi dan mencapai kualitas terbaik
2. Penyederhanaan man power pada proses produksi
3. Mencegah terjadinya down time (kehilangan produktivitas) akibat adanya
kelainan pada proses produksi.
J. Budaya Organisasi
Kreitner dan Kinicki (1995: 532), mengemukakan bahwa budaya
orgainsasi adalah perekat sosial yang mengikat anggota dalam organisasi,
artinya agar suatu karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda antara
orang yang satu dengan orang yang lain dapat disatukan dalam suatu kekuatan
organisasi maka perlu adanya perekat sosial. Kartono (1994: 138),
mengatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada
kelompok-kelompok kerja di perusahaan-perusahaan berasal dari macam-macam sumber,
antara lain: dari stratifikasi kelas sosial asal buruh atau pegawai, dari
sumber-sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri yang
diciptakan oleh majikan, para direktur dan manajer-manajer yang
melatarbelakangi iklim kultur buruh-buruh dalam kelom pok kecil-kecil yang
informal.
Pendapat lain oleh Beach (1993: 12), kebudayaan merupakan inti dari
apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas memberi perintah dan
yang mengatur perilaku anggota. Jadi budaya mengandung apa yang boleh
dilakukan atau tidak boleh dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu
pedoman yang dipakai untuk menjalankan aktivitas organisasi. Pada dasarnya
Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan
setiap invidu yang melakukan aktivitas secara bersama-sama.
K. Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Riyanto (2004), peneliti meneliti kemungkinan
penerapan just-in-time pada Koperasi Tenun Mumbul Kulon Progo. Syarat
just-in-time yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah mengenai layout pabrik,
karyawan, aliran produksi, kanban pull system, pengendalian produk cacat,
ukuran lot produksi, pemeliharaan mesin, pengendalian kualitas, hubungan
dengan pemasok, dan persediaan. Di antara sepuluh syarat yang digunakan
sebagai acuan kemungkinan penerapan just-in-time, hanya satu yang
memenuhi syarat, yaitu hubungan dengan pemasok.
Penelitian oleh Perdana (2006) pada PT Garudafood menghasilkan
bahwa PT Garudafood telah menerapkan metode just-in-time dengan maksud
mengurangi persediaan bahan baku yang rusak karena terlalu lama disimpan
dan diharapkan mampu bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lain
yang serupa. Hasil penelitian menunjukan rata-rata biaya persediaan bahan
baku setelah penerapan metode just-in-time sebesar Rp13.532.031,79 dengan
rata-rata biaya persediaan bahan baku sebelum penerapannya sebesar
diterapkan diperusahaan, karena berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi biaya persediaan bahan baku, meskipun ada keterbatasan dalam
memperoleh bahan baku.
Penelitian oleh Hou et al. (2011), terdapat lima titik kunci yang menjadi
sasaran penelitian, yaitu sistem informasi, perencanaan produksi, manajemen
persediaan, manajemen kualitas, dan manajemen pemasok. Hasil penelitian
tersebut memperlihatkan dalam manajemen persediaan tidak semua bahan
baku nol, ada beberapa bahan baku yang masih dalam persediaan. Sedangkan
hasil lainnya menunjukkan pada manajemen pemasok, sebanyak 40%
pemasok berada dekat dengan pabrik, sedangkan 60% berlokasi agak jauh dari
pabrik. Perusahaan menyeleksi 60% pemasok yang berpotensi menyediakan
bahan baku dengan standar yang baik (kualitas baik dan harga maupun biaya
angkut yang terjangkau).
Penelitian oleh Sari, et al. (2014) pada PT Malang Indah Genteng
Rajawali menghasilkan jumlah biaya yang dapat dihemat jika perusahaan
menerapkan metode just-in-time, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, biaya pemakaian mesin langsung, dan biaya produksi.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berharap perusahaan yang bersangkutan
dapat merapkan sistem produksi just-in-time untuk menghemat keempat biaya
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, peneliti turun langsung ke lokasi
perusahaan untuk mengamati kondisi perusahaan dan mengumpulkan data
mengenai kondisi dan situasi perusahaan untuk mendukung analisis mengenai
kemungkinan penerapan just-in-time, sesuai dengan kondisi dan situasi
perusahaan yang bersangkutan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tempat dan waktu sebagai berikut:
Tempat : PT INDOHAMAFISH
Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana, Bali
Waktu : 23 Januari - 3 Februari 2017
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah pada bagian produksi. Sedangkan objek
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan dikumpulkan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa data mengenai gambaran umum, situasi, budaya perusahaan,
dan kondisi perusahaan sesuai dengan teori mengenai standar metode
just-in-time. Sementara data kuantitatifnya berupa data cycle time (processing time,
moving time, waiting time, inspection time, dan storage time) pada proses
produksi yang digunakan untuk menganalisis efektivitas produksi terhadap
aktivitas tak bernilai tambah (non value added activities) dengan metode MCE
(manufacturing cycle effectiveness). Sumber data diperoleh secara langsung
(data primer) dari lokasi penelitian, yaitu perusahaan yang bersangkutan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian, yaitu perusahaan yang
bersangkutan untuk melakukan pengamatan pada proses produksi ikan
kaleng serta kondisi dan situasi lingkungan perusahaan yang berkaitan
dengan metode just-in-time.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak perusahaan yang
berhubungan langsung dengan proses produksi, yaitu kepada kepala
produksi. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi gambaran
umum perusahaan, informasi mengenai proses produksi, dan deskripsi
3. Dokumentasi
Peneliti melakukan pencatatan data yang diperoleh dari hasil observasi,
berupa pencatatan cycle time (processing time, moving time, waiting time,
inspection time, dan storage time) pada proses produksi.
F. Teknik Analisis Data
1. Membuat tabel sederhana dengan judul kolom “No”, “Kriteria”, “Syarat”,
“Kondisi Perusahaan”, “Analisis Kelayakan”, dan “Layak/Belum Layak”.
2. Memasukan kriteria just-in-time pada kolom “Kriteria” dan diurutkan
berdasarkan bahan baku datang hingga proses selesai, mulai dari pemasok,
persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan karyawan, produksi,
[image:46.595.85.516.204.622.2]kualitas, jidoka, dan persentase manufacturing cycle effectiveness (MCE),
tabel 3.1.
3. Melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan melakukan wawancara
terhadap kepala administrasi dan kepala produksi, maupun bagian lainnya,
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan berhubungan dengan
gambaran umum perusahaan dan kondisi perusahaan mengenai syarat
just-in-time, yaitu pemasok, persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan
karyawan, produksi, kualitas, dan penggunaan jidoka. Pertanyaan diajukan
mengenai segala yang berhubungan dengan pernyataan pada tabel 3.1,
4. Mendeskripsikan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang dimaksud,
berupa gambaran umum, profil perusahaan, proses produksi, dan kondisi
perusahaan.
5. Mengidentifikasi cycle time yang ada pada proses produksi dengan
mencatat komponen cycle time berupa processing time, moving time,
waiting time, inspection time, dan storage time dalam satu kali proses
produksi, kemudian menghitung MCE (manufacturing cycle effectiveness)
dengan rumus sebagai berikut (Mulyadi, 2007: 278-279):
Cycle Time = Processing Time + Inspection Time + Moving Time + Waiting Time +
Storage Time
��� = Processing TimeCycle Time � %
MCE yang ideal adalah sama dengan 1 atau 100%, yaitu perusahaan dapat
menghilangkan waktu dari aktivitas tak bernilai tambah. Namun jika
kurang dari 1 atau 100%, menunjukkan bahwa dalam proses produksi
masih ada aktivitas tak bernilai tambah. Processing time mewakili
aktivitas bernilai tambah (value added activities), sedangkan moving time,
witing time, inspection time, dan storage time mewakili aktivitas tak
bernilai tambah (non value added activities)
6. Memasukkan deskripsi hasil wawancara dan hasil perhitungan persentase
7. Menganalisis kondisi perusahaan mengenai kemungkinan kelayakan
just-in-time yang dapat diterapkan pada perusahaan pada kolom “Analisis
Kelayakan”.
8. Memberi keterangan “Layak/Belum layak” berdasarkan hasil analisis pada
setiap item standar pada kolom.
9. Membuat kesimpulan, apakah perusahaan yang bersangkutan layak atau
belum layak menerapkan just-in-time sesuai dengan kondisi perusahaan
31
Tabel 3.1: Analisis Kelayakan Penerapan Just-in-time
No Kriteria Syarat* Kondisi
Perusahaan Analisis Kelayakan
Layak/ Belum layak
1 Pemasok
Penghilangan aktivitas yang tidak perlu. Jika ada pemasok yang baik, maka aktivitas penerimaan dan inspeksi berikutnya tidak diperlukan.
Penghapusan persediaan di pabrik. Bahan baku dikirimkan dalam lot kecil secara langsung ke unit produksi yang akan menggunakannya ketika dibutuhkan. Penghilangan para pemasok yang lemah. Perusahaan mengurangi jumlah pemasok dan meningkatkan komitmen jangka panjang pada sedikit pemasok yang andal.
2 Persediaan
Pembelian persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah yang kecil, namun dengan frekuensi pemesaanan yang tinggi. Barang (bahan baku) tiba hanya pada saat diperlukan dengan jumlah yang tepat. Hanya dibutuhkan tempat yang kecil untuk persediaan bahan baku.
32
No Kriteria Syarat* Kondisi
Perusahaan Analisis Kelayakan
Layak/ Belum layak
3 Tata Letak
Sebuah lini produksi harus dirancang dengan titik penyerahan (bahan baku) di dekat lini produksi tersebut, sehingga material tidak perlu dikirimkan terlebih dahulu ke departemen penerimaan di tempat lain dalam pabrik, kemudian dipindahkan lagi.
Penataan letak yang baik akan mengurangi jarak, sehingga dapat menghemat ruang dan menghapuskan area potensial untuk persediaan yang tidak dikehendaki.
Penataan letak yang baik akan mengurangi bergeraknya orang dan material.
Mesin yang diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam sebuah sel manufaktur.
4 Penjadwalan
Persediaan bahan baku dipindahkan hanya pada saat dibutuhkan.
33
No Kriteria Syarat* Kondisi
Perusahaan Analisis Kelayakan
Layak/ Belum layak
5 Pemberdayaan Karyawan
Perusahaan tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga dapat mengambil keuntungan yang berasal dari investasi dengan memperkaya pekerjaan.
Seluruh karyawan pada bagian produksi dituntut untuk mampu mengoperasikan seluruh mesin yang ada.
Karyawan diharapkan mampu untuk bekerja dalam tim yang melibatkan kombinasi dari berbagai talent dan sharing pengetahuan, skill problem solving, ide, dan pencapaian dari suatu tujuan.
Karyawan cenderung bertahan dalam satu perusahaan dalam waktu yang lama yang mengakibatkan terbukanya peluang bagi mereka untuk meningkatkan skill.
6 Produksi
Aktivitas produksi dilakukan hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti. Jadi aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan pasar.
7 Kualitas
34
No Kriteria Syarat* Kondisi
Perusahaan Analisis Kelayakan
Layak/ Belum layak
7 Kualitas
Penghematan terjadi karena sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan, dan biaya kerusakan terkubur dalam persediaan barang jadi.
JIT menyusutkan antrian dalam lead time.
8 Jidoka
Otomatisasi dari tenaga manusia (manual) menjadi tenaga mesin.
Otonomasi dari tenaga manusia (manual) menjadi tenaga mesin terhadap pengendalian barang cacat.
9
Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
Persentase MCE mencapai angka 100% atau mendekati 100%. MCE mewakili efektivitas produksi melalui cycle time.
*syarat diperoleh berdasarkan teori yang penulis paparkan pada Tinjauan Pustaka dengan adanya modifikasi sesuai dengan kondisi perusahaan
Keterangan:
1) Pemasok: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005)
2) Persediaan: syarat dikutip dari Saputra et al. (2014), Heizer dan Render (2005), dan Putra dan Idayati (2014) 3) Tata Letak: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005) dan Supriyono (2002)
4) Penjadwalan: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005) dan artikel Lean Manufacturing-Lean Service ”Konsep Kanban” (2016)
5) Pemberdayaan Karyawan: syarat dikutip dari artikel Lean Manufacturing-Lean Service ”Sekilas tentang Just-in-time” (2016) dan
Supriyono (2002)
6) Produksi: syarat dikutip dari Supriyono (2002)
7) Kualitas: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005)
8) Jidoka: syarat dikutip dari artikel Landingpress “Jidoka” (2013)
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah
Dua puluh delapan tahun silam, tepatnya pada tanggal 10 Maret
1989, PT Indohamafish berdiri. Berlokasi di tepi pantai barat Pulau Bali,
Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana, pada mulanya menjalankan usaha di bidang pembuatan tepung
ikan. Berluaskan tanah 3,5 hektar, berdiri dua bangunan yang terdiri dari
bangunan kantor dan bangunan pabrik, dengan Akta Pendirian No. 19
tertanggal 27 Juni 1989. Pada masa itu, perusahaan masih berbentuk CV
(Commanditaire Vennootschap/ Persekutuan Komanditer) dan pada tahun
1995 perusahaan resmi menjadi PT (Perseroan Terbatas).
Setelah resmi berbentuk PT, PT Indohamafish membentangkan
sayapnya dengan memproduksi sarden (ikan berkemasan kaleng) dengan
beberapa merek, antara lain Atan, Atlantik, Fishing, Benua, Otan,
Olympic, Indofish, Kaban, Vego, dan ACC yang khusus dipasarkan di
dalam negeri. Selain dalam negeri, area pemasaran juga mencakup luar
negeri, seperti Congo, Ghana, dan Afrika Selatan, dengan merek Africa
Queen, Janus, Extra, dan Apollo.
Demi menjaga kualitas produk, diperlukan bahan baku berupa ikan
yang segar, sehingga perusahaan memproduksi es batu sendiri yang
bertujuan sebagai bahan penolong untuk mengawetkan ikan sebelum
diproduksi. Selain untuk pemakaian sendiri, perusahaan juga melayani
penjualan es batu untuk nelayan yang digunakan sebagai pengawet ikan
dalam perahu, agar ikan tidak mengalami pembusukan selama berlayar.
2. Profil Perusahaan
PT Indohamafish beralamatkan di Jln. Gatot Kaca No. 86, Dusun
Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana,
Bali. Perusahaan pengalengan ikan ini terletak kurang lebih 102 km dari
Kota Denpasar. Terdapat 13 perusahaan pengalengan ikan di kawasan
Desa Pengambengan, membuat PT Indohamafish tak gentar bersaing.
Kepuasan konsumen merupakan prioritas utama perusahaan dan senantiasa
menjaga kualitas produk melalui sistem yang baik. PT Indohamafish telah
mengimplementasikan sistem keamanan pangan HACCP (Hazard Analysis
bahan pangan pada proses produksi. PT Indohamafish juga mengantongi
sertifikat Halal dan ISO 9000 mengenai standar kualitas dan desain
produk.
Gambar 4.2: Jarak dari Kota Denpasar ke PT Indohamafish
a. Visi
PT Indohamafish memiliki visi “Dengan menghasilkan produk yang
aman untuk dikonsumsi, perusahaan akan menjadi perusahaan yang
kuat yang tumbuh dalam industri pengalengan ikan di tingkat Nasional
maupun Internasional”.
b. Misi
1) Menerapkan jaminan mutu keamanan pangan dalam proses
2) Monitoring dan dokumentasi dengan berpedoman pada
implementasi HACCP dan Halal sehingga perusahaan dapat
memasarkan produk-produk olahan ikan/pengalengan ikan dengan
memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh;
3) Menjadikan masyarakat menjadi gemar makan ikan untuk
meningkatkan asupan gizi, guna kecerdasan bangsa dengan tidak
meninggalkan aspek kelestarian lingkungan hidup.
c. Nilai-nilai Perusahaan
1) Menempatkan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama;
2) Bekerja secara professional untuk menghasilkan produk yang
aman, bermutu, legal, dan memberikan pelayanan yang prima;
3) Mengutamakan keselamatan kerja, pelestarian lingkungan, serta
memberdayakan masyarakat disekitar lingkungan.
d. Budaya Perusahaan
1) Disiplin
2) Kerja Keras
3) Kreatif
3. Struktur Organisasi
[image:57.595.86.509.120.618.2]
Gambar 4.3: Struktur organisasi STRUKTUR ORGANISASI
PT INDOHAMAFISH JEMBRANA, BALI
Direktur
Factory Manager/Ketua Tim Keamanan Pangan
Pengadaan Quality Administrasi
Assurance
Produksi Teknik & Sipil
4. Karyawan
PT Indohamafish membagi karyawan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Karyawan Bulanan
Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap dengan
perhitungan gaji secara bulanan. Karyawan bulanan meliputi karyawan
struktural dan satpam/security perusahaan. Jumlah dari karyawan
bulanan adalah 40 orang.
b. Karyawan Harian
Karyawan harian merupakan tenaga kerja semi tetap dengan
perhitungan gaji secara harian. Karyawan harian meliputi karyawan
yang mengerjakan pekerjaan pabrik maupun kantor dibawah
pengawasan karyawan bulanan. Jumlah dari karyawan harian adalah
102 orang.
c. Karyawan Borongan
Karyawan borongan merupakan tenaga kerja yang turun
langsung melakukan pekerjaan selama proses produksi, seperti
menggunting ikan, mencuci ikan, dan mengelap kaleng. Karyawan
borongan dipekerjakan ketika pabrik mengadakan kegiatan produksi.
Upah karyawan borongan diperhitungkan secara harian. Ketika pabrik
sedang tidak melakukan kegiatan produksi, karyawan boronganpun
tidak bekerja. Jumlah dari karyawan borongan adalah 35 orang untuk
karyawan yang bertugas mengelap atau membersihkan kaleng sebelum
dan mencuci ikan, dan 40 orang untuk karyawan yang bertugas
mengisi kaleng dengan ikan.
5. Layout
Dua bangunan utama berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar milik PT
Indohamafish, yaitu bangunan pabrik dan bangunan kantor. Lokasinya
tepat di tepi pantai membuat perusahaan mudah membeli ikan segar hasil
tangkapan nelayan. Berikut adalah layout perusahaan PT Indohamafish:
G a m b a r
4 . 2
[image:59.595.83.511.250.732.2]L a y o u
B. Deskripsi Produk
1. Jenis dan Merek
PT Indohamafish bergerak di bidang usaha pengalengan ikan yang
berasal dari ikan segar hasil tangkapan nelayan lokal yang merupakan
supplier tetap dan nelayan luar yang melakukan pelelangan ikan di TPI
(Tempat Pelelangan Ikan), sehingga mengurangi kemacetan produksi
[image:60.595.85.512.249.623.2]karena kurangnya persediaan bahan baku ikan.
Gambar 4.5: Macam-macam merek produk
a. Jenis Produk
Bahan baku ikan yang digunakan berupa ikan lemuru, ikan
tembang, dan ikan makarel. Ada tiga kemasan ikan kaleng yang di
produksi oleh PT Indohamafish, yaitu kemasan sarden 125 gram,
sarden 155 gram, dan kemasan makarel dan sarden 425 gram.
Kemasan 155 gram dan 425 gram memiliki merek berbeda-beda
dengan varian berbeda juga, yaitu sarden saus tomat, sarden saus cabai,
kemasan sarden 125 gram yang merupakan produk ekspor dengan
merek yang juga bermacam-macam yang disajikan dengan dua varian,
yaitu sarden dengan saus tomat atau cabai dan sarden dengan minyak
sayur. Berat bersih ikan tidak termasuk saus/minyak.
b. Merek Produk
1) Sarden dalam Kemasan 125 gram
Sarden dalam kemasan kaleng 125 gram berisi 2-3