• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan penerapan just in time pada proses produksi ikan kaleng (studi kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan penerapan just in time pada proses produksi ikan kaleng (studi kasus pada PT Indohamafish Jembrana)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)

Ketua

Sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 15 JuniZAlT

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

niversitas Sanata Dharma

(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

For the one who has conquered the mind, the mind is the best of friends. But for one who has failed to do so, his very mind will be his greatest enemy.

Bhagavad Gita, Chapter 6-6

Kupersembahkan untuk:

Papa dan Mama tercinta, Kakak dan seluruh keluarga besar,

(6)

t

uNrVpnsrrAs

sANATA DHARMA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

-

PROGRAM STUDI AKUNTNASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN,TU,ST-IN- TIME

PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal l5 Juni 2071 adalahhasil karya saya. Dengan

ini

saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil

dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan fulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan

orang lain tanpa menrberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan

ini

saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ljazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta,3|

luh20l7

Yang membuat pemyataan,

(7)

: Kadek Shindyana Primawardhani Agusta

Nornor Mahasisr.va : 132114192

Derni pengembangan ihnu pengetahuan. saya memberikan kepada Pcrpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN

"TU^ST-INT- TIME

PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak

untuk

menyimpan,

mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta tzin dari saya untuk memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Yogyakrlta

Pada tanggal 3

i

.Iuli 2017

Yang rnenyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kontribusi berupa masukan-masukan yang berguna pada saat penulis mengerjakan skripsi.

5. Nicko Kornelius Putra, M.Si., yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Ignatius Aryono Putranto, M.Acc., Ak. yang telah memberikan

masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 7. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah

membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

(9)

viii

9. Bapak Putu Eka Yastika selaku Administrasi ISO, Ibu Eny Diah selaku

Kepala Quality Assurance, Bapak Eko Rahadian selaku Kepala Produksi, dan seluruh karyawan PT Indohamafish Jembrana. Terimakasih kepada PT Indohamafish Jembrana yang telah berkenan memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.

10.Mama dan Papa, yang selalu sabar membimbing, memberikan kasih

sayang, menghibur disaat putus asa, dan mendukung segala keputusan saya. Saya ada di dunia ini karena cinta kalian.

11.Kakak, Gede Kharisma Primawardhana Agusta, yang telah menjadi kakak

yang luar biasa yang senantiasa memberi semangat dan dukungan lewat candaan yang sangat menghibur saya.

12. Keluarga besar Mama dan Papa, untuk segala bentuk dukungan,

semangat, motivasi, hiburan dan doa kalian.

13.Paman dan Bibi yang telah menyayangi dan mengurus saya selama saya berada di Yogyakarta.

14.Kakak-kakak kos yang telah lulus lebih dulu, Veronica Anggri Puspita dan Maharani Pratiwi, yang telah memberikan semangat dan senantiasa menjaga saya selama kita tinggal di kos yang sama, hingga sampai saat ini kalian masih memberikan saya dukungan untuk segera menyelesaikan studi.

15.Complices (Katarina Vivi Denniati, Restianti Ismail Tandi, Alvionita Patricia, Melchior Eugenndori Gare, Thomas Andika Permana, David Julian Nggebu, dan Evan Dika Pratama), persahabatan terindah kita sejak duduk di bangku semester satu hingga kini tidak akan pernah saya lupakan. Terimakasih sekali lagi atas segala yang telah kita lewati bersama, suka duka kita, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, hingga kini kita menghadapi skripsi kita masing-masing.

(10)

17. Teman-teman kelas D Akuntansi 2013 yang selalu berbagi talva, cancla,

dan kenangan indah kebersamaan

kita,

serta masukan-masukarl yang berarti <lalam pcnulisan sklipsi ini.

18. Teman-teman Kelas MPAT I, terimakasih atas masukan, dinamika, clan

kebersamaannya selama ini.

i9. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013 yang selalu berbagi ilmu yang benlanfaat.

20. Serla semua pihak yang suclith membantu selarna penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahlva skripsi ini rlasih ada kekurangan, oleh kareua itu

penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini clapat bemrantaat bagi pembaca.

Yogyakarta,3I Juh2017

Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..vi

HALAMAN KATA PENGANTAR………..vii

HALAMAN DAFTAR ISI………..x

HALAMAN DAFTAR TABEL………..…….xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR………..xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN………xv

ABSTRAK………..………..xvi

ABSTRACT……….xvii

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Rumusan Masalah………..…3

C. Tujuan Penelitian………...………4

D. Manfaat Penelitian……….4

E. Sistematika Penulisan……….…5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….….6

A. Studi Kelayakan……….6

B. Pengertian Just-in-time……….…….7

C. Perbandingan Sistem Just-in-time dan Tradisional…………..12

D. Tujuan Just-in-tiime ………14

(12)

xi

F. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) ……….16

G. Biaya Persediaan Bahan Baku.………19

H. Just-in-time Purchasing ………..21

I. Jidoka ………..22

J. Budaya Organisasi………...23

K. Penelitian Terdahulu………24

BAB III METODE PENELITIAN………..26

A. Jenis Penelitian……….26

B. Tempat dan Waktu Penelitian………..26

C. Subjek dan Objek Penelitian………26

D. Jenis dan Sumber Data……….27

E. Teknik Pengumpulan Data………...…27

F. Teknik Analisis Data………28

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………..35 A. Deskripsi Perusahaan………...……35

1. Sejarah………35

2. Profil Perusahaan………...…36

3. Struktur Organisasi………39

4. Karyawan………...40

5. Layout ………41

B. Deskripsi Produk………..42

1. Jenis dan Merek………..42

2. Produksi………..44

3. Area Pemasaran………..52

C. Budaya Organisasi………...…53

1. Disiplin………...…53

2. Kerja Keras………54

3. Kreatif………54

(13)

xii

D. Dampak Lingkungan………55

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN………..56

A. Deskripsi Data……….…….56

1. Pemasok……….……57

2. Persediaan……….…….61

3. Tata Letak……….…….64

4. Penjadwalan……….……..67

5. Pemberdayaan Karyawan………...67

6. Produksi………..69

7. Kualitas………..……69

8. Jidoka ………70

9. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) …………...…71

B. Analisis dan Pembahasan……….90

BAB VI PENUTUP………109

A. Kesimpulan………109

B. Keterbatasan Penelitian………..…109

C. Saran………...110

DAFTAR PUSTAKA………..112

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Perbedaan Metode Just-in-time dan Tradisional………12

TABEL 3.1 Analisis Kemungkinan Penerapan Just-in-time (belum terisi)……...31

TABEL 5.1 Ukuran Kaleng Setiap Kemasan………72

TABEL 5.2 Kapasitas Mesin Precooking ……….72

TABEL 5.3 Kapasitas Mesin Sauce & Oil Filling ………73

TABEL 5.4 Kapasitas Mesin Seamer ………...74

TABEL 5.5 Kapasitas Mesin Retort ……….74

TABEL 5.6 Waktu Proses Ukuran Kemasan 125 gram……….75

TABEL 5.7 Waktu Proses Ukuran Kemasan 155 gram……….78

TABEL 5.8 Waktu Proses Ukuran Kemasan 425 gram……….81

TABEL 5.9 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 125 gram………...84

TABEL 5.10 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 155 gram……….85

TABEL 5.11 Waktu Pemindahan Ukuran Kemasan 425 gram……….86

TABEL 5.12 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 125 gram………..88

TABEL 5.13 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 155 gram………..88

TABEL 5.14 Jumlah Waktu Ukuran Kemasan 425 gram………..88

TABEL 5.15 Persentase Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE) …………...89

TABEL 5.16 Analisis Kemungkinan Penerapan Just-in-time (telah terisi)……...91

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 4.1 Lokasi PT Indohamafish………35

GAMBAR 4.2 Jarak dari Kota Denpasar ke PT Indohamafish……….37

GAMBAR 4.3 Struktur Organisasi………39

GAMBAR 4.4 Tata Letak Perusahaan………...41

GAMBAR 4.5 Macam-macam Merek Produk………..42

GAMBAR 5.1 Bangunan Pabrik PT Indohamafish………..56

GAMBAR 5.2 Persediaan Kaleng yang Akan Digunakan untuk Memproduksi Kemasan Ukuran 425 gram………...59

GAMBAR 5.3 Gudang Penyimpanan Kaleng………..62

GAMBAR 5.4 Tata Letak Perusahaan dan Mesin………65

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian………116

LAMPIRAN 2 Produksi Ikan Kaleng Tahun 2016………..121

LAMPIRAN 3 Layout Perusahaan………...134

(17)

xvi

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN PENERAPAN JUST-IN-TIME PADA PROSES PRODUKSI IKAN KALENG (Studi Kasus pada PT Indohamafish Jembrana)

Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan penerapan metode just-in-time pada proses produksi ikan kaleng. Penelitian dilakukan di PT Indohamafish yang bergerak di bidang industri pengalengan ikan. Pabrik akan berproduksi sesuai dengan ketersediaan bahan baku ikan.

Metode just-in-time biasa disebut sebagai sistem produksi tepat waktu dengan mengacu pada produksi tanpa persediaan. Analisis dilakukan berdasarkan kondisi dan budaya perusahaan dari segi pemasok, persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan karyawan, produksi, kualitas, persentase manufacturing cycle effectiveness (MCE), dan penggunaan jidoka. Pengumpulan data dan informasi menggunakan tiga cara, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan analisis, diketahui bahwa perusahaan belum layak menerapkan metode just-in-time. Ketidaklayakan disebabkan oleh persediaan bahan baku yang selalu ada di gudang. Hal ini dikarenakan tidak mengikuti jadwal produksi dan pembelian persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah yang besar. Kecuali hal tersebut, perusahaan juga menghasilkan produk dalam ukuran lot besar, serta penataan letak gudang penyimpanan kaleng yang berada di luar kawasan bangunan pabrik.

Kata kunci: just-in-time, proses produksi, syarat just-in-time, kondisi perusahaan,

(18)

xvii

ABSTRACT

ANALYSIS OF JUST-IN-TIME APPLICATION FEASIBILITY IN THE PRODUCTION PROCESS OF FISH CANNED

(Case Study at PT Indohamafish Jembrana)

Kadek Shindyana Primawardhani Agusta 132114192

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

This study aims to analyze the feasibility of applying just-in-time method in the process of canned fish production. The research was conducted at PT Indohamafish which is engaged in fish canning industry. The plant will operate in accordance with the availability of fish raw materials.

The just-in-time method is commonly referred to as a timely production system with reference to production without inventory. The analysis is based on the company's condition and culture in terms of supplier, inventory, layout, scheduling, employee empowerment, production, quality, percentage of manufacturing cycle effectiveness (MCE), and use of “jidoka”. The collection of data and information using three ways, namely observation, interviews, and documentation.

Based on the analysis, it is known that the company is not yet feasible to apply the just-in-time method. The inadequacy is caused by the raw material inventory that is always in the warehouse. This is caused by the production schedule and the purchase of raw material inventory in large quantities. Except that, the company also operates in large lot production, as well as the location of can warehouse is outside the factory building area.

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan dalam dunia bisnis akan menuntut setiap perusahaan untuk

memiliki keunggulan tersendiri agar mampu bersaing dengan perusahaan lain

pada level yang sama. Level yang sama dalam artian adalah perusahaan yang

sejenis, seperti halnya antar perusahaan manufaktur dengan barang hasil

produksi yang manfaatnya sama. Kesamaan manfaat dari barang hasil

produksi inilah yang akan mendorong perusahaan untuk lebih memajukan

produknya dalam hal kualitas dan harga yang terjangkau agar lebih terlihat

baik di mata pelanggan. Kotler dan Keller (2009:19) mengatakan, konsumen

menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, atau fitur inovatif

terbaik.

Pada umumnya, perusahaan akan menarik hati para pelanggan untuk

mendapatkan laba setinggi-tingginya dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Namun tidak hanya dari segi kualitas dan harga yang relatif bersahabat dengan

konsumen, tetapi dalam proses yang menghasilkan barang untuk konsumen

tersebut, perusahaan juga dapat mengoptimalkan produksi sehingga dengan

biaya yang relatif rendah dapat menghasilkan barang produksi yang bernilai

tinggi di mata konsumen. Seperti halnya sistem produksi just-in-time yang

hanya memproduksi barang tepat pada saat bahan baku tersedia. Bahan baku

diproses langsung ketika datang tanpa melewati proses penyimpanan. Produk

(20)

dalam antrian, dan produk cacat tidak memberi nilai tambah, dianggap

pemborosan. Aktivitas apapun yang tidak memberi nilai tambah dari suatu

produk dari sisi pandang pelanggan merupakan pemborosan, Heizer dan

Render (2005: 259).

Ohno (1978: 4) berpendapat just-in-time berarti bahwa dalam suatu

rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba

pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah

yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk mencapai produksi yang tepat waktu

dan sesuai dengan permintaan pasar, diperlukan suatu metode agar

kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan dapat mencapai tujuan tersebut.

Dengan menerapkan metode just-in-time ini, maka diharapkan perusahaan

dalam proses produksinya akan memiliki biaya yang rendah, harga jual yang

murah, kualitas yang baik, dan kemampuan ketepatan waktu pengiriman

kepada pelanggan, Putra dan Idayati (2014: 2).

Di negara asalnya, Jepang, metode just-in-time diperkenalkan pertama

kali pada produksi mobil perusahaan Toyota, oleh Taichi Ohno. Maka, metode

just-in-time juga dikenal dengan sistem produksi Toyota (Toyota Production

System/TPS). Selain just-in-time, juga diperkenalkan Jidoka, yang berarti

otomatisasi (mengubah proses manual, yang semulanya dikerjakan oleh

manusia, menjadi proses mesin) dan otonomisasi (mengubah proses manual,

yang semulanya dikerjakan oleh manusia, menjadi proses mesin dengan

menambah pengendalian terhadap barang produksi yang cacat secara

(21)

mengurangi variabilitas. Variabilitas adalah segala penyimpangan yang

berasal dari proses optimal yang mengirimkan produk sempurna secara tepat

waktu setiap saat, Heizer dan Render (2005:259).

Penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Penerapan Just-In-Time pada Proses Produksi Ikan Kaleng: Studi Kasus Pada PT Indohamafish

Jembrana” akan menguraikan mengenai kelayakan penerapan metode

just-in-time pada proses produksi ikan kaleng perusahaan yang bersangkutan. Pada

umumnya, metode just-in-time digunakan pada perusahaaan perakitan seperti

alat elektronik dan pembuatan kendaraan bermotor. Namun dengan penelitian

ini, peneliti ingin mengetahui apakah metode just-in-time dapat diterapkan di

industri pengalengan makanan dan dapat membantu mengurangi masalah

persediaan (bahan baku maupun barang jadi) yang menjadi salah satu kunci

utama dari just-in-time, seperti pada penelitian Perdana (2006) yang

menunjukkan PT Garudafood menjalankan metode just-in-time untuk

mengatasi kelebihan persediaan bahan baku yang terlalu lama disimpan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perusahaan

yang dijadikan lokasi penelitian, maupun para akademisi untuk dijadikan

literatur dan referensi pada penelitian berikutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah metode just-in-time dapat

(22)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui kelayakan penerapan metode just-in-time pada

proses produksi ikan kaleng.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah

koleksi literatur perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan, khususnya pada bagian

produksi untuk mengetahui kelayakan penerapan just-in-time pada proses

produksi ikan kaleng.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada para

akademisi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dalam penelitian

dimasa yang akan datang, serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi,

khususnya di bidang akuntansi mengenai just-in-time, khususnya pada

(23)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi enam bab. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan mengenai pustaka teori dan penelitian

terdahulu sebagai acuan dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, sumber data dan

teknik pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan

sebagai sumber data dalam penelitian.

Bab V Pembahasan dan Analisis Data

Bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian berupa

pembahasan berdasarkan analisis data.

Bab VI Penutup

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian,

keterbatasan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Kelayakan

Bentuk studi kelayakan disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan,

misalnya untuk apa studi kelayakan itu dibuat. Studi kelayakan yang akan

dilakukan secara benar akan menghasilkan laporan yang komperhensif

mengenai kelayakan suatu proyek/bisnis yang akan didirikan dan

dikembangkan serta kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi.

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan

keuntungan atau kerugian, (Subagyo, 2007: 4).

Subagyo (2007: 15) juga menjelaskan, jika suatu kelayakan

merekomendasikan bahwa proyek yang akan dikerjakan tidak layak,

sebaiknya proyek tersebut dihentikan. Apabila ingin dilanjutkan, harus

melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang dinilai belum atau tidak

layak. Di sinilah fungsi studi kelayakan bagi suatu investasi, yaitu untuk

mendeteksi keadaan proyek sebelum melaksanakan investasi serta

memproyeksi dan mengestimasi keadaan proyek di masa yang akan datang.

Adapun manfaat studi kelayakan bagi penganalisa, yaitu memberikan

pengetahuan tentang cara berpikir secara sistematis dalam menghadapi suatu

masalah dan mencari jawabannya, menerapkan berbagai disiplin ilmu yang

telah dipelajari sebelumnya dan menjadikannya sebagai alat bantu dalam

pengukuran, penilaian, maupun pengambilan keputusan, dan sebagai

(25)

B. Pengertian Just-in-time

Ohno (1978: 4) berpendapat just-in-time berarti bahwa dalam suatu

rangkaian proses produksi, suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba

pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan dan hanya dalam jumlah

yang diperlukan. Sedangkan Carter (2009: 348) menguraikan just-in-time

(JIT) merupakan filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui

eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan komponen sebaiknya tiba di

lokasi kerja pada saat dibutuhkan dan tepat waktu. Produk sebaiknya

diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan yang menginginkannya dengan tepat

waktu. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan kebutuhan akan

tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Carter juga menjelaskan, aspek

yang paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan

barang dalam proses (work in process–WIP) dan bahan baku. Kebanyakan

tulisan mengenai JIT berkonsentrasi pada satu aspek ini, yang disebut dengan

produksi tanpa persediaan (stockless production), produksi ramping (lean

production), atau produksi dengan persediaan nihil (zero inventory

production/ZIP).

Heizer dan Render (2005) memperkenalkan aplikasi JIT dengan para

pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, kualitas, dan pemberdayaan

(26)

1. Pemasok

Kemitraan JIT (JIT partnership) ada ketika pemasok dan pembeli

bekerja sama dengan sebuah sasaran bertimbal balik untuk menghilangkan

pemborosan dan menekan biaya. Ada empat sasaran kemitraan JIT

menurut Heizer dan Render (2005: 262), yaitu:

a. Penghilangan aktivitas yang tidak perlu

Jika ada pemasok yang baik, maka aktivitas penerimaan dan inspeksi

berikutnya tidak diperlukan.

b. Penghapusan persediaan di pabrik

Bagian atau komponen harus dikirimkan dalam lot kecil secara

langsung ke departemen yang akan menggunakannya ketika

dibutuhkan.

c. Penghapusan persediaan yang transit

Departemen pembelian modern saat ini menunjukkan pengurangan

persediaan dalam transit dengan cara memberikan harapan kepada para

pemasok dan calon pemasok untuk mengambil lokasi di dekat

bangunan pabrik dan melakukan pengiriman kecil yang sering.

d. Penghilangan para pemasok yang lemah

Ketika sebuah perusahaan mengurangi sejumlah pemasok, maka

berarti meningkatkan komitmen jangka panjang. Demi memperoleh

kualitas dan keandalan yang terus meningkat, penjual dan pembeli

(27)

2. Tata Letak JIT

Tata letak JIT (JIT layout) mengurangi bentuk lain pemborosan,

yaitu pergerakan dan perpindahan. Sebuah lini perakitan harus dirancang

dengan titik penyerahan didekat lini perakitan tersebut, sehingga material

tidak perlu dikirimkan terlebih dahulu ke departemen penerimaan di

tempat lain dalam pabrik, kemudian dipindahkan lagi. Penataan letak yang

baik akan mengurangi jarak, sehingga dapat menghemat ruang dan

menghapuskan area potensial untuk persediaan yang tidak dikehendaki.

Penataan letak yang baik juga akan mengurangi bergeraknya orang dan

material.Penanganan bahan baku tidak dipusatkan melainkan tersebar

dibeberapa titik pelayanan yang dekat dengan setiap sel manufaktur.

3. Persediaan

Heizer dan Render (2005: 266) menjelaskan, persediaan just-in-time

(just-in-timeinventory) adalah persediaan minimum yang diperlukan untuk

menjaga agar suatu sistem dapat berjalan dengan sempurna. Putra dan

Idayati (2014) menjelaskan, bahwa hanya dibutuhkan tempat yang kecil

untuk persediaan. Dengan persediaan just-in-time, barang tiba hanya pada

saat diperlukan dengan jumlah yang tepat. Kunci menuju JIT adalah

menghasilkan produk yang baik dalam ukuran lot kecil. Mengurangi

ukuran lot bisa menjadi bantuan utama dalam mengurangi persediaan dan

biaya persediaan. Pembelian persediaan dilakukan dalam jumlah yang

kecil, namun dengan frekuensi pemesaanan yang tinggi, Saputra et al.

(28)

4. Penjadwalan

Penjadwalan yang lebih baik meningkatkan kemampuan untuk

memenuhi pesanan pelanggan, menurunkan persediaan dengan

menjadikan ukuran lot yang lebih kecil, dan mengurangi barang setengah

jadi. Jadwal bertingkat (level schedules) memproses lot kecil yang sering,

dan bukan beberapa lot yang besar. Persediaan dipindahkan hanya pada

saat dibutuhkan, maka hal ini dikenal sebagai “sistem tarik”. Jepang

menyebut sistem ini sebagai kanban. Kanban adalah kata dalam bahasa

Jepang yang berarti kartu. Kegunaan kartu kanban adalah untuk

memberikan isyarat akan kebutuhan kontainer berikutnya. Penjadwalan

yang tepat akan membuat produk siap sedia dan berjalan berantai sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan agar tidak terjadi oversupply dan produksi

hanya dilakukan sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah pesanan pelanggan

(Lean Manufacturing-Lean Service, Konsep Kanban, 2016).

5. Kualitas

Heizer dan Render mengatakan hubungan antara JIT dan kualitas

sangat kuat. Keterkaitannya terdapat dalam tiga cara. Pertama, JIT

memotong biaya perolehan kualitas yang baik. Penghematan terjadi karena

sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan, dan biaya kerusakan terkubur

dalam persediaan.

Kedua, JIT meningkatkan kualitas karena JIT menyusutkan antrian

dalam lead time, maka JIT mempertahankan bukti kesalahan tetap segar

(29)

kualitas yang lebih baik berarti lebih sedikit penyangga yang diperlukan.

Oleh karena itu, bisa terdapat sistem JIT yang lebih baik, yang lebih

mudah dilaksanakan. Jika terdapat kualitas yang konsisten, maka JIT

memungkinkan perusahaan untuk mengurangi semua biaya yang

berhubungan dengan persediaan. Dalam menjaga kualitas barang hasil

produksi, bahan baku yang siap diproses tidak disimpan, tetapi langsung

diproses untuk menghindari dari kerusakan saat disimpan, dan termasuk

untuk meniadakan biaya penyimpanan.

6. Pemberdayaan Karyawan

Karyawan yang diberdayakan dapat membawa keterlibatan mereka

untuk menghadapi permasalahan operasional harian yang merupakan

filosofi just-in-time. Supriyono (2002: 68) memaparkan pada JIT produksi,

seluruh karyawan pada bagian produksi dituntut untuk mampu

mengoperasikan seluruh mesin yang ada. Perusahaan tidak hanya

memberikan pelatihan dan melakukan pelatihan secara bersilang, tetapi

juga dapat mengambil keuntungan yang berasal dari investasi dengan

memperkaya pekerjaan. Sebuah artikel dari Lean Manufacturing-Lean

Service yang berjudul “Sekilas tentang Just-in-time” menjelaskan, bahwa

karyawan cenderung bertahan dalam satu perusahaan dalam waktu yang

lama. Hal ini membuka peluang bagi mereka untuk meningkatkan skill dan

kemampuan sambil menawarkan banyak keuntungan kepada perusahaan.

(30)

melibatkan kombinasi dari berbagai talent dan sharing pengetahuan, skill

problem solving, ide, dan pencapaian dari suatu tujuan.

C. Perbandingan Sistem Just-in-time dan Tradisional

Perbandingan antara pemanufakturan just-in-time dengan

pemanufakturan tradisional menurut Supriyono (2002: 68) adalah sebagai

[image:30.595.87.513.198.635.2]

berikut:

Tabel 2.1: Perbedaan Metode Just-in-time dan Tradisional

No Faktor Pembeda Just-In-Time Tradisional

1 Karakteristik Pull-through system Push-through system

2 Kuantitas persediaan Sedikit Banyak

3 Struktur manufaktur Sel manufaktur Struktur departemen

4 Kualifikasi tenaga kerja Multidisiplin Spesialis

5 Kebijakan kualitas Pengendalian mutu Toleransi produk

cacat

6 Fasilitas jasa Tersebar Terpusat

1. Karakteristik

Karakteristik pada sistem tradisional melakukan aktivitas pembuatan

produk berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting) yang

diperkirakan akan terjadi pada periode mendatang. Dengan dasar ini, maka

bagian produksi akan memiliki jadwal produksi yang sudah pasti. Jika

barang yang diproduksi belum dapat didistribusikan ke pasar, maka barang

tersebut akan disimpan di gudang. Dengan demikian, sistem tradisional ini

mendorong (push) aktivitas penjualan dan pemasaran. Sistem just-in-time

(31)

produksi hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti. Jadi

aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan pasar.

2. Kuantitas Persediaan

Kuantitas Persediaan merupakan salah satu pengaruh sistem

just-in-time bagi perusahaan adalah mengurangi kuantitas persediaan secara

signifikan. Jadi kuantitas persediaan dalam sistem just-in-time tetap ada

namun jumlahnya sangat sedikit (insignificant). Dalam sistem tradisional,

perusahaan melakukan proses produksi tanpa memperhatikan struktur dan

kondisi permintaan.

3. Stuktur Manufaktur

Struktur manufaktur, dalam sistem ini manufaktur tradisional,

mesin-mesin produksi yang sejenis disatukan dalam sebuah departemen.

Just-in-time menggunakan struktur sel manufaktur (manufacturing cell). Mesin

yang diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam

sebuah sel manufaktur.

4. Kualifikasi Tenaga Kerja

Dalam sistem konvensional, tenaga kerja biasanya berspesialisasi

dalam satu bidang keahlian tertentu. Para karyawan dilatih untuk

melaksanakan sebuah pekerjaan khusus, misalnya mengoperasikan sebuah

mesin. Tugas yang dibebankan kepada mereka relatif tidak berubah dari

waktu ke waktu. Mereka menjadi tenaga kerja spesialis. Dalam sistem

(32)

produksi dituntut untuk mampu mengoperasikan seluruh mesin yang ada

dalam sebuah sel (multidiciplinary).

5. Kebijakan Kualitas

Dalam sistem just-in-time, perusahaan memproduksi barang dalam

jumlah terbatas, yaitu sebanyak yang diminta oleh pasar/pelanggan dan

tidak memiliki kelebihan produksi sama sekali. Kualitas barang yang

dihasilkan harus sempurna, dan tidak ada toleransi sama sekali terhadap

produk cacat.

6. Fasilitas Jasa

Sebagian besar aktivitas untuk membuat produk tertentu tidak lagi

menggunakan fasilitas bersama. Dengan demikian, departemen jasa yang

semula dipusatkan dan melayani kebutuhan dalam rangka menghasilkan

berbagai jenis produk, sekarang mengalami perubahan yaitu tersebar di

berbagai sel manufaktur. Sebagai contoh, just-in-time menghendaki bahwa

pasokan bahan baku dilakukan secara tepat. Dalam rangka memenuhi

kebutuhan tersebut jelas penanganan bahan baku tidak dapat lagi

dipusatkan, namun disebar di beberapa titik pelayanan yang dekat dengan

setiap sel manufaktur.

D. Tujuan Just-In-Time

Tujuan just-in-time menurut Heizer dan Render (2005: 259) adalah

mengurangi pemborosan dan mengurangi variabilitas. Produk yang disimpan,

(33)

dan produk cacat tidak memberi nilai tambah, dianggap pemborosan. Aktivitas

apapun yang tidak memberi nilai tambah dari suatu produk dari sisi pandang

pelanggan merupakan pemborosan. Variabilitas adalah segala penyimpangan

yang berasal dari proses optimal yang mengirimkan produk sempurna secara

tepat waktu setiap saat. Semakin sedikit variabilitas, semakin sedikit

pemborosan. Hilangnya variabilitas memungkinkan material yang baik

dipindahkan secara just-in-time pada saat digunakan.

E. Just-in-time dan Lean Production

Kegiatan memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa

merupakan kegiatan untuk menambah kegunaan dari masukan (input) menjadi

keluaran (output), Assauri, (2008: 1). Heizer dan Render (2009: 19)

menjelaskan, produksi yang tinggi dapat mencerminkan bahwa lebih banyak

orang yang bekerja dan tingkat ketenagakerjaan tinggi (tingkat pengangguran

rendah), tetapi belum tentu mencerminkan tingginya produktivitas.

Produktivitas merupakan perbandingan antara output (barang maupun jasa)

dibagi dengan input (sumber daya seperti tenaga kerja dan modal). Supriyono

(2002: 68) menjelaskan just-in-time production hanya memproduksi jika ada

permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti, aktivitas produksi ditarik (pull)

oleh permintaan pasar. Konsep “tarik” merupakan isyarat untuk dilakukannya

proses produksi. Ini juga berlaku untuk para pemasok, menarik material

dengan ukuran lot kecilpada saat diperlukan, maka tumpukan persediaan dapat

(34)

Jacobs and Chase (2014: 3) menjelaskan, lean production atau produksi

ramping merupakan suatu fokus terhadap penghapusan sebanyak mungkin

pemborosan. Dasar pemikiran perampingan berasal dari konsep just-in-time

yang dipelopori Negeri Matahari Terbit, Jepang, oleh Taichi Ohno. Dalam

konteks produk ramping, nilai pelanggan (customer value) didefinisikan

sebagai sesuatu yang membuat pelanggan bersedia untuk membayar. Aktivitas

bernilai tambah mentransformasikan bahan baku dan informasi menjadi

sesuatu yang diinginkan pelanggan. Aktivitas tak bernilai tambah akan

menghabiskan sumber daya dan secara tidak langsung berkontribusi terhadap

hasil akhir yang diinginkan pelanggan. Dengan demikian, pemborosan

merupakan sesuatu yang tidak bernilai tambah berdasarkan perspektif

pelanggan. Lean production memasok pelanggan sesuai dengan keinginan

pelanggan ketika pelanggan menginginkannya secara berkelanjutan, Heizer

dan Render (2005: 258).

F. Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)

Salah satu metode yang dapat mengukur efektivitas pada proses produksi

yaitu manufacturing cycle effectiveness (MCE). Mulyadi (2007: 278) cycle

effectiveness adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar nilai suatu

aktivitas bagi pemenuhan kebutuhan customer. Saftiana et al. (2007)

mendefinisikan MCE adalah persentase value added activities yang ada dalam

aktivitas proses produksi yang digunakan oleh perusahaan untuk

(35)

Saftiana et al. (2007) juga mengatakan, MCE dihitung dengan

memanfaatkan data cycle time yang telah dikumpulkan. Cycle time ini terdiri

dari aktivitas bernilai tambah (value added activities)dan aktivitas tak bernilai

tambah (non value added activities). Value added activities yaitu waktu proses

(processing time) dan non value added activities terdiri dari waktu inspeksi

(inspection time), waktu pemindahan (moving time), waktu tunggu (waiting

time), dan waktu penyimpanan (storage time).

1. Waktu Proses (Processing Time)

Saftiana et al. (2007) menjabarkan waktu proses merupakan waktu yang

diperlukan dari setiap tahap yang ditempuh oleh bahan baku, produk

dalam proses hingga menjadi barang jadi. Tidak semua waktu yang

ditempuh bahan baku hingga menjadi barang jadi adalah waktu proses.

2. Waktu Inspeksi (Inspection Time)

Mulyadi (2001) dalam Saftiana et al. (2007) menjabarkan waktu inspeksi

merupakan waktu yang dikonsumsi oleh aktivitas yang bertujuan untuk

menjaga seluruh produk yang diproses tersebut agar dapat dihasilkan

sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan menurut Hansen dan

Mowen (2009: 240), waktu inspeksi adalah waktu dan sumber daya yang

digunakan untuk memastikan bahwa produk memenuhi spesifikasinya.

Inspeksi dilakukan dengan tujuan menghindarkan barang cacat untuk

(36)

3. Waktu Pemindahan (Moving Time)

Hansen dan Mowen (2009: 239) menjelaskan bahwa waktu pemindahan

adalah aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk

memindahkan bahan baku, produk dalam proses, dan produk jadi dari satu

departemen ke departemen lainnya.

4. Waktu Tunggu (Waiting Time)

Hansen dan Mowen (2009: 239) menjelaskan bahwa waktu tunggu adalah

aktivitas dimana bahan baku atau barang dalam proses menggunakan

waktu dan sumber daya untuk menunggu proses berikutnya.

5. Waktu Penyimpanan (Storage Time)

Saftiana et al. (2007) berpendapat bahwa waktu penyimpanan merupakan

aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya, selama produk dan

bahan baku disimpan sebagai persediaan.

Proses produksi yang ideal akan menghasilkan cycle time sama dengan

processing time. Jika proses pembuatan produk menghasilkan cycle

effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat

dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer produk

tersebut tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas bukan penambah

nilai. Sebaliknya, jika proses pembuatan produk menghasilkan cycle

effectiveness kurang dari 100%, berarti proses pengolahan produk masih

mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer, Saftiana et al.

(37)

G. Biaya Persediaan Bahan Baku

Putra dan Idayati (2014: 9), mengatakan efisiensi biaya adalah tidak

membuang waktu dan tenaga, tepat sesuai dengan rencana dan tujuan. Cara

meningkatkan efisiensi biaya yaitu dapat dilakukan melakukan dengan melalui

sistem perencanaan yang lebih baik, alat-alat produksi dan berbagai masukan

yang tersedia yang lebih baik dengan berhubungan kerja dan kinerja yang

lebih baik pula dengan menggunakan kebijakan-kebijakan diberbagai bidang

yang tepat. Assauri (2008: 171) menjelaskan, persediaan bahan baku (raw

material stock) adalah persediaan dari barang-barang berwujud yang

digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari

sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan

bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Handoko (1999:

336) mengatakan biaya persediaan terdiri dari:

1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost)

Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang terlibat secara langsung dengan

kuantitas persediaan. Biaya-biaya yang termasuk biaya penyimpanan

adalah:

a. Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, pemanas, pendingin);

b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternative pendapatan

atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan);

c. Biaya keusangan;

d. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan;

(38)

f. Biaya pajak persediaan;

g. Biaya kerugian akibat pencurian, kerusakan, dan perampokan;

h. Biaya penanganan persediaan.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (order cost atau procurement cost)

Setiap kali suatu barang dipesan, perusahaan menanggung biaya

pemesanan (order cost atau procurement cost). Biaya pemesanan atau

pembelian meliputi:

a. Biaya pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;

b. Upah;

c. Biaya telepon;

d. Pengeluaran surat-menyurat;

e. Biaya pengepakan dan penimbangan;

f. Biaya inspeksi penerimaan;

g. Biaya pengiriman ke gudang.

3. Biaya penyiapan (setup)

Apabila barang-barang tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik

perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi

barang yang dimaksud. Biaya-biaya terdiri dari:

a. Biaya mesin menganggur;

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung;

c. Biaya scheduling;

(39)

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage cost)

Diantara semua biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan,

shortage cost adalah biaya yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini akan

timbul ketika persediaan tidak mencukupi adanya permintaan. Biaya-biaya

yang termasuk didalamnya adalah:

a. Kehilangan penjualan;

b. Kehilangan pelanggan;

c. Biaya pemesanan khusus;

d. Biaya ekspedisi;

e. Selisih harga;

f. Terganggunya operasi dan tambahan pengeluaran kegiatan manajerial.

H. Just-In-TimePurchasing

Pembelian just-in-time (just-in-time purchasing) menurut Hansen dan

Mowen (2009: G-9) merupakan metode pembelian yang mensyaratkan

pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat saat akan

digunakan dalam produksi. Pembelian just-in-time adalah sistem pembelian

penjadwalan pengadaan barang atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat

dilakukan pengiriman atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk memenuhi

permintaan, Putra dan Idayati (2014: 8). Just-in-time purchasing menekankan

pada pengurangan jumlah pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku,

Carter (2009: 353). Just-in-time purchasing telah dikembangkan dengan baik

(40)

merupakan perjanjian dengan pemasok yang menyatakan jumlah yang

diperkirakan akan dibutuhkan selama tiga atau enam bulan ke depan.

I. Jidoka

Artikel dari Landingpress berjudul “Jidoka” (2013) menjelaskan jidoka

merupakan salah satu pilar terpenting dalam sistem produksi Toyota atau

just-in-time. Jidoka dalam bahasa Jepang artinya adalah otomatisasi dan

otonomasi. Otomatisasi adalah mengubah proses manual yang dikerjakan oleh

manusia menjadi proses mesin. Dalam hal ini, yang diotomatisasi hanyalah

operasionalnya, tanpa adanya umpan balik yang dapat mendeteksi kesalahan

dan tidak ada sistem pemberhentian proses bila terjadi kesalahan. Sedangkan

otonomasi adalah mengubah proses manual menjadi proses mesin dengan

menambah pengendalian terhadap produk cacat secara otomatis. Selain

melibatkan beberapa jenis sistem otomatisasi dalam proses mesin, juga

melibatkan pengendalian mutu yang dapat menghentikan proses bila terjadi

cacat atau kesalahan pada proses produksi.

Pengertian jidoka jika dilihat dari sudut pandang sistem produksi Toyota

adalah suatu alat atau sistem yang digunakan untuk mengetahui atau

mendeteksi ketidaknormalan proses dan bisa dikatakan sebagai alat yang

berwenang untuk menghentikan proses produksi jika sesuatu yang abnormal.

Pada mulanya, jidoka dimulai dari sebuah mesin tenun yang dapat otomatis

(41)

produksi cacat yang terkirim ke proses berikutnya. Landingpress juga

memaparkan tujuan dari jidoka, yaitu:

1. Menjamin hasil produksi dan mencapai kualitas terbaik

2. Penyederhanaan man power pada proses produksi

3. Mencegah terjadinya down time (kehilangan produktivitas) akibat adanya

kelainan pada proses produksi.

J. Budaya Organisasi

Kreitner dan Kinicki (1995: 532), mengemukakan bahwa budaya

orgainsasi adalah perekat sosial yang mengikat anggota dalam organisasi,

artinya agar suatu karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda antara

orang yang satu dengan orang yang lain dapat disatukan dalam suatu kekuatan

organisasi maka perlu adanya perekat sosial. Kartono (1994: 138),

mengatakan bahwa bentuk kebudayaan yang muncul pada

kelompok-kelompok kerja di perusahaan-perusahaan berasal dari macam-macam sumber,

antara lain: dari stratifikasi kelas sosial asal buruh atau pegawai, dari

sumber-sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri yang

diciptakan oleh majikan, para direktur dan manajer-manajer yang

melatarbelakangi iklim kultur buruh-buruh dalam kelom pok kecil-kecil yang

informal.

Pendapat lain oleh Beach (1993: 12), kebudayaan merupakan inti dari

apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas memberi perintah dan

(42)

yang mengatur perilaku anggota. Jadi budaya mengandung apa yang boleh

dilakukan atau tidak boleh dilakukan sehingga dapat dikatakan sebagai suatu

pedoman yang dipakai untuk menjalankan aktivitas organisasi. Pada dasarnya

Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan

setiap invidu yang melakukan aktivitas secara bersama-sama.

K. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Riyanto (2004), peneliti meneliti kemungkinan

penerapan just-in-time pada Koperasi Tenun Mumbul Kulon Progo. Syarat

just-in-time yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah mengenai layout pabrik,

karyawan, aliran produksi, kanban pull system, pengendalian produk cacat,

ukuran lot produksi, pemeliharaan mesin, pengendalian kualitas, hubungan

dengan pemasok, dan persediaan. Di antara sepuluh syarat yang digunakan

sebagai acuan kemungkinan penerapan just-in-time, hanya satu yang

memenuhi syarat, yaitu hubungan dengan pemasok.

Penelitian oleh Perdana (2006) pada PT Garudafood menghasilkan

bahwa PT Garudafood telah menerapkan metode just-in-time dengan maksud

mengurangi persediaan bahan baku yang rusak karena terlalu lama disimpan

dan diharapkan mampu bersaing secara kompetitif dengan perusahaan lain

yang serupa. Hasil penelitian menunjukan rata-rata biaya persediaan bahan

baku setelah penerapan metode just-in-time sebesar Rp13.532.031,79 dengan

rata-rata biaya persediaan bahan baku sebelum penerapannya sebesar

(43)

diterapkan diperusahaan, karena berpengaruh secara signifikan terhadap

efisiensi biaya persediaan bahan baku, meskipun ada keterbatasan dalam

memperoleh bahan baku.

Penelitian oleh Hou et al. (2011), terdapat lima titik kunci yang menjadi

sasaran penelitian, yaitu sistem informasi, perencanaan produksi, manajemen

persediaan, manajemen kualitas, dan manajemen pemasok. Hasil penelitian

tersebut memperlihatkan dalam manajemen persediaan tidak semua bahan

baku nol, ada beberapa bahan baku yang masih dalam persediaan. Sedangkan

hasil lainnya menunjukkan pada manajemen pemasok, sebanyak 40%

pemasok berada dekat dengan pabrik, sedangkan 60% berlokasi agak jauh dari

pabrik. Perusahaan menyeleksi 60% pemasok yang berpotensi menyediakan

bahan baku dengan standar yang baik (kualitas baik dan harga maupun biaya

angkut yang terjangkau).

Penelitian oleh Sari, et al. (2014) pada PT Malang Indah Genteng

Rajawali menghasilkan jumlah biaya yang dapat dihemat jika perusahaan

menerapkan metode just-in-time, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya

tenaga kerja langsung, biaya pemakaian mesin langsung, dan biaya produksi.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berharap perusahaan yang bersangkutan

dapat merapkan sistem produksi just-in-time untuk menghemat keempat biaya

(44)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, peneliti turun langsung ke lokasi

perusahaan untuk mengamati kondisi perusahaan dan mengumpulkan data

mengenai kondisi dan situasi perusahaan untuk mendukung analisis mengenai

kemungkinan penerapan just-in-time, sesuai dengan kondisi dan situasi

perusahaan yang bersangkutan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tempat dan waktu sebagai berikut:

Tempat : PT INDOHAMAFISH

Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara,

Kabupaten Jembrana, Bali

Waktu : 23 Januari - 3 Februari 2017

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah pada bagian produksi. Sedangkan objek

(45)

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan adalah kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif berupa data mengenai gambaran umum, situasi, budaya perusahaan,

dan kondisi perusahaan sesuai dengan teori mengenai standar metode

just-in-time. Sementara data kuantitatifnya berupa data cycle time (processing time,

moving time, waiting time, inspection time, dan storage time) pada proses

produksi yang digunakan untuk menganalisis efektivitas produksi terhadap

aktivitas tak bernilai tambah (non value added activities) dengan metode MCE

(manufacturing cycle effectiveness). Sumber data diperoleh secara langsung

(data primer) dari lokasi penelitian, yaitu perusahaan yang bersangkutan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian, yaitu perusahaan yang

bersangkutan untuk melakukan pengamatan pada proses produksi ikan

kaleng serta kondisi dan situasi lingkungan perusahaan yang berkaitan

dengan metode just-in-time.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak perusahaan yang

berhubungan langsung dengan proses produksi, yaitu kepada kepala

produksi. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi gambaran

umum perusahaan, informasi mengenai proses produksi, dan deskripsi

(46)

3. Dokumentasi

Peneliti melakukan pencatatan data yang diperoleh dari hasil observasi,

berupa pencatatan cycle time (processing time, moving time, waiting time,

inspection time, dan storage time) pada proses produksi.

F. Teknik Analisis Data

1. Membuat tabel sederhana dengan judul kolom “No”, “Kriteria”, “Syarat”,

“Kondisi Perusahaan”, “Analisis Kelayakan”, dan “Layak/Belum Layak”.

2. Memasukan kriteria just-in-time pada kolom “Kriteria” dan diurutkan

berdasarkan bahan baku datang hingga proses selesai, mulai dari pemasok,

persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan karyawan, produksi,

[image:46.595.85.516.204.622.2]

kualitas, jidoka, dan persentase manufacturing cycle effectiveness (MCE),

tabel 3.1.

3. Melakukan pengamatan di lokasi penelitian dan melakukan wawancara

terhadap kepala administrasi dan kepala produksi, maupun bagian lainnya,

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan berhubungan dengan

gambaran umum perusahaan dan kondisi perusahaan mengenai syarat

just-in-time, yaitu pemasok, persediaan, tata letak, penjadwalan, pemberdayaan

karyawan, produksi, kualitas, dan penggunaan jidoka. Pertanyaan diajukan

mengenai segala yang berhubungan dengan pernyataan pada tabel 3.1,

(47)

4. Mendeskripsikan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang dimaksud,

berupa gambaran umum, profil perusahaan, proses produksi, dan kondisi

perusahaan.

5. Mengidentifikasi cycle time yang ada pada proses produksi dengan

mencatat komponen cycle time berupa processing time, moving time,

waiting time, inspection time, dan storage time dalam satu kali proses

produksi, kemudian menghitung MCE (manufacturing cycle effectiveness)

dengan rumus sebagai berikut (Mulyadi, 2007: 278-279):

Cycle Time = Processing Time + Inspection Time + Moving Time + Waiting Time +

Storage Time

��� = Processing TimeCycle Time � %

MCE yang ideal adalah sama dengan 1 atau 100%, yaitu perusahaan dapat

menghilangkan waktu dari aktivitas tak bernilai tambah. Namun jika

kurang dari 1 atau 100%, menunjukkan bahwa dalam proses produksi

masih ada aktivitas tak bernilai tambah. Processing time mewakili

aktivitas bernilai tambah (value added activities), sedangkan moving time,

witing time, inspection time, dan storage time mewakili aktivitas tak

bernilai tambah (non value added activities)

6. Memasukkan deskripsi hasil wawancara dan hasil perhitungan persentase

(48)

7. Menganalisis kondisi perusahaan mengenai kemungkinan kelayakan

just-in-time yang dapat diterapkan pada perusahaan pada kolom “Analisis

Kelayakan”.

8. Memberi keterangan “Layak/Belum layak” berdasarkan hasil analisis pada

setiap item standar pada kolom.

9. Membuat kesimpulan, apakah perusahaan yang bersangkutan layak atau

belum layak menerapkan just-in-time sesuai dengan kondisi perusahaan

(49)
[image:49.842.198.763.76.506.2]

31

Tabel 3.1: Analisis Kelayakan Penerapan Just-in-time

No Kriteria Syarat* Kondisi

Perusahaan Analisis Kelayakan

Layak/ Belum layak

1 Pemasok

Penghilangan aktivitas yang tidak perlu. Jika ada pemasok yang baik, maka aktivitas penerimaan dan inspeksi berikutnya tidak diperlukan.

Penghapusan persediaan di pabrik. Bahan baku dikirimkan dalam lot kecil secara langsung ke unit produksi yang akan menggunakannya ketika dibutuhkan. Penghilangan para pemasok yang lemah. Perusahaan mengurangi jumlah pemasok dan meningkatkan komitmen jangka panjang pada sedikit pemasok yang andal.

2 Persediaan

Pembelian persediaan bahan baku dilakukan dalam jumlah yang kecil, namun dengan frekuensi pemesaanan yang tinggi. Barang (bahan baku) tiba hanya pada saat diperlukan dengan jumlah yang tepat. Hanya dibutuhkan tempat yang kecil untuk persediaan bahan baku.

(50)

32

No Kriteria Syarat* Kondisi

Perusahaan Analisis Kelayakan

Layak/ Belum layak

3 Tata Letak

Sebuah lini produksi harus dirancang dengan titik penyerahan (bahan baku) di dekat lini produksi tersebut, sehingga material tidak perlu dikirimkan terlebih dahulu ke departemen penerimaan di tempat lain dalam pabrik, kemudian dipindahkan lagi.

Penataan letak yang baik akan mengurangi jarak, sehingga dapat menghemat ruang dan menghapuskan area potensial untuk persediaan yang tidak dikehendaki.

Penataan letak yang baik akan mengurangi bergeraknya orang dan material.

Mesin yang diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam sebuah sel manufaktur.

4 Penjadwalan

Persediaan bahan baku dipindahkan hanya pada saat dibutuhkan.

(51)

33

No Kriteria Syarat* Kondisi

Perusahaan Analisis Kelayakan

Layak/ Belum layak

5 Pemberdayaan Karyawan

Perusahaan tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga dapat mengambil keuntungan yang berasal dari investasi dengan memperkaya pekerjaan.

Seluruh karyawan pada bagian produksi dituntut untuk mampu mengoperasikan seluruh mesin yang ada.

Karyawan diharapkan mampu untuk bekerja dalam tim yang melibatkan kombinasi dari berbagai talent dan sharing pengetahuan, skill problem solving, ide, dan pencapaian dari suatu tujuan.

Karyawan cenderung bertahan dalam satu perusahaan dalam waktu yang lama yang mengakibatkan terbukanya peluang bagi mereka untuk meningkatkan skill.

6 Produksi

Aktivitas produksi dilakukan hanya jika ada permintaan pasar/pelanggan yang sudah pasti. Jadi aktivitas produksi dalam sistem ini ditarik (pull) oleh permintaan pasar.

7 Kualitas

(52)

34

No Kriteria Syarat* Kondisi

Perusahaan Analisis Kelayakan

Layak/ Belum layak

7 Kualitas

Penghematan terjadi karena sisa, pengerjaan ulang, investasi persediaan, dan biaya kerusakan terkubur dalam persediaan barang jadi.

JIT menyusutkan antrian dalam lead time.

8 Jidoka

Otomatisasi dari tenaga manusia (manual) menjadi tenaga mesin.

Otonomasi dari tenaga manusia (manual) menjadi tenaga mesin terhadap pengendalian barang cacat.

9

Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)

Persentase MCE mencapai angka 100% atau mendekati 100%. MCE mewakili efektivitas produksi melalui cycle time.

*syarat diperoleh berdasarkan teori yang penulis paparkan pada Tinjauan Pustaka dengan adanya modifikasi sesuai dengan kondisi perusahaan

Keterangan:

1) Pemasok: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005)

2) Persediaan: syarat dikutip dari Saputra et al. (2014), Heizer dan Render (2005), dan Putra dan Idayati (2014) 3) Tata Letak: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005) dan Supriyono (2002)

4) Penjadwalan: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005) dan artikel Lean Manufacturing-Lean Service ”Konsep Kanban” (2016)

5) Pemberdayaan Karyawan: syarat dikutip dari artikel Lean Manufacturing-Lean Service ”Sekilas tentang Just-in-time” (2016) dan

Supriyono (2002)

6) Produksi: syarat dikutip dari Supriyono (2002)

7) Kualitas: syarat dikutip dari Heizer dan Render (2005)

8) Jidoka: syarat dikutip dari artikel Landingpress “Jidoka” (2013)

(53)

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah

Dua puluh delapan tahun silam, tepatnya pada tanggal 10 Maret

1989, PT Indohamafish berdiri. Berlokasi di tepi pantai barat Pulau Bali,

Dusun Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten

Jembrana, pada mulanya menjalankan usaha di bidang pembuatan tepung

ikan. Berluaskan tanah 3,5 hektar, berdiri dua bangunan yang terdiri dari

bangunan kantor dan bangunan pabrik, dengan Akta Pendirian No. 19

tertanggal 27 Juni 1989. Pada masa itu, perusahaan masih berbentuk CV

(Commanditaire Vennootschap/ Persekutuan Komanditer) dan pada tahun

1995 perusahaan resmi menjadi PT (Perseroan Terbatas).

(54)

Setelah resmi berbentuk PT, PT Indohamafish membentangkan

sayapnya dengan memproduksi sarden (ikan berkemasan kaleng) dengan

beberapa merek, antara lain Atan, Atlantik, Fishing, Benua, Otan,

Olympic, Indofish, Kaban, Vego, dan ACC yang khusus dipasarkan di

dalam negeri. Selain dalam negeri, area pemasaran juga mencakup luar

negeri, seperti Congo, Ghana, dan Afrika Selatan, dengan merek Africa

Queen, Janus, Extra, dan Apollo.

Demi menjaga kualitas produk, diperlukan bahan baku berupa ikan

yang segar, sehingga perusahaan memproduksi es batu sendiri yang

bertujuan sebagai bahan penolong untuk mengawetkan ikan sebelum

diproduksi. Selain untuk pemakaian sendiri, perusahaan juga melayani

penjualan es batu untuk nelayan yang digunakan sebagai pengawet ikan

dalam perahu, agar ikan tidak mengalami pembusukan selama berlayar.

2. Profil Perusahaan

PT Indohamafish beralamatkan di Jln. Gatot Kaca No. 86, Dusun

Ketapang, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana,

Bali. Perusahaan pengalengan ikan ini terletak kurang lebih 102 km dari

Kota Denpasar. Terdapat 13 perusahaan pengalengan ikan di kawasan

Desa Pengambengan, membuat PT Indohamafish tak gentar bersaing.

Kepuasan konsumen merupakan prioritas utama perusahaan dan senantiasa

menjaga kualitas produk melalui sistem yang baik. PT Indohamafish telah

mengimplementasikan sistem keamanan pangan HACCP (Hazard Analysis

(55)

bahan pangan pada proses produksi. PT Indohamafish juga mengantongi

sertifikat Halal dan ISO 9000 mengenai standar kualitas dan desain

produk.

Gambar 4.2: Jarak dari Kota Denpasar ke PT Indohamafish

a. Visi

PT Indohamafish memiliki visi “Dengan menghasilkan produk yang

aman untuk dikonsumsi, perusahaan akan menjadi perusahaan yang

kuat yang tumbuh dalam industri pengalengan ikan di tingkat Nasional

maupun Internasional”.

b. Misi

1) Menerapkan jaminan mutu keamanan pangan dalam proses

(56)

2) Monitoring dan dokumentasi dengan berpedoman pada

implementasi HACCP dan Halal sehingga perusahaan dapat

memasarkan produk-produk olahan ikan/pengalengan ikan dengan

memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh;

3) Menjadikan masyarakat menjadi gemar makan ikan untuk

meningkatkan asupan gizi, guna kecerdasan bangsa dengan tidak

meninggalkan aspek kelestarian lingkungan hidup.

c. Nilai-nilai Perusahaan

1) Menempatkan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama;

2) Bekerja secara professional untuk menghasilkan produk yang

aman, bermutu, legal, dan memberikan pelayanan yang prima;

3) Mengutamakan keselamatan kerja, pelestarian lingkungan, serta

memberdayakan masyarakat disekitar lingkungan.

d. Budaya Perusahaan

1) Disiplin

2) Kerja Keras

3) Kreatif

(57)

3. Struktur Organisasi

[image:57.595.86.509.120.618.2]

Gambar 4.3: Struktur organisasi STRUKTUR ORGANISASI

PT INDOHAMAFISH JEMBRANA, BALI

Direktur

Factory Manager/Ketua Tim Keamanan Pangan

Pengadaan Quality Administrasi

Assurance

Produksi Teknik & Sipil

(58)

4. Karyawan

PT Indohamafish membagi karyawan menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Karyawan Bulanan

Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap dengan

perhitungan gaji secara bulanan. Karyawan bulanan meliputi karyawan

struktural dan satpam/security perusahaan. Jumlah dari karyawan

bulanan adalah 40 orang.

b. Karyawan Harian

Karyawan harian merupakan tenaga kerja semi tetap dengan

perhitungan gaji secara harian. Karyawan harian meliputi karyawan

yang mengerjakan pekerjaan pabrik maupun kantor dibawah

pengawasan karyawan bulanan. Jumlah dari karyawan harian adalah

102 orang.

c. Karyawan Borongan

Karyawan borongan merupakan tenaga kerja yang turun

langsung melakukan pekerjaan selama proses produksi, seperti

menggunting ikan, mencuci ikan, dan mengelap kaleng. Karyawan

borongan dipekerjakan ketika pabrik mengadakan kegiatan produksi.

Upah karyawan borongan diperhitungkan secara harian. Ketika pabrik

sedang tidak melakukan kegiatan produksi, karyawan boronganpun

tidak bekerja. Jumlah dari karyawan borongan adalah 35 orang untuk

karyawan yang bertugas mengelap atau membersihkan kaleng sebelum

(59)

dan mencuci ikan, dan 40 orang untuk karyawan yang bertugas

mengisi kaleng dengan ikan.

5. Layout

Dua bangunan utama berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar milik PT

Indohamafish, yaitu bangunan pabrik dan bangunan kantor. Lokasinya

tepat di tepi pantai membuat perusahaan mudah membeli ikan segar hasil

tangkapan nelayan. Berikut adalah layout perusahaan PT Indohamafish:

G a m b a r

4 . 2

[image:59.595.83.511.250.732.2]

L a y o u

(60)

B. Deskripsi Produk

1. Jenis dan Merek

PT Indohamafish bergerak di bidang usaha pengalengan ikan yang

berasal dari ikan segar hasil tangkapan nelayan lokal yang merupakan

supplier tetap dan nelayan luar yang melakukan pelelangan ikan di TPI

(Tempat Pelelangan Ikan), sehingga mengurangi kemacetan produksi

[image:60.595.85.512.249.623.2]

karena kurangnya persediaan bahan baku ikan.

Gambar 4.5: Macam-macam merek produk

a. Jenis Produk

Bahan baku ikan yang digunakan berupa ikan lemuru, ikan

tembang, dan ikan makarel. Ada tiga kemasan ikan kaleng yang di

produksi oleh PT Indohamafish, yaitu kemasan sarden 125 gram,

sarden 155 gram, dan kemasan makarel dan sarden 425 gram.

Kemasan 155 gram dan 425 gram memiliki merek berbeda-beda

dengan varian berbeda juga, yaitu sarden saus tomat, sarden saus cabai,

(61)

kemasan sarden 125 gram yang merupakan produk ekspor dengan

merek yang juga bermacam-macam yang disajikan dengan dua varian,

yaitu sarden dengan saus tomat atau cabai dan sarden dengan minyak

sayur. Berat bersih ikan tidak termasuk saus/minyak.

b. Merek Produk

1) Sarden dalam Kemasan 125 gram

Sarden dalam kemasan kaleng 125 gram berisi 2-3

Gambar

Tabel 2.1: Perbedaan Metode Just-in-time dan Tradisional No Faktor Pembeda Just-In-Time Tradisional
tabel 3.1.
Tabel 3.1: Analisis Kelayakan Penerapan Just-in-time
Gambar 4.3: Struktur organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Iskandar Indah Printing Textile belum memenuhi kriteria JIT ( Just In Time ) dalam proses produksinya. Hal itu dikarenakan perusahaan hanya memenuhi enam syarat dari sepuluh

Komunika Karya Anteronusa layak untuk menerapkan sistem produksi Just In Time, diperlukan gambaran tentang proses produksi yang saat ini diterapkan oleh perusahaan dengan

Dalam sistem just in time jarang terjadi kemacetan, kemacetan hanya terjadi jika mesin produksi mati, karena.. tidak ada kapasitas lebih. Oleh karena itu harus diawasi secara cermat

Konsep dasar dari Just In Time (JIT) adalah menghasilkan output yang dibutuhkan, dalam waktu yang diperlukan oleh konsumen, dalan jumlah yang sama dengan kebutuhan konsumen,

Konsep dasar Just In Time (JIT) adalah suatu konsep yang memproduksi output pada waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan, dalan jumlah yang tepat dengan kebutuhan pelanggan, pada

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan penjadwalan produksi tepat waktu yang dapat memperhitungkan kapasitas kebutuhan operator, perataan volume produksi dan pengaturan urutan

(2) Dalam proses penerapan Just-In-Time dalam penelitian ini, tentu ada kendala yang muncul, yang antar lain adalah: kendala waktu yang cukup lama, pengaruh yang akan dirasakan

Just In Time (JIT) atau system produksi tepat waktu adalah cara berproduksi dengan hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan