Analisis Perubahan Tutupan Lahan Di Kota Pontianak dengan Metode Penginderaan Jauh
Amirul Fatahillah1, Arifin Arifin1, dan Dian Rahayu Jati1
1.Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura E-mail : [email protected]
Abstract
Pontianak’s population continues to grow. The population growth rate in Pontianak was around 2.4% in the 2009-2015 period, and 1.6% in the 2015-2021 period. Population growth can drive changes in land cover due to the increasing demand for built-up land. The purpose of this research is to calculate and analyze the changes in Pontianak’s land cover in 2009, 2015 and 2021 using remote sensing method with Landsat, satellite imagery with medium resolution. In this research, land cover divided into 8 (eight) classes namely water, settlements, open land, grassland, shrub land, forest, paddy field and dry land agriculture. After the analysis, results show that all 8 (eight) land cover classes in Pontianak experienced changes in the total area. Green open space area consisting of grass, shrubs, forests, paddy fields and dry land agriculture decreased, while the settlements are increased. Despite the decreased, green open space still covers 41% of the Pontianak’s total area, passing the regulation of green open space minimum area in city based on Laws of the Republic Indonesia number 26 of 2007, which is 30% minimum.
Keywords: Land cover; pontianak city; remote sensing method Abstrak
Kota Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Pontianak sebesar 2,4% pada periode 2009-2015, dan 1,6% pada periode 2015-2021. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan akibat permintaan untuk lahan terbangun sebagai tempat tinggal. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan menganalisis perubahan tutupan lahan Kota Pontianak pada tahun 2009, 2015 dan 2021 menggunakan metode penginderaan jarak jauh dengan citra satelit resolusi menengah Landsat. Tutupan lahan pada penelitian ini terbagi menjadi 8 (delapan) kelas yaitu tubuh air, permukiman, tanah terbuka, rumput, semak belukar, hutan, sawah, dan pertanian lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 8 (delapan) kelas tutupan lahan di Kota Pontianak terus mengalami perubahan. Luas lahan RTH yang terdiri dari rumput, semak belukar, hutan, sawah dan pertanian lahan kering terus mengalami penurunan, sedangkan luas lahan permukiman terus mengalami peningkatan. Meski terus menurun, lahan RTH Kota Pontianak masih menutupi sebesar 41% dari luas total wilayah kota, memenuhi luas minimal lahan RTH pada wilayah kota menurut UU No. 26 Tahun 2007, yaitu sebesar 30% minimal.
Kata Kunci: Tutupan lahan; pontianak; metode penginderaan jauh
PENDAHULUAN
Kota Pontianak terus mengalami peningkatan jumlah penduduk. Disadur dari data BPS, Kota Pontianak memiliki laju pertumbuhan sebesar 2,4% pada periode 2009-2015, dan 1,6% pada periode 2015-2021. Salah satu penyebab dari peningkatan jumlah penduduk tersebut adalah daya tarik dari Kota Pontianak dalam berbagai aspek seperti aspek ekonomi, pendidikan, dan lain-lain sehingga tingkat urbanisasi di Kota Pontianak cukup tinggi (Bappeda, 2014). Saat jumlah penduduk di suatu kota meningkat, permintaan untuk penggunaan lahan terbangun yang akan dipakai sebagai tempat tinggal juga akan meningkat (Kafi, 2014).
Menurut Aklile (2014), perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pemenuhan kebutuhan manusia, fitur lingkungan dan bencana alam.
Perubahan penggunaan lahan memiliki dampak yang menguntungkan dan merugikan.
Salah satu dampak merugikan dari pengaruh perubahan penggunaan lahan dapat terjadi pada sistem ekologi lokal dan lingkungan yang akan mempengaruhi cadangan karbon di daratan (Adrian, 2020). Untuk menganalisis perubahan tutupan lahan, informasi berupa peta dapat diperoleh melalui teknik penginderaan jauh yang telah lama menjadi sarana yang penting dan efektif dalam pemantauan tutupan lahan dengan kemampuannya menyediakan informasi mengenai keragaman spasial di permukaan bumi dengan cepat, luas, tepat, serta mudah. Data satelit Landsat biasanya digunakan dalam penginderaan jauh untuk klasifikasi tutupan lahan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai upaya inventarisasi serta pembaruan data tentang tutupan lahan Kota Pontianak.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasi penelitian terdiri atas 6 kecamatan meliputi Kecamatan Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota, Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kecamatan Pontianak Timur, dan Kecamatan Pontianak Utara
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah GPS, perangkat keras (hardware) berupa seperangkat komputer dan perangkat lunak (software) untuk interpretasi data berupa ArcGIS 10. Bahan yang digunakan adalah Citra Satelit Landsat 8 OLI perekaman 25 September 2021 dan 31 Januari 2015, serta Citra Satelit Landsat 7 ETM+ perekaman 18 Oktober 2009.
Klasifikasi Tutupan Lahan Kota Pontianak
Klasifikasi dimulai dengan tahapan preprocessing berupa koreksi radiometrik. Untuk koreksi geometrik tidak dilakukan karna citra yang digunakan merupakan citra yang telah melalui koreksi. Tahapan preprocessing mengacu pada SNI 8940:2020 mencakup 2 (dua) koreksi: Koreksi puncak atmosfer (top of atmosphere correction) dan Koreksi atmosfer (atmospheric correction). Untuk citra Landsat, metode Dark Object Subtraction (DOS) merupakan metode koreksi yang terbukti efektif (Dang, 2021) sehingga metode DOS dipilih untuk penelitian ini. Koreksi DOS dilakukan dengan menggunakan tool Dark Subtraction yang ada di software Envi. Koreksi topografi tidak perlu dilakukan untuk daerah dengan kontur topografi yang datar (Banskota, 2014). Karena Kota Pontianak termasuk daerah dengan kontur yang relatif datar, maka koreksi topografi tidak dilakukan.
Setelah tahap preprocessing dilanjutkan dengan tahap klasifikasi. Pada penelitian ini klasifikasi dilakukan dengan metode supervised classification menggunakan software
ArcGIS. Tutupan lahan di Kota Pontianak pada penelitian ini terdiri dari 8 (delapan) kelas, mengacu pada publikasi Statistik Penggunaan lahan Kota Pontianak yang dikeluarkan oleh BPS, yang kemudian disesuaikan dengan penamaan kelas tutupan lahan yang dikeluarkan oleh KLHK. Detail tutupan lahan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Kelas Tutupan Lahan Kota Pontianak
Nomor Tutupan Lahan Kota Pontianak1 Disesuaikan/Dipecah Menjadi2
1 Lahan Pertanian Sawah Sawah
2 Lahan Pertanian Bukan Sawah Pertanian Lahan Kering
3 Lahan Non Pertanian Permukiman
Badan Air Lahan Terbuka
Hutan Semak Rumput Sumber: 1Badan Pusat Statistik, 2017; 2KemenLHK, 2020.
Hasil klasifikasi kemudian diuji akurasinya untuk mengetahui tingkat ketepatan klasifikasi dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Uji akurasi klasifikasi pada penelitian ini mengacu pada SNI 8202-2019. Pertama-tama ditentukan jumlah titik sampel (n) yang akan diuji. Jumlah sampel ditentukan menggunakan persamaan berikut:
𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁𝑒2
Keterangan: n = jumlah sampel; N = total populasi (total poligon tutupan lahan); e = persen error yang masih di toleransi (untuk akurasi 85%, nilai e sebesar 15%)
Jumlah sampel ground check untuk tiap tahunnya (2009, 2015 dan 2021) sebanyak 44 titik. Titik-titik tersebut kemudian disebar menggunakan metode tool stratified random sampling yang ada di software ArcGIS. Untuk tutupan lahan Kota Pontianak tahun 2021 menggunakan data hasil ground check dengan mengunjungi titik-titik sampel, sedangkan untuk tutupan lahan tahun 2009 dan 2015 pengecekan dilakukan dengan citra resolusi tinggi Maxar. Setelah semua titik dicek, penelitian dilanjutkan dengan perhitungan akurasi menggunakan rumus overall accuracy yaitu
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 =𝐷
𝑁 𝑥 100%
Keterangan: D = total sampel yang diklasifikasikan dengan benar; N = total sampel Mengutip SNI 8841:2019, ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara posisi dan atribut sebuah objek pada peta terhadap posisi dan atribut yang dianggap sebenarnya di lapangan. Minimal akurasi pada penelitian ini mengacu pada SNI 8841:2019, yaitu minimal 85%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tutupan Lahan Kota Pontianak
Dalam SNI 7645:2014, definisi tutupan lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati dan merupakan suatu hasil dari pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia. Pada penelitian ini klasifikasi tutupan lahan dilakukan pada tahun 2009, 2015 dan 2021 menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 OLI.
Proses klasifikasi mengacu pada SNI 8841:2019 dengan melewati empat tahap yaitu persiapan pengolahan, pemilihan sampel latih, klasifikasi dan terakhir perhitungan akurasi. Karena citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat Collection 1 Level-2 (citra yang telah mengalami proses koreksi), maka tahap persiapan
pengolahan tidak dilakukan dan proses klasifikasi langsung dimulai dari tahap pemilihan sampel latih.
Metode klasifikasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Maximum Likelihood Classification, mengikuti Pedoman Pengolahan Data Satelit Multispektral Secara Digital Supervised Untuk Klasifikasi yang dikeluarkan oleh LAPAN. Tutupan lahan terdiri darasi 8 kelas yaitu permukiman, badan air, lahan terbuka, rumput, semak, hutan, sawah dan pertanian lahan kering. Untuk tutupan bervegetasi yaitu rumput, semak, hutan, sawah dan pertanian lahan kering dikelompokkan menjadi satu tutupan yaitu lahan ruang terbuka hijau, mengacu pada pasal 1 UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Setelah proses klasifikasi dilanjutkan dengan uji overall classification accuracy untuk menguji tingkat ketelitian peta. Mengutip SNI 8841:2019 yang menjadi acuan metode proses klasifikasi, ketelitian peta adalah nilai yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara posisi dan atribut sebuah objek pada peta terhadap posisi dan atribut yang dianggap sebenarnya di lapangan. Tingkat ketelitian klasifikasi minimum harus tidak kurang dari 85%. Uji akurasi menggunakan data ground check dan citra resolusi sangat tinggi sebagai data pendukung. Dari 44 titik yang diambil secara acak, didapatkan akurasi peta tutupan lahan tahun 2009, 2015, dan 2021 berturut-turut sebesar 86%, 87% dan 90%. Karena telah memenuhi syarat (mininum 85%), peta hasil klasifikasi dapat dianalisis lebih lanjut. Peta hasil klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tutupan Lahan Kota Pontianak
Gambar 1 menunjukkan bahwa tutupan lahan permukiman di Pontianak terbangun secara terpusat dan menyebar di sepanjang aliran Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Lahan permukiman paling luas berada di kecamatan Pontianak Kota, dengan luas berturut-turut sebesar 22%, 23% dan 34% dari total luas lahan permukiman Kota Pontianak, diikuti dengan kecamatan Pontianak Selatan dengan luas berturut-turut sebesar 17%, 18% dan 22% dari total luas lahan permukiman Kota Pontianak. Sesuai dengan penelitian Nurhidayati (2021) yang menemukan bahwa lahan permukiman Kota Pontianak berkembang secara terpusat pada Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Selatan, tepatnya pada percabangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang merupakan tempat awal mula berdirinya pusat pemerintahan dan permukiman (Nurhidayati, 2021). Secara persentase, luas masing-masing kelas tutupan lahan Kota Pontianak tahun 2009, 2015, dan 2021 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Tutupan Lahan Kota Pontianak
Gambar 2 menunjukkan bahwa tutupan lahan di Kota Pontianak didominasi oleh ruang terbuka hijau dan permukiman, kemudian diikuti dengan badan air dan tanah terbuka yang terus mengalami perubahan secara fluktuatif. Lahan RTH yang awalnya menutupi hampir setengah dari luas total Kota Pontianak terus mengalami penurunan, hingga akhirnya pada tahun 2021 hanya menutupi sebesar 41% dari luas total Kota Pontianak. Meski terus menurun, lahan RTH Kota Pontianak masih memenuhi luas minimal lahan RTH pada wilayah kota yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 yaitu 30% dari luas total wilayah kota. Penurunan luas lahan RTH disebabkan karna adanya konversi tutupan lahan. Dari hasil overlay, ditemukan bahwa pada periode 2019-2015 sekitar 1078 Ha lahan RTH terkonversi menjadi lahan permukiman dan pada periode 2015-2021 sekitar 1352 Ha lahan RTH terkonversi menjadi lahan permukiman, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Konversi Lahan RTH Menjadi Lahan Permukiman Sumber: Citra Satelit Maxar, 2021
Gambar 3 menunjukkan konversi lahan RTH menjadi komplek perumahan yang terekam oleh citra satelit. Sama dengan hasil penelitian Firdaus (2019), yang menemukan bahwa tutupan lahan Kota Pontianak cenderung mengalami perubahan dari tutupan bervegetasi ke tutupan lahan terbangun. Penelitian Nurhidayati (2020) menemukan bahwa faktor pendorong meningkatnya tutupan lahan permukiman di Kota Pontianak adalah jarak dengan lahan terbangun eksisting. Semakin dekat suatu kelas tutupan lahan dengan lahan terbangun eksisting, maka semakin besar kemungkinan kelas tersebut terkonversi menjadi lahan terbangun. Lahan RTH Kota Pontianak pada penelitian ini terdiri dari beberapa kelas tutupan lahan, yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Masing-Masing Lahan RTH Kota Pontianak
Kelas Tutupan Lahan RTH Luas (Ha)
2009 2015 2021
Pertanian Lahan Kering 2660 2366 1713
Semak 1415 1347 922
Rumput 1085 1469 1367
Hutan 1082 738 636
Sawah 357 155 136
Sumber: Hasil analisis, 2022
Tabel 2 menunjukkan bahwa Lahan RTH Kota Pontianak didominasi oleh tutupan pertanian lahan kering,diikuti dengan semak, rumput, hutan dan terakhir sawah dengan luas tiap kelas yang semakin menurun karena konversi tutupan lahan. Diasumsikan menurunnya pertanian lahan kering dan sawah disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Kota Pontianak. Menurut Green (1992) dalam Wiyono (1998) pertumbuhan penduduk dalam perkotaan memiliki beberapa dampak, salah satunya adalah berubahnya lahan pertanian menjadi lahan industri dan pemukiman. Selain lahan permukiman dan RTH, tutupan lahan lain yang ada di Kota Pontianak adalah badan air dan lahan terbuka. Badan air di Kota Pontianak berupa aliran sungai kapuas dan aliran sungai landak yang menutupi 5% dari luas total Kota Pontianak. Lahan terbuka menutupi sekitar 3% dari luas total Kota Pontianak pada tahun 2009, berubah secara fluktuatif dengan hanya menutupi sekitar 1%
pada tahun 2015 dan 2% pada tahun 2021. Dari hasil ground check yang dapat dilihat pada Gambar 4, sebagian besar lahan terbuka di Kota Pontianak merupakan lahan proyek pembangunan.
Gambar 4. Lahan Terbuka Kota Pontianak
Gambar 4 menunjukkan salah satu lahan terbuka di Kota Pontianak, berada pada koordinat 0°1'36.69"S, 109°19'18.43"E yang merupakan lahan proyek pembangunan.
Sebelum terkonversi menjadi terbuka, pada tahun 2015 titik ini masih berupa lahan RTH.
Konversi tutupan lahan menjadi lahan terbangun dapat membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, diantaranya menurunnya biodiversitas (Neldner, 2018), perubahan suhu serta pola iklim (Thapa, 2021), penurunan tingkat infiltrasi dan peningkatan aliran permukaan (Septriana, 2020), serta peningkatan emisi gas rumah kaca terutama CO2 (Adrian, 2020).
PENUTUP Kesimpulan
Dari hasil analisis citra satelit Kota Pontianak pada tahun 2009, 2015 dan 2021, ditemukan bahwa tutupan lahan Kota Pontianak mengalami perubahan luas. Tutupan lahan permukiman terus mengalami penambahan luas dari sebesar 37% pada tahun 2009 menjadi sebesar 43% pada tahun 2015 dan 52% pada tahun 2021. Sedangkan tutupan RTH yang terdiri dari pertanian lahan kering, semak, rumput, hutan dan sawah terus mengalami penurunan dari sebesar 56% pada tahun 2009 menjadi sebesar 51% pada tahun 2015 dan 40% dari luas total Kota Pontianak pada tahun 2021. Meski terus menurun, lahan RTH Kota Pontianak masih memenuhi luas minimal lahan RTH pada wilayah kota yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 yaitu 30% dari luas total wilayah kota.
Saran
Lahan RTH Kota Pontianak didominasi oleh tutupan pertanian lahan kering,diikuti dengan semak, rumput, hutan dan terakhir sawah dengan luas tiap kelas yang semakin menurun karena konversi tutupan lahan. Diasumsikan menurunnya pertanian lahan kering dan sawah disebabkan oleh pertumbuhan penduduk Kota Pontianak. Menurut Green (1992) dalam Wiyono (1998) pertumbuhan penduduk dalam perkotaan memiliki beberapa dampak, salah satunya adalah berubahnya lahan pertanian menjadi lahan industri dan pemukiman. Selain lahan permukiman dan RTH, tutupan lahan lain yang ada di Kota Pontianak adalah badan air dan lahan terbuka. Badan air di Kota Pontianak berupa aliran sungai kapuas dan aliran sungai landak yang menutupi 5% dari luas total Kota Pontianak. Lahan terbuka menutupi sekitar 3% dari luas total Kota Pontianak pada tahun 2009, berubah secara fluktuatif dengan hanya menutupi sekitar 1% pada tahun 2015 dan 2% pada tahun 2021. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat diberikan untuk pengembangan penelitian adalah dilakukannya analisis dampak serta mitigasi yang dapat dilakukan dari perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kota Pontianak.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Nugratama, S., (2020). Estimasi Besaran Emisi Karbon Di Kabupaten Banyumas (Studi Kasus Tahun 2005-2016). GEOGRAPHIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi. 1(1), 32-45.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kota Pontianak Dalam Angka 2020. Pontianak: BPS Kota Pontianak.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2014). Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 6 Tahun 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pontianak Tahun 2015-2019. Pontianak: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Badan Standarisasi Nasional. (2020). SNI 8940:2020. Pengolahan data penginderaan jauh – Koreksi radiometrik data optik satelit penginderaan jauh. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). SNI 8202:2019. Ketelitian peta dasar. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional. (2019). SNI 8841:2019. Pengolahan data penginderaan jauh – Proses klasifikasi terbimbing penutup lahan menggunakan citra optik resolusi rendah dan menengah. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Banskota, A., Kayastha, N., Falkowski, M.J., Wulder, M.A., Froese, R.E., & White, J.C.
(2014). Forest Monitoring Using Landsat Time Series Data: A Review. J. Remote Sens. 40(5), 362–384.
Direktorat Inventarisasi Dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. (2020). Petunjuk Teknis Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang Untuk Update Data Penutupan Lahan Nasional. Jakarta: Direktorat Inventarisasi Dan Pemantauan Sumber Daya Hutan.
Firdaus, Z. (2019). Pemetaan Perubahan Suhu Permukaan sebagai Dampak Pembangunan di Kota Pontianak Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. PRISMA FISIKA. 7(2), 149-157
Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. (2018). Indonesia Second Biennial Update Report. Jakarta: Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Lillesand, Thomas, M., & Kiefer, R.W. (1997). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Diterjemahkan: Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Suharyadi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Maksum, Z.U., Prasetyo, Y., Haniah. (2016). Perbandingan Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Objek Dan Klasifikasi Berbasis Piksel Pada Citra Resolusi Tinggi Dan Menengah. Jurnal Geodesi Undip.
Melati, D.N. (2019). Estimasi Emisi Karbon Akibat Perubahan Penutup Lahan pada Lanskap Hutan Tropis di Provinsi Jambi. Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana, Vol. 14, No. 1. Tangerang Selatan.
Neldner, V. (2018). The Impacts of Land Use Change on Biodiversity in Australia. Land Use in Australia: Past, Present and Future.
Nurhidayati, E., Fariz, & Trida, R. (2020). Analisis Regresi Logistik Untuk Identifikasi Faktor Pendorong Pertumbuhan Lahan Terbangun Secara Spasial di Kota Pontianak. Journal of Urban and Regional Planning. 1(1), 40-4
Septiani, R, Citra, I.P.A., & Nugraha, A.S.A. (2019). Perbandingan Metode Supervised Classification dan Unsupervised Classification terhadap Penutup Lahan di Kabupaten Buleleng. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 16(2), 90-96.
Septriana, F., Alnavis, N., Gustia, R., Wirawan, Rivaldo, Putri, N., Hasibuan, H., Tambunan, R. (2020). Dampak Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Sistem Hidrologi Di Jakarta. Majalah Ilmiah Globe. 22(1), 50-59
Tosiani, A. (2015). Buku Kegiatan Serapan dan Emisi Karbon. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan.
Jakarta.
Thapa, P. (2021). The Relationship between Land Use and Climate Change: A Case Study of Nepal. The Nature, Causes, Effects and Mitigation of Climate Change on the Environment. IntechOpen.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.