See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/366466283
Staphyloccocus Aureus
Book · December 2022
CITATIONS
0
READS
10,242
2 authors:
Wulan Pingkan Julia Kaunang Sam Ratulangi University 111PUBLICATIONS 25CITATIONS
SEE PROFILE
Michelles Sihombing Sam Ratulangi University 1PUBLICATION 0CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Michelles Sihombing on 21 December 2022.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas yang berjudul “Analisis Staphylococcus Aureus Pada Jajanan SD”. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah epidemiology penyakit menular yaitu Dr.dr.
Wulan Pingkan Julia Kaunang Grad.Dip,M.Kes,DK yang telah memberikan tugas sekalian membimbing untuk menyelesaikan mini skripsi ini.
Tugas ini disusun untuk memperluas pengetahuan mahasiswa/i kesehatan masyarakat UNSRAT mengenai bahaya bakteri staphylococcus aureus pada jajanan anak sekolah dasar.
Semoga apa yang ada dalam pembahasan tugas ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa,pelajar,umum, khususnya pada diri penulis sendiri, dan semua orang yang membaca mini skripsi penulis ini untuk memperoleh wawasan yang luas.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk memperbaiki tugas ini.
Manado,20 November 2022
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul...i
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi...iii
BAB I. Definisi Staphylococcus Aureus...1
BAB II. Tempat Tumbuhnya Staphylococcus Aureus...2
BAB III. Morfologi dan Patogenesis Staphylococcus Aureus...2
BAB IV. Staphylococcus Aureus Pada Jajanan Nasi Kuning...3
BAB V. Pencegahan dan Pengobatan Staphylococcus Aureus...5
DAFTAR PUSTAKA...7
BAB I. Apa Definisi Dari Staphylococcus Aureus?
Staphylococcus aureus merupakan salah satu jenis bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus) yang bergerombol seperti anggur, bersifat aerob fakultatif,dengan diameter sekitar 0,8- 1,0 µm dan ketebalan dinding sel 20-80 nm.Lapisan penyusun dinding sel bakteri Staphylococcus aureus terdiri dari lapisan makromolekul peptidoglikan yang tebal dan membran sel selapis yang tersusun oleh protein dan lipid dan asamteichoic. Asam teichoic berfungsi untuk mengatur fungsi elastisitas, porositas, kekuatan tarikdan sifat elektrostatik dinding sel.
Gambar 1. Struktur Membran Sel Staphylococcus Aureus
Bakteri Staphylococcusaureus merupakan flora normal pada manusia yang terdapat pada kulit dan selaput mukosa pada manusia. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan struktur dinding sel. Bakteri ini tidak memiliki flagel, tidak mortil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37°C dengan waktu inkubasi yang relatif pendek yaitu 1-8 jam. Bakteri Staphylococcus aureus juga dapat tumbuh pada pH 4,5-9,3 optimumnya yaitu pH 7,0-7,5. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri patogen penting yang berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik. Menurut Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi yang terjadi misalnya keracunan makanan karena Staphylococcus, salah satu jenis faktor virulensi yaitu Staphylococcus enterotoxin. Gejala keracunan makanan akibat Staphylococcus adalah kram perut, muntah-muntah yang kadang-kadang di ikuti oleh diare.
BAB II. Where : Dimana Tempat Tumbuhnya Staphylococcus Aureus?
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang beredar di mana-mana, seperti udara, debu, air, susu, makanan, peralatan makan, lingkungan dan tubuh manusia atau hewan yang terdapat pada kulit, rambut/bulu dan saluran pernafasan. Manusia dan hewan merupakan sumber utama infeksi (Chotiah, 2009). Pertumbuhan dan kelangsungan hidup Staphylococcus aureus tergantung pada sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, aktivitas air, pH, adanya oksigen dan komposisi makanan. Parameter pertumbuhan fisik bervariasi untuk berbagai strain Staphylococcus aureus. Kisaran suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 12- 44°C, dengan optimum 37°C. Staphylococcus aureus resisten terhadap pembekuan dan bertahan dengan baik dalam makanan yang disimpan di bawah -20°C. Namun, kelangsungan hidup berkurang pada suhu -10 sampai 0°C. Staphylococcus aureus mudah mati dalam pasteurisasi atau memasak. Pertumbuhan Staphylococcus aureus terjadi pada pH optimal 7,4.
Staphylococcus aureus adalah anaerob fakultatif sehingga dapat tumbuh di kondisi aerobik dan anaerobik. Namun, pertumbuhan terjadi pada tingkat yang lebih lambat dalam kondisi anaerob.
BAB III. When : Kapan Terjadinya Morfologi dan Patogenesis Staphylococcus Aureus?
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Kristiani, 2018). Berdasarkan bakteri yang tidak membentuk spora, maka S.aureus termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring tetap hidup sampai berbulan bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam keadaan kering pada benang, kertas kain dan dalam nanah tetap hidup selama 6-14 minggu. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90%
isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Staphylococcus aureus merupakan bakteri koagulase positif, dan memfermentasi mannitol, hal ini yang membedakan Staphylococcus aureus dengan spesies Staphylococcus lainnya. Koloni Staphylococcus pada medium padat berbentuk halus, bulat, meninggi, dan berkilau. Koloni berwarna abu-abu hingga kuning keemasan.
Staphylococcus aureus juga menghasilkan hemolisis pada pertumbuhan optimalnya.
Staphylococcus aureus menyebabkan sindrom infeksi yang luas. Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab atau saat kulit terbuka akibat penyakit seperti ekstrim, luka pembedahan, atau akibat alat intravena. Infeksi S.aureus dapat juga berasal dari kontaminasi langsung dari luka, misalnya infeksi pasca operasi Staphylococcus atau infeksi yang menyertai trauma. Jika S.aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka dapat terjadi endokarditis, osteomielitis hematogenous akut, meningitis atau infeksi paru-paru. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S.aureus dan menyebakan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. S.aureus merupakan bakteri kedua terbesar penyebab peradangan pada rongga mulut setelah bakteri Streptococcus alpha. S.aureus menyebabkan berbagai jenis peradangan pada rongga mulut seperti parotitis, cellulitis, angular cheilitis, dan abses periodontal Djas.
BAB IV. Who & Why : Siapa yang Terkontaminasi Staphylococcus Aureus Pada Jajanan Nasi Kuning dan Mengapa Hal Itu Terjadi?
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Kementerian Kesehatan RI, 2003). Kesehatan telah mengamanatkan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Dalam pasal 48 UU Kesehatan dinyatakan bahwa salah satu dari 18 kegiatan dalam upaya penyelenggaraan kesehatan adalah pengamanan makanan dan minuman.Tetapi kenyataannya saat ini kesibukan orang tua lebih memilih makanan jajanan yang cepat saji dan mudah didapatkan tanpa megetahui kualitas makanan jajanan tersebut (Departemen Kesehatan RI, 2009). Beberapa keunggulan makanan jajanan adalah harganya yang murah, mudah didapat, cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Makanan jajanan berdampak positif terhadap penganekaragaman makanan sejak kecil dalam rangka peningkatan mutu gizi makanan yang dikonsumsi dan pada akhirnya akan meningkatkan status gizi.
Makanan jajanan berdampak negatif apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung nilai gizi yang cukup dan tidak terjamin kebersihan serta keamanannya (Rosida Nurur, 2017).
Usia anak Sekolah Dasar memiliki lebih banyak waktu dan sebagian besar dihabiskan di luar rumah baik di sekolah maupun tempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan waktu makan, yaitu pada umumnya pada waktu lapar anak lebih suka jajan.Selain itu, bertambahnya jumlah kaum ibu yang harus bekerja untuk menunjang pendapatan keluarga, sehingga waktu
yang tersisa untuk menyiapkan makanan di rumah berkurang. Dari aspek kesehatan akan positif bila anak dapat memilih makanan jajanan yang cukup nilai gizi dan terjamin akan kebersihannya (Iklima Nurul, 2017). Pangan jajan anak sekolah mendapat perhatian penting karena sebagian besar asupan energi anak sekolah di peroleh pada waktu anak- anak tersebut berada di sekolah. Rendahnya tingkat keamanan Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS) masih menjadi permasalahan penting. Data pengawasan PJAS yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26 Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa 45 % PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi (BPOM RI, 2014).
Pada tahun 2017, berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Lingkungan dan Public Health Emergency Operation Center(PHEOC) Kementerian Kesehatan mencatat Kejadian Luar Biasa keracunan pangan berjumlah 163 kejadian, 7132 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,1%.
KLB keracunan pangan termasuk urutan ke-2 dari laporan KLB yang masuk ke PHEOC, Nomor 2 setelah KLB difteri. Hal ini menunjukkan bahwa KLB Keracunan Pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang harus diprioritaskan penanganannya.
Kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus pada jajanan nasi kuning disebabkan karena proses penyajian secara langsung pada saat anak-anak Sekolah Dasar membeli. Pedagang nasi kuning langsung mengambil dengan menggunakan tangan tanpa penjepit ataupun sendok.
Berdasarkan hasil penelitian Islami G, pada tahun 2018 di Pasar Besar Kota Malang bahwa kontaminasi bakteri pada makanan sangat erat kaitannya dengan kebersihan tangan. Sehingga makanan sangat mudah terkontaminasi bakteri apabila bersentuhan langsung dengan tangan yang kotor dan sifat bakteri ini yang dapat bertahan di kulit manusia. Salah satu yang mejadi penyebabnya yaitu proses pemilihan bahan baku makanan, pengolahan serta penyajian makanan. Bahan pangan harus dipilih yang baik dan segar untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen atau pembentukan toksin. Bahan makanan tersebut harus diolah dengan benar agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Salah satu bahan baku yang digunakan yaitu santan kelapa. Santan kelapa sangat mudah terkontaminasi bakteri apabila tidak cepat diolah. Berdasarkan hasil penelitian Adriani, 2014 bahwa Staphylococcus aureus banyak ditemukan pada santan kelapa yang beredar di Kota Makassar. Santan merupakan bahan dasar pembuatan nasi kuning. Santan yang digunakan adalah santan segar yang langsung diperas dari buah kelapa yang sudah diparut. Untuk santan segar harus diperhatikan kebersihan tenaga pengolahnya.
Staphylococcus aureus pada jajanan nasi kuning di SD Inti Bumi Bahari, Komponen nasi kuning yang mengandung Staphylococcus aureus di SD Inti Bumi Bahari terdapat pada sampel ikan saus dan mi goreng. Ikan saus merupakan salah satu jenis lauk yang melengkapi hidangan nasi kuning. Ikan saus merupakan ikan yang digoreng lalu disuir-suir dan dicampurkan ke saus sambal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan saus sudah dimasak beberapa hari sebelumnya. Jadi pada saat hari penjualannya hanya dilakukan pemanasan. Proses pemanasan ulang makanan jadi juga merupakan penyebab makanan terkontaminasi bakteri. Pemanasan yang hanya dilakukan pada suhu 60oC atau lebih rendah dapat merangsang pertumbuhan mikroba. Suhu pemanasan dan penyimpanan yang tidak tepat akan memudahkan miroba berkembang biak. Mi goreng juga merupakan sampel yang positif mengandung Staphylococcus aureus. Mi goreng diolah pada pukul 04.00 dan disajikan paling lambat pukul 11.00. Jarak antara proses pengolahan dan penyajian yang cukup lama membuat mi goreng harus diolah dengan benar. Kontaminasi bakteri terhadap makanan tidak tergantung pada jenis makanan. Tetapi tergantung pada cara pengolahan makanan. Cara pengolahan dan penyajian yang langsung menggunakan tangan merupakan faktor terbesar makanan tersebut tercemar bakteri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu,Niti tahun 2018 di Bali bahwa jajanan anak sekolah yang positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus disebabkan oleh pedagang makanan yang kurang menjaga kebersihannya dan yang melakukan kontak langsung dengan makanan yang akan disajikan.
BAB V. How : Bagaimana Pencegahan dan Pengobatan Staphylococcus Aureus?
Penjual nasi kuning harusnya pada saat pengolahan dan penyajian makanan harus menggunakan APD seperti apron, penutup rambut, sarung tangan dan masker. Staphylococcus aureus merupakan kuman flora normal kulit dan selaput lendir manusia, meskipun begitu bakteri ini dapat menimbulkan infeksi. Staphylococcus aureus ini sering ditemukan pada makanan dengan kandungan protein yang tinggi seperti produk yang mengandung telur dan daging. Staphylococcus aureus banyak ditemukan pada permukaan kulit, lubang hidung, serta bagian tenggorokan dalam tubuh manusia dan hewan. Namun lain ceritanya ketika bakteri sudah berpindah ke makanan. Kembang biaknya akan semakin pesat dan akhirnya menyebabkan infeksi. Gejala yang ditimbulkan jika mengalami infeksi ini adalah diare, nyeri dan kram perut, hingga mual dan muntah.
Pengobatan untuk infeksi S. aureus mungkin meliputi hal berikut.
1. Antibiotik
Dokter dapat melakukan tes untuk mengidentifikasi jenis infeksi yang disebabkan oleh S.
aureus, serta memilih antibiotik yang tepat. Antibiotik biasanya direkomendasikan adalah:
cefazolin, nafcillin atau oxacillin, vancomycin, daptomycin, telavancin, dan linezolid.Infeksi Staphylococcus aureus yang disebut dengan MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus) resisten atau kebal dengan banyak jenis antibiotik. Oleh karena itu, dokter akan menyesuaikan pemberian antibiotik dengan kondisi Anda.
2. Drainase luka
Jika Anda mengalami infeksi kulit, dokter mungkin akan melakukan sayatan pada luka untuk mengeringkan cairan yang berkumpul.
3. Pengangkatan perangkat
Jika infeksi Anda muncul akibat adanya perangkat atau prostetik yang diletakkan di dalam tubuh, pengangkatan diperlukan. Namun, untuk beberapa perangkat, proses ini memerlukan pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Alexandra Fetsch ., 2017. Staphylococcus Aureus. Alexandra Fetsch ed. London: Elsevier Science.
Chairin Nur, A. R., Imanniarsari, D. E. & Miswan, 2020. Uji Kandungan Bakteri Staphylococcus Aureus pada Jajanan Nasi Kuning di SD Kelurahan Lere Kecamatan Palu Barat. Jurnal Kolaboratif Sains, III(2), pp. 92-97.
DPAL, Z., 2017. BAB II Staphylococcus Aureus. [Online]
Available at: http://repository.unimus.ac.id/3096/4/BAB%20II.pdf [Accessed 20 November 2022].
DR., N., 2021. Mengenal Bakteri Staphylococcus aureus yang Resisten dan Sensitif Metisilin serta Respon Penghambatan Mereka oleh Ekstrak Etanol dari Tanaman Saga. [Online]
Available at: https://news.unair.ac.id/2021/12/10/mengenal-bakteri-staphylococcus- aureus-yang-resisten-dan-sensitif-metisilin-serta-respon-penghambatan-mereka-oleh- ekstrak-etanol-dari-tanaman-saga/?lang=id
[Accessed 19 November 2022].
F, M., 2017. Bakteri Staphylococcus Aureus (Tinjauan Pustaka). [Online]
Available at: http://repository.unimus.ac.id/2082/3/BAB%20II.pdf [Accessed 19 November 2022].
Rahayu, N. P., Kawuri, R. & Suriani, N. L., 2014. UJI KEBERADAAN Staphylococcus aureus PADA SOSIS TRADISIONAL (URUTAN) YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL. JURNAL SIMBIOSIS II, I(1), pp. 147-157.
Rosdarni, 2022. DETEKSI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA JAJANAN MAKANAN DIPASAR BASAH MANDONGA KOTA KENDARI. Jurnal Medilab Mandala Waluya , VI(1), pp. 39-47.
Taylor, T. & Unakal, C., 2022. National Library Of Medicine : Staphylococcus Aureus.
[Online]
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441868/
[Accessed 19 November 2022].
View publication stats