ANALISIS STUDI KASUS ASUHAN KEFARMASIAN Tugas Mata Kuliah Teori Asuhan Kefarmasian Dosen Pengampu: Jainuri Erik Pratama, M.Farm-Klin., Apt
Disusun Oleh
1. Afrida Maharani AKF22002
2. Ajwa Zafirah Mas’ud AKF22003
3. Amelia Salsabillah AKF22005
4. Intan Afsyah Salsya AKF22032
5. Niswatul Chusnia S AKF22053
6. Nur Fatimah Ramadhani AKF22054 7. Lodiana Saradika Lajong AKF22099
POLTEKKES PUTRA INDONESIA MALANG D3 FARMASI INDONESIA
2024
KASUS 2
Ny. W, usia 52 tahun, tinggi badan 160 cm, bobot badan 72kg, datang ke klinik kesehatan dengan keluhan cepat lelah, penurunan berat badan, sering haus, sering merasa lapar, dan banyak kencing. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Dokter klinik mendiagnosa Ny. W dengan penyakit DM Tipe 2. Data laboratorium gula darah puasa (GDP) 152 mg/dL, gula darah 2 jam post prandial (GD2PP) 205 mg/dL, data lab lain dalam batas normal.
PENJELASAN
Berdasarkan riwayat klinis Ny. W dan hasil laboratorium, kemungkinan besar pasien mengalami diabetes mellitus (DM) tipe 2. Pasien memiliki gejala klasik DM tipe 2 seperti sering haus (polidipsi), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia), penurunan berat badan yang tidak diinginkan, dan cepat lelah. Nilai GDP 125 mg/dL dan GD2PP 205 mg/dL juga mendukung diagnosis tersebut.
I. Rekomendasi Obat Anti Diabetik Oral (OAD)
Untuk pasien dengan DM tipe 2 yang baru didiagnosis, rekomendasi OAD yang cocok biasanya meliputi beberapa opsi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, berat badan, fungsi ginjal, dan toleransi pasien terhadap obat. Beberapa pilihan obat yang sesuai adalah:
1. Metformin (biguanid):
Pilihan pertama untuk pengobatan DM tipe 2, terutama pada pasien yang mengalami kelebihan berat badan seperti Ny. W (72 kg, BMI:
28,1 kg/m², kategori overweight).
Metformin bekerja dengan mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Dosis awal biasanya 500 mg 1-2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan sesuai toleransi pasien.
2. Sulfonilurea (misalnya glimepirid, glibenklamid):
Opsi tambahan jika kontrol gula darah dengan metformin saja tidak
cukup.
Bekerja dengan meningkatkan sekresi insulin dari pankreas.
Namun, harus digunakan dengan hati-hati karena risiko hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
3. DPP-4 inhibitor (misalnya sitagliptin, vildagliptin):
Dapat dipertimbangkan jika pasien tidak dapat mentoleransi metformin atau terdapat kontraindikasi.
Menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan efek incretin yang merangsang pelepasan insulin.
II. Rencana Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk Pasien 1. Penjelasan Penyakit:
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah kondisi kronis di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, sehingga menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Menjaga gula darah dalam kisaran normal sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti penyakit jantung, kerusakan ginjal, dan neuropati.
2. Tujuan Pengobatan:
Mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas normal (GDP
<100 mg/dL, GD2PP <140 mg/dL).
Mencegah komplikasi jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Anjuran Gaya Hidup:
Diet seimbang: Kurangi konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana. Pilih makanan berserat tinggi, seperti sayuran, buah-buahan segar, gandum utuh, dan protein rendah lemak.
Makanan yang Direkomendasikan:
Konsumsi karbohidrat kompleks (beras merah, roti gandum),
buah-buahan, sayuran, dan protein rendah lemak.
Makanan yang Harus Dihindari:
Hindari makanan tinggi gula, minuman manis, makanan olahan, dan lemak jenuh.
Penghitungan Karbohidrat: Ajarkan cara menghitung asupan karbohidrat untuk mengelola gula darah.
Aktivitas fisik teratur: Olahraga setidaknya 30 menit setiap hari (misalnya berjalan kaki, bersepeda, atau berenang).
Hindari rokok dan alkohol: Kedua kebiasaan ini dapat memperburuk komplikasi diabetes.
4. Cara Minum Obat:
Metformin: Minum sesuai dosis yang diresepkan oleh dokter.
Mulailah dengan dosis rendah untuk menghindari efek samping seperti gangguan pencernaan, dan minum obat setelah makan.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan dokter meskipun merasa sudah lebih baik.
5. Pemantauan Mandiri:
Pasien harus memonitor kadar gula darah secara rutin, terutama sebelum makan dan 2 jam setelah makan.
Catat hasil pemantauan untuk dilaporkan kepada dokter saat kontrol.
6. Tanda Bahaya:
Jika mengalami gejala hipoglikemia (lemas, berkeringat, pusing, gemetar), segera konsumsi makanan manis dan hubungi dokter jika gejala tidak membaik.
Jika mengalami gejala hiperglikemia yang berat (kencing terus- menerus, haus berlebihan, sesak napas), segera mencari pertolongan medis.
7. Pentingnya Pengobatan:
Diskusikan pentingnya minum Metformin sesuai resep dan tidak menghentikan pengobatan tanpa konsultasi dokter.
8. Pemeriksaan Rutin:
Tekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau gula darah, tekanan darah, dan kadar kolesterol.
9. Dukungan Emosional:
Bicarakan tentang pentingnya dukungan dari keluarga dan teman, serta mencari grup dukungan diabetes.
10. Metode Edukasi:
Sesi tatap muka (one-on-one) untuk menjelaskan materi.
Leaflet atau brosur yang berisi informasi penting.
Demonstrasi pengukuran gula darah jika diperlukan.
11. Evaluasi KIE:
Tanyakan kepada pasien tentang pemahaman mereka setelah sesi edukasi.
Minta pasien untuk mengulangi informasi penting yang telah disampaikan.
III. Faktor Resiko Penyebab DM Tipe 2 Pada Kasus Diatas 1. Usia
DM tipe 2 lebih umum terjadi pada individu berusia di atas 45 tahun.
Ny. W berusia 52 tahun, yang menjadikannya lebih rentan terhadap pengembangan diabetes.
2. Obesitas
Ny. W memiliki berat badan 72 kg dengan tinggi 160 cm, yang menunjukkan indeks massa tubuh (BMI) sekitar 28,1 kg/m². Ini termasuk kategori overweight. Obesitas adalah faktor risiko utama untuk pengembangan DM tipe 2 karena dapat mengganggu fungsi insulin.
Cara Menghitung IMT = 1,60 x 1,60= 2,56
IMT = BB / TB m2 = 72/2,56= 28,125 3. Riwayat Keluarga
Meskipun tidak disebutkan dalam informasi, adanya riwayat diabetes dalam keluarga dapat meningkatkan risiko. Diabetes tipe 2 cenderung berjalan dalam keluarga.
4. Sedentary Lifestyle
Gaya hidup yang kurang aktif secara fisik dapat meningkatkan risiko diabetes. Jika Ny. W memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak aktif, ini dapat berkontribusi pada pengembangan penyakit.
5. Diet Tidak Sehat
Pola makan yang tinggi gula, karbohidrat sederhana, dan lemak jenuh juga dapat menjadi faktor risiko. Jika Ny. W memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tersebut, ini dapat mempengaruhi metabolisme glukosa.
6. Tekanan Darah Tinggi dan Dislipidemia
Meskipun tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, kondisi lain seperti hipertensi atau dislipidemia (kadar kolesterol tinggi) dapat meningkatkan risiko diabetes. Jika Ny. W memiliki kondisi ini yang tidak disebutkan, maka dapat menjadi faktor risiko tambahan.
7. Stress dan Depresi
Stres kronis dapat mempengaruhi kadar hormon dan metabolisme, berpotensi meningkatkan resistensi insulin dan mengganggu kontrol gula darah. Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan.