Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan metodologi Tafsir Al-Ahkam karya Abdul Halim Hasan Binjai dalam menafsirkan ayat-ayat hukum dalam Al-Qur'an. Temuan penelitian ini menunjukkan penafsiran Syekh Abdul Halim Hasan Binjai terhadap ayat-ayat hukum menggunakan pendekatan – tafsir sejarah.
- Latar Belakang Masalah
- Identifikasi Masalah
- Perumusan Masalah
- Pembatasan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Signifikansi dan Manfaat
- Kajian Terdahulu yang Relevan
- Metode Penelitian
- Sistematika Penulisan
30 Sejauh ini, beberapa karya Abdul Halim telah ditemukan, antara lain Tafsir al-Quran al-Karim karya triad; Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua karya tafsir yang dimiliki oleh Abdul Halim Hasan yaitu Tafsir al-Ahkam dan Tafsir al-Qur'an al-Karim yang ditulisnya bersama kedua sahabatnya Abdurrahman Haitami dan Zainal Arifin Abbas.
PENDEKATAN PENAFSIRAN AL-QUR’AN
Pola Penafsiran: Antara Teks dan Realitas
Bahkan teks Al-Quran dapat dinilai sebagai teks yang terbatas ruang dan waktu. Sebab, keumuman pembacaan ayat dan Al-Quran dianggap sebagai bahasa dan bukan sebagai wacana.
Pendekatan Penafsiran
Hal ini dilakukan agar para pembaca dapat membaca Al-Qur'an sesuai dengan prinsipnya yaitu. Oleh karena itu, Nasr Hamid Abu Zayd menganggap Alquran sebagai produk budaya.
Subjektifitas Penafsiran
Kompromi paradigma tekstualis dan kontekstualis adalah klaim bahwa tidak ada penafsiran yang cenderung bersifat tekstualis atau kontekstualis semata, namun tetap memperhatikan aspek tekstualis dan kontekstualis, padahal ada kecenderungan kuat pilihan tekstualis dan kontekstualis menjadi bagian darinya. pengelompokan paradigma penafsiran terhadap teks Al-Qur'an. Setiap penafsir yang ingin menafsirkan ayat Al-Qur’an pasti akan menggunakan akalnya terlebih dahulu. Hadi, Hermeunetika Al-Qur'an dan Perbedaan Pemahaman dalam Menafsirkan Al-Qur'an, dalam Jurnal Islamica, Vol.
Langkah untuk mencapai proses tersebut tentu saja seorang penafsir harus mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai bagian dari dirinya, sehingga upaya menelusuri unsur keaslian teks (al-alah) menjadi bagian dari pembentukan tafsir yang ada. menghasilkan berbagai karya tafsir yang dikembangkan dalam khazanah tafsir yang beragam.82. Sebagaimana telah disebutkan, unsur subjektivitas dalam penafsiran suatu teks, khususnya teks Al-Qur’an, merupakan bagian yang tidak bisa dihindari karena setiap penafsiran mempunyai kecenderungan ke arah subjektivitas yang mempengaruhi penafsiran yang dihasilkan. Dalam konteks ini juga dapat dipahami bahwa perkembangan tafsir erat kaitannya dengan diterimanya unsur subjektivitas dalam menafsirkan teks Al-Qur’an, sehingga memunculkan penafsiran Al-Qur’an dengan ciri-ciri berbeda yang mempengaruhi. penafsiran Al-Qur'an. penerjemah.
Dalam kajian Al-Qur'an, unsur subjektivitas penafsiran juga terlihat dari berbagai kecenderungan yang membentuk penafsiran tersebut, yang tentunya semakin memperkaya kajian penafsiran teks Al-Qur'an.
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL SYEKH H.ABDUL HALIM
Biografi Abdul Halim Hasan
Abdul Halim dewasa tercatat pernah menikah sebanyak dua kali dalam hidupnya, yakni yang pertama dengan Rahmah Lubis dengan 8 (delapan) orang anak, dan istri kedua dengan Hj. Abdul Halim adalah seorang anak petani yang hidup sederhana, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menuntut ilmu. Hal ini membuktikan bahwa Abdul Halim rajin mempelajari ilmu-ilmu agama yang dilakukannya saat menunaikan ibadah haji pada tahun 1926. 5 Ilmu yang.
3Zaini Dahlan, Abdul Halim Hasan: Akar Tradisi Intelektual, Jurnal Islam Kontemporer dan Masyarakat Islam, hal. Dari sini kita dapat melihat bahwa Abdul Halim tidak banyak menghabiskan masa kecilnya dengan bermain seperti anak-anak lain seusianya, melainkan menghabiskan waktunya mempelajari ilmu agama. Abdul Halim dalam perjalanan pendidikannya tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama saja, namun ilmu-ilmu umum juga menjadi pusat perhatiannya.
Abdul Halim sendiri tercatat meninggal dunia pada 15 November 19697 di Kota Binjai dalam usia sekitar 68 tahun.
KaryaTulis Abdul Halim Hasan
Pembahasan dalam buku ini dilengkapi dengan dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis shahih.10. Perempuan dan Islam, buku ini membahas hak-hak perempuan dalam Al-Qur'an dan hadis. Hikmah Puasa, buku ini membahas tentang masalah hikmah puasa, dengan Al-Quran dan hadis tetap menjadi landasan utama pembahasan buku ini.
Adab dan Adab Islam, buku ini membahas tentang cara-cara etika (adab), baik terhadap manusia lain maupun ketika menghadap Allah sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya. Selain itu, Abdul Halimi juga terus menggunakan al-Quran dan as-Sunnah sebagai asas untuk menjelaskan beberapa permasalahan dalam kitab ini. Buku ini mengandungi hanya 250 ayat tentang hukum, 11 tidak semua ayat al-Quran telah ditafsir, tetapi hanya sebahagian daripada ayat-ayat al-Quran.
Artikel dalam buku ini membahas tentang kesejahteraan masjid yang ditujukan untuk kesejahteraan masjid di wilayah Sumatera Timur, sebagai pedoman dalam pengelolaan masjid.
Aktivisme dan Karir Abdul Halim Hasan
Perubahan nama ini dipandang masyarakat sebagai pandangan progresif Abdul Halim terhadap masa depan. Pada tahun 1942, Abdul Halim sendiri mengalami musibah yang tidak terduga ketika rumahnya hancur akibat banjir. Kita bisa melihat perjalanan Abdul Halim dalam mengajar dimulai pada tahun 1920 di kota Binjai.
Tercatat pada tahun 1947 hingga tahun 1948 mengajar di kota Raja, tahun 1948 hingga tahun 1950 mengajar di Langsa dan kembali lagi mengajar di kota Binjai dan wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya pada tahun 1950 hingga meninggal dunia pada tahun 1969.16 Diantaranya ada yang pernah menjadi murid Abdul Halim. 15 Zaini Dahlan, Abdul Halim Hasan: Akar Tradisi Intelektual, Jurnal Islam Kontemporer dan Masyarakat Islam, hal. Perjalanan Abdul Halim dalam memberikan ilmu, tidak hanya di dalam negeri tapi juga lintas negara, membuktikan bahwa ia juga memiliki mahasiswa di Malaysia.
Mengenai kedudukan Abdul Halimi pada zaman negara kesatuan atau selepas perang kemerdekaan, beliau pernah menjadi ketua dinas agama Kabupaten Langkat/Binjai, sehingga beliau bersara.
Gambaran Umum
Catatan sejarah menyebutkan bahwa kitab tafsir ini ditulis pada tahun 1961, setelah terbitnya kitab “Tafsir al-Qur’anul Karim” yang ditulis bersama dua orang temannya.3 Dalam kata pengantarnya, Abdul Halim mengatakan bahwa tujuannya dengan penulisan kitab Tafsir Ahkam hendaknya menambah wawasan dan pengetahuan umat islam terkait pembahasan hukum islam, khususnya bagi para santri ilmu yang telah menduduki jenjang Tsanawiyah atau Qismul Ali, dan khususnya bagi umat islam yang ingin mengetahui isi pesan-pesan dalam ayat-ayat tersebut. Al-Qur'an yang berkaitan dengan hukum Islam. Kitab Tafsir Ahkam diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 2006 oleh penerbit Prenada Media, dimana sebelumnya kitab tersebut hanya tersedia dalam bentuk manuskrip. Bahkan sebelum diterbitkan dalam bentuk buku, penulisan dalam kitab Tafsir ini masih dalam ejaan bahasa Indonesia yang belum sempurna.
Berdasarkan hal tersebut, Akmal kemudian mendapat ide untuk mentranskrip dan mengedit kitab Tafsir al-Ahkam ke dalam bentuk kitab. Dalam penyalinan dan penyuntingan kitab tafsir ini, beliau tidak bekerja sendiri melainkan didampingi oleh temannya yaitu Agus Khair yang merupakan orang yang memiliki naskah Tafsir al-Ahkam Abdul Halim. Kitab Tafsir al-Ahkam diawali dengan beberapa kata sambutan dari kalangan ulama dan intelektual di Sumatera Utara.
Diantaranya Mahmud Aziz Siregar, beliau menyampaikan bahwa sebagai Pimpinan MUI Provinsi Sumatera Utara sangat bersyukur dengan terbitnya kitab Tafsir al-Ahkam, tidak diragukan lagi keabsahan kitab ini, disertai penjelasannya. penafsirannya yang begitu mudah dipahami.8 Begitu pula dengan mantan Rektor IAIN Sumatera Utara M.
Metodologi Penafsiran
- Metode
- Sumber
- Bentuk dan Corak Penafsiran
Quraish Shihab, Landasan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1425 H./2004 M), H. Selain pemaparan kebahasaan, Abdul Halimi dalam beberapa tafsirnya juga memberikan informasi berdasarkan tentang alasan diturunkannya ayat al-Qur'an (sabab en nuzul). Selain itu, Abdul Halimi juga memberikan tafsir ayat Al-Qur'an berdasarkan bunyi qira'at.
Sebagaimana disebutkan dalam definisinya, metode tah{lili adalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dengan menilai seluruh aspek. 37M.Quraish Shihab, Landasan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004), hal. Tafsir bi al-Ra'yi merupakan tafsir yang menjelaskan isi Al-Qur'an berdasarkan hasil ijtihad seorang mufassir sendiri.
Tafsir al-Adab al-Ijtima'I: tafsir Al-Qur'an yang menonjolkan perdebatan terkait permasalahan sosial dan kemasyarakatan.
Penafsiran Syekh Abdul Halim Hasan Binjai
- Penafsiran Ayat-Ayat Ibadah
- Penafsiran Ayat-Ayat Mu’amalah
Hal ini telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, tentang sumber tafsir Al-Ahkam Abdul Halim. Abdul Halim juga menggunakan informasi dari Al-Quran tentang arti aza itu sendiri yang artinya menyakiti hati, hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 264 yang berbunyi: Adapun permasalahan pada ayat di atas: jika kamu lihatlah, dalam hal ini Abdul Halim menjelaskannya dengan melihat dari segi kebahasaan, dilanjutkan dengan penjelasan dari ayat Alquran dan juga dari hadis Nabi.
Selain itu, Abdul Halimi juga menyebutkan beberapa pemikiran mengenai hukum boleh tidaknya pernikahan dengan ahli kitab. Lebih lanjut Abdul Halimi juga menyebutkan beberapa pendapat para ulama mengenai bolehnya menikah dengan wanita pengikut kitab. Abdul Halimi juga memberikan penjelasan dalam tafsirnya, mengenai seorang wanita yang ahli kitab, namun dia musyrik.
Menurut penulis, berdasarkan pembentangan tafsir Abdul Halim di atas, dalam hal ini tampak Abdul Halim menjelaskan maksud ayat-ayat al-Quran menggunakan ayat lain (tafsir ayat bil ayat), kemudian pernyataan sahabat (tafsir). bil riwayah) dan juga pendapat ulama (qaul ulama). Dan jika dilihat kepada Abdul Halim dalam hal ini, tidak juga dikisahkan masalah yang wujud apabila beliau mentafsir. Mengenai metodologi yang digunakan dalam tafsir Al-Ahkam, Abdul Halim Hasan menggunakan kaedah tafsir tahlili.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa Abdul Halim Hasan dalam penafsirannya terhadap Al-Ahkam menggunakan pendekatan tekstual ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada sejumlah tafsir Abdul Halim Hasan terhadap dua tema utama, yakni ayat hukum ibadah dan mu’amalah. Meskipun Abdul Halim menggunakan pendekatan tekstual dalam penafsirannya, namun penafsiran yang dihasilkan tidak menghasilkan penafsiran yang eksklusif, kaku atau sektarian.
Tesis ini juga membuktikan bahawa Abdul Halim Hasan dalam istinbat al ahkam mempunyai kecenderungan kepada Imam-imam mazhab tertentu. Manakala corak atau kecenderungan ilmu yang mempengaruhi tafsiran tafsir Abdul Halim Hasan tergolong dalam tafsiran yang bercorak fiqh (hukum). Dalam tafsirnya, Abdul Halim Hasan mengemukakan pelbagai pendapat imam-imam mazhab tersebut sebagai perbandingan dalam menggubal sesuatu hukum dalam ayat tersebut.
Kecenderungan Abdul Halim Hasan terhadap sesuatu mazhab tidak menyebabkan beliau mengabaikan pendapat Imam mazhab lain.
Saran-saran
Federspiel, Howard M., Sastra Al-Qur'an Populer Indonesia (Ithaca, New York: Cornell Modern Indonesian Project, 1994). Lubis, Muhammad Nur, Data Publikasi Awal Penerjemahan dan Tafsir Al-Qur'an di Kerajaan Melayu (Kuala Lumpur: al-Hidayah, 2002). Kisah Al-Qur'an: Sejarah dan Tempatnya dalam Kehidupan Muslim, Oxford: Blackwell Publishing, 2008.
Al-Qurhubi, Imam, Al-Jami' li Ahkam al-Quran, Jilid III, Beirut: Dar al-Kitab al-. Read that Koran in the twenty-first century; a contextualist approach, London and New York; Routledge, 2014. Rohman, Izza, "Salafi Tafsirs: Textualist and Authoritarian", dalam Journal Qur'an and Hadith Studies, Vol.
Tracking Trends in Quranic Interpretation in Indonesia in Jurnal Jawa, Vol.