Resume Studium Generale (SG)
Program Studi
Rekayasa Tata Kelola Air TerpaduInstitut Teknologi Sumatera (ITERA)
Judul SG:
Apakah Gempa Tektonik Bisa Memicu Letusan Gunung Api dan Sebaliknya?
Pembicara
Dr. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T.
Resume:
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di dalam bumi yang dapat menyebabkan gerakan tanah dan bangunan di permukaan bumi. Gempa bumi disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik di dalam bumi, di mana ketika lempeng tektonik bertabrakan atau bergerak satu sama lain, tekanan dan tarikan yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi. Gempa tektonik merupakan gempa yang disebabkan oleh gerakan lempeng tektonik. Gempa tektonik dapat terjadi di darat atau di laut, dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius jika terjadi di dekat permukaan bumi.
Gempa tektonik biasanya terjadi di wilayah yang berada di sepanjang batas lempeng tektonik, seperti di sepanjang garis sesar atau di daerah subduction zone.
Subduction zone merupakan sebuah daerah di mana salah satu lempeng tektonik terangkat atau tertarik ke bawah lempeng lainnya. Ini biasanya terjadi di wilayah yang terletak di sepanjang batas lempeng tektonik, di mana salah satu lempeng tektonik bergerak ke arah lempeng lainnya dan terangkat atau tertarik ke bawahnya. Subduction zone biasanya terjadi di daerah yang memiliki topografi gunung berapi atau di sepanjang garis sesar yang aktif. Gerakan lempeng tektonik di subduction zone dapat menyebabkan gempa tektonik, dan juga dapat menyebabkan terbentuknya gunung berapi baru.
Di wilayah Asia terdapat beberapa elemen tektonik penting yang berinteraksi, sehingga sangat menentukan evolusi tektonik kawasan ini. Lempeng-lempeng tersebut meliputi lempeng Indo- Australia di selatan, lempeng Eurasia di baratlaut, serta lempeng Laut Filipina di bagian timur.
Lempeng benua India merupakan bagian dari lempeng utama Indo-Australia yang terdiri atas sub- kontinen India dan cekungan di bawah Samudera Hindia. Himalaya merupakan salah satu pegunungan termuda di bumi ini. Menurut teori tektonik lempeng, pembentukan pegunungan tersebut sebagai hasil dari tumbukan benua, atau orogeni, sepanjang batas konvergensi antara Lempeng Indo-Australia (Lempeng India) dengan Lempeng Eurasia. Sementara secara geologi, Plato Tibet tidak dapat dipisahkan dari Himalaya, karena wilayah ini menyatu, dan sama-sama terbentuk sebagai akibat tumbukan lempeng India dengan Asia / Eurasia.
Lempeng tektonik adalah lapisan kulit bumi yang terdiri dari batuan dan mineral yang bergerak secara perlahan di atas lapisan mantel bumi yang lebih dalam. Lempeng tektonik terbentuk dari material yang dilepaskan dari magma di kulit bumi, yang kemudian mengeras menjadi batuan.
Lempeng tektonik dapat bergerak secara horizontal atau vertikal, dan interaksi antar lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa tektonik, sesar, dan aktivitas gunung berapi. Ada beberapa jenis lempeng tektonik, termasuk lempeng pasif, kontinental, dan oseanik.
Ada beberapa jenis lempeng tektonik, yaitu:
Lempeng pasif: Lempeng pasif adalah lempeng tektonik yang tidak bergerak atau bergerak sangat perlahan. Lempeng pasif biasanya terletak di daratan, dan dapat terdiri dari batuan
beku atau metamorfik.
Lempeng kontinental: Lempeng kontinental adalah lempeng tektonik yang terdiri dari material beku yang terbentuk di daratan. Lempeng kontinental biasanya terdiri dari batuan beku yang lebih ringan, seperti granit, yang terletak di atas lempeng oseanik.
Lempeng oseanik: Lempeng oseanik adalah lempeng tektonik yang terdiri dari batuan yang terbentuk di bawah laut. Lempeng oseanik biasanya terdiri dari batuan beku yang lebih berat, seperti basal, yang terletak di bawah lempeng kontinental.
Selain itu, ada juga lempeng konvergen, divergen, dan transform, yang merupakan jenis lempeng tektonik yang terbentuk dari interaksi antar lempeng tektonik. Lempeng konvergen terjadi ketika dua lempeng tektonik bertemu dan salah satunya tertarik ke bawah lempeng lainnya, sedangkan lempeng divergen terjadi ketika dua lempeng tektonik bergerak ke arah yang berlawanan dan salah satunya terangkat. Lempeng transform terjadi ketika dua lempeng tektonik bergerak secara horizontal dan saling geser.
Penyebab Gunung Api Meletus 1. Lempeng Bumi Berdesakan
Penyebab pertama gunung meletus yakni karena lempeng-lempeng bumi yang saling bedesakan atau saling menghimpit satu dengan yang lainnya. Lalu mendorong kepermukaan bumi sehingga menimbulkan berbagai macam gejala tektonik. Selain itu, kondisinya bisa menyebabkan gempa vulkanik serta meningkatkan aktivitas geologi dari gunung berapi.
2. Pergerakan Tektonik
Pergerakan lempeng tektonik yang terjadi pada lapisan bumi termasuk penyebab gunung meletus. Pergerakan tektonik yang terjadi pada struktur lapisan bumi di bawah gunung, misalnya gerakan lempeng. Gerakan ini dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya akan membuat magma tersebut terdorong ke atas hingga berada tepat di bawah kawah. Pergerakan tektonik ini juga akan menyebabkan suhu kawah meningkat secara signifikan. Naiknya suhu ini disebabkan karena naiknya magma hingga menuju tepat di bawah kawah.
3. Gempa Vukanik
Penyebab gunung meletus adalah peningkatan kegempaan vulkanik yang terjadi. Gempa vulkanik adalah gempa bumi akibat aktivitas vulkanisme atau kegunungapian. Gempa bumi vulkanik juga terjadi karena aktivitas magma di dalam gunung berapi. Peningkatan kegempaan vulkanik bisa menjadi penyebab gunung meletus jika terjadi berkali-kali yang tercatat dalam alat pengukur getaran gempa bumi atau seismograf.
4. Tekanan Sangat Tinggi
Ketika tekanan sangat tinggi, akan ada dorongan cairan magma untuk bergerak ke atas dan masuk ke saluran kawah dan keluar. Apabila di sepanjang perjalanan magma dalam menyusuri saluran kawah mengalami sumbatan, maka bisa menimbulkan ledakan yang besar yaitu gunung meletus.
5. Deformasi Badan Gunung
Deformasi badan gunung adalah peningkatan gelombang magnet dan listrik. Dapat menyebabkan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam seperti dapur magma menjadi tersumbat, akibat deformasi batuan penyusun gunung. Deformasi badan gunung dapat diketahui dengan analisa geometrik yang dilakukan menggunakan data hasil pengamatan yang terdiri dari pergeseran dan regangan. Pergeseran menunjukan perubahan arah dan besar deformasi dengan menggunakan data posisi dari dua waktu pengamatan yang
berbeda. Sedangkan regangan menunjukan gerakan tubuh gunung api dan tekanan magma yang diperoleh dari hasil regangan.
6. Suhu Kawah Meningkat Tajam
Ketika suhu kawah meningkat lebih panas secara signifikan bisa menjadi penyebab gunung meletus. Selain itu, pada kondisi ini para hewan akan mulai khawatir mencari tempat pindah, lalu tanda lain dengan berkurangnya air tanah di sekitar gunung, hingga kering. Suhu panas ini sebagai tanda dari magma yang telah naik mencapai lapisan kawah paling bawah, kemudian mempengaruhi suhu kawah keseluruhan. Ketika aktivitas ini sudah terjadi, maka risiko terjadinya letusan gunung akan lebih tinggi.
Bahaya Gunung Api
Bahaya Primer (syn eruption)
Lava Flows (aliran lava)
Pyroclastic (flow & surge) (wedus gembel)
Ejecta Ballistic (boom & block)
Volcanic Ash (abu volkanik)
Poisonous Gas (gas beracun)
Lahar
Bahaya Sekunder (post eruption)
Floods (banjir bandang)
Volcanic Earthquake and Tsunami
Acid Rain (hujan asam)
Debris Avalanche & Local Fault
Climate Change & Atmospheric Pollution
Poisonous Gas (gas beracun)
Lahar
Aliran Lava
Aliran lava adalah aliran magma yang keluar dari gunung berapi dan mengalir ke bawah lereng gunung tersebut. Lava terdiri dari batuan cair yang sangat panas, biasanya disebut magma ketika masih di bawah permukaan bumi.
Ada dua jenis utama aliran lava:
1. Aliran Lava Basaltik: Ini adalah jenis aliran lava yang paling umum. Lava basaltik cenderung memiliki konsistensi yang lebih encer dan suhunya yang lebih tinggi, yang memungkinkannya mengalir lebih cepat dan menutupi area yang lebih besar.
2. Aliran Lava Andesitik dan Dasi: Lava ini lebih kental dan memiliki kandungan gas yang lebih tinggi daripada lava basaltik. Karena konsistensinya yang lebih tebal, aliran lava ini cenderung lebih lambat dan membentuk permukaan yang lebih kasar.
Piroklastik Aliran
Piroklastik adalah istilah geologi yang mengacu pada material vulkanik yang dihasilkan selama letusan gunung berapi. Piroklastik berasal dari bahasa Yunani "pyro" yang berarti "api" dan
"klastos" yang berarti "pecah" atau "hancur", sehingga secara harfiah berarti "dihancurkan oleh api". Piroklastik aliran, atau yang sering disebut awan panas, adalah aliran bergerak cepat dari campuran gas panas, abu vulkanik, dan fragmen batuan yang dilepaskan selama letusan gunung
berapi. Awan panas dapat mencapai suhu yang sangat tinggi dan bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat, bahkan mencapai kecepatan lebih dari 100 kilometer per jam. Mereka sangat berbahaya dan dapat menghancurkan segala yang ada di jalur mereka, termasuk tanaman, bangunan, dan manusia.
Gas Beracun
Gas beracun adalah gas yang dapat menyebabkan keracunan atau bahkan kematian jika terhirup dalam jumlah yang cukup besar atau dalam waktu yang lama. Gas beracun dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk proses alami seperti letusan gunung berapi atau aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil atau bahan kimia industri.
Beberapa contoh gas beracun yang umum termasuk:
1. Karbondioksida (CO2): Gas ini biasanya dihasilkan oleh proses alam seperti pernapasan hewan, dekomposisi organik, dan letusan gunung berapi. Dalam jumlah yang tinggi, CO2 dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen, yang bisa berakibat fatal.
2. Karbondioksidil (CO): Gas tak berwarna ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti gas alam, batu bara, dan minyak bumi. CO bisa sangat beracun dan bahkan mematikan jika terhirup dalam jumlah yang signifikan. Ini dapat mengikat hemoglobin dalam darah dan mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen.
3. Hidrogen sulfida (H2S): Gas ini memiliki bau seperti telur busuk dan dihasilkan dari aktivitas geologi seperti letusan gunung berapi dan pembusukan organik di lingkungan anaerobik. H2S dapat sangat beracun bahkan dalam konsentrasi rendah dan menyebabkan kehilangan kesadaran serta kerusakan organ dalam yang serius.
4. Amoniak (NH3): Amoniak adalah gas beracun yang digunakan dalam industri dan pertanian. Terhirup dalam konsentrasi tinggi, amoniak dapat menyebabkan iritasi parah pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta kerusakan paru-paru.
Lahar
Lahar adalah aliran lumpur vulkanik yang terjadi ketika material vulkanik yang longsor atau tercampur dengan air, baik itu dari hujan atau salju yang meleleh atau dari gletser, membentuk semacam lumpur yang sangat berbahaya. Lahar dapat terjadi selama atau setelah letusan gunung berapi. Mereka dapat terbentuk secara tiba-tiba dan bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, membawa material vulkanik, batuan, dan puing-puing dengan mereka.
Perubahan Iklim dan Hujan Asam
Perubahan iklim adalah perubahan dalam pola cuaca global yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang, biasanya berlangsung puluhan tahun atau lebih. Perubahan iklim sering kali diukur dengan mengamati perubahan suhu rata-rata global, pola hujan, tingkat es, dan lainnya. Faktor yang menyebabkan perubahan iklim meliputi peningkatan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) di atmosfer, deforestasi, polusi udara, dan aktivitas manusia lainnya.
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah peningkatan kejadian fenomena cuaca ekstrem, seperti badai yang lebih kuat, banjir yang lebih sering, dan kekeringan yang lebih parah.
Hujan asam adalah salah satu dampak dari polusi udara, yang dapat terjadi akibat pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas industri. Ketika gas-gas seperti sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2) bereaksi dengan uap air dalam atmosfer, mereka membentuk asam sulfat dan asam nitrat, yang kemudian jatuh ke bumi bersama dengan hujan. Hujan asam dapat memiliki dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Mereka dapat merusak tanaman, mengasamkan air dan tanah, merusak struktur bangunan, dan mengganggu kehidupan akuatik di sungai dan danau. Selain itu, hujan asam juga dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti
gangguan pernapasan dan iritasi mata.
Abu Vulkanik
Abu vulkanik adalah partikel-partikel kecil dan serbuk yang dihasilkan oleh aktivitas letusan gunung berapi. Abu vulkanik terbentuk dari fragmen batuan, kristal, dan material vulkanik lainnya yang dihembuskan ke udara selama letusan. Ukuran partikel abu vulkanik dapat bervariasi dari seberkas debu halus hingga fragmen yang lebih besar.
Lampiran Foto:
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365 Telepon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: [email protected]
www.itera.ac.id
LEMBAR PENYERAHAN RESUME STUDIUM GENERALE PROGRAM STUDI REKAYASA TATA KELOLA AIR TERPADU
Nama Mahasiswa : Yospi Arda Jaya
NIM : 122470035
Judul SG : Apakah Gempa Tektonik Bisa Memicu Letusan Gunung Api dan Sebaliknya?
Hari/Tanggal : Kamis, 28/03/2024
Tempat : Zoom
Penyelenggara : ECOEDU
No Tanggal Catatan NIlai
Mengetahui, Dosen Pengampu
M. Hakiem Sedo Putra, S.T., M.T.
NIP. 199202162022031007