HUKUM DALAM MASYARAKAT
Dr. Elsi Kartika Sari, SH MH
MASYARAKAT DAN HUKUM
• Manusia adalah realitas berupa makhluk hidup yang memperlihatkan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.
1. Aspek pertama sebagai Manusia Individual.
2. Aspek lainnya, sebagai Anggota Masyarakat (kebersamaan dengan manusia-manusia individual lainnya).
• Hans Kelsen “man is a social and political being”, artinya manusia itu adalah
makhluk sosial dan yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya
dalam masyarakat dan makhluk yang terbawa oleh kodrat sebagai makhluk sosial itu
selalu berorganisasi.
• Dalam hukum, manusia disebut juga dengan perkataan orang atau persoon, yang berarti pembawa hak, yaitu segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan yang disebut juga sebagai Subyek Hukum.
• Subyek Hukum terbagi atas :
1. Manusia (naturlijke persoon);
Berlakunya seorang manusia sebagai subyek hukum, dimulai sejak ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia, kecuali Pasal 2 KUH Perdata
2. Badan Hukum (rechtpersoon)
Badan-badan atau perkumpulan dinamakan badan hukum (rechtpersoon) yang
berarti orang atau persoon yang diciptakan oleh hukum, contohnya : PT, Koperasi
dan lainnya.
KAIDAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT
• Patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku atau perikelakuan yang diharapkan.
• Kaidah sosioal di bedakan menjadi :
1. Kaidah yang mengatur Kehidupan Pribadi
a) Kaidah Kepercayaan, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang ber-Iman (Purnadi Purbacaraka 1974:4). Kaedah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan.
b) Kaidah Kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati nurani. Kaedah ini
merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insane-kamil)Sumber kaedah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat oronom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusi juga.
2. Kaidah yang mengatur Kehidupan antar Manusia
a. Kaidah Kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaedah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia.
b. Kaidah Hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan antar manusia. Kaedah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa Negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat Negara.
• Kaidah Hukum;
a. Definisi Hukum menurut Utrecht :
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
b. Definisi Hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja :
Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat.
• Ciri-ciri Kaidah Hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
1. Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangn antara kepentingan;
2. Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lajhiriah;
3. Hukum didjalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat;
4. Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat;
5. Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman).
Hukum sebagai norma dapat dirumuskan :
“Himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, karena jika dilanggar dapat menimbulkan sanksi dari pemerintah.”
PEMBAGIAN HUKUM
• Menurut Bentuknya
a. Hukum Tertulis : hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan.
b. Hukum Tidak Tertulis : hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, walaupun tidak tertulis namun ditaati layaknya hukum yang tertulis (Hukum Kebiasaan).
• Menurut Tempat Berlakunya
a. Hukum Nasional : hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional : hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional (peraturan PBB).
• Menurut Sumbernya
a. Undang-undang : hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan
b. Kebiasaan : hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan masyarakat c. Traktat : hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam perjanjian antar
negara.
d. Yurisprudensi : hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
•
Menurut Waktu Berlakunya
a.
Ius Constitutum (Hukum Positif) : hukum yang berlaku sekarang didalam masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
b.
Ius Contituendum : hukum yang dicita-citakan atau hukum yang berlaku di masa yang akan datang.
•
Menurut Isinya
a.
Hukum Privat (Hukum Sipil) : hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, misalnya Hukum Perdata, Hukum Dagang dll.
b.
Hukum Publik : hukum yang mengatur antara negara dengan alat kelengkapannya dengan perorangan yang dititikberatkan pada kepentingan umum (Hukum Pidana).
•
Menurut Cara Mempertahankannya
a.
Hukum Materiil : hukum yang berisi atau memuat peraturan-peraturan yang mengatur hubungan ataupun kepentingan yang berwujud perintah dan larangan (Hukum Perdata dan Hukum Pidana).
b.
Hukum Formil (Hukum Acara) : hukum yang mengatur cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil (Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana).
•
Menurut Sifatnya
a.
Hukum yang memaksa : hukum yang dalam keadaan bagaimanapun harus dan mempunyai paksaan (Hukum Pidana).
b.
Hukum yang mengatur : hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturannya sendiri dalam perjanjian (Hukum Perdata)
HUKUM BISNIS
A. Pengertian
•
Istilah Hukum Bisnis merupakan sesuatu yang masih baru di Indonesia. Kata ’Bisnis’ dipinjam dari Bahasa Inggris yaitu business, yang artinya urusan, usaha atau melakukan kegiatan yang bermanfaat yang mendatangkan keuntungan dan berguna. Kegiatan yang demikian di Indonesia dikenal dengan istilah dagang, sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Stbl 1938 No.276.
•
Hukum Bisnis atau Business Law (dalam bahasa Inggris) merupakan keseluruhan dari
peraturan-peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang mengatur hak dan
kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian maupun perikatan-perikatan yang terjadi dalam
praktik bisnis. Salah satu fungsi hukum bisnis adalah sebagai sumber informasi yang berguna
bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis agar
terwujud watak dan perilaku aktivitas di bidang bisnis yang adil, wajar, sehat, dinamis, dan
bermanfaat yang dijamin oleh kepastian hukum.
• Hukum bisnis lahir karena adanya istilah bisnis. Oleh karena itu, secara luas kegiatan bisnis diartikan sebagai kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan usaha (perusahaan) secara terus-menerus, jaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa mauoun fasilitas-fasilitas untuk memperjualbelikan, atau disewakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan antara lain kegiatan:
a. Perdagangan (commerce).
b. Industry.
c. Jasa (servive).
• Hukum Bisnis adalah serangkaian peraturan yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan roda perekonomian
• Fungsi Hukum Bisnis
a. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,
b. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,
c. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat
dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian hukum).
• Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?.Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
• Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi.
HUKUM BISNIS DI INDONESIA
•
Dasar hukum yang tertulis sudah ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang mulai diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1848 berdasarkan Asas Konkordansi, namun demikian, dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang tertulis adalah sebagai berikut:
a. KUH Dagang yang Belum Banyak Diubah
❖
Ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya belum berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis, meskipun sudah barang tentu sudah banyak dari ketentuan tersebut yang sudah usang dimakan zaman. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
1)
Keagenan dan distributor (makelar dan komisioner).
2)
Surat berharga (wesel, cek, dan aksep).
3)
Pengangkutan laut.
b. KUH Dagang yang Sudah Banyak Berubah
❖
Ketentuan dalam KUH Dagang yang pada prinsipnya masih berlaku, tetepi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Dagang yang ada pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
1)
Pembukuan Dagang
2)Asuransi
c. KUH Dagang yang Sudah Diganti dengan Perundang-undangan yang Baru
❖
Ketentuan dalam KUH Dagang yang telah dicabut dan diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yuridis formal tidak berlaku lagi. Yakni ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
1)
Perseroan Terbatas
2)Pembukuan Perseroan
3)
Reklame dan penuntutan kembali dalam kepailitan
d. KUH Perdata yang Belum Banyak Berubah
❖ Ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya belum berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku adalah pengaturan tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Kontrak 2) Jual Beli
3) Hipotik (atas kapal)
e. KUH Perdata yang Sudah Banyak Berubah
❖ Ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi telah banyak berubah yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis.
Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata yang pada prinsipnya masih berlaku, tetapi
banyak berubah adalah pengaturan tentang hal sebagai berikut: Perkreditan
(Perjanjian Pinjam-meminjam)
f. KUH Perdata yang Sudah Diganti dengan Perundang-undangan yang Baru, ada juga ketentuan dalam KUH Perdata yang telah dicabut dan diganti dengan perundang-undangan yang baru sehingga secara yudiris formal tidak berlaku lagi.
Yakni ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang berbagai aspek dari hukum bisnis berupa:
1) Hak Tanggungan (dahulu hipotik atas tanah) 2) Perburuhan
g. Perundang-undangan yang Tidak Terkait dengan KUH Dagang maupun KUH Perdata
❖ Banyak juga ketentuan perundang-undangan Indonesia yang mengatur berbagai facet dari hukum bisnis yang tidak terkait, baik dengan KUH Dagang maupun dengan KUH Perdata. Ketentuan yang tidak terkait dengan KUH Perdata atau KUH Dagang tersebut, antara lain adalah ketentuan-ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Perusahaan Go Public dan Pasar Modal 2) Penanaman Modal Asing
3) Kepailitan dan Likuidasi 4) Merger dan Akuisisi 5) Pembiayaan
6) Hak atas Kekayaan Intelektual 7) Anti Monopoli
8) Perlindungan Konsumen
9) Penyelesaian Sengketa Bisnis 10) Bisnis Internasional
ETIKA BISNIS
• Merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
• Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
• Beberapa hal yang mendasari perlunya Etika dalam kegiatan bisnis:
1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak-pihak yang melakukannya.
• Bisnis adalah kegiatan yang mengutamakan rasa saling percaya. Dengan saling percaya,
kegiatan bisnis akan berkembang baik. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu
mengembangkan etika yang menjamin kegiatan.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Menciptakan Etika Bisnis a. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang"
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
d. Menciptakan persaingan yang sehat.
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis
dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin
tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang
merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
f. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
g. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
i. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan
"kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan"gugur" satu semi satu.
j. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
k. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun 2020 dapat diatasi.
◦
PENTINGNYA ETIKA DALAM DUNIA BISNIS
• Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik.
Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.
Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.
Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
• Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi.