• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GIZI KURANG DENGAN FOKUS STUDI RISIKO PERTUMBUHAN TIDAK PROPORSIONAL

N/A
N/A
Viandra Siahay

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GIZI KURANG DENGAN FOKUS STUDI RISIKO PERTUMBUHAN TIDAK PROPORSIONAL "

Copied!
332
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GIZI KURANG DENGAN FOKUS STUDI RISIKO PERTUMBUHAN TIDAK PROPORSIONAL

DI WILAYAH PUSKESMAS 1 SUMBANG KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

SITI KOMARIYAH NIM. P1337420215044

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES SEMARANG 2018

(2)

ii

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GIZI KURANG DENGAN FOKUS STUDI RISIKO PERTUMBUHAN TIDAK PROPORSIONAL

DI WILAYAH PUSKESMAS 1 SUMBANG

KTI

Disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh:

SITI KOMARIYAH NIM. P1337420215044

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES SEMARANG 2018

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah:

Nama : Siti Komariyah NIM : P1337420215044

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan kasus yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanki atas perbuatan tersebut dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 30 April 2018 Yang membuat Pernyataan,

Siti Komariyah

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur Alhamdulilahi Robbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien Gizi Kurang dengan Fokus Studi Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di Wilayah Puskesmas 1 Sumbang Penyusunan laporan kasus ini, merupakan salah satu syarat mata kuliah tugas akhir pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan, motivasi, serta do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

2. Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Walin, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto sekaligus dosen pembimbing dan penguji 1 Karya Tulis Ilmiah (KTI).

4. Aris Fitriyani, S.Kep., Ns., MM selaku ketua penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI).

5. Wahyudi, S.Kep., Ns., MH selaku dosen pembimbing dan penguji 2 penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI).

(7)

vii

6. Herry Prasetyo, MN selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA).

7. Keluarga Himpunan Mahasiswa (HIMA) yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

8. Keluarga tercinta bapak, ibu, dan saudara yang selalu memberikan semangat, dukungan dan nasehat.

9. Rekan-rekan mahasiswa tingkat 3A, 3B dan 3C Program Studi D III Keperawatan Purwokerto.

10. Lilis Dwi Cahyanti selaku teman sejawat yang telah memberi saran dan bantuan dalam penyelesain Karya Tulis Ilmiah (KTI)

11. Haerul Siad Pratama Hasibuan selaku teman yang telah memberi support dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah (KTI).

12. Pihak-pihak yang telah memberikan saran dan bantuan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah (KTI).

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini, masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. Besar harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Purwokerto, 30 April 2018

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN... iii

LEMBAR PESETUJUAN PEMBIMBING... iv

LEMBAR PENGESAHAN... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah ...

B. Batasan Masalah...

C. Rumusan Masalah...

D. Tujuan Penulisan...

E. Manfaat Penulisan ...

1 4 5 5 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(9)

ix A. Konsep Gizi Kurang

1. Definisi ...

2. Klasifikasi...

3. Etiologi...

4. Manifestasi Klinis...

5. Pathway Keperawatan...

6. Akibat Gizi Kurang...

7. Penatalaksanaan...

7 7 8 9 10 11 12 B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi...

2. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak...

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak...

4. Kemampuan Motorik Balita dan Anak...

5. Pertumbuhan Fisik Anak...

12 13 13 15 16 C. Konsep Gizi Seimbang pada Anak

1. Definisi...

2. Tujuan...

3. Menu Seimbang untuk Balita dan Pengelolaan Gizi Balita...

4. Kebutuhan Nutrisi pada Bayi dan Anak...

17 17 18 19 D. Konsep Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada Anak

dengan Gizi Kurang...

E. Pengelolaan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada Anak 22

(10)

x

dengan Gizi Kurang... 24

F. Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada dengan Anak Gizi Kurang 1. Pengkajian ... 2. Diagnosis Keperawatan ... 3. Perencanaan ... 4. Implementasi ... 5. Evaluasi ... 24 27 28 36 42 BAB III METODE PENULISAN A. Desain Penelitian... 44

B. Batasan Istilah ... 44

C. Partisipan ... 45

D. Lokasi dan Waktu Penelitian... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Uji Keabsahan Data... 46

G. Analisis... 46

H. Etik Penelitian ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 48

B. Pembahasan... 120

(11)

xi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

148 150

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Jumlah Penderita Gizi Kurang di wilayah Puskesmas 1

Sumbang pada Bulan Agustus-Oktober 2017... 2

2.2 Perkembangan Motorik pada Anak Berdasarkan Kelompok Umur.... 15

2.3 Pertumbuhan Fisik Selama Masa Bayi dan Kanak-Kanak... 17

2.4 Indikator dan Skala dalam Perencanaan Keperawatan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsioanal pada Anak dengan Gizi Kurang... 28

2.5 Indikator dan Skala Outcome Keseluruhan dalam Evaluasi... 42

4.1 Identitas Klien dengan Gizi Kurang... 48

4.2 Identitas Penanggung Jawab pada Klien dengan Gizi Kurang... 49

4.3 Riwayat Penyakit pada Klien dengan Gizi Kurang... 49

4.4 Pendekatan Gordon pada Klien dengan Gizi Kurang... 54

4.5 Pemeriksaan Fisik pada Klien dengan Gizi Kurang... 58

4.6 Analisa Data pada Klien dengan Gizi Kurang... 61

4.7 Diagnosa Keperawatan pada Klien dengan Gizi Kurang... 61

4.8 Intervensi Keperawatan pada Klien dengan Gizi Kurang... 62

4.9 Implementasi Keperawatan pada Klien dengan Gizi Kurang... 70

4.10 Evaluasi Keperawatan pada Klien Gizi Kurang... 97

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Dokumentasi Pengelolaan Asuhan Keperawatan 2. Satuan Acara Penyuluhan Gizi Kurang

3. Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi Gizi Seimbang pada Gizi Kurang 4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan Antropometri 5. Format Denver Development Screening Test (DDST)

6. Kartu Menuju Sehat

7. Standar Berat Badan Menurut Umur 8. Standar Tinggi Badan Menurut Umur 9. Lembar Bimbingan

10. Surat Pengantar Pengambilan Data 11. Permohonan Menjadi Kasus Kelolaan 12. Persetujuan Menjadi Responden 13. Daftar Riwayat Hidup

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Balita sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dimasa depan, tapi digolongkan pada kelompok masyarakat yang rentan gizi, dimana balita mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur lainnya. Sehingga balita mudah mengalami masalah gizi, masalah gizi yang sering dialami oleh balita salah satunya yaitu gizi kurang.

Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus mendapatkan perhatian yang serius (Masidu, 2008 dalam Lestiani, 2015).

Menurut Kartiningrum (2015) kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak.

Menurut (WHO) World Health Organization pada tahun 2016 diketahui masalah gizi buruk-kurang sebesar 17,8%. Di Indonesia pada tahun 2016 prevalensi gizi buruk sebesar 3,4% dan gizi kurang pada balita sebesar 14,4%, dari data tersebut prevalensi gizi kurang lebih tinggi dari pada gizi buruk (Primadi, 2016 http://sehatnegeriku.kemkes.go.id, diakses 24 Oktober 2017).

Kepala Litbangkes Kemenkes Trihono mengatakan, dari data Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 kecenderungan di setiap provinsi dengan balita gizi kurang berjumlah 19,6% hal ini naik dari 18,4%

(Kartiningrum, 2015).

(15)

2

Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 3,86%, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 4,88%. Kejadian gizi kurang lebih banyak pada kelompok balita laki-laki 3,94% dibandingkan pada kelompok perempuan 3,79%. Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal 14,10% dan terendah di Kabupaten Pekalongan 0,52% (www.depkes.go.id, diakses 25 Oktober 2017). Persentase status gizi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2013 yaitu gizi lebih 306 balita atau 1,98%, gizi baik 13.782 balita atau 89,20%, status gizi kurang 1.208 balita atau 7,82%, sedangkan presentase balita dengan gizi kurang di Kecamatan Sumbang untuk Puskesmas 1 Sumbang tahun 2013 sebesar 9.77%, (http://www.pusdatin.kemkes.go.id, diakses 3 November 2017).

Berdasarkan data diatas penulis melakukan survey pendahuluan pada tanggal 30 Oktober 2017 kasus balita dengan gizi kurang (BB/U) pada bulan Agustus-Oktober 2017 di Puskesmas I Sumbang di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Data Jumlah Penderita Gizi Kurang di Wilayah Puskesmas 1 Sumbang pada bulan Agustus-Oktober 2017

Sumber : Puskesmas 1 Sumbang (2017)

Bulan Jumlah Balita Jumlah

Penderita Gizi Kurang (BB/U)

Presentase

<1 (%) tahun

1-2 tahun

2-5 tahun

Agustus 433 926 2110 7 0,21%

September 468 936 2102 5 0,14%

Oktober 434 847 2261 7 0,2%

(16)

3

Data diatas menunjukkan bahwa penderita gizi kurang di wilayah Puskesmas 1 Sumbang yang terdiri dari 11 Desa dalam 3 bulan terakhir berdasarkan (BB/U) terbanyak terjadi pada bulan Agustus yaitu 7 penderita atau 0,21%. Penderita gizi kurang pada balita diatas dilihat dari buku Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berada dibawah garis kuning.

Menurut penelitian yang dilakukan Kartiningrum (2015) dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang Pada Balita di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto, dengan metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan case–control. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20 orang sebagai kelompok kasus dan 20 sebagai kelompok kontrol. Variabel independen (variabel bebas) antara lain riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Variabel dependen (variabel terikat) yaitu kejadian gizi kurang pada balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian ASI eksklusif dan inisiasi menyusui dini merupakan faktor resiko terhadap kejadian gizi kurang pada balita tetapi riwayat penyakit infeksi merupakan faktor yang paling dominan.

Faktor yang menyebabkan gizi kurang terbagi menjadi dua yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu makanan yang tidak seimbang dan terkena penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung yaitu tidak tercukupinya persediaan makanan, pola asuh anak, sanitasi air bersih dan kurang pelayanan kesehatan dasar. Dilihat dari faktor tersebut anak-anak di desa cenderung mengalami status gizi kurang (Noviyana & Purwatis, 2016).

(17)

4

Masalah kekurangan gizi pada balita apabila tidak segera ditangani akan berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan perkembangan spiritual, pada akhirnya kekurangan gizi akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (Syarif, 2004 dalam Izzaty, 2017).

Masalah gizi kurang dapat memunculkan beberapa diagnosa di antaranya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko pertumbuhan tidak proporsional, risiko infeksi, dan intoleransi aktivitas (Nurarif & Kusuma, 2015). Dari beberapa diagnosa tersebut diagnosa yang paling nampak pada klien gizi kurang adalah risiko pertumbuhan tidak proporsional. Risiko pertumbuhan tidak proporsional adalah rentan mengalami pertumbuhan di atas persentil ke-97 atau di bawah persentil ke-3 untuk usia, yang melewati dua jalur persentil, yang dapat mengganggu kesehatan (Herdman dan Kamitsuru 2015). Risiko pertumbuhan tidak proporsional apabila tidak ditangani dengan efektif maka akan menimbulkan dampak yang buruk untuk jangka panjang karena adanya gangguan pertumbuhan fisik yang nyata.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Gizi Kurang dengan Fokus Studi Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional”.

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

(18)

5

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien Gizi Kurang dengan fokus studi Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

D. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

(19)

6

e. Melakukan evaluasi dengan membandingkan 2 kasus setelah dilakukan tindakan penyuluhan pada klien mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di wilayah Puskesmas 1 Sumbang.

E. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Sebagai sarana informasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan Gizi Kurang serta dapat untuk pengembangan ilmu keperawatan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis

Menambah wawasan serta pengalaman dan menerapkan ilmu keperawatan serta dapat dijadikan pengembangan asuhan keperawatan risiko pertumbuhan tidak proporsional dengan klien Gizi Kurang.

b. Bagi institusi

Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan referensi untuk perawat pada pengelolaan keperawatan risiko pertumbuhan tidak proporsional pada klien Gizi Kurang. Serta berguna bagi tenaga kesehatan lainnya.

c. Bagi pembaca

Sebagai sarana informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan klien Gizi Kurang serta dapat menjadi bahan bacaan untuk memperdalam pengetahuan yang sudah ada tentang Gizi Kurang.

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gizi Kurang

1. Definisi

Gizi kurang adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin 2013 dalam Lestiani 2015).

Kekurangan gizi merupakan akibat dari kebiasaan hidup yang kurang memikirkan nilai-nilai gizi disamping kebiasaan hidup dilingkungan sederhana karena daya beli yang kurang atau ketidaktahuan orang tua mengenai soal gizi (Noviyana & Purwatis, 2016).

Jadi penulis menyimpulkan bahwa gizi kurang adalah keadaan kurang gizi dimana kurang mendapat energi protein dan akibat dari kebiasaan hidup yang kurang memikirkan gizi yang terjadi dalam waktu lama.

2. Klasifikasi

Menurut Maryunani (2013) dalam Kurniawati (2017), gizi kurang pada anak dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Kurang energi protein ringan

Pada tahap ini, belum ada tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas, dilihat dari berat badan anak hanya mencapai 80% dari berat badan normal.

(21)

8

b. Kurang energi protein sedang

Pada tahap ini, berat badan anak hanya 70% dari berat badan normal, serta tanda lain yang jelas antara lain adalah wajah menjadi pucat dan warna rambut berubah menjadi agak kemerahan.

c. Kurang energi protein berat

1) Marasmus yaitu suatu bentuk kurang kalori dan protein yang berat, ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi (Nurarif & Kusuma, 2015).

2) Kwasiorkor yaitu suatu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein berat dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Etiologi

Menurut Marmi & Raharjo (2015), gizi kurang pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung dan tidak langsung sebagai berikut:

a. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi.

b. Gizi kurang tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya, serta kurang mendapat pelayanan kesehatan bisa karena kekurangan ekonomi dan kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan.

(22)

9

Menurut Suhardjo (2003), dalam Pertiwi, Haroen, & Karwati (2012), kekurangan zat gizi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu konsumsi pangan yang kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Semakin baik konsumsi pangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dan semakin baik pola pengasuhan yang diterima oleh seorang anak maka status gizinya akan semakin baik. Pada masa anak-anak, status gizi secara langsung berpengaruh terhadap imunitas, perkembangan kognitif, pertumbuhan, dan stamina tubuh.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Gibney, Margetts, Kearney & Arab (2009), ada dua sindrom klinis atau tanda-tanda untuk menegakan diagnosa gizi kurang, yang parah juga dikenal dengan istilah kekurangan energi protein, yaitu marasmus dan kwashiorkor.

Menurut Irianto (2014), anak dikatakan gizi kurang dengan kriteria sebagai berikut:

a. Gizi kurang yaitu apabila panjang/tinggi badan bayi/anak menurut usianya berada di antara 70,1%-80% dari standard Harvard.

b. Gizi kurang, bila berat bayi/anak menurut panjang/tingginya berada di antara 70,1%-90% dari standard Harvard.

c. Gizi kurang, apabila LLA bayi/anak menurut usianya berada di antara 70,1%-85% standard Wolonski.

(23)

10

5. Pathway Keperawatan

a. Status sosial ekonomi rendah b. Kurang pengetahuan

c. Sistem dukungan sosial tidak memadai Defisiensi Protein Defisiensi Sumber Kalori

Katabolisme Protein & Lemak Defisiensi Energi Fisik

Defisiensi Asam Amino Esensial Ggn pola aktivitas/ bermain Hipoproteinemia, (apatis, cengeng)

Hipoalbiminemia Gangguan sintesis sel

Ggn perkembangan Ggn pertumbuhan fisik

motorik-mental-sosial: Ukuran antropometri << Pencernaan:

Motorik kasar Muntah/mual,

Motorik halus kognitif dan bahasa Gastrointeritis

Sosial Malabsorbsi ,

Defisit nutrisi semakin berat, defisit cairan dan elektrolit

Gambar 2.1 Pathway Keperawatan Sumber : Nurarif & Kusuma (2015)

Risiko

Pertumbuhan Tidak

Proporsional Risiko

keterlambatan Perkembangan

Intoleransi Aktifitas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(24)

11

6. Akibat Gizi Kurang

Menurut Par’i (2016), terdapat beberapa hal mendasar yang mempengaruhi tubuh manusia akibat asupan zat gizi yang kurang, yaitu:

a. Pertumbuhan

Zat gizi yang kurang mengakibatkan anak tidak dapat tumbuh optimal dan pembentukan otot terhambat dan protein berguna sebagai zat pembangun sehingga kekurangan protein menyebabkan otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok.

b. Produksi tenaga

Kekurangan zat gizi sebagai sumber tenaga dapat menyebabkan kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas.

c. Pertahanan tubuh

Protein sangat berguna untuk pembentukan antibodi dalam tubuh, akibat dari kekurangan protein kerja imun dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang penyakit seperti batuk, diare, pilek, atau penyakit infeksi lainnya.

d. Struktur dan fungsi otak

Kekurangan gizi pada masa janin dan balita dapat berpengaruh pada pertumbuhan otak karena sel-sel otak tidak dapat berkembang, sedangkan otak mencapai pertumbuhan yang optimal pada usia 2-3 tahun.

e. Perilaku

Anak-anak yang menderita gizi kurang akan memiliki perilaku yang tidak tenang, cengeng, dan pada stadium lanjut bersifat apatis.

(25)

12

7. Penatalaksanaan

Menurut Suriadi & Yuliani (2010), prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi kurang yaitu:

a. Pemberian makanan yang mengandung protein, diit tinggi kalori, mineral dan vitamin.

b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

c. Penanganan segera penyakit penyerta misalnya diare dengan pemberian cairan, antidiare, dan antibiotik.

d. Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari dengan porsi kecil.

B. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak 1. Definisi

Menurut Soetjiningsih & Ranuh, (2016), Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan bertambahnya kemampuan struktur tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan atau maturitas.

(26)

13

2. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Dwienda, Maita, Saputri & Yulviana (2014), Pertumbuhan mempunyai ciri khusus, yaitu:

a. Perubahan ukuran b. Perubahan proporsi

c. Hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru.

Proses perkembangan terjadi secara stimulan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Perkembangan merupakan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa.

3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang a. Faktor herediter

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan, yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Faktor herediter ini sudah tidak dapat dirubah lagi.

(Dwienda, Maita, Saputri & Yulviana, 2014).

b. Faktor lingkungan

1) Kebudayaan dari setiap daerah akan mempengaruhi tingkah laku, adat kebiasaan dan kepercayaan tentang pola dan cara pemeliharaan anak.

2) Nutrisi, dalam hal ini diperlukan dalam segi kualitas dan kuantitasnya. Kualitas makanan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh seperti protein, karbohidrat, dan vitamin.

(27)

14

Akibat dari kekurangan nutrisi akan terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak yang lambat. Kekurangan nutrisi dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

a) Intake nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas.

b) Aktifitas fisik yang terlalu aktif.

c) Penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan kekurangan nafsu makan atau timbulnya gangguan absorbs usus serta keadaan emosi yang menyebabkan kurang nafsu makan.

3) Status sosial ekonomi keluarga, yaitu anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bekonomi tinggi untuk pemenuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dikeluarga berekonomi rendah.

4) Iklim atau cuara tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak, misal musim penghujan ataupun musim panas.

5) Olah raga akan meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologis dan stimulasi perkembangan otot-otot.

6) Posisi anak dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak.

7) Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan.

(28)

15

4. Kemampuan Motorik Balita dan Anak

Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2016), perkembangan motorik kasar dan motorik halus menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2

Perkembangan Motorik pada Anak Berdasarkan Kelompok Umur

Usia Motorik Kasar Motorik Halus

0-3 bulan a. Mengangkat kepala setinggi 45° dan dada ditumpu lengan pada waktu tengkurap.

b. Menggerakkan

kepala dari

kiri/kanan ke tengah.

a. Menahan barang yang dipegangnya.

b. Menggapai mainan yang digerakan.

3-6 bulan a. Berbalik dari telungkup ke telentang.

b. Mengangkat kepala setinggi 90°.

a. Menggenggam pensil.

b. Meraih benda yang

ada dalam

jangkauannya.

c. Memegang

tangannya sendiri.

6-9 bulan a. Duduk sendiri

b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

a. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.

9-12 bulan a. Mengangkat

badannya ke posisi berdiri.

b. Belajar berdiri selama 30 detik.

c. Dapat berjalan dengan dituntun.

a. Mengulurkan

lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

b. Menggenggam erat pensil.

12-18 bulan a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

b. Membungkuk

memungut mainan kemudian berdiri.

a. Menumpuk dua buah kubus.

b. Memasukkan kubus ke dalam kotak.

(29)

16

Tabel 2. 2 (Lanjutan)

Usia Motorik Kasar Motorik Halus 18-24 bulan a. Berdiri sendiri tanpa

berpegangan.

b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

a. Bertepuk tangan, melambai-lambai.

b. Menumpuk empat buah kubus.

c. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

d. Menggelindingkan bola ke arah sasaran.

24-36 bulan a. Jalan menaiki tangga sendiri.

b. Dapat bermain dan menendang bola kecil.

a. Mencoret-coret pensil pada kertas.

36-48 bulan a. Berdiri pada satu kaki selama 2 detik.

b. Melompat dengan kedua kaki diangkat.

c. Mengayuh sepeda roda tiga.

a. Menggambar garis lurus.

b. Menumpuk 8 buah kubus.

48-60 bulan a. Berdiri pada satu kaki selama 6 detik.

b. Melompat-lompat dengan satu kaki.

c. Menari.

a. Menggambar tanda silang.

b. Menggambar lingkaran.

c. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh (kepala, badan, lengan).

5. Pertumbuhan Fisik Anak

Peningkatan berat badan dan tinggi badan rata-rata pada setiap kelompok usia menurut Soetjiningsih & Ranuh (2016), dapat diringkas pada tabel di bawah ini:

(30)

17

Tabel 2.3

Pertumbuhan Fisik Selama Masa Bayi dan Kanak-Kanak

Usia Berat Badan Tinggi Badan

0-6 bulan Kenaikan BB per bulan 500-600 g pada 6 bulan pertama.

Dua kali BB lahir pada usia 4-5 bulan.

Kenaikan TB rata-rata 2 ,5 cm per bulan.

1 tahun Kenaikan BB per bulan 250-350 g pada usia 1 tahun.

Tiga kali BB lahir pada usia 1 tahun.

Kenaikan TB rata-rata 2,5 cm per bulan.

Kenaikan TB rata-rata 1,5 x TB lahir pada usia 1 tahun.

3 -6 tahun Kenaikan BB rata-rata per tahun 2 kg.

Kenaikan TB rata-rata 2 x TB lahir dan kenaikan TB rata-rata 1,5 x TB (6-8 cm) setahun

C. Konsep Gizi Seimbang pada Anak 1. Definisi

Menurut Utama & Herqutanto (2017), gizi seimbang merupakan susunan hidangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktifitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

2. Tujuan

Menurut Utama & Herqutanto (2017), untuk menyediakan pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi anekaragaman pangan, perilaku hidup bersih, aktifitas fisik dan mempertahankan berat badan normal.

(31)

18

3. Menu Seimbang untuk Balita dan Pengelolaan Gizi Balita

Menurut Proverawati & Wati (2011), masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat. Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara lebih lancar. Balita memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda dari orang dewasa. Balita membutuhkan lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat.

Menu seimbang untuk balita yaitu:

a. Gula dan garam

Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram.

b. Porsi makan

Porsi makan anak balita juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.

c. Kebutuhan energi dan nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari.

d. Susu pertumbuhan

Susu merupakan salah satu sumber kalsium, sehingga penting juga dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml atau 120 oz per hari.

Susu pertumbuhan merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi usia 12 bulan ke atas.

(32)

19

Menu seimbang yaitu gizi yang harus terpenuhi untuk menjaga keseimbangan gizi tubuh yaitu:

a. Karbohidrat seperti nasi, roti, sereal, kentang, atau mie. Selain sebagai menu utama, karbohidrat bisa diolah sebagai makanan selingan atau bekal sekolah seperti puding roti atau donat kentang yang lezat.

b. Buah dan sayur seperti pisang, pepaya, jeruk, tomat, dan wortel. Jenis sayuran beragam mengandung zat gizi berbeda. Berikan setiap hari baik dalam bentuk segar atau diolah menjadi jus.

c. Susu dan produk olahan susu. Pastikan balita mendapatkan asupan kalsium yang cukup dari konsumsi susunya.

d. Protein seperti ikan, susu, daging, telur, kacang-kacang. Tunda pemberiannya apabila timbul alergi atau dapat diganti dengan sumber protein lain.

e. Lemak dan gula seperti yang terdapat dalam minyak, santan, dan mentega, roti, dan kue juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.

4. Kebutuhan Nutrisi pada Bayi dan Anak

Menurut Sjarif, Lestari, Mexitalia & Nasar (2014), kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak meliputi:

a. Karbohidrat Kelompok umur : 1) 0-6 bulan : 58 g.

2) 7-11 bulan : 82 g.

(33)

20

3) 1-3 tahun : 155 g.

4) 4-6 tahun : 220 g.

b. Protein

Kelompok umur : 1) 0-6 bulan :12 g 2) 7-11 bulan : 18 g.

3) 1-3 tahun : 26 g.

4) 4-6 tahun : 35 g.

c. Energi

Kelompok umur :

1) 0-6 bulan : 550 kkal.

2) 7-11 bulan : 725 kkal.

3) 1-3 tahun : 1125 kkal.

4) 4-6 tahun : 1600 kkal.

d. Air

Kelompok umur :

1) 0-6 bulan : 155 ml.

2) 7-11 bulan : 800 ml.

3) 1-3 tahun : 1200 ml.

4) 4-6 tahun : 1500 ml.

e. Vitamin

1) Vitamin A

Kelompok umur :

(34)

21

a) 0-6 bulan : 375 mcg.

b) 7-11 bulan : 400 mcg.

c) 1-3 tahun : 400 mcg.

d) 4-6 tahun : 450 mcg.

2) Vitamin D

Kelompok umur :

a) 0-6 bulan : 5 mcg.

b) 7-11 bulan : 5 mcg.

c) 1-3 tahun : 15 mcg.

d) 4-6 tahun : 15 mcg.

3) Vitamin E

Kelompok umur :

a) 0-6 bulan : 4 mcg.

b) 7-11 bulan : 5 mcg.

c) 1-3 tahun : 6 mcg.

d) 4-6 tahun : 7 mcg.

4) Vitamin K

Kelompok umur :

a) 0-6 bulan : 5 mcg.

b) 7-11 bulan : 10 mcg.

c) 1-3 tahun : 15 mcg.

d) 4-6 tahun : 20 mcg.

(35)

22

D. Konsep Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada Anak dengan Gizi Kurang

Risiko pertumbuhan tidak proporsional adalah risiko pertumbuhan diatas persentil ke-97 atau di bawah persentil ke-3 untuk usianya, yang melewati 2 jalur persentil (Wilkinson, 2016).

Menurut penulis risiko pertumbuhan tidak proporsioanal adalah risiko pertumbuhan diatas rata-rata atau dibawah rata-rata untuk usianya dan rentang mengalami masalah kesehatan.

Pertumbuhan anak dapat diukur dengan menggunakan grafik baku dari Center For Health Statistics (NCHS) yang berasal dari USA untuk anak laki- laki maupun perempuan dan dipakai secara luas.

Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2016), yaitu memberikan perhatian terhadap setiap kemungkinan risiko dengan cara pemantauan dan skrining.

Pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau growth chart penting untuk deteksi dini gangguan pertumbuhan fisik, atau menggunakan Z-score yang menggambarkan jarak atau selisih nilai seseorang kenilai rerata dari kelompok tersebut, dan dinyatakan dalam bentuk satuan Standard Deviasi (DS). Adapun Z-score dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai seseorang yang didapat dari hasil pengukuran-nilai rerata populasi Standar deviasi pada populasi

(36)

23

Menurut Par’i (2016), pertumbuhan anak dapat diukur dengan melihat pergeseran kurva menggunaan penilaian persentil, dengan membandingkan rata-rata status gizi terhadap nilai 50 persentil (median) baku rujukan. Nilai normal terbawah adalah 3 persentil dan teratas 97 persentil. Batas ambang yang digunakan untuk kategori kurang adalah di bawah 3 persentil, jika posisi indeks (BB/U) seorang anak berada di bawah 3 persentil, status gizi anak tersebut dikategorikan kurang.

Faktor risiko pada pertumbuhan tidak proporsional menurut Herdman &

Kamitsuru (2015), adalah:

1. Pemberi asuhan yang meliputi: masalah kesehatan mental (misal: depresi, psikosis, gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat), kesulitan belajar, gangguan fungsi kognitif, penganiyaan (misal: fisik, psikologis, seksual).

2. Lingkungan yang meliputi: bencana alam, kehilangan lingkungan, kemiskinan, keracunan timbal, pemajanan pada perilaku kekerasan, pemajanan pada teratogen.

3. Individual yang meliputi: anoreksia, infeksi, malnutrisi, penyakit kronis, perilaku makan maladaptif oleh pemberi asuhan, perilaku makan sendiri maladaptif, prematuritas, selera makan yang tidak pernah kenyang.

4. Prenatal yang meliputi: gangguan genetik, gangguan kongenital, infeksi maternal, kehamilan kembar, pemajan teratogen, penyalahgunaan zat.

(37)

24

E. Pengelolaan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada Anak dengan Gizi Kurang

Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan dengan tinggi kalori, tinggi protein, cukup cairan, vitamin, dan mineral. Makanan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap, pemberian terapi cairan dan elektrolit, penanganan diare bila ada, cairan antidiare, dan antibiotik (Suriadi & Yuliani, 2010).

Penjelasan di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan Pertiwi, Haroen, & Karwati (2012), yaitu upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki status gizi anak. Salah satunya yaitu dengan cara melakukan program intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pemberian makanan tambahan ini bertujuan untuk memperbaiki konsumsi pangan balita dan meningkatkan status gizi serta mengurangi morbiditas pada balita gizi kurang.

F. Konsep Asuhan Keperawatan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada Anak dengan Gizi Kurang

1. Pengkajian

Menurut Suriadi & Yuliani (2010), hal- hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

a. Riwayat status sosial-ekonomi

Menurut penelitian Putri, Sulastri, & Lestari (2015), terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan pola asuh ibu dengan status gizi

(38)

25

anak balita. Pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi.

Peneliti akan melakukan pengkajian status sosial-ekonomi dengan cara wawancara terhadap kedua orang tua, atau pengasuh klien mengenai pekerjaan, pendidikan, pendapatan keluarga perhari atau berbulan, dan pola asuh ibu terhadap pemenuhan gizi anak.

b. Riwayat pola makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Adriani & Kartika (2013), terhadap kebiasaan makan yang terkait dengan status gizi balita berupa pemberian makanan selain ASI pada anak usia 0-6 bulan meliputi madu, air tajin, susu formula, biskuit bayi, pisang yang dilembutkan, bubur susu, makanan lunak, nasi, sayur, ikan, telur, daging sapi, jajanan dan camilan, dengan alasan agar anak mau makan dan tidak menangis. Kejadian tersebut mengakibatkan tidak diterapkannya inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. Pemberian makanan untuk balita lebih ditujukan agar balita kenyang dan tidak rewel, tanpa memperhatikan nilai gizi makanan sehingga mengakibatkan balita kekurangan zat protein dan lemak yang dibutuhkan akhirnya akan mengganggu pertumbuhan balita.

c. Pengkajian antropometri

Menurut Par’i (2016), pengukuran antropometri yaitu pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia, misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar lengan atas,

(39)

26

dan lainnya. Hasil pengukuran kemudian dirujuk sesuai umur dan jenis kelamin. Dalam penilaian status gizi anak dapat dilihat dengan menggunakan sebagai berikut:

1) Berdasarkan Berat Badan menurut Umur:

a) Tergolong gizi lebih jika hasil ukur >+2 Standar Defiasi (SD) b) Tergolong gizi baik jika hasil ukur >= -2 SD sampai +2SD c) Tergolong gizi kurang jika hasil ukur <-2 SD sampai >=-3 SD d) Tergolong gizi buruk jika hasil ukur < -3 SD

2) Berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U):

a) Normal jika hasil ukur >= -2 SD

b) Pendek (stunted) jika hasil ukur <-2 SD

3) Berdasarkan Berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB):

a) Gemuk jika hasil ukur >+2 SD

b) Normal jika hasil ukur >=-2 SD sampai +2SD

c) Kurus (Wasted) jika hasil ukur <-2 SD sampai >=-3 SD d) Kurus sekali jika hasil ukur <-3 SD

4) LLA bayi/ anak menurut usianya berada di antara 70,1%-85%

standard Wolanski.

Penulis akan melakukan pengkajian antropometri pada anak dengan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengukuran ini adalah timbangan, pita meteran (metline), pita lingkar lengan atas.

(40)

27

Pemantauan jalannya pertumbuhan anak yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

d. Kaji manifestasi klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan gizi kurang. Gejala dan tanda yang muncul sering kurang spesifik untuk menggambarkan kekurangan gizi tertentu.

Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi.

e. Monitor hasil laboratorium

Gizi kurang dapat dikaji ditandai dengan adanya konsumsi protein dan kalori dalam tubuh kurang, kadar albumin didapati rendah, jumlah albumin untuk penilaian status nutrisi adalah normal 3,5-4,7 g/dL, kekurangan ringan 2,8-3,4 g/dL, kekurangan sedang 2,1-2,7 g/dL, kekurangan berat < 2,1 g/dL.

f. Kaji tanda-tanda vital

Nadi melemah dan cepat, suhu tubuh hipotermia atau hipertermia, kesadaran menurun, pernapasan cepat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada anak dengan gizi kurang berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Nurarif & Kusuma (2015), yaitu risiko pertumbuhan tidak proporsional.

(41)

28

3. Perencanaan

Buleck, Butcher, Dochterman, & Wagner (2015), perencanaan masalah keperawatan risiko pertumbuhan tidak proporsional mengacu pada diagnosa NANDA, kriteria hasil Nursing Outcomes Classification (NOC), dan intervensi Nursing Interventions Classification (NIC).

Diagnosa : Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan risiko pertumbuhan tidak proporsional dapat teratasi.

NOC : Perilaku patuh: diet yang sehat.

Tabel 2.4

Indikator dan Skala dalam Perencanaan Keperawatan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsioanal pada Anak dengan Gizi Kurang .

No Indikator Skala

Awal Tujuan

a. Menyusun target capaian diet - 5

b. Manyeimbangkan intake kalori dan kebutuhan kalori

- 5

c. Mencari informasi tentang panduan nutrisi baku

- 5

d. Menggunakan panduan nutrisi yang direkomendasikan untuk merencanakan menu makanan

- 5

e. Memilih makanan sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan

- 5

f. Memilih porsi sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan

- 5

g. Memilih makanan berdasarkan informasi nutrisi pada tabel kemasan makanan

- 5

h. Mencuci buah dan sayuran segar sebelum dimakan

- 5

i. Menyiapkan makanan sesuai dengan rekomendasi diet untuk lemak, sodium (garam), dan karbohidrat

- 5

j. Memasak daging, unggas, ikan, dan telur rekomendasi keamanan konsumsi

- 5

(42)

29

Tabel 2.4 (Lanjutan)

No Indikator Skala

Awal Tujuan k. Memakan sajian buah yang

direkomendasikan per hari

- 5

l. Memakan sajian sayuran yang direkomendasikan per hari

- 5

m. Memakan lebih banyak produk gandum utuh daripada produk gandum olahan

- 5

n. Mengurangi makanan dengan nilai kelori tinggi dan nilai nutrisi kecil

- 5

o. Menyeimbangkan antara intake cairan dan kehilangan cairan

- 5

p. Mempertahankan hidrasi - 5

q. Memilih makanan yang mengandung kalsium untuk memenuhi kebutuhan tubuh

- 5

r. Mengkonsumsi suplemen vitamin/mineral sesuai panduan yang disarankan

- 5

s. Memilih makanan sesuai dengan budaya dan agama yang diyakini

- 5

t. Mendiskusikan penggunaan obat herbal dengan tenaga kesehatan

- 5

u. Menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat-obatan/medikasi

- 5

v. Menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat herbal

- 5

w. Menghindari makanan yang dapat memicu reaksi alergi

- 5

Keterangan Skala:

1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang-kadang dilakukan 4 = Sering dilakukan

5 = Dilakukan secara konsisten

(43)

30

NIC : Manajement nutrisi Intervensi :

a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.

b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.

c. Tentukan apa yang menjadi makanan kesukaan bagi pasien.

d. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

e. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi.

f. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi.

g. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat.

h. Atur diet yang diperlukan yaitu menyediakan makanan protein tinggi;

menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam, menambah kalori, vitamin, mineral.

i. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan.

j. Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan.

k. Pastikan pasien menggunakan gigi palsu dengan cara yang tepat.

l. Beri obat-obatan sebelum makan.

m. Anjurkan pasien mengenal modifikasi diet yang diperlukan.

n. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit.

(44)

31

o. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinkan.

p. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal.

q. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien, sementara pasien berada di rumah sakit atau fasilitas perawatan yang sesuai.

r. Bantu pasien membuka kemasan makanan, memotong makanan, dan makan jika diperlukan.

s. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan dan usia.

t. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi.

u. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.

v. Monitor kalori dan asupan makanan.

w. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan BB x. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan.

y. Dorong untuk melakukan bagaimana cara menyiapkan makanan dengan aman dan teknik pengawetan makanan.

z. Bantu pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas.

NIC : Terapi nutrisi Intervensi :

a. Lengkapi pengkajian nutrisi, sesuai kebutuhan.

(45)

32

b. Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari, sesuai kebutuhan.

c. Monitor instruksi diet yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perhari, sesuai kebutuhan.

d. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi, sesuai kebutuhan.

e. Kaji preferensi makanan sesuai dengan budaya dan agama pasien.

f. Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.

g. Dorong pasien untuk memilih makanan setengah lunak, jika pasien mengalami kesulitan menelan karena menurunnya jumlah saliva.

h. Motivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium sesuai kebutuhan.

i. Motivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi kalium sesuai kebutuhan.

j. Pastikan bahwa dalam diet mengandung makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

k. Sediakan bagi pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori dan mudah dikomsumsi, sesuai kebutuhan.

l. Bantu pasien untuk memilih makanan yang lunak, lembut dan tidak mengandung asam sesuai kebutuhan.

m. Kaji kebutuhan nutrisi parenteral.

n. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan.

(46)

33

o. Hentikan pemberian makan melalui selang makanan begitu pasien mampu mentoleransi asupan makanan melalui oral.

p. Berikan cairan hiperalimentasi sesuai kebutuhan.

q. Pastikan ketersediaan terapi diet progresif.

r. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan.

s. Motivasi pasien untuk membawa makanan yang telah dimasak dari rumah sesuai kebutuhan.

t. Anjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung laktosa, sesuai kebutuhan.

u. Tawarkan herbal dan rempah sebagai pengganti garam.

v. Ciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan dan menenangkan.

w. Sajikan makanan dengan menarik, cara yang menyenangkan dengan mempertimbangkan warna, tekstur dan keragaman.

x. Berikan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan.

y. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai diet yang dianjurkan.

z. Berikan pasien dan keluarga contoh tertulis mengenai diet yang dianjurkan.

NIC : Manajemen berat badan Intervensi :

a. Diskusikan dengan keluarga mengenai kebiasaan, budaya, dan faktor herediter yang mungkin mempengaruhi berat badan.

(47)

34

b. Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh terhadap berat badan.

c. Diskusikan risiko yang mungkin muncul jika terdapat kelebihan berat badan atau berat badan kurang.

d. Anjurkan keluarga memotivasi pasien untuk mengubah pola makan.

e. Hitung berat badan ideal pasien.

f. Hitung persentase lemak tubuh ideal pasien.

g. Bersama dengan pasien membuat metode yang tepat untuk mencatat asupan makan harian, waktu olahraga, dan atau perubahan berat badan.

h. Dorong pasien untuk membuat target mingguan yang realistik terkait dengan asupan makanan dan olahraga, dan tempel target tersebut ditempat yang mudah dibaca setiap harinya.

i. Dorong pasien untuk membuat grafik mingguan berat badannya.

j. Dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari.

k. Rencanakan hadiah jika pasien mampu mencapai target jangka pendek dan panjangnya.

l. Informasikan kepasien jika terdapat komunitas manajemen BB

m. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya.

NIC : Pengajaran : nutrisi balita Intervensi :

a. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil.

(48)

35

b. Berikan orang tua materi-materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi.

c. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk memberikan anak pilihan- pilihan makanan yang sehat.

d. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang sehat di antara waktu makan.

e. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk menjadi kreatif dalam persiapan makanan untuk anak yang pemilih makanan.

f. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi kandungan lemak dalam makanan.

g. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengajak anak berpartisipasi dalam persiapan makanan.

h. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan sereal yang diperkaya zat besi, hindari sereal tinggi gula.

i. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk meningkatkan makanan yang mengandung protein.

j. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mencangkup semua kelompok makanan.

k. Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari penggunaan makanan sebagai imbalan.

(49)

36

4. Implementasi

Buleck, Butcher, Dochterman, & Wagner (2015), implementasi keperawatan risiko pertumbuhan tidak proporsional mengacu pada intervensi Nursing Interventions Classification (NIC).

Diagnosa : Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional Implementasi : Manajement nutrisi

a. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi.

b. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.

c. Menentukan apa yang menjadi makanan kesukaan bagi pasien.

d. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

e. Membantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi.

f. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi.

g. Memberikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat.

h. Mengatur diet yang diperlukan yaitu menyediakan makanan protein tinggi; menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam, menambah kalori, vitamin, mineral.

i. Memberi obat-obatan sebelum makan.

(50)

37

j. Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan.

k. Melakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan.

l. Memastikan pasien menggunakan gigi palsu yang pas, dengan cara yang tepat.

m. Menganjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinkan.

n. Memastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal.

o. Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien, sementara pasien berada di rumah sakit atau fasilitas perawatan.

p. Membantu pasien membuka kemasan makanan, memotong makanan, dan makan jika diperlukan.

q. Menganjurkan pasien mengenal modifikasi diet yang diperlukan.

r. Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet kondisi sakit.

s. Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan dan usia.

t. Menawarkan makanan ringan yang padat gizi.

u. Memastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi.

v. Memonitor kalori dan asupan makanan.

w. Memonitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan BB

(51)

38

x. Menganjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan.

y. Mendorong untuk melakukan bagaimana cara menyiapkan makanan dengan aman dan teknik pengawetan makanan.

z. Membantu pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas.

Implementasi : Terapi nutrisi

a. Melengkapi pengkajian nutrisi, sesuai kebutuhan.

b. Memonitor intake makanan/cairan dan hitung masukan kalori perhari, sesuai kebutuhan.

c. Memonitor instruksi diet yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien perhari, sesuai kebutuhan.

d. Menentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi, sesuai kebutuhan.

e. Mengkaji preferensi makanan dengan budaya dan agama pasien.

f. Memilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan.

g. Mendorong pasien memilih makanan setengah lunak, jika pasien mengalami kesulitan menelan karena menurunnya jumlah saliva.

h. Mengkaji kebutuhan nutrisi parenteral.

i. Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium sesuai kebutuhan.

j. Memberikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan.

k. Memberikan cairan hiperalimentasi sesuai kebutuhan.

l. Memastikan ketersediaan terapi diet progresif.

(52)

39

m. Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi kalium sesuai kebutuhan.

n. Memastikan bahwa dalam diet mengandung makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

o. Menyediakan bagi pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein, tinggi kalori dan mudah dikomsumsi, sesuai kebutuhan.

p. Membantu pasien untuk memilih makanan yang lunak, lembut dan tidak mengandung asam sesuai kebutuhan.

q. Menghentikan pemberian makan melalui selang makanan begitu pasien mampu mentoleransi asupan makanan melalui oral.

r. Memberikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai diet yang dianjurkan.

s. Memotivasi pasien untuk membawa makanan yang telah dimasak dari rumah sesuai kebutuhan.

t. Menganjurkan untuk menghindari makanan mengandung laktosa.

u. Menawarkan herbal dan rempah sebagai pengganti garam.

v. Memberikan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan.

w. Menciptakan lingkungan yang membuat suasana yang menyenangkan dan menenangkan.

x. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai diet yang dianjurkan.

y. Menyajikan makanan dengan mearik, yang menyenangkan dengan mempertimbangkan warna, tekstur dan keragaman.

z. Memberikan pasien dan keluarga contoh tertulis mengenai diet yang dianjurkan.

(53)

40

Implementasi : Manajemen berat badan

a. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai kebiasaan, budaya, dan faktor herediter yang mungkin mempengaruhi berat badan.

b. Mendiskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh terhadap berat badan.

c. Mendiskusikan risiko yang mungkin muncul jika terdapat kelebihan berat badan atau berat badan kurang.

d. Menganjurkan keluarga memotivasi pasien mengubah pola makan.

e. Menghitung berat badan ideal pasien.

f. Menghitung persentase lemak tubuh ideal pasien.

g. Bersama dengan pasien membuat metode yang tepat untuk mencatat asupan makan harian, waktu olahraga, dan atau perubahan BB.

h. Mendorong pasien untuk membuat grafik mingguan berat badannya.

i. Mendorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup setiap hari.

j. Mendorong pasien untuk membuat target mingguan yang realistik terkait dengan asupan makanan dan olahraga, dan tempel target tersebut ditempat yang mudah dibaca setiap harinya.

k. Merencanakan hadiah jika pasien mampu mencapai target jangka pendek dan panjangnya.

l. Menginformasikan ke pasien jika terdapat komunitas manajemen BB.

m. Membantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya.

(54)

41

Implementasi : Pengajaran : nutrisi balita

a. Meberikan orang tua materi-materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi.

b. Menginstruksikan orangtua/pengasuh untuk memberikan anak pilihan- pilihan makanan yang sehat.

c. Menginstruksikan orangtua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang sehat di antara waktu makan.

d. Menginstruksikan orangtua/pengasuh untuk menjadi kreatif dalam persiapan makanan untuk anak yang pemilih makanan.

e. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil.

f. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi kandungan lemak dalam makanan.

g. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk mengajak anak berpartisipasi dalam persiapan makanan.

h. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan sereal yang diperkaya zat besi, hindari sereal tinggi gula.

i. Meinginstruksikan orang tua/pengasuh untuk meningkatkan makanan yang mengandung protein.

j. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk mencangkup semua kelompok makanan.

k. Menginstruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari penggunaan makanan sebagai imbalan.

(55)

42

5. Evaluasi

Menurut Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson (2016), evaluasi yang diharapkan berdasarkan perencanaan keperawatan terhadap anak risiko pertumbuhan tidak proporsional dengan gizi kurang sebagai berikut:

Diagnosa : Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional.

NOC : Perilaku patuh: diet yang sehat.

Tabel 2.5

Indikator dan Skala Outcome Keseluruhan dalam Evaluasi

No Indikator Skala

Awal Tujuan Hasil

a. Menyusun target capaian diet - 5 -

b. Manyeimbangkan intake kalori dan kebutuhan kalori

- 5 -

c. Mencari informasi tentang panduan nutrisi baku

- 5 -

d. Menggunakan panduan nutrisi yang direkomendasikan untuk merencanakan menu makanan

- 5 -

e. Memilih makanan sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan

- 5 -

f. Memilih makanan sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan

- 5 -

g. Memilih porsi sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan

- 5 -

h. Memilih makanan berdasarkan informasi nutrisi pada tabel kemasan makanan

- 5 -

i. Mencuci buah dan sayuran segar sebelum dimakan

- 5 -

j. Menyiapkan makanan sesuai dengan rekomendasi diet untuk lemak, sodium (garam), dan karbohidrat

- 5 -

k. Memasak daging, unggas, ikan, dan telur berdasarkan rekomendasi keamanan konsumsi

- 5 -

l. Memakan sajian buah yang direkomendasikan per hari

- 5 -

(56)

43

Tabel 2.5 (Lanjutan)

No Indikator Skala

Awal Tujuan Hasil m. Memakan sajian sayuran yang

direkomendasikan per hari

- 5 -

n. Memakan lebih banyak produk gandum utuh daripada produk gandum olahan

- 5 -

o. Mengurangi makanan dengan nilai kelori tinggi dan nilai nutrisi kecil

- 5 -

p. Menyeimbangkan antara intake cairan dan kehilangan cairan

- 5 -

q. Mempertahankan hidrasi - 5 -

r. Memilih makanan yang mengandung kalsium untuk memenuhi kebutuhan tubuh

- 5 -

s. Mengkonsumsi suplemen vitamin/mineral sesuai panduan yang disarankan

- 5 -

t. Memilih makanan sesuai dengan budaya dan agama yang diyakini

- 5 -

u. Mendiskusikan penggunaan obat herbal dengan tenaga kesehatan

- 5 -

v. Menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat-obatan/medikasi

- 5 -

w. Menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat herbal

- 5 -

x. Menghindari makanan yang dapat memicu reaksi alergi

- 5 -

Keterangan Skala:

1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang-kadang dilakukan 4 = Sering dilakukan

5 = Dilakukan secara konsisten

(57)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di Puskesmas 1 Sumbang yaitu deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus.

Jenis penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita dan objektif terhadap sesuatu kondisi tertentu yang sedang terjadi dalam kelompok masyarakat (Imron, 2014), sedangkan metode pendekatan studi kasus merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara meneliti suatu persoalan melalui suatu kasus tertentu.

B. Batasan Istilah

Batasan masalah pada Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di Puskesmas 1 Sumbang yaitu gizi kurang adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013 dalam Lestiani, 2015). Risiko pertumbuhan tidak proporsional adalah beresiko mengalami pertumbuhan diatas persentil ke-97 atau dibawah persentil ketiga menurut

(58)

45

usia, yang melewati dua kanal persentil, pertumbuhan tidak proporsional (Wilkinson, 2016).

C. Partisipan

Penulis dalam melakukan penelitian Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional di Puskesmas 1 Sumbang dengan fokus keperawatan terhadap 2 klien atau 2 keluarga (2 kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan asuhan keperawatan anak pada klien dengan gizi kurang dilakukan di wilayah Puskesmas 1 Sumbang yaitu: klien pertama di desa Karangcegak Rt 07 / Rw 01, klien kedua di desa Karangcegak Rt 06 / Rw 01.

Waktu pelaksanaan dilakukan selama 4 kali kunjungan dimulai pada hari Selasa, 20 Februari 2018 sampai dengan Jumat, 23 Februari 2018.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Gizi Kurang dengan Risiko Pertumbuhan Tidak Proporsional pada An. K dan An. H di wilayah Puskesmas 1 Sumbang yaitu dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Wawancara yaitu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan atau

(59)

46

informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut face to face (Notoatmodjo, 2010 dalam Maghfiroh, 2015).

Observasi yaitu mengamati kondisi dengan panca indra yang kemudian dapat didiskripsikan (Nazir, 2005 dalam Maghfiroh, 2015), sedangkan pemeriksaan fisik yaitu dengan Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi.

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan film dokumenter (Hidayat, 2014).

Penulis dalam melakukan pengumpulan data akan melakukan wawancara dengan kedua orang tua atau pengasuh anak. Untuk observasi dilakukan pengamatan dan pemeriksaan fisik pada anak dan dengan pengamatan buku Kartu Menuju Sehat (KMS) serta studi dokumentasi.

F. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian studi kasus ini yaitu dengan melakukan perpanjangan waktu pengamatan atau tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi yaitu dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat puskesmas, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

G. Analisis

Proses analisa data dimulai dari tinjauan pustaka mengenai risiko pertumbuhan tidak proporsional pada anak gizi kurang. Dilanjutkan dengan

(60)

47

menelaah seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara pada orang tua anak gizi kurang, observasi dan pemeriksaan fisik pada anak yang mengalami gizi kurang. Analisa data dibuat dengan menggunakan kata-kata sederhana sebagai jawaban terhadap masalah.

H. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2014), eti

Gambar

Gambar 2.1 Pathway Keperawatan  Sumber : Nurarif &amp; Kusuma (2015)
Tabel 2. 2 (Lanjutan)
Tabel 2.4 (Lanjutan)
Tabel 2.5 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gizi Kurang Keluarga Tn.S, Terutama Pada An.R Di Desa

Berdasarkan beberapa judul yang mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian ini tidak ada yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia

Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik... Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep &amp; Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan

Kesimpulan berdasarkan evaluasi pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada klien 1 dan klien 2bahwa pada gejala yang timbul setelah terjangkit

Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pneumonia dengan masalah gangguan prtukaran gas?. Desain penelitian ini menggunakan

Studi kasus yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Gagal Jantung

Asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan pada klien skizofrenia dengan tahap dimulai dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,