• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Diagnosa ISPA di RSUD Bangil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Diagnosa ISPA di RSUD Bangil"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

Saudaraku Dimas yang selalu mendukung dan menghiburku ketika aku menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan karya ilmiah. Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah penelitian ini tepat pada waktunya. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada saya selama menulis artikel ilmiah.

Pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak dapat disebutkan satu per satu.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut WHO, 13 juta anak di bawah usia lima tahun meninggal di dunia setiap tahunnya, dan sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Dengan mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada anak ISPA maka perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan diantaranya sebagai caregiver, advokat, fasilitator, koordinator, pendidik. Oleh karena itu perawat mempunyai upaya yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan ISPA, diantaranya dalam bentuk promosi yaitu peran perawat dalam memberikan edukasi agar keluarga mengetahui tentang ISPA, dari segi preventif dengan mendeteksi ISPA sejak dini atau menghindari faktor penyebab. ISPA dan minumlah air sebanyak-banyaknya. untuk membantu mengencerkan lendir, menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan dan udara malam, memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin C, dari segi kuratif perawat segera membatasi aktivitas sesuai dengan beratnya keluhan, sedangkan dari segi kuratif perspektif rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan (menjaga kebersihan lingkungan dan memakai penutup hidung bila bersentuhan langsung dengan anggota keluarga yang menderita ISPA).

Upaya pencegahan terjadinya ISPA pada anak adalah: perbaikan gizi anak, pemberian imunisasi lengkap, pemberian pengobatan preventif pada anak balita yang tidak mengalami gejala ISPA namun mempunyai anggota keluarga yang menderita ISPA.

Rumusan Masalah

  • Tujuan Khusus

Manfaat

Metode Penulisan .1 Metode .1 Metode

  • Teknik Pengumpulan Data .1 Wawancara .1 Wawancara
  • Sumber Data .1 Data primer .1 Data primer

Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh dari keluarga atau teman dekat pasien, rekam medis perawat, dan hasil pemeriksaan.

Sistematika Penulisan

Pada bab 2 akan dijelaskan secara teoritis konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada anak ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Keperawatan akan menguraikan permasalahan yang timbul pada ISPA dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

Konsep Penyakit

  • Pengertian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
  • Etiologi
  • Manifestasi Klinis
  • Tanda dan Gejala .1 Pilek biasa
  • Klasifikasi
  • Patofisiologi
  • Diagnosa Banding .1 ISPA oleh karena bakteri
  • Komplikasi .1 Meningitis
  • Penatalaksanaan

Batasan frekuensi napas cepat pada anak usia dua bulan hingga <1 tahun adalah 50 kali per menit dan pada anak usia 1 hingga <5 tahun adalah 40 kali per menit. Pada anak <2 tahun, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan pernapasan cepat, yaitu frekuensi pernapasan 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan dinding dada bagian bawah yang kuat ke dalam (Widoyono, 2011). Selain itu, hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan lendir dan pergerakan silia adalah asap rokok dan gas O2 (polutan utama dalam pencernaan udara), immobile syndrome.

Salah satu caranya adalah dengan memakai pelindung hidung dan mulut bila bersentuhan langsung dengan anggota keluarga atau orang yang terjangkit ISPA (Widoyono, 2011).

Konsep Anak 2.1 Konsep Anak 2.1 Konsep Anak

  • Konsep asuhan keperawatan .1 Pengkajian
    • Analisa data
    • Diagnosa Keperawatan
    • Rencana Keperawatan 1) Diagnosa Keperawatan 1
    • Evaluasi

Batuk dan pernapasan cepat, stridor, dehidrasi berat, tidur terus-menerus, tanpa sianosis biasanya merupakan ciri khasnya. Inspeksi : pucat, tidak ada tekanan vena jugularis, tidak ada ketukan jari, tidak ada nyeri dada. Inspeksi : compos mentis, GCS 4-5-6, tidak ada kelainan saraf kranial, kejang sesekali, tidak sakit kepala, waktu/jam tidur normal.

Palpasi : tidak nyeri pada perut, tidak nyeri saat menelan. Perkusi : kembung pada perkusi. Palpasi : akral hangat, turgor kulit kembali <3 detik, cairan kulit kering, tidak nyeri. Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tidak ada hiperglikemia, tidak ada hipoglikemia.

Tabel 2.1 Perkembangan Anak Usia 13-24 Bulan  Gerakan
Tabel 2.1 Perkembangan Anak Usia 13-24 Bulan Gerakan

Kerangka Masalah

TINJAUAN KASUS TINJAUAN KASUS

Pengkajian .1 Identitas

Ibu pasien mengatakan selama hamil mengunjungi bidan sebanyak 3 kali selama 9 bulan, dua kali imunisasi TT, tidak ada keluhan selama hamil. Ibu pasien mengatakan melahirkan normal di klinik dengan bantuan bidan, persalinan berlangsung setengah jam dan tidak ada komplikasi setelah melahirkan. Ibu pasien mengatakan bayinya lahir prematur dengan berat badan 2500 gram dan ibu pasien mengatakan panjang bayi 48 cm.

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya meminta sesuatu dengan cara yang pemarah, merajuk dan menangis, namun setelah keinginannya terkabul, semuanya akan segera reda. Ibu pasien mengatakan anaknya suka bermain sepak bola dan menerbangkan layang-layang bersama teman seusianya. Cara pemberian ASI terencana ASI diberikan sampai anak berusia 3 tahun. Ibu pasien mengatakan bahwa ASI untuk tumbuh kembang anaknya.

Ibu pasien mengatakan, saat anaknya berusia 0-5 bulan, jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI eksklusif dan tidak ada keluhan selama pemberian. Pada umur 5-12 bulan diberikan bubur yang nutrisinya halus dan tidak ada keluhan pada saat pemberian. Ibu pasien mengatakan anaknya diberi bubur dan nasi kasar dengan frekuensi makan 3 kali sehari, dan ibu pasien mengatakan anaknya makan ½ porsi, namun terkadang hanya 1-2 sendok makan setiap kali makan.

Tidak ada pantangan dan tidak ada keluhan, kadang disuap, kadang makan sendiri, ritualnya berdoa dulu saat makan. Ibu pasien mengatakan, sebelum sakit, anaknya minum air putih kadang es krim, frekuensi minum 4-5 kali sehari sekitar 1 liter.

Gambar 3.1 Genogram Keluarga An.S  Keterangan :
Gambar 3.1 Genogram Keluarga An.S Keterangan :

Diagnosa Keperawatan .1 Daftar Masalah Keperawatan

Ds: Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak mau makan ketika ibu tersebut makan: - Beliau makan 1-2 sendok rupee. Ds : Ibu pasien mengatakan tidak mengetahui penyakit anaknya. Do : - Ibu sesekali bertanya kepada petugas tentang anaknya.

Rencana Tindakan Keperawatan Tanggal : 16 Desember 2019

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pembersihan jalan dapat efektif kembali sesuai kriteria kinerja. Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan orang tua memahami tentang ISPA dengan kriteria luarannya.

Implementasi Keperawatan

Ibu pasien mampu menyebutkan penyebab ISPA yaitu bakteri - Ibu pasien mampu. sebutkan 2 dari 3 tanda ISPA pada anak - Ibu bisa menjelaskan. Adapun cara penularan ISPA yaitu melalui input. Ibu pasien mampu mendemonstrasikan fisioterapi dada – lapor ibu pasien. batuk pasien berkurang 2.). Beri anak minuman hangat 3.). Keluarga memahami program pencegahan alternatif 3) Menjelaskan dengan tepat tanda dan gejala yang umum terlihat pada ISPA.

Keluarga memahami informasi yang diberikan petugas.. sebaiknya keluarga menyediakan pakaian yang ringan dan menyerap cahaya - Keluarga Pasien. sediakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat 2) Ajari keluarga cara meringkuk yang benar. Keluarga rutin menyikat gigi pasien 3) Amati asupan dan ekskresi makanan - Pemakaian 1-2 sendok makan 4) Amati berat badan dan selaput lendir - berat badan 10 kg, selaput lendir.

Catatan Perkembangan

Evaluasi Keperawatan

PEMBAHASAN

  • Pengkajian .1 Identitas Pasien
  • Diagnosa Keperawatan
  • Perencanaan
  • Implementasi
  • Evaluasi

Dalam pengkajian kasus tersebut diperoleh data mengenai kondisi lingkungan rumah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah dan sungai serta tidak memiliki ventilasi. Pada peninjauan kasus diperoleh data bahwa pasien mengatakan sering jajan sembarangan, suka minum es krim, dan jarang membuka jendela. Berdasarkan tinjauan literatur, ia pernah melakukan kontak dekat dengan penderita ISPA atau penyakit pernafasan, dan sering terpapar debu.

Dalam tinjauan literatur, pasien ISPA biasanya mengalami penurunan nafsu makan dan porsi makan yang tidak habis. Dalam tinjauan literatur, anak dengan dehidrasi ringan diberikan cairan infus berupa cairan yang mengandung RL, Wijayaningsih (2013). Penulis/peneliti berpendapat studi kasus dan tinjauan pustaka mempunyai kesamaan yaitu mengalami peningkatan frekuensi pengeluaran cairan atau dapat dikatakan anak mengalami dehidrasi ringan.

Penulis/peneliti berpendapat bahwa tinjauan literatur dan studi kasus menunjukkan kesamaan yaitu orang tua melaporkan tidak mengetahui apa-apa tentang penyakit anaknya, sehingga mengakibatkan keperawatan memiliki tingkat pengetahuan yang buruk terkait dengan kurangnya pengetahuan. paparan informasi. Pada tinjauan pustaka, imunisasi DPT (deptari, pertusis, tetanus) dengan dosis 0,5 cc diberikan sebanyak tiga kali (SC), sedangkan pada tinjauan kasus klien telah mendapat imunisasi DPT lengkap dengan dosis 0,5 cc sebanyak tiga kali diberikan. secara subkutan dan pasien tidak merasakan efek apa pun. Sedangkan saat menilai kasus kesadaran compos mentis, GCS: 4-5-6, tidak ada kejang, tidak ada kekakuan leher, tidak ada sakit kepala, tidak ada kelainan saraf kranial, kata ibu pasien.

Pada tinjauan literatur didapatkan tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak adanya pembesaran kelenjar parotis, tidak terdapat hiperglikemia, tidak terdapat hipoglikemia. Bila dikaji diperoleh data bahwa tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis.

PENUTUP

Tujuan Instruksional Umum

Kegiatan penyuluhan

METODE 1. ceramah

ISPA merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang berlangsung hingga 14 hari.Saluran pernapasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ sekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah, dan mukosa paru. Sebagian besar infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, seperti batuk dan pilek, dan tidak memerlukan pengobatan antibiotik, namun anak-anak akan terserang pneumonia.Jika infeksi paru-paru ini tidak diobati dengan antibiotik, dapat menyebabkan kelainan pada sistem pernapasan, terutama bagian atas dan bawah. infeksi saluran pernafasan, pernafasan, asma dan ibrokistik, menempati sebagian besar bidang pediatri. Infeksi saluran pernapasan atas, terutama yang disebabkan oleh virus, umum terjadi pada semua kelompok orang selama musim dingin.

Etiologi

Saat ini, lebih dari 300 jenis antigen bakteri dan virus diketahui terlibat dalam infeksi saluran pernafasan akut ini (Duapri, 2012). Umumnya penyebab gangguan saluran pernapasan ini dimulai dari masalah dan gejala ringan. Ketika penyakit ini berkembang, gejalanya bisa menjadi lebih parah dan, jika memburuk, bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan kemungkinan kematian.

Apabila sudah terlanjur mengalami gagal napas maka diperlukan penatalaksanaan yang lebih rumit, walaupun angka kematian masih tinggi, namun perlu dipastikan bahwa yang ringan tidak bertambah parah dan yang sudah parah tertolong dengan cepat dan tepat, sehingga dapat tertolong dengan cepat dan tepat. jangan sampai mengalami gagal napas.

Tanda-tanda klinis

PATOFISIOLOGIS

Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala Gejala klinis ISPA

Untuk ISPA, jenis pneumonia yang sering terjadi adalah penyakit saluran pernapasan bawah yaitu silikosis, bisinosis, pneumonokoniosis, dan tuberkulosis paru. Sedangkan ISPA jenis non-pneumonik yang muncul pada penyakit saluran atas, yaitu flu, asma, dan lain-lain. Jadi jika seseorang dalam kondisi baik tidak tertular penyakit ini, maka mereka yang dalam kondisi buruk akan sangat mudah tertular penyakit ini, misalnya saja flu.

ISPA ditularkan melalui udara yang terinfeksi dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Pada umumnya kuman penyakit tersebar di udara dalam bentuk aerosol yaitu droplet nuklei dan debu. Banyak orang yang masih belum mengetahui bahwa penyakit ISPA seperti flu bisa menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, misalnya melalui ciuman.

PEMERIKSAAN

Komplikasi

  • Penatalaksanaan

Untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat berbahaya seperti kodein, dekstrometorfan, antihistamin, bila disertai demam dapat diberikan obat penurun demam yaitu paracetamol. Diagnosis ISPA akibat virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap mikroorganisme itu sendiri. Sedangkan diagnosis ISPA akibat bakteri dilakukan dengan pemeriksaan dahak, kultur darah, kultur cairan pleura.

Misalnya saja anak kita terkena flu biasa, maka anak kita memerlukan istirahat yang cukup, nutrisi dan minuman yang cukup, serta obat antipiretik jika ia demam. Namun, jika anak Anda menderita pneumonia bakterial, ia memerlukan antibiotik dan kemungkinan perawatan di rumah sakit.

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Anak Usia 13-24 Bulan  Gerakan
Tabel 2.2 Perkembangan anak usia 25-36 bulan  Gerakan
Tabel 2.3 Perkembangan anak usia 36-48 bulan  Gerakan
Tabel 2.4 Perkembangan anak usia 49-60 bulan  Gerakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dan ada di teori yaitu terdapat 5 diagnosa, antara lain: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

Jadi kesimpulannya hasil evaluasi keperawatan pada kasus nyata didapatkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus, dimanamasalah keperawatan kekurangan

Terdapat kesenjangan dari diagnosa yang didapatkan pada kasus Tn.F didapatkan 3 diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan teori yang tercantum pada tinjauan

Dalam teori Doenges (2007) ada 11 diagnosa keperawatan pada kasus TBC yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk

Dalam diagnosa keperawatan, tidak semua diagnosa yang tercantum dalam tinjauan pustaka tercantum pada tinjauan kasus, tetapi penulis berusaha untuk menyesuaikan

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena rencana tindakan keperawatan dengan diagnose nyeri akut berhubungan dengan

Diagnosa keperawatan Diagnosa yang penulis dapatkan tidak semua ditemukan pada pasien, diagnosa yang didapat antara lain: Retensi urine berhubungan dengan pembesaran kelenjar prostat,

Pada tinjauan kasus di dapatkan data pasien mengeluh nyeri karena adanya ulkus di kaki kirinya, sering haus/polidipsi, Pada tinjauan kasus tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka