Labioschisis atau yang biasa disebut bibir sumbing merupakan suatu kelainan bawaan yang menjadi masalah tersendiri di masyarakat, terutama pada masyarakat dengan status sosial ekonomi miskin. Hidayat dan kawan-kawan di Provinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 dan November 1987 mengoperasi 1004 kasus bibir sumbing atau langit-langit mulut pada bayi, anak-anak dan orang dewasa di antara populasi 3 juta jiwa. Penelitian tentang bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit menggambarkan patologi berdasarkan klasifikasi tingkat keparahan distorsi bibir sumbing, hidung, langit-langit primer, dan sekunder.
Data penderita bibir sumbing di Indonesia seperti pada gambar, sehingga diperlukan sistem telemedicine untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan tingkat keparahan bibir sumbing. Labiopalatoschisis merupakan kelainan bawaan pada bibir dan langit-langit mulut yang dapat terjadi secara terpisah maupun bersamaan dan disebabkan oleh kegagalan atau tidak sempurnanya fusi struktur wajah embrio. Faktor genetik penyebab bibir sumbing dan langit-langit mulut kurang potensial bermanifestasi pada penyatuan berbagai bagian kontak.
Tidak ada masalah dalam meminum ASI atau botol pada bayi dengan bibir sumbing dan langit-langit yang tidak terlalu parah. Derajat kelainan bibir sumbing bervariasi, dari ringan hingga berat, diketahui ada beberapa jenis bibir sumbing. Unilateral inkomplit: Jika sumbing hanya terjadi pada salah satu bibir dan tidak meluas hingga hidung.
Unilateral komplit: Jika sumbing hanya terjadi pada salah satu sisi bibir dan meluas hingga hidung.
Komplikasi
Sepanjang permukaan akar dekat bagian distal dan medial gigi seri pertama dapat menyebabkan penyakit periodontal. Pasien dengan labio palatoschisis sering mempunyai paroxysm yang menonjol dan premaxillary posterior bawah, yang kolaps medialnya dapat menyebabkan crosbite. Adanya lubang pada bibir dan langit-langit mulut serta asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri dan citra tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
Patofisiologi
PATHWAY
Penatalaksanaan
Tujuan dari intervensi bedah dan pembedahan adalah untuk mengembalikan struktur anatomi, memperbaiki cacat dan memungkinkan anak berfungsi normal dalam menelan, bernapas dan berbicara. Pemberian ASI pertama memang sulit, tetapi tergantung pada derajat kelainan bentuk yang dialami pada kasus ringan, ASI dapat diberikan langsung kepada bayi. Jika bibir sumbing tidak disertai dengan celah langit-langit, maka bayi akan sedikit atau bahkan tidak mengalami kesulitan makan.
Jika bibir sumbing disertai dengan langit-langit mulut sumbing, maka bayi tidak hanya mengalami kendala pada menelan, tetapi juga pada menghisap, karena diperlukan langit-langit mulut yang lengkap dan utuh untuk memanipulasi puting susu dan menghisap ASI. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup penting dilakukan untuk memastikan kondisi fisik bayi baik, mengalami penambahan berat badan, dan tidak mengalami anemia. Tujuan pemberian antibiotik sebagai profilaksis adalah untuk memastikan bahwa anak pada masa pasca operasi tidak mengalami bahaya yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sudah ada atau yang masuk pada masa (pasca) operasi.
Prinsip penatalaksanaan prabedah bertujuan untuk mencapai atau mempertahankan status fisik yang memastikan bahwa anak mampu mengatasi trauma akibat intervensi bedah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merawat anak yang telah menjalani operasi perbaikan bibir sumbing antara lain: Garis jahitan biasanya dibiarkan terbuka dan dijaga kebersihannya dengan menyeka area tersebut dengan air steril atau normal saline setelah makan.
Menyusui bisa menjadi masalah yang sulit bagi anak-anak ini, karena adanya lubang antara rongga mulut dan hidung. Jika menyusui tidak bisa dilakukan secara langsung, ada baiknya menggunakan dot karet berukuran besar yang menutupi sebagian bukaan langit-langit mulut. Dalam semua kasus, terapis wicara harus dikonsultasikan dan rencana dibuat untuk memastikan perkembangan bicara yang tepat.
Jumlah pengobatan atau latihan yang akan diberikan oleh ahli terapi wicara terbatas, sehingga beban utama ditanggung oleh ibu. Oleh karena itu, baik ibu maupun anak harus mengikuti pembelajaran tersebut dengan ahli terapi wicara agar ibu dapat melanjutkan terapi di rumah. Pemberian makanan dan minuman pada penderita labioschisis dan palatoschisis bertujuan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai program pengobatan.
Pencegahan
Nutrisi yang cukup bagi ibu hamil selama masa pembuahan dan trimester pertama kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan bibir, langit-langit mulut, dan struktur kraniofasial janin. Peran asupan asam folat ibu dalam kaitannya dengan fisura orofasial sulit ditentukan dalam studi kasus kontrol pada manusia karena asam folat dari sumber makanan memiliki bioavailabilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya dikonsumsi bersama dengan vitamin, mineral, dan elemen lainnya yang mungkin juga dikonsumsi. memiliki efek perlindungan. berpengaruh terhadap terjadinya celah orofasial. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada setiap tahap kehamilan, mulai dari konsepsi hingga persalinan.
Suplementasi asam folat pada wanita hamil diduga berperan dalam pencegahan celah orofasial non-sindrom, seperti celah bibir dan/atau langit-langit. Vitamin B-6 diketahui melindungi terhadap celah orofasial yang disebabkan oleh laboratorium pada hewan melalui sifat teratogeniknya, seperti halnya kortikosteroid, kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid. Deoxypyridine, atau antagonis vitamin B-6, diketahui menyebabkan celah orofasial dan kekurangan vitamin B-6 saja sudah cukup untuk menunjukkan celah langit-langit dan cacat lahir lainnya pada hewan laboratorium.
Asupan vitamin A yang tidak mencukupi atau berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko celah orofasial dan kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah peneliti pertama yang menemukan bahwa kekurangan vitamin A pada ibu menyebabkan cacat mata, celah orofasial, dan cacat lahir lainnya pada babi. Studi klinis pada manusia menunjukkan bahwa paparan janin terhadap retinoid dan pola makan tinggi vitamin A juga dapat menyebabkan kelainan kraniofasial yang serius.
Dalam sebuah penelitian prospektif terhadap lebih dari 22.000 kelahiran wanita di Amerika Serikat, kelainan kraniofasial dan malformasi lainnya sering terjadi pada wanita yang mengonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A selama periode perikonsepsi. Data yang ada dan penelitian skala besar menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gigi berlubang orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (petugas kesehatan, industri reparasi, pekerja pertanian). Teratogenesis akibat trikloretilen dan tetrakloroetilen dalam air yang diketahui terkait dengan pekerjaan pertanian menunjukkan adanya peran pestisida, hal ini diketahui dari beberapa penelitian, namun tidak semua.
Pekerjaan ayah di industri percetakan, seperti manufaktur cat, operator sepeda motor, pemadam kebakaran, atau bertani, diketahui meningkatkan risiko terjadinya celah orofasial. Beberapa upaya telah dilakukan untuk merangsang percobaan pada manusia untuk mengevaluasi suplementasi vitamin ibu selama kehamilan sebagai tindakan pencegahan. Studi lain dalam upaya menyediakan suplemen multivitamin untuk mencegah kesenjangan orofacial dilakukan di Eropa dan diklaim oleh para peneliti.
Prognosis
ASUHAN KEPERAWATAN
- Identitas klien Nama : an. X
- Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- Analisis Data
- Diagnosa Keperawatan Diagnosa Pra Operasi
- Intervensi dan Rasional Diagnosa Keperawatan Pra Operasi
Sang ibu terlihat sedih melihat keadaan anaknya, ia berusaha menyembunyikan wajah anaknya dari orang lain. Bayi dilahirkan dengan bibir dan langit-langit sumbing dan tampak kesulitan menyusu. Sang ibu sempat bingung bagaimana cara menyusui bayinya dan mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan saat bayinya dibawa pulang.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/. Kesulitan makan karena cacat dan operasi. Sisa infeksi berhubungan dengan paparan lingkungan dan prosedur invasif yang ditandai dengan adanya luka bedah yang ditutupi kain kasa. Pemberian ASI kurang dari kebutuhan atau tidak efektif saat memerah ASI, berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/kesulitan makan karena cacat dan pembedahan.
Setelah mendapat tindakan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi dapat teratasi. kulit lembab, perut tidak kembung. Bayi menunjukkan pertambahan berat badan yang sesuai. Membantu ibu dalam memberikan ASI dan posisi puting yang stabil membentuk tugas lidah untuk mengeluarkan ASI. Orang tua tahu cara merawat anak, mulai dari cara memberi makan, cara membersihkan mulut setelah makan.
Sesuaikan posisi kepala dengan meninggikan kepala saat minum atau makan, dan gunakan dot yang panjang. Pantau status pernapasan seperti laju pernapasan, ritme, dan tanda aspirasi selama menyusui. Infeksi lainnya berhubungan dengan paparan lingkungan dan prosedur invasif yang ditandai dengan adanya luka bedah yang ditutupi kain kasa.
PENUTUP
- Pengkajian: Melakukan pengkajian menyeluruh terhadap kondisi fisik dan psikologis anak serta keluarga
- Perencanaan: Menyusun rencana perawatan yang mencakup tindakan medis, nutrisi, dan dukungan psikososial
- Implementasi: Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun, termasuk perawatan luka pasca operasi, pemberian nutrisi
- Evaluasi: Mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan12
- Saran
- Edukasi Keluarga: Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi anak, perawatan yang diperlukan, dan cara-cara mendukung anak secara
- Kolaborasi Multidisiplin: Bekerja sama dengan tim medis lainnya seperti dokter bedah, ahli gizi, dan psikolog untuk memberikan perawatan yang
- Dukungan Psikososial: Menyediakan dukungan psikososial untuk anak dan keluarga guna membantu mereka menghadapi tantangan yang mungkin timbul
- Pemantauan Berkala: Melakukan pemantauan berkala terhadap perkembangan anak dan menyesuaikan rencana perawatan sesuai dengan
Pemantauan berkala : Melaksanakan pemantauan berkala terhadap tumbuh kembang anak dan menyesuaikan rencana pengobatan sesuai dengan perkembangan anak serta menyesuaikan rencana pengobatan sesuai kebutuhan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA